Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 123538 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alan Malingi
"Artikel ini ditulis untuk melestarikan dan mempromosikan salah satu upacara adat di tanah Bima NTB yang dikenal dengan Hanta Ua Pua yang merupakan warisan budaya islam. Upacara ini dilaksanakan bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammmad SAW. sehingga dalam bahasa Bima juga sering disebut dengan Hanta Ua Pua Ade Wura Molu atau MOLU ( Pengantaran Ua Pua di dalam bulan maulid). Dalam Perkembangan sejarah Bima, upacara Hanta Ua Pua dilaksanakan pertama kali pada masa pemerintahan Sultan Abdul Khair Sirajuddin, sultan Bima kedua (1640-1682 M). Sejak saat itu, Hanta Ua Pua ditetaptakan sebagai perayaan rutin kesultanan Bima yang dikenal dengan Rawi Na’e Ma Tolu Kali Samba’a, termasukl upacara besar yang dilaksanakan dalam tiga kali setahun. Perayaan tersebut yaitu Ndiha Aru Raja Na’e (Perayaan Idul Adha), Ndiha Aru Raja To’i (Perayaan Idul Fitri), dan Ndiha Ua Pua (Perayaan Hanta Ua Pua). Studi ini menguraikan sejarah Islam di Tanah Bima karena Hanta Ua Pua berkaitan dengan proses penyiaran agama Islam di Bima, makna dan tujuan Ua Pua, rangkaian upacara Ua Pua, perlengkapan ritual Ua Pua, serta kesenian pengiring upacara Hanta Ua Pua."
Jakarta: Kementerian Agama, 2016
297 JLK 14:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ayuni Yustika Sari
"Pemaknaan terhadap warisan budaya memantik sebuah pembahasan dan perdebatan terkait diskusi warisan budaya secara global. Pembahasan seputar warisan budaya memiliki asal ontologis yang cukup kompleks, mengingat kehadiran wacananya yang bersifat lintas disiplin. Terlepas dari berkembangnya minat akademis dalam politik warisan budaya, belum terdapat pemahaman secara menyeluruh terhadap literatur warisan budaya dalam bingkai Ilmu Hubungan Internasional. Untuk mengisi ceruk tersebut, penulis melakukan tinjauan pustaka sistematis untuk menelaah badan literatur politik warisan budaya dalam Ilmu Hubungan Internasional. Penulis terlebih dulu memetakan perdebatan, konstruksi makna, serta tata kelola warisan budaya di tingkat global. Melalui pemetaan tersebut, penulis kemudian melakukan analisis tematis terhadap globalisasi wacana warisan budaya. Tema-tema tersebut di antaranya mencakup identitas, pascakolonialisme, diplomasi, keamanan, dan arus pariwisata. Berdasarkan kajian literatur, penulis berargumen bahwa: 1) terdapat jangkauan mengenai bagaimana warisan budaya dapat diidentifikasi atas dasar pengakuan oleh aktor-aktor internasional; 2) terdapat keterikatan warisan budaya dengan identitas simbolis suatu negara; serta 3) terdapat unsur wewenang dan tata kelola khusus atas rezim warisan budaya di tingkat internasional.

The meaning-making of cultural heritage sparks sequences of discussions and debates circumscribing the globalised past. A discussion surrounding cultural heritage embodies a complex ontological source, given the multidisciplinary nature of the globalised heritage discourse. Notwithstanding the growing level of scholarly interest towards heritage politics, a comprehensive understanding of cultural heritage literature within the International Relations framework is noticeably absent. To address this gap, I conveyed a systematic literature review to identify the state of knowledge on how cultural heritage politics is being scrutinised globally. The first half of the research maps the debate, construction, and the global governance of cultural heritage. Through the aforementioned mapping, the second half contains a thematic analysis towards the globalised discourse of cultural heritage. This research pinpoints five major themes, among others, including: identity, postcolonialism, diplomacy, security, and tourism. Based on a thorough literature review, I argue that: 1) there is a notion of how certain heritage is acknowledged by international actors; 2) there is a nexus between cultural heritage and a symbolic identity of a state; and 3) there is a particular authority and governance within the international heritage regime.

