Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133579 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raditya Arya Nugraha
"Riset ini berfokus pada dampak modal sosial terhadap durasi mencari pekerjaan menggunakan sampel SAKERNAS series Agustus 2023. Riset menggunakan model Accelerated Failure Time dengan analisis subsampel yang dilengkapi oleh model sekunder OLS dengan uji ketahanan untuk memodelkan proksi modal social (partisipasi komunitas) dengan variabel-variabel kontrol terhadap durasi mencari pekerjaan (dalam bulan).
Sampel utama menunjukkan bahwa modal sosial tidak signifikan yang menandakan tidak ada bukti pasar tenaga kerja yang bergantung pada jaringan atau koneksi. Namun, saat menggunakan analisis subsampel, modal sosial signifikan dan berkorelasi positif khususnya untuk pekerja milenial. Hal ini menandakan bahwa pekerja milenial yang terlibat dalam komunitas dan jaringannya cenderung memiliki selektivitas lebih tinggi dalam mencari pekerjaan.

This research focuses on the impact of social capital on job search duration using sample drawn from the SAKERNAS 2023 August series dataset. It uses the Accelerated Failure Time model complemented by subsample analysis and a secondary OLS model with robustness check to model social capital proxy (community participation) along with a set of controls against duration of job search in months.
Results show that social capital is not significant in the overall sample, which seems to indicate there is no proof of a network-dependent ecosystem. When using subsample analysis, social capital is significant and positively correlated with job searching specifically for millennial workers. This indicates that millennial workers who are involved in their communities and networks tend to have higher selectivity in job searching.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Ayu Wayan Regita Iswari Puri
"Pandemi Covid-19 meningkatkan tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia. TPT menurut tingkat pendidikan didominasi oleh lulusan pendidikan vokasi. Hal ini menjadi ironi di tengah tujuan pendidikan vokasi adalah untuk menjawab prasyarat pasar tenaga kerja akan tenaga kerja yang sangat terampil sehingga mampu terserap maksimal pada pasar tenaga kerja. Studi ini bertujuan untuk melihat pengaruh modal manusia dalam hal ini jenis pendidikan dan pelatihan terhadap durasi menganggur individu. Sakernas Agustus 2021 adalah sumber data yang dianalisis dalam penelitian ini dimana mencakup angkatan kerja lulusan baru D-IV dan S1 pada level mikro serta 34 provinsi di Indonesia untuk level makro. Metode analisis yang digunakan adalah Multilevel Survival Analysis. Hasil analisis menunjukkan bahwa lulusan D-IV memiliki durasi lebih panjang terhadap lama mencari kerja individu. Faktor kontekstual berupa Rasio Lulusan Diploma dan Upah Minimum Provinsi signifikan dan berpengaruh positif terhadap durasi menganggur individu.

The Covid-19 pandemic has increased the unemployment rate (TPT) in Indonesia. TPT by education level is dominated by vocational education graduates. This is an irony amid the aim of vocational education is to answer labor market requirements for a highly skilled workforce so that it can be maximally absorbed in the labor market. This study aims to examine the effect of human capital, in this case the type of education and training, on the duration of individual unemployment. August 2021 Sakernas is the source of the data analysed in this study which includes the work force of new D-IV and S1 graduates at the micro level as well as 34 provinces in Indonesia for the macro level. The analytical method used is Multilevel Survival Analysis. The results of the analysis show that D-IV graduates have a longer duration of looking for individual work. Contextual factors in the form of the Ratio of Diploma Graduates and the Provincial Minimum Wage are significant and have a positive effect on the duration of individual unemployment.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Rachmalita
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tuntutan pekerjaan dan kesejahteraan pekerja di lingkungan kerja pada pekerja di perusahaan Jabodetabek. Penelitian ini juga ingin mengetahui peran dukungan sosial dalam hubungan tuntutan pekerjaan dan kesejahteraan pekerja di lingkungan kerja. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah WWQ (Parker & Hyett , 2011) dan COPSOQ II (Pejtersen, Kristensen, Borg & Bjorner, 2010). Dari 261 partisipan (83 laki-laki (31.8%) dan 178 perempuan (68.2%), ditemukan bahwa dukungan sosial tidak dapat memoderasi pengaruh dari tuntutan pekerjaan terhadap kesejahteraan pekerja ​(​beta = -.03, p >​ .05, tidak signifikan)​.
This study aims to determine the relationship between job demands and workplace well-being on workers in Jabodetabek companies. This study also wants to find out the role of social support in the relationship between job demands and workplace well-being. This research is a quantitative study with correlational design. The research instruments used in this study were WWQ (Parker & Hyett, 2011) and COPSOQ II (Pejtersen, Kristensen, Borg & Bjorner, 2010). Of the 261 participants (83 men (31.8%) and 178 women (68.2%), it was found that social support cant moderate the effect of job demands on workplace well-being ​(​beta = -.03, p >​ .05, not significant)​."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Dahyuni
"Penelitian ini menganalisis pengaruh modal finansial dan modal sosial dalam bentuk resiprocity, kohesivitas serta trust di masyarakat terhadap status gizi khususnya status gizi anak balita. Penelitian ini menggunakan data primer yang berasal dari Indonesia Family Life survey (IFLS) tahun 2007. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Data dianalisis dengan dua cara yaitu analisis deskriptif dan metode statistik inferensial dengan menggunakan metode Regresi Logistik, tepatnya dengan Model Multinominal Logit.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara modal finansial dan status gizi balita. Responden dengan modal finansial atau pendapatan keluarga yang tinggi memiliki peluang terjadinya kasus balita gizi buruk lebih kecil dibandingkan pada responden dengan modal finansial atau pendapatan keluarga yang rendah. Semakin tinggi tingkat pendapatan maka pemenuhan kebutuhan gizi pada anak balita akan semakin baik.
Variabel modal sosial yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel keimbal-balikan, partisipasi jaringan dan rasa saling mempercayai. Dari ketiga komponen modal sosial tersebut dapat terlihat bahwa semua variabel berpengaruh terhadap status gizi balita. Secara keseluruhan tingkat modal sosial yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan status gizi dalam masyarakat. Secara bersama-sama seluruh variabel dalam penelitian ini menunjukkan hubungan yang signifikan, artinya status gizi balita dipengaruhi oleh modal finansial orang tua dan modal sosial ibu, Semakin tinggi modal finansial dan modal sosial ibu maka tingkat status gizi balita akan semakin baik.

