Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 221599 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yolinda Suciliyana
"Wabah Coronavirus disease-19 (COVID-19) mengharuskan pemerintah membuat kebijakan bahwa semua kegiatan termasuk pembelajaran dilakukan secara daring. Kebijakan tersebut akhirnya mengharuskan untuk tinggal dirumah yang dimungkinkan dapat mengurangi latihan fisik pada semua orang tak terkecuali pada remaja. Latihan fisik pada remaja berkolerasi dengan tingkat efikasi diri yang tinggi. Efikasi diri dan niat tergantung pada seberapa banyak dukungan yang diterima. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan efikasi diri dan dukungan sosial dengan latihan fisik remaja pada situasi pandemi COVID-19. Penelitian menggunakan desain cross sectional pada 384 remaja di Kabupaten Banyumas. Sampel sekolah diperoleh dengan metode probability sampling dengan cara cluster sampling. Hasil analisis Chi Square menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara efikasi diri dan dukungan sosial (keluarga dan teman) dengan latihan fisik (p value=0,001 dengan OR: 2,091; p value=0,003 dengan OR: 1,892 dan p value=0,001 dengan OR: 2,052). Hasil analisis multivariat dengan regresi logistik berganda diperoleh bahwa efikasi diri menjadi faktor yang paling berhubungan dengan latihan fisik (OR: 1.791) setelah dikontrol oleh variabel lain (dukungan keluarga, dukungan teman, dan usia). Remaja yang memiliki efikasi diri tinggi dan dukungan sosial (keluarga dan teman) yang tinggi cenderung lebih aktif melakukan latihan fisik. Efikasi diri sebagai faktor dominan yang paling berhubungan dengan latihan fisik remaja pada situasi pandemi COVID-19. Remaja yang memiliki efikasi diri tinggi cenderung lebih aktif melakukan latihan fisik daripada remaja yang memiliki efikasi diri yang rendah. Penelitian ini merekomendasikan program self-efficacy: enhancement melalui teach: group untuk meningkatkan efikasi diri remaja dan dukungan sosial sebagai upaya meningkatkan latihan fisik remaja pada situasi pandemi COVID-19.

The outbreak of the Coronavirus disease-19 (COVID-19) requires the government to make a policy that all activities including learning are carried out online. The policy finally requires staying at home which is possible to reduce physical exercise for everyone, including teenagers. Physical exercise in adolescents is correlated with a high level of self-efficacy. Self-efficacy and intention depend on how much support is received. This study aims to determine the relation between self-efficacy and social support with adolescent physical exercise during the COVID-19 pandemic. The study used a cross sectional design on 384 adolescent in Banyumas. The result of Chi Square analysis showed that there was a significant relationship between aelf-efficacy and social support (family and friends) with physical exercise (p value=0,001 with OR: 2,091; p value=0,003 with OR: 1,892 dan p value=0,001 with OR: 2,052). The result of multivariate analysis with binary logistic regression showed that self-efficacy is the most related factor with physical exercise (OR: 1,791) after being controlled by other variables (family support, friend support, and age). Adolescents who have high self-efficacy and high social support (family and friends) tend to be more active in physical exercise. Selfefficacy as the dominant factor most related to adolescents physical exercise in the COVID-19 pandemic situation. Adolescents who have high self-efficacy tend to be more active in doing physical exercise than adolescents who have low self-efficacy. This study recommends a self-efficacy: enhancement program through teach: group to increase adolescents physical exercise in the COVID-19 pandemic situation."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arini Salsabila Ramadhani
"Salah satu cara pengendalian glukosa darah yaitu melakukan kepatuhan latihan fisik teratur yang dapat tercipta dengan memiliki efikasi diri yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran efikasi diri kepatuhan latihan fisik penyandang diabetes melitus tipe 2 di DKI Jakarta. Desain penelitian deskriptif dengan jumlah sampel 100 responden dan menggunakan kuesioner efikasi diri kepatuhan aktivitas fisik teratur dengan analisis univariat. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden 28% memiliki efikasi diri kepatuhan latihan fisik teratur sangat tinggi. Hasil penelitian merekomendasikan pelayanan kesehatan dapat memperkuat efikasi diri dengan memberikan edukasi kepada penyandang diabetes terkait pentingnya memiliki efikasi diri dalam melakukan latihan fisik teratur.

