Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162240 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lathifatul Awalin
"Pasien COVID-19 derajat berat sangat bergantung pada terapi oksigen yang diberikan. Pasien COVID-19 yang dirawat di ICU menggunakan High Flow Nasal Canula (HFNC), Non Invasive Ventilation (NIV), atau Ventilator Mekanik sebagai alat bantu pemberian terapi oksigen. Penggunaan alat bantu terapi oksigen tersebut menyebabkan pasien mengalami tirah baring lebih dari 7 hari sehingga berpotensi terjadinya kelemahan otot pada pasien yang mengalami tirah baring lama. Untuk mencegah dan mengatasi kelemahan otot yang dialami pasien, perlu dilakukan intervensi keperawatan latihan Range of Motion (ROM) secara rutin. Studi kasus ini akan menggambarkan penerapan ROM untuk meningkatkan kekuatan otot pasien COVID-19 derajat berat dengan tirah baring lama di ruang ICU Non Ventilator RSUI Depok, pasien laki-laki usia 53 tahun dengan kelemahan otot ekstremitas bawah diberikan intervensi Range of Motion selama 2 kali sehari selama 6 hari dengan durasi 15-20 menit. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kekuatan otot mengalami peningkatan pada ekstremitas bawah yang semula skor kekuatan otot 5444/5444 menjadi 5555/5555. Kesimpulan: latihan Range of Motion efektif dalam meningkatkan kekuatan otot pasien COVID-19 dengan tirah baring lama.

Patients with severe COVID-19 are depend on oxygen therapy. High Flow Nasal Canula (HFNC), Non Intensive Ventilator (NIV), and Mechanical Ventilator are devices to deliver oxygen therapy. Application of oxygen therapy devices causes the patient have to be bed rest for more than 7 days so there is potential risk muscle weakness in patients. Range of Motion exercise maintains patient’s muscle strength. This case report will describe application of Range of Motion exercise to improve muscle strength of severe COVID-19 patient in ICU non ventilator RSUI Depok, a 53-years-old male patients with severe COVID-19 with muscle weakness in his lower extremity received Range of Motion exercise twice a day for 6 days with 15-20 minutes duration each exercise. The results showed there is an improvement of lower extremity muscle strength from 5444/5444 to 5555/5555. Conclusion: Range of Motion exercise can improve muscle strength of severe COVID-19 patients with bed rest."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Nurkuswari Putri
"Masyarakat perkotaan memiliki gaya hidup yang kurang sehat, mulai dari padatnya daerah tempat tinggal, pola makan yang kurang baik, kebiasaan beraktivitas yang buruk, ditambah semakin meningkatnya populasi lanjut usia yang merupakan kelompok populasi rentan. Semakin meningkatnya kelompok lansia di daerah perkotaan, maka kesempatan lansia untuk menderita penyakit kronik juga semakin meningkat, salah satu nya adalah prevalensi penyakit sendi di Indonesia, yang salah satu jenisnya adalah penyakit gout arthritis. Beberapa karakteristik masyarakat perkotaan yang telah disebutkan merupakan salah satu dari banyak faktor yang dapat menyebabkan masalah gout arthritis pada lansia. Karya ilmiah ini dibuat untuk mengetahui efektifitas dari latihan fisik berupa rentang pergerakan sendi terhadap penurunan kadar asam urat. Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama empat minggu, klien menunjukkan penurunan kadar asam urat sebanyak 1.6 mg/dL dari 8.1 mg/dL menjadi 6.5 mg/dL. Penerapan intervensi dapat lebih efektif jika waktu intervensi lebih lama dan dukungan keluarga terhadap klien adekuat.