This research analyzed the influence of financial capital and social capital in the form of resiprocity, cohesion and trust in the community with nutritional status of infants. This study uses primary data derived from the Indonesian Family Life Survey (IFLS) in 2007. This study is a cross sectional analytic approach. The data were analyzed in two ways: a descriptive analysis and inferential statistical methods using logistic regression, specifically the multinominal logit model.
The results of this study show there is a significant relationship between financial capital and nutritional status of infants. Respondents with financial capital or high family income opportunities for children malnutrition cases is smaller than the respondents with financial capital or low family income. More higher level of income, the nutritional needs of infants will get better.
Social capital variables used in this study is resiprocity, network participation and mutual trust. By the three components of social capital it can be seen that all the variables affect the nutritional status of infants. Overall a high level of social capital can lead to an increase in the nutritional status of the community. Taken together all of the variables in this study showed a significant relationship, which mean that nutritional status of infants affected by parental financial capital and mother social capital, the more higher financial capital and social capital, the level of infants nutritional status will be better.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T43287
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Artisita Rochmi
"Sebagai pelopor bank syariah di Indonesia, Bank XYZ sedang menghadapi penurunan kinerja bank yang memperlihatkan kurangnya komitmen karyawan terhadap organisasi. Kepemilikan pekerjaan adalah salah satu prediktor yang berhubungan dengan komitmen afektif karyawan. Penelitian ini terdiri dari Studi 1 dan Studi 2. Studi 1 berupa penelitian korelasi dilakukan untuk melihat hubungan antara kepemilikan pekerjaan dan komitmen afektif pada 40 karyawan di Direktorat HC Bank XYZ menggunakan kuesioner dari TCM Employee Commitment Survey yaitu Affective Commitment Subscale (Meyer & Allen, 2004) dan Job-based Psychological Ownership Scale (Brown, Pierce, & Crossley, 2014). Studi ini menunjukkan ada hubungan antara kepemilikan pekerjaan dan komitmen afektif (r=.60, p<.05). Berdasarkan hasil tersebut, kemudian ditindaklanjuti dengan Studi 2 yaitu pemberian program intervensi pelatihan My Job and I yang bertujuan untuk meningkatkan rasa memiliki terhadap pekerjaan sehingga komitmen afektif karyawan menjadi lebih kuat. Peneliti melakukan intervensi kepada empat orang karyawan yang memiliki kepemilikan pekerjaan yang rendah. Hasil menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan terkait kepemilikan pekerjaan (Z=-2.375, p<.05). Namun demikian, hasil evaluasi level tingkah laku belum menunjukkan peningkatan kepemilikan pekerjaan dan komitmen afektif yang signifikan saat sebelum dan sesudah intervensi pelatihan. 

As a pioneer of Islamic banks in Indonesia, Bank XYZ is facing a decline in bank performance that shows a lack of employee commitment to the organization. Job ownership is one of predictors that explain relationship with affective commitment. This research consisted of two study, correlational and intervention study. Correlational study examined the relationship between job ownership and affective commitment at Human Capital Directorate Bank XYZ. This study involved 40 employees, measurement instruments used TCM Employee Commitment Survey of Affective Commitment Subscale (Meyer & Allen, 2004) and Job-based Psychological Ownership Scale (Brown, Pierce, & Crossley, 2014). Result showed the significant relationship of job ownership and affective commitment (r=.60, p<.05). Based on first study result, researcher fined an appropriate intervention called My Job and I training to increase job ownership that impacted the affective commitment enhancement. Next we conducted job ownership improvement program for the employee that has minimum score of job ownership and the one-group pre-test post-test design for the second study (intervention). Result showed a significant difference mean score in knowledge evaluation (Z=-2.375, p<.05). However, the result of behavioural evaluation have not shown significant job ownership and affective commitment before and after the intervention. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T54030
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grace Sendy Natalia
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat fenomena perilaku pencarian kerja pada lulusan baru universitas dalam mendapatkan pekerjaan awal, mempertahankan pekerjaan, serta mendapatkan pekerjaan