One way to control blood glucose is to comply with regular physical exercise which can be created by having high self-efficacy. This study aims to identify the description of self-efficacy of physical exercise compliance with type 2 diabetes mellitus in DKI Jakarta. The research design is descriptive with a sample size of 100 respondents and uses a self-efficacy questionnaire for compliance with regular physical activity with univariate analysis. The results showed the majority of respondents 28% had a very high self-efficacy of regular physical exercise adherence. The results of the study recommend that health services can strengthen self-efficacy by providing education to people with diabetes regarding the importance of having self-efficacy in doing regular physical exercise. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Samardiyah
"Persalinan merupakan fenomena yang selalu ditunggu oleh semua ibu hamil dengan usia kehamilan di atas 36 minggu. Adapun faktor yang mempengaruhi persalinan, antara lain jalan lahir atau passage, janin dan plasenta atau passanger, kekuatan atau power dan respon psikologis. Respon psikologis meliputi kepercayaan diri ibu dalam persalinan dan kelahiran disebut juga dengan childbirth self efficacy. Childbirth Self efficacy menjadi faktor yang sangat mempengaruhi kepuasan wanita dalam menghadapi persalinan.Tingkat self efficacy persalinan yang rendah akan berdampak pada terjadinya post partum depresi. Penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional dengan jumlah sampel 89 orang ibu hamil trimester tiga bertujuan menggambarkan hubungan keterlibatan senam hamil dengan tingkat self efficacy ibu hamil menghadapi persalinan, yang dilaksanankan di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat. Hasil penelitian menggunakan analisis chi square menunjukkan tidak ada hubungan keterlibatan senam hamil dengan tingkat self efficacy ibu hamil menghadapi persalinan p = 0,566 . Penelitian ini merekomendasikan analisis terhadap faktor-faktor lain yang mempengaruhi self efficacy menghadapi persalinan yang berkaitan dengan senam hamil. Kata kunci : ibu hamil, keterlibatan senam hamil, self efficacy persalinan

Labor is a highly expected phenomenon for all pregnant women with over 36 weeks of gestational age. Factors which influence birth include birth passage, fetus and placenta or passanger, power and psychological response. Psychological response cover mother rsquo s confidence in labor and birth which is also called childbirth self efficacy. Childbirth Self efficacy is a factor which significantly affects women rsquo s satisfaction in facing labor. Low level of childbirth self efficacy will lead to postpartum depression. Quantitative research with cross sectional approach with total sample of 89 pregnant women in the third trimester aimed to describe the relation between pregnancy exercise involvement and level of self efficacy of pregnant women facing labor. It was performed in the Public Health Center of Kebon Jeruk Sub District, West Jakarta. The research result used chi square analysis, showing no relation between pregnancy exercise involvement and level of self efficacy of pregnant women facing labor p 0,566 . This study recommended analysis of other factors affecting self efficacy in facing labor related to pregnancy exercise. Keywords pregnant women, pregnancy exercise involvement, childbirth self efficacy
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Ryanindya
"Kurangnya aktivitas fisik dapat meningkatkan risiko banyak penyakit tidak menular seperti obesitas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan perbedaan kebiasaan sarapan, self-efficacy, dukungan keluarga, dukungan teman, keamanan lingkungan, dan status sosial ekonomi pada aktivitas fisik berdasarkan jenis kelamin. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dan dilaksanakan pada bulan April 2019 di SMAN 39 Jakarta. Total sampel penelitian ini adalah 230 siswa dari kelas 10 dan 11. Data aktivitas fisik diperoleh dari PAQ-A. Kebiasaan sarapan, efikasi diri, dukungan keluarga, dukungan teman, keselamatan lingkungan, dan data status sosial ekonomi diperoleh dari kuesioner yang diadaptasi dari Persepsi Aktivitas Fisik Skala Self-Efficacy Untuk Remaja, Dukungan Sosial Sallis dan Survei Latihan, NEWS-Y, dan FAS II . Analisis univariat dan bivariat dengan uji chi-square, uji non-parametrik, dan analisis stratifikasi dilakukan dalam penelitian ini. Hasilnya 48,3% siswa memiliki aktivitas fisik yang tidak mencukupi, dukungan keluarga memiliki perbedaan signifikan pada aktivitas fisik anak perempuan, dan dukungan teman memiliki perbedaan signifikan pada aktivitas fisik anak perempuan dan laki-laki. Intervensi yang difokuskan untuk meningkatkan dukungan keluarga pada anak perempuan dan dukungan teman dalam bentuk intervensi kelompok diperlukan.