Urban communities have an unhealthy lifestyle, such as the density of living areas, poor diet, poor activity habits, thus the increasing elderly population which is a vulnerable population group. The increasing number of elderly people in urban areas makes opportunity for the elderly to suffer from chronic diseases also increases, which is the prevalence of gout arthritis. Some characteristics of urban communities that have been mentioned can cause gout problems in elderly. This scientific work was made to determine the effectiveness of physical exercise (ergonomic gymnastics and the range of motion) to decrease uric acid levels. Writer had done the nursing intervention for four weeks and the client showed a decrease in uric acid levels of 1.6 mg / dL from 8.1 mg / dL to 6.5 mg / dL. The greatest result can be obtained if the time of intervention is longer and the client has an adequate family support"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ihsan Taufiq
"Ulkus kaki diabetik adalah komplikasi kronik diabetes melitus yang mengakibatkan kerusakan kulit yang dapat meluas ke tendon, otot, tulang atau persendian. Ulkus kaki, infeksi, neuroarthropati dan penyakit arteri perifer mengakibatkan gangren dan amputasi ekstremitas bagian bawah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh latihan ROM ankle terhadap proses penyembuhan ulkus kaki diabetik di rumah sakit di propinsi Lampung. Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimen pre post test dengan kelompok kontrol, melibatkan 7 responden kelompok intervensi dan 7 responden kelompok kontrol. Teknik pengambilan sampel dengan non probability consecutive sampling.
Penelitian ini menggunakan t test, diperoleh hasil adanya perbedaan yang signifikan rata-rata skor penyembuhan ulkus kaki diabetik antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah dilakukan latihan ROM ankle (p= 0,001; α = 0,05 ). Demikian juga terbukti tidak ada hubungan antara lama sakit DM (p = 0,656 ; α = 0,05), GDN (p = 0,648 ; α = 0,05), GDPP (p = 0,883 ; α = 0,05) dan infeksi ulkus (p = 1,000; α = 0,05) dengan skor penyembuhan ulkus kaki diabetik.
Peneliti memberikan saran agar latihan ROM ankle dapat diterapkan pada perawatan ulkus kaki diabetik sesuai dengan formula yang ada. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan dengan jenis gerakan yang lain, melibatkan tidak hanya sendi ankle. Selain itu dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar.

Diabetic foot ulcer is a chronic complication of diabetes melitus disease resulting in destructruction of skin that can spread to tendons, muscles, bones or joints. Foot ulcers, infections, neuroarthropati and peripheral arterial disease lead to gangrene and amputation of the lower extremities. The purpose of this study was to determine the effect of ankle ROM exercises on the healing of diabetic foot ulcers in the hospital province of Lampung. This study used quasi-experimental design pre-post test with control group. This study recruited 7 respondents intervention group and 7 respondents control group by non probability consecutive sampling.
The t test result showed that there was a significant difference in the mean score of the healing of diabetic foot ulcers between the intervention and control group after ankle ROM exercise (p = 0.001; α = 0.05). There are no relationship among the illness period of DM (p = 0.656; α = 0.05), GDN (p = 0,648 ; α = 0,05), GDPP (p = 0,883 ; α = 0,05) and ulcers infection (p = 1.000; α = 0,05) with a score of healing diabetic foot ulcers.
The researcher suggested that ankle ROM exercises could be applied to the diabetic foot ulcers care in accordance with the existing formula. Further research needs to be done with other types of movement, involving not only the ankle joint, but also other parts of joints. In addition the study should be recruite a larger number of samples.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Devy Dwiwanti
"Stroke non hemoragik adalah sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak yang berlangsung secara mendadak yang dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan yang menetap diakibatkan dari gangguan pembuluh darah otak. Lansia dengan stroke akan mengalami kelemahan pada anggota tubuhnya, sehingga lansia sulit dalam melakukan mobilisasi dan melakukan aktivitas kesehariannya. Penulis memberikan asuhan keperawatan pada kakek S usia 72 tahun dengan diagnosa keperawatan utama hambatan mobilisasi fisik. Untuk mengatasi hambatan mobilisasi lansia, dilakukan intervensi keperawatan Range of Motion (ROM) dan senam Tai Chi. Tujuan dari karya ilmiah ini untuk memberikan gambaran penerapan ROM dan senam Tai Chi dengan klien stroke. Metode yang digunakan adalah case report. Penulis memberikan intervensi keperawatan ROM dan senam Tai Chi yang termasuk dalam intervensi melakukan aktivitas terjadwal. Asuhan keperawatan dilakukan selama Sembilan hari untuk ROM dan enam kali untuk senam Tai Chi. Hasil dari ROM dan senam Tai Chi menunjukkan adanya peningkatan satu skala pada ekstremitas kanan atas dan bawah yang mengalami hemiparesis dan meningkatkan keseimbangan lansia. Adanya hasil tersebut diharapkan ROM dan senam Tai Chi dapat diterapkan pada asuhan keperawatan di PSTW sebagai alternatif terapi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan otot dan keseimbangan lansia terutama pada lansia stroke.