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia , 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Maulida Shifa
"Penelitian ini membahas mengenai perkembangan Bangunan Pendopo dari bangunan Villa Maria menjadi Kantor Pusat PT KAI. Pada Bangunan Pendopo hingga saat ini masih dipergunakan sebagai kantor administrasi perkeretaapian dan telah mengalami adaptasi setelah ditetapkan menjadi cagar budaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi dalam adaptasi Bangunan Pendopo Kantor Pusat PT KAI serta menganalisis kesesuaian penerapan adaptasi yang sudah dilakukan dengan prinsip dan regulasi hukum yang berlaku. Metode yang digunakan yaitu analisis deskriptif dimulai dari pengumpulan data, pengolahan data, interpretasi, dan penarikan kesimpulan. Hasil analisis didapatkan bahwa adaptasi mempengaruhi adanya perubahan fungsi ruang pada Bangunan Pendopo dan terdapat 3 bentuk adaptasi yang dilakukan, yaitu adaptasi dalam perubahan material, adaptasi dalam penambahan, dan adaptasi dalam pengurangan. Adaptasi dalam bentuk perubahan material dan penambahan pada Bangunan Pendopo telah sesuai dengan prinsip-prinsip adaptasi. Sedangkan bentuk pengurangan mengakibatkan merosotnya nilai penting yang terkandung dalam bangunan.

This paper discusses about the transformations of the Pendopo Building from Villa Maria building into the Central Office of PT KAI. The Pendopo building is still used as a railway administration office and has undergone adaptations after being a cultural heritage. This study aims to determine the changes that have occurred in the adaptation of the Pendopo building and to analyze whether the implementation of the adaptation that has been carried out in the cultural heritage building is in accordance with the adaptation principles and legal regulations. The method used is descriptive analysis starting from data collection, data analysis, interpretations, and conclusions. The results of the analysis found that adaptation affects changes in the function of space in the Pendopo Building and there were 3 forms of adaptation carried out in the Pendopo buildings, that is adaptation in material changes, adaptation in additions, and adaptation in reductions. Adaptation in the form of material changes and additions to the Pendopo building is in accordance with the adaptation principles. While the form of reduction results in a decline in the important value contained in the building."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Calistasela Aulia
"Bangunan Cagar Budaya merupakan peninggalan bersejarah yang memiliki peran yang sangat penting, yakni untuk mentrasfer identitas budaya pada generasi selanjutnya. Namun, adanya penurunan kondisi Bangunan Cagar Budaya terkait usia serta kurangnya perawatan berdampak akan kondisi Bangunan Cagar Budaya yang memprihatinkan. Maka dari itu, melakukan pelestarian Bangunan Cagar Budaya merupakan hal yang krusial untuk dilakukan untuk menjaga keberlanjutan akan keberadaannya. Selain menjaga keberlanjutannya, menjaga keaslian bangunan juga tidak kalah penting, mengingat tanpa keasliannya, Bangunan Cagar Budaya kehilangan hal mendasar yang menjadi tujuan keberadaanya. Oleh karenanya, melakukan pelestarian sesuai dengan tahapan yang benar serta sesuai etika dan kaidah konservasi merupakan hal yang harus dipahami dan diperhatikan demi terjaganya keaslian Bangunan cagar Budaya. Dengan demikian, maka nilai-nilai sejarah dapat tetap terjaga.

The Cultural Heritage Building is a historical heritage that has a very important role, namely to transfer cultural identity in the next generation. However, the decreasing condition of age-related Cultural Heritage Buildings and the lack of maintenance have an impact on the poor condition of Cultural Heritage Buildings. Therefore, preserving the Cultural Heritage Building is a crucial thing to do to maintain the sustainability of its existence. In addition to maintaining its sustainability, maintaining the authenticity of buildings is no less important, bearing in mind that without its authenticity, the Cultural Heritage Building loses its fundamental purpose for being. Therefore, conducting conservation in accordance with the correct stages and according to the ethics and rules of conservation is something that must be understood and considered for the preservation of the authenticity of the Cultural Heritage Building. Thus, historical values ​​can be maintained.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dharmawan Sujoni Putra
"Pantjoran Tea House merupakan bekas dari bangunan Apotek Chung Hwa yang berdiri pada tahun 1928. Sempat terbengkalai, pada 2015 bangunan ini mengalami konservasi restorasi oleh proyek dari Jakarta Old Town Revitalization (JOTRC) dan arsitek Djuhara. Sejak dahulu, gedung yang merupakan landmark kawasan Pecinan ini belum mendapatkan status sebagai bangunan cagar budaya meskipun telah mengalami restorasi dan berperan dalam melestarikan nilai-nilai budaya di Pecinan Glodok dan letaknya di Kawasan Cagar Budaya. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah mengetahui nilai-nilai penting apa saja yang melekat pada bangunan Pantjoran Tea House. Penelitian ini menggunakan metode kajian nilai penting berdasarkan metode Pearson dan Sullivan dengan delapan tahapan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Pantjoran Tea House memiliki gaya Arsitektur Transisi (1890-1915) yang ditunjukkan unsur Gaveltoppen, Boucenlicht dan coloumn non-yunani dengan interior oriental Tionghoa lewat banyaknya penggunaan kayu pada bangunan. Hasil akhir penelitian ini memperlihatkan kriteria nilai penting pada bangunan yang terdapat pada UU Cagar Budaya, yaitu nilai ilmu pengetahuan, nilai sejarah, nilai kebudayaan, dan nilai pendidikan. Temuan penelitian ini dapat menjadi pertimbangan untuk mengusulkan penetapan Pantjoran Tea House sebagai cagar budaya.