Lack of physical activity can increase the risk of many non-communicable diseases such as obesity. The purpose of this study is to determine differences in breakfast habits, self-efficacy, family support, friend support, environmental safety, and socioeconomic status on physical activity based on sex. This research is a cross-sectional study and was conducted in April 2019 at SMAN 39 Jakarta. The total sample of this study was 230 students from grades 10 and 11. Physical activity data were obtained from PAQ-A. Breakfast habits, self-efficacy, family support, friend support, environmental safety, and socioeconomic status data were obtained from a questionnaire adapted from the Physical Activity Perceptions Self-Efficacy Scale for Youth, Social Support Sallis and Exercise Survey, NEWS-Y, and FAS II. Univariate and bivariate analysis with chi-square test, non-parametric test, and stratification analysis were conducted in this study. The result 48.3% of students have insufficient physical activity, family support has a significant difference in physical activity of girls, and peer support has a significant difference in physical activity of girls and boys. Interventions that are focused on increasing family support for girls and peer support in the form of group intervention are needed."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiveni Elisabhet
"Masa Pandemi COVID-19 menjadi masalah serius dan berdampak pada kehidupan terutama di dunia pendidikan. Adanya perubahan metode belajar dari tatap muka menjadi daring menimbulkan efek yang beragam pada mahasiswa keperawatan terutama pada masalah kesehatan jiwa dan kemampuan mereka dalam mengatasi tantangan yang terjadi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor yang paling berhubungan dengan efikasi diri dalam pembelajaran mahasiswa keperawatan dimasa transisi pandemi COVID-19. Metode penelitian menggunakan kuantitatif dengan desain deskriptif korelasi menggunakan pendekatan cross sectional dan regresi logistik berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan variabel yang paling berhubungan pada efikasi diri adalah tingkat kecemasan dan dukungan sosial. Variabel tingkat kecemasan menjadi peluang terbesar untuk meningkatkan efikasi diri mahasiswa keperawatan dengan nilai odd ratio 112,316. Pihak pendidikan perlu menambahkan mata kuliah elektif manajemen stress menjadi mata kuliah dasar pada mata kuliah konsep dasar keperawatan. Peneliti berikutnya dapat melihat dukungan sosial yang lebih bermanfaat dalam 3 dimensi seperti dukungan sosial keluarga, dukungan sosial teman dan orang penting terhadap penurunan tingkat kecemasan dan meningkatkan efikasi diri mahasiswa keperawatan semester II di Fakultas Ilmu Keperawatan Indonesia.