Non-hemorrhagic stroke is a clinical syndrome with symptoms of sudden disturbance of brain function that can result in death or permanent disability due to vascular disorders of the brain. Elderly people with stroke will experience weakness in their limbs, so it is difficult for the elderly to mobilize and carry out their daily activities. The author provides nursing care to grandfather S aged 72 years with a primary nursing diagnosis of physical mobilization barriers. To overcome the barriers to mobilization of the elderly, Range of Motion (ROM) nursing interventions and Tai Chi exercises were carried out. The purpose of this scientific work is to provide an overview of the application of ROM and Tai Chi exercises with stroke clients. The method used is a case report. The author provides ROM nursing interventions and Tai Chi exercises which are included in the intervention to perform scheduled activities. Nursing care was carried out for nine days for ROM and six times for Tai Chi exercises. The results of ROM and Tai Chi exercise showed an increase in one scale in the right upper and lower extremities that experienced hemiparesis and increased balance in the elderly. With these results, it is hoped that ROM and Tai Chi exercises can be applied to nursing care at PSTW as an alternative therapy that can be used to increase muscle strength and balance in the elderly, especially in stroke elderly."
Depok: Fakultas ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliastati
"Keterbatasan fungsi motorik kasar merupakan salah satu masalah yang sering terjadi pada anak dengan tuna grahita sedang. Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan gangguan ini diantaranya adalah dengan melakukan latihan rentang gerak sendi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara latihan rentang gerak sendi pada ekstremitas bawah terhadap kekuatan otot dan luas gerak sendi anak dengan tuna grahita sedang. Desain yang digunakan adalah quasi-experimental dengan control group pretest-postest design. Sampel berjumlah 30 anak di dua sekolah luar biasa di Bogor. Hasilnya menunjukkan ada peningkatan kekuatan otot dan luas gerak sendi lutut dan panggul pada kelompok intervensi. Latihan ini dapat membantu anak tuna grahita meningkatkan fungsi motoriknya dan dapat dikembangkan di sekolah.

Limitations of gross motor function is one problem that often occurs in children with mental retardation. Joint range of motion exercises are one of the efforts that can be done to deal with clients with limited motor function. This study aims to determine the relationship between joint range of motion exercises on lower limb muscle strength and extent of joint motion children with moderate mental retardation. The design used was quasi-experimental with the control group pretest-postest design. Sample are 30 children at two SLB in Bogor. The results showed increase in muscle strength and extent of knee and hip joint motion in the intervention group. This exercise can be used to help children with limited motor function improving their motor function and can be developed into one of the programs in SLB."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Afifa Annrust Fatina
"Multiple Sclerosis merupakan penyakit kronis, progresif, dan degenerative yang ditandai dengan adanya demielinasi atau peradangan dan kerusakan pada selubung mielin di sistem saraf pusat. Manifestasi klinis pada Multiple Sclerosis tergantung pada lokasi keterlibatan pada sistem saraf pusat. Namun manifestasi klinis yang paling umum terjadi pada pasien dengan Multiple Sclerosis adalah tremor, kelemahan otot, gangguan penglihatan (sulit fokus, buram), dan masalah pada eliminasi (konstipasi). Analisis dilakukan pada pasien perempuan berusia 18 tahun yang diduga mengalami Multiple Sclerosis. Masalah keperawatan yang muncul adalah gangguan mobilitas fisik, konstipasi, risiko jatuh, dan risiko infeksi. Tujuan penulisan ini yaitu memaparkan hasil analisis asuhan keperawatan dengan menggunakan latihan Motor Imagery (MI) yang dikombinasikan dengan latihan Range of Motion (ROM) untuk meningkatkan kekuatan otot pada pasien. Latihan dilakukan selama tiga hari (15, 17-18 April 2023) dengan setiap latihan berdurasi 15-20 menit pada pagi hari. Intervensi keperawatan menghasilkan bahwa tidak ada perubahan dalam kekuatan otot, namun tremor saat duduk berkurang dan pasien melaporkan peningkatan motivasi untuk sembuh secara subjektif. Kesimpulannya, latihan Motor Imagery dan Range of Motion merupakan latihan yang mudah, murah, dan tidak ada efek samping, namun mungkin akan lebih efektif apabila dilakukan dengan waktu dan frekuensi yang lebih lama.