Pantjoran Tea House is the former building of Apotek Chung Hwa, which was established in 1928. After being neglected for a period, the building underwent a conservation and restoration project in 2015 by the Jakarta Old Town Revitalization (JOTRC) and architect Djuhara. Throughout its history, this building, which serves as a landmark in the Pecinan area, has not yet received the official status as a cultural heritage despite having undergone restoration and played a role in preserving cultural values in Pecinan Glodok, located in the Cultural Heritage Area. The purpose of this research is to identify the significant values associated with the Pantjoran Tea House. This study adopts the method of assessing the significant values based on the Pearson and Sullivan method, involving eight stages. The findings reveal that Pantjoran Tea House exhibits the Transitional Architecture style (1890-1915) characterized by Gaveltoppen, Boucenlicht, and non-Greek columns, with a Chinese Oriental interior featuring extensive use of wood in the building. The results of this research demonstrate the criteria of significant values in a building according to the Cultural Heritage Law, encompassing scientific value, historical value, cultural value, and educational value. These research findings could be considered for proposing the recognition of Pantjoran Tea House as a cultural heritage site."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Titono
"Gedung X adalah bangunan tua yang dibangun pada zaman Kolonial Belanda dan merupakan cagar budaya sehingga keberadaannya perlu dilestarikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performa struktur Gedung X dengan menggunakan respon spektrum desain untuk wilayah gempa zona 3 tanah lunak sesuai peraturan gempa yang berlaku (SNI 03-1726-2002). Dalam penelitian ini digunakan metode Static Pushover Analysis dengan mengacu padaspektrum kapasitas (ATC-40) dan target perpindahan (FEMA 356). Didapatkan dari hasil penelitian bahwa kapasitas struktur tidak memadai untuk beban gempa yang berlaku sehingga perlu dilakukannya perkuatan dalam rangka konservasi bangunan bersejarah.

Building X is an old building that was built during The Dutch Colonial period and is a cultural heritage, so its existence should be preserved. This research aimed to determine the structural performance of Building X, using the spectral response design with the Seismic Zone 3 on soft ground according to the current Seismic Design Code (SNI 03-1726-2002). This research used Static Pushover Analysis method and referred to the Capacity Spectrum method (ATC-40) and Target Displacement (FEMA 356). From the analysis result the capacity of the structure is not adequate for the current seismic load, so a retrofitting action needs to be done in order to preserve this historic building."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T29962
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Rahmawati
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan konsep pelestarian Cagar Budaya berupa
rumah tinggal milik perorangan (private property) dengan menitikberatkan pada
pemilik sebagai pemangku kepentingans penting. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dengan wawancara mendalam terhadap para pemilik rumah Cagar Budaya
sebagai teknik mengambilan data. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemilik
setuju dengan adanya pelestarian terhadap rumah Cagar Budaya yang mereka miliki,
namun tidak setuju dengan status Cagar Budaya. Masalah dominan dalam pelestarian
Cagar Budaya milik perorangan ini adalah adanya ketidakseimbangan hak dan
kewajiban pemilik, belum adanya otoritas pemilik dalam proses pelestarian Cagar
Budaya, serta komunikasi yang buruk antarpemangku kepentingan. Oleh karena itu
konsep pelestarian yang disarankan dalam pelestarian rumah Cagar Budaya milik
perorangan adalah konsep manajemen pemangku kepentingan yang menekankan pada
komunikasi terbuka, keseimbangan hak dan kewajiban pemilik, serta memberikan
otoritas kepada pemilik sebagai pemangku kepentingan penting dalam pelestarian.
Temuan penting lainnya dalam penelitian ini adalah bahwa proses budaya memberikan
pengaruh positif dalam pelestarian Cagar Budaya.