The COVID-19 pandemic has become a serious problem and has an impact on life, especially in the world of education. The change in learning methods from face-to-face to online has various effects on nursing students, especially on mental health problems and their ability to cope with the challenges that occur. The purpose of this study was to determine the factors most related to self-efficacy in nursing student learning during the COVID-19 pandemic transition. The research method uses a quantitative descriptive correlational design using a cross sectional approach and multiple logistic regression. The results of this study indicate that the variables most related to self-efficacy are the level of anxiety and social support. The anxiety level variable is the biggest opportunity to increase nursing students' self-efficacy with an odd ratio value of 112,316. The education sector needs to add stress management elective courses to be basic courses in basic nursing concepts. The next researcher can see that social support is more useful in 3 dimensions such as family social support, social support from friends and important people to reduce anxiety levels and increase self-efficacy of second semester nursing students at the Indonesian Faculty of Nursing."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erika Marsha Kurniawan
"Pendahuluan: Respon mahasiswa dalam menghadapi OSCE berbeda-beda, namun sebagian besar mahasiswa mengalami kecemasan. Pada kondisi seperti ini, dibutuhkan dukungan sosial baik dari keluarga maupun kerabat dekat dan efikasi diri yang baik. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk meninjau hubungan efikasi diri dan dukungan sosial dengan aspek psikologis pada pengalaman mengikuti OSCE. Metode: Penelitian menggunakan studi cross-sectional dengan melibatkan 118 ners di DKI Jakarta yang telah mengikuti OSCE dengan metode purposive sampling. Variabel penelitian terdiri dari sosiodemografi, efikasi diri menggunakan GSE, dukungan sosial menggunakan ESSI, dan aspek psikologis menggunakan DASS-21. Analisis data menggunakan uji chi-square dan Mann-Whitney. Hasil: Uji Chi-square menunjukkan adanya hubungan antara efikasi diri dengan aspek psikologis (p=0,000) dan terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan aspek psikologis (p=0,004). Kesimpulan: Hasil penelitian ini menemukan adanya hubungan signifikan antara efikasi diri dan dukungan sosial dengan aspek psikologis. Dengan demikian, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi institusi pendidikan untuk lebih memperhatikan kondisi psikologis mahasiswa, khususnya saat akan OSCE.

Introduction: Nursing student responses to OSCE vary, but most experience anxiety. In this condition, social support from both family and close relatives is needed. Therefore, this study aims to examine the relationship between self-efficacy and anxiety levels during the experience of participating in OSCE. Methods: This cross-sectional study involved 118 nursing students in DKI Jakarta who had participated in OSCE through purposive sampling. The research variables consisted of sociodemographics, self-efficacy using GSE, social support using ESSI, and psychological aspects using DASS-21. Data analysis used chi-square and Mann-Whitney. Results: Chi-square test showed a relationship between self-efficacy and psychological aspects (p=0.000) and a relationship between social support and psychological aspects (p=0.004). Conclusion: The results of this study found a significant relationship between self-efficacy and social support with psychological aspects. Thus, the results of this study are expected to be a consideration for educational institutions to pay more attention to the psychological condition of students, especially when going to OSCE."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Chairina
"Dalam menghadapi tantangan selama proses Belajar dari Rumah (BdR), siswa perlu mengembangkan academic buoyancy, yaitu kemampuan untuk mengatasi kemunduran dan tantangan akademik sehari-hari. Peran orang tua selama pandemi menjadi penting karena siswa lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah strength-based parenting (SBP), sebuah pendekatan pengasuhan yang menekankan pada identifikasi dan pengembangan kekuatan anak, memprediksi academic buoyancy melalui academic self-efficacy, social self-efficacy, dan emotional self-efficacy. Penelitian dilakukan terhadap 238 siswa SMA di Indonesia. Alat ukur yang digunakan adalah Strength-Based Parenting Scale, Self-Efficacy Questionnaire for Children, dan Academic Buoyancy Scale. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SBP berkorelasi positif dengan academic buoyancy (r = 0,33, p < 0,01). Academic self-efficacy dan emotional self-efficacy masing-masing memediasi hubungan antara SBP dan academic buoyancy (a1b1 = 0,05, BootCI 95% [0,03, 0,07]; a3b3 = 0,03, BootCI 95% [0,01, 0,05]). Social self-efficacy tidak ditemukan memiliki peran mediasi (a2b2 = -0,00, BootCI 95% [-0,02, 0,01]). Ketika orang tua mengenali dan mengembangkan kekuatan yang siswa miliki, maka siswa akan merasa yakin dengan kemampuannya untuk melakukan tugas akademik dan mengatasi emosi negatif. Dengan demikian, siswa akan lebih mudah mengatasi kemunduran dan tantangan akademik yang dialami selama menjalani BdR.