Multiple Sclerosis is a chronic, progressive and degenerative disease characterized by demyelination or inflammation and damage to the myelin sheath in the central nervous system. Clinical manifestations in Multiple Sclerosis depend on the location of involvement in the central nervous system. However, the most common clinical manifestations in patients with Multiple Sclerosis are tremor, muscle weakness, visual disturbances (difficulty focusing, blurring), and problems with elimination (constipation). The analysis was performed on an 18-year-old female patient suspected of having Multiple Sclerosis. Nursing problems that arise are impaired physical mobility, constipation, the risk of falling, and the risk of infection. The purpose of this writing is to present the results of an analysis of nursing care using Motor Imagery (MI) exercises combined with Range of Motion (ROM) exercises to increase muscle strength in patients. The exercises were carried out over three days (15, 17-18 April 2023) with each exercise lasting 15-20 minutes in the morning. The nursing intervention resulted in no change in muscle strength, but the tremor while sitting was reduced and the patient reported subjectively increased motivation to recover. In conclusion, Motor Imagery and Range of Motion exercises are easy, inexpensive, and have no side effects, but may be more effective if done with a longer time and frequency."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kiki Hardiansyah Safitri
"Stimulus sensorik merupakan salah satu dari intervensi keperawatan komplementer yang membantu mengatasi masalah gangguan kelemahan (hemiparesis). Hipnoterapi merupakan terapi potensial yang menggunakan sugesti positif sebagai input sensoris dalam merangsang pusat somatosensoris untuk perencanaan dan pemrograman gerakan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi pengaruh hipnoterapi terhadap peningkatan kekuatan otot dan rentang pergerakan sendi pada ekstermitas. Desain penelitian kuasi-eksperimen dengan pendekatan nonequivalent control group pre?posttest design dengan purposive sampling sebanyak 44 responden. Kelompok kontrol diberikan perlakuan latihan range of motion (ROM) sedangkan kelompok intervensi diberikan latihan ROM dan hipnoterapi.
Terdapat peningkatan kekuatan otot dan rentang pergerakan sendi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi sesudah 10 kali intervensi. Namun analisa lebih lanjut juga terdapat perbedaan yang signifikan diantara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p value < 0,05). Diperlukan penelitian lanjutan dengan homogenitas sampel yang lebih baik dan situasi yang lebih terkontrol.

Sensory stimulus exercise is one of activity in the complementary nursing interventions to overcome weakness (hemiparesis). Hypnotherapy is a potential therapy utilizes art of persuasive communication as the sensory input to provoke the somatosensory center in planning and programming movement.
This study aimed to identify the effect of hypnotherapy to increase muscle strength and range of motion the joints extremity. Quasi-experimental designs with purposive sampling 44 samples. Control group were given range of motion (ROM) exercise and experiment group were given ROM exercise and hypnotherapy.
There were significant effect in both experiment and control group to increase muscle strength and range of motion. Further analysis also getting significant differences between control and experiment group (p value < 0,05). Require further research with better homogeneity sample and more controlled situation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T45499
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Listyani Herman
"Cedera medula spinalis (CMS) adalah kondisi cedera pada medula spinalis yang ditandai dengan gangguan pada komponen motorik, sensorik, serta otonom. Severitas gangguan yang terjadi sesuai dengan klasifikasi ASIA Impairment Scale (AIS) dan level neurologis. Salah satu gangguan yang biasa ditemui adalah kelemahan otot pernapasan. Kekuatan otot inspirasi digambarkan dengan nilai Maximal Inspiratory Pressure (MIP), diukur dengan manometer otot pernapasan (MicroRPM®), dan  ditingkatkan dengan latihan kekuatan otot inspirasi. Tesis ini disusun untuk mengetahui rerata MIP sebelum dan setelah latihan otot inspirasi menggunakan Threshold Inspiratory Muscle Trainer (threshold IMT®) pada pasien CMS fase kronis. Desain menggunakan studi intervensi one group pre and post-test. Sebelas orang penderita CMS AIS A-D dan level neurologis C5-T6 diberikan latihan otot inspirasi dengan beban sebesar 30% MIP yang disesuaikan berdasarkan pengukuran MIP setiap minggu. Latihan dengan durasi 30 menit/hari dan frekuensi 5 hari/minggu selama 6 minggu. Uji Wilcoxon digunakan untuk membandingkan data MIP sebelum dan setelah latihan selama 6 minggu. Nilai tengah MIP sebelum dan setelah latihan didapatkan sebesar 38 (30-85) cmH2O dan 85 (56-126) cmH2O dengan nilai p<0,05. Simpulan: terjadi peningkatan kekuatan otot inspirasi setelah latihan menggunakan threshold IMT pada pasien CMS fase kronis.