ABSTRACT
The aim of this research is to produce the concept of preservation of private home
heritage with emphasis on the owner as important stakeholder. This study uses
qualitative methods with in-depth interviews of the owners as a technique of data
retrieval. The results of this study indicate that the owner agrees with the preservation of
their private home, but does not agree with the Cultural Heritage status. The dominant
problem in the preservation of the private home is the existence of an imbalance of the
rights and obligations of the owner, the absence of the owner's authority in the process
of preserving the Heritage, as well as poor communication amongst stakeholders.
Therefore, the preservation concept suggested in the preservation of private home is
managemant stakeholders that emphasizes on communication, balance of rights and
obligations of the owner, and authority to the owner as an important stakeholder in
preservation. Another important finding in this research is that cultural processes have a
positive influence on preservation of Heritage."
2018
T50090
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Kadek Novi Febriani
"Dalam penelitian ini membahas interpretasi narasi dari berita, pemilik dan publik terkait puri kerajaan di Bali. Puri   merupakan  tempat tinggal raja yang  masih bertahan sampai saat ini walau tidak ada lagi sistem kerajaan.  Bekas istana raja tersebut masih dihuni oleh keluarganya dan dilestarikan sebagai pusat perawatan nilai-nilai seni dan  kebudayaan.  Tujuan penelitian ini mengetahui (1) nilai-nilai penting apa yang masih dipertahankan sampai saat ini dalam merawat dan melestarikan Puri, dan (2)Interpretasi dan Pembingkaian Pemilik dan Publik tentang Cagar Budaya Puri Kerajaan di  Bali. Penelitian ini menggunakan analisis model Robert Entman dan juga pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam terhadap. Raja, Bendesa (Kepala Desa Adat ) mewakili tokoh masyarakat,komunitas terkait  serta pemerintah kabupaten puri itu berada. Temuan dalam penelitian ini dari dua puri yang diteliti, narasi di media dengan  interpretasi dari pemilik dan stakeholder adalah sama. Puri menjadi bagian dari budaya di Bali karena peninggalan dari kerajaan terdahulu. Puri tidak  hanya dilestarikan sebagai warisan fisik namun juga berfungsi dalam kebudayaan, adat dan keagamaan. Selanjutnya, puri yang belum ditetapkan statusnya sebagai cagar budaya sejatinya memiliki nilai-nilai penting yang tertulis di Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya yakni, nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan. Pelestarian puri juga tidak lepas dari peran masyarakat setempat, baik warga adat maupun warga beragama Islam.

This study discusses the interpretation of narratives from news, owners and the public related to royal castles in Bali. Puri was the residence of the king who still survives today even though there is no longer a royal system.  The former king's palace is still inhabited by his family and is preserved as a centre for the care of artistic and cultural values.  The purpose of this study is to know (1) what values are still maintained today in nurturing for and preserving Puri, and (2) Interpretation and Framing of Owners and The Public about puri Royal Cultural Heritage in Bali. This study uses Robert entman's model analysis and also a qualitative approach with in-depth interviews of the king breed, Bendesa (Traditional Village Head) representing community leaders, related communities and the district government. The findings in this study are from the two castles studied, puri became part of the culture in Bali because of the relics of the previous kingdom. Puri is not only preserved as a physical heritage but also functions in culture, customs and religion. Furthermore, castles that have not been determined to have their status as cultural heritage actually have important values written in regulations “Undang-Undang Nomor 11 Tahun  2010  tentang Cagar Budaya “ which has an important value for history, science, education, religion, and /or culture. The preservation of puri is also inseparable from the role of local communities, both indigenous people and residents who are not included in indigenous village communities."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khilyatus Sholihah
"Penelitian ini bertujuan menggambarkan bagaimana proses pemugaran kedua Candi Borobudur selama periode tahun 1973-1983. Candi Borobudur merupakan cagar budaya nasional yang harus terjaga nilai budaya. Kerusakan yang menimpa Candi Borobudur yang diakibatkan oleh iklim tropis menaruh perhatian khusus Pemerintah Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah melibatkan tahapan pememilihan topik, heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Sumber primer, berupa foto dan surat kabar, ditemukan di Perpustakaan Universitas Indonesia, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dan kanal online Arsip Konservasi Borobudur. Sementara sumber sekunder berupa buku dan artikel jurnal ilmiah berasal dari Perpustakaan Universitas Indonesia, Jstor, dan beberapa website resmi lainnya. Hasil penelitian menggambarkan bahwa penyebab utama kerusakan Candi Borobudur adalah karena terkena air hujan yang masuk ke dalam tubuh candi, serta terkena paparan langsung sinar matahari. Pemerintah Indonesia Bersama UNESCO berhasil melakukan upaya pemugaran secara menyeluruh candi pada tahun 1973-1983. Kemudian dukungan para ahli dari dalam negeri serta pekerja dari komunitas lokal telah memainkan peran penting dalam mencegah kerusakan lebih lanjut pada Candi Borobudur.