To overcome adversities during Belajar dari Rumah (BdR) period, students need to develop academic buoyancy, described as ‘the ability to deal with daily academic setbacks and challenges’. Parents’ role during BdR is important since students spend more time at home. This study aims to investigate the relationship between strength-based parenting (SBP) and academic buoyancy through academic self-efficacy, social self-efficacy, and emotional self-efficacy. 238 high school students in Indonesia participated in this study. Strength-Based Parenting Scale, Self-Efficacy Questionnaire for Children, and Academic Buoyancy Scale were used to measure the variables. The results showed that SBP positively correlated with academic buoyancy (r = 0.33, p <0.01). Academic self-efficacy and emotional self-efficacy serve as unique mediators in the relationship between SBP and academic buoyancy (a1b1 = 0.05, BootCI 95% [0.03, 0.07]; a3b3 = 0.03, BootCI 95% [0.01, 0.05]). Meanwhile, the role of social self-efficacy as mediator is not significant (a2b2 = -0.00, BootCI 95% [-0.02, 0.01]). When parents identify and cultivate their children’s strengths, children will believe in their ability to carry out academic tasks and deal with negative emotions which in turn help them overcome setbacks and challenges during BdR."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azka Ilman Sukardi
"Situasi pascapandemi Covid-19 membuat mahasiswa tahun pertama harus beradaptasi dengan dua jenis masa transisi yang unik, yakni perubahan lingkungan belajar dan metode belajar. Kedua perubahan ini meningkatkan kemungkinan mereka untuk mengalami perasaan negatif seperti stres, keterpencilan, kesepian, dan depresi. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi hal tersebut adalah efikasi diri akademik. Penelitian ini ingin mengetahui hubungan antara persepsi dukungan sosial dengan efikasi diri akademik. Partisipan adalah 167 mahasiswa tahun pertama Universitas Indonesia. Persepsi dukungan sosial diukur menggunakan Multidimensional Scale of Perceived Social Support dan efikasi diri akademik diukur menggunakan The Academic Self-Efficacy Scale. Hasil penelitian menunjukan hubungan yang signifikan dari sumber persepsi dukungan sosial keluarga (r = 0,369, p < 0,01), teman (r = 0,258, p < 0,01), dan figur signifikan (r = 0,196, p < 0,01). Selanjutnya, hanya keluarga yang memiliki pengaruh positif signifikan terhadap efikasi diri akademik (B = 0,59, p = 0,000). Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi institusi terkait, pengembang LMS, ataupun pihak terkait lainnya dalam memberikan wadah serta dukungan yang tepat bagi mahasiswa tahun pertama.

Post-Covid-19 pandemic situation has forced first-year college students to adapt to two unique types of transitions, namely changes in the learning environment and learning methods. Both of these changes increase their likelihood of experiencing negative feelings such as stress, isolation, loneliness and depression. One of the factors that can influence this is academic self-efficacy. This study wanted to know the relationship between perceived social support and academic self-efficacy. Participants were 167 first year students at the University of Indonesia. Perceived social support were measured using the Multidimensional Scale of Perceived Social Support and academic self-efficacy was measured using The Academic Self-Efficacy Scale. The results showed a significant relationship from the source of perceived social support family (r = 0.369, p < 0.01), friends (r = 0.258, p < 0.01), and a significant others (r = 0.196, p < 0.01). Furthermore, only family had a significant positive effect on academic self-efficacy (B = 0.59, p = 0.000). This research is expected to be a foundation for related institutions, LMS developers, or other related parties in providing the right platform and support for first year college students."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Hasbi Asshiddiq
"HIV merupakan masalah kesehatan yang serius di Indonesia. Terjadi Peningkatan kasus ODHIV dari tahun ke tahun. Rendahnya efikasi diri untuk mengelola HIV menyebabkan ODHIV tidak patuh pengobatan, kesulitan menghadapi stigma dan diskriminasi, bahkan berdamai dengan diri sendiri. Ada tiga faktor yang dapat memprediksi efikasi diri, yaitu faktor lingkungan, kognitif dan tingkah laku. Penelitian ini menggunakan pemaafan, perspektif hidup dan dukungan sosial dalam kerangka teori sosial kognitif. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan alat ukur Heartland Forgiveness Scale (HFS), Life Regard Index Revised (LRI-R), The Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) dan Self Efficacy for Managing Chronic Disease (SEMCD). Responden sebanyak 82 orang dengan rentang usia 21-43 tahun merupakan ODHIV dari populasi kunci LSL Penelitian menemukan ketiga variabel bebas memprediksi variabel terikat secara signifikan dan simultan. Jika dilihat peran dari variabel bebas, hanya variabel pemaafan dan perspektif hidup yang dapat memprediksi variabel terikat secara signifikan dan positif. Pada variabel pemafaan, hanya dimensi pemaafan diri yang memprediksi variabel terikat secara signifikan. Studi diharapkann dapat menambah literatur terkait isu HIV di Indonesia. Selain itu, hasil penelitian ini juga menjadi dasar dalam penanganan HIV dari pandangan psikososial.