 


Spinal cord injury (SCI) is injury of the spinal cord characterized by disorders of the motor, sensory, and autonomic components. The severity depends on the ASIA Impairment Scale (AIS) classification and neurological level. The common problems is respiratory muscle weakness so sufferers tend to experience respiratory complications. Inspiratory muscle strength is illustrated by Maximal Inspiratory Pressure (MIP) value, measured using respiratory muscle manometer (MicroRPM®), and enhanced by inspiratory muscle strength training. This thesis is structured to determine the average MIP before and after inspiratory muscle training using Threshold Inspiratory Muscle Trainer (threshold IMT®) in chronic phase SCI patients. The study design used one group pre and post-test intervention study. Eleven people with SCI AIS A-D and neurological level C5-T6 were given inspiratory muscle training with load 30% MIP adjusted according to weekly MIP measurements. The duration is 30 minutes / day and  frequency is 5 days / week for 6 weeks. The Wilcoxon test was used to compare MIP data before and after exercise for 6 weeks. The median MIP before and after exercise was 38 (30-85) cmH2O and 85 (56-126) cmH2O with p <0.05. Conclusion: increase in inspiratory muscle strength after exercise using threshold IMT in chronic phase SCI.

 

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shedy Maharani Nariswari
"ABSTRAK
Stroke merupakan salah satu penyebab mayor disabilitas dan merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia karena stroke juga berkontribusi pada tingginya angka kematian dan morbiditas. Defisit motorik adalah dampak stroke yang paling jelas dan mempengaruhi sebagian besar pasien. Karya ilmiah ini bertujuan untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan dengan menggunakan praktik berbasis bukti pada kasus pasien stroke hemiparesis dengan intervensi latihan rentang gerak awal dan pasif. Penilaian kekuatan otot dilakukan menggunakan Tes Grading Otot Manual. Intervensi keperawatan untuk hemiparesis dilakukan dengan melaksanakan Latihan Rentang Gerak Dini dan Bilateral yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot dan meningkatkan kelenturan otot. Intervensi ini dilakukan selama 3 hari dan berlangsung selama 30 menit. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kekuatan otot pada ekstremitas yang mengalami paresis dari skor 3 menjadi 4, pasien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri, mobilisasi berjalan, dan tidak ada komplikasi yang berhubungan dengan imobilisasi. Intervensi latihan ROM dini dan bilateral pada kedua ekstremitas direkomendasikan untuk diterapkan dalam layanan keperawatan terutama bangsal stroke sebagai tindakan keperawatan independen bersama dengan komponen asuhan lainnya yang terdiri dari pengobatan kolaboratif dan perubahan gaya hidup (diet dan penghentian merokok).
ABSTRACT
Stroke is one of the main causes of disability and is a health problem throughout the world because stroke also contributes to high mortality and morbidity. Motor deficit is the most obvious stroke effect and affects a large proportion of patients. This scientific work aims to provide an overview of nursing care using evidence-based practice in cases of hemiparesis stroke patients with early and passive range of motion training interventions. The assessment of muscle strength was carried out using the Manual Muscle Grading Test. Nursing intervention for hemiparesis is carried out by carrying out Early and Bilateral Range of Motion Exercises which aim to increase muscle strength and increase muscle flexibility. This intervention was carried out for 3 days and lasted 30 minutes. The evaluation results showed that there was an increase in muscle strength in the limb with paresis from a score of 3 to 4, the patient was able to perform self-care independently, mobilized walking, and there were no complications related to immobilization. Early and bilateral ROM exercise interventions in both extremities are recommended to be implemented in nursing services especially stroke wards as independent nursing measures along with other components of care consisting of collaborative treatment and lifestyle changes (diet and smoking cessation)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal D. Husain
"Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas pre ambulasi dan latihan ROM terhadap peningkatan luas gerak sendi pasca bedah fraktur ekstremitas bawah. Desainnya adalah quasi eksperimen dengan pretest-posttest with control terhadap 15 responden kelompok intervensi dan 15 kelompok kontrol. Kelompok intervensi diberikan pre ambulasi dan latihan ROM selama 5 hari, 3 kali sehari, selama 15 menit, sedangkan kelompok kontrol diberikan latihan ROM, menggunakan goniometer sebelum dan setelah intervensi. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna peningkatan luas gerak sendi antara kedua kelompok, dimana pangkal paha p= 0.092, lutut p= 0.001, dan kaki p= 0.495. Latihan ini menjadi standar prosedur pasien pasca bedah fraktur ekstremitas bawah.

This study aims to know the effectiveness of pre ambulation and ROM exercises to increase joint range of motion post-surgical in fractures of the lower limb. The design was quasi experimental pretest-post test with control of the 15 respondents intervention group and 15 the control group. The intervention group received pre ambulation and ROM exercises for 5 days, three times a day, 15 minutes. The control group was given ROM training course, with a goniometry before and after the intervention. The results shows no significant difference obtained average - the average increase joint range of motion between two groups in which to groin p= 0.092, knee p= 0.001, and feet p= 0.495. This exercises may be standard procedure in patients with postoperative lower extremity fractures."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T32662
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>