This research aims to describe the restoration process of Borobudur Temple during the period of 1973-1983. Borobudur Temple is a national cultural heritage that must preserve its cultural value. The damage suffered by Borobudur Temple due to the tropical climate attracted special attention from the Indonesian Government. The research method used is the historical method involving the stages of topic selection, heuristics, verification, interpretation, and historiography. Primary sources, such as photos and newspapers, were found in the Library of Universitas Indonesia, the National Library of the Republic of Indonesia, and the online channel of the Borobudur Conservation Archive. Meanwhile, secondary sources, such as books and scientific journal articles, were obtained from the Library of Universitas Indonesia, Jstor, and several other official websites. The research results indicate that the main causes of damage to Borobudur Temple are due to rainwater entering the temple’s structure and direct exposure to sunlight. The Indonesian Government, together with UNESCO, successfully carried out a comprehensive restoration of the temple from 1973 to 1983. Furthermore, the support of domestic experts and workers from the local community has played a crucial role in preventing further damage to Borobudur Temple.Keywords: Borobudur Temple, Cultural Heritage, National Cultural Heritage, World Cultural Heritage, UNESCO, The Significance of Borobudur."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fajra Farhan Ekadj
"Masalah dalam penelitian ini diketahui adanya penurun jumlah wisatawan dan pendapatan masyarakat pada destinasi wisata Taman Arkeologi Onrust. Tujuan penelitian ini bertujuan untuk: 1) Menganalisis daya tarik wisata di kawasan cagar budaya di Pulau Cipir, 2) Menganalisis kualitas pelayanan pariwisata yang berada di Pulau Cipir, 3) Menganalisis pengaruh jumlah wisatawan Pulau Cipir terhadap pendapatan masyarakat, dan 4) Menyusun konsep ekowisata sebagai upaya menciptakan pariwisata yang berkelanjutan di Pulau Cipir. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode yang digunakan adalah metode campuran (mix methods). Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kegiatan edukasi sejarah dari Taman Arkeologi Onrust tidak cukup memikat daya tarik wisatawan. Diperlukan kegiatan lainnya untuk mendatangkan wisatawan sebagai contoh memanfaatkan wisata yang berada di Pulau Cipir. Memanfaatkan pantai yang dimiliki oleh Pulau Cipir dapat menjadi ekowisata bagi wisatawan. Kesimpulan pada penelitian ini adalah suatu destinasi di kawasan cagar budaya dapat bertahan jika terdapat nilai ekonomi yang diperoleh masyarakat setempat dan juga nilai edukasi yang diterima oleh wisatawan yang berkunjung.

The problem in this study is known to be a decrease in the number of tourists and a decrease in community income and regional budget revenue at the Onrust Archaeological Park tourist destination. The aims of this study were to: 1) Analyze tourist attractions in the cultural heritage area on Cipir Island, 2) Analyze the quality of tourism services on Cipir Island, 3) Analyze the effect of the number of tourists on Cipir Island on people's income, and 4) Develop the concept of ecotourism as a efforts to create sustainable tourism on Cipir Island. This study used a qualitative approach and the method used was a mixed method. The results of this study indicate that the historical education activities of the Onrust Archaeological Park are not sufficient to attract tourists. Other activities are needed to bring in tourists, for example, taking advantage of beach tourism on Cipir Island. T Utilizing the beach owned by Cipir Island can be ecotourism for tourists. The conclusion of this study is that a destination in a cultural heritage area can survive if there is economic value obtained by the local community and also educational value received by visiting tourists"
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>