HIV is a serious health problem in Indonesia. There has been an increase in PLHIV cases from year to year. Low self-efficacy for managing HIV causes PLHIV to not adhere to treatment, difficulty facing stigma and discrimination, and make peace with themselves. There are three factors that can predict self-efficacy, environmental, cognitive and behavioral factors. This study uses forgiveness, life perspectives and social support within the framework of cognitive social theory. This study used a quantitative method using the Heartland Forgiveness Scale (HFS), Life Regard Index Revised (LRI-R), The Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) and Self Efficacy for Managing Chronic Disease (SEMCD). Respondents were 82 people with an age range of 21-43 years who were PLHIV from the key population MSM. The study found that three independent variables significantly and simultaneously predicted the dependent variable. If we look at the role of the independent variables, only forgiveness and life perspective variables can predict the dependent variable significantly. In the variable of forgiveness, only the dimension of self-forgiveness predicts the dependent variable significantly. The study is expected add the literature related to HIV issues in Indonesia. This study can be the basis for treating HIV from a psychosocial perspective."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pramwidya Mazmur Novia
"Masa remaja adalah masa untuk memilih dari berbagai macam pilihan yang berkaitan dengan karier masa depan. Salah satunya adalah memilih peminatan di SMA yang dalam kurikulum 2013 dilakukan pada waktu siswa duduk di kelas 10. Proses memilih peminatan erat kaitannya dengan efikasi diri pengambilan keputusan karier. Salah satu faktor yang dapat membantu siswa untuk dapat mencapai efikasi diri pengambilan keputusan karier adalah persepsi siswa mengenai dukungan sosial yang didapatkan dari guru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan persepsi mengenai dukungan dari guru, yaitu guru bidang studi dan guru BP/BK, dengan efikasi diri pengambilan keputusan karier pada siswa SMA kelas 10. Partisipan penelitian ini terdiri dari 200 orang siswa SMA kelas 10 di Depok yang telah memilih peminatan.Persepsi dukungan guru diukur menggunakan Teacher Support Scale dari McWhirter (1997, dalam Metheny, McWhirter, & O’Neil, 2008) dan efikasi diri pengambilan keputusan karier diukur dengan Career Decision Self-Efficacy Scale dari Taylor dan Betz (1983, dalam Taylor & Betz, 2006) yang telah diadaptasi dan dimodifikasi oleh peneliti. Korelasi antara persepsi dukungan guru, baik guru bidang studi maupun guru BP/BK, dengan efikasi diri pengambilan keputusan karier menunjukkan hasil yang signifikan. Hasil akan didiskusikan lebih lanjut.

Adolescence is a time to choose from a wide variety of career options related to the future. One of them is to choose a specialization in high school which in the Kurikulum 2013 performed when students sitting in 10th grade. The process of selecting specialization is closely related to career decision-making self-efficacy. One of the factors that can help adolescents reach their career decision-making self-efficacy is the perception of students regarding social support obtained from the teacher. The purpose of this study was to determine the relationship of perceived support from teachers, which is divided as subject teachers and schoolcouselors, with the career decision-making self-efficacy on 10th grade students in high school. The participants of this study are 200 10th grade students in senior high school in Depok who have chosen specialization. Perceived teacher support was measured using the Teacher Support Scale from McWhirter (1997, in Metheny, McWhirter, & O'Neil, 2008 ), and career decision-making self-efficacy was measured using the Career Decision Self -Efficacy Scale from Taylor and Betz (1983, in Taylor & Betz, 2006) which has been adapted and modified by the researcher. The correlation between perceived teacher support, both subject teachers and school-counselors, with career decision-making self-efficacy showed significant results. The results will be discussed further.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S53178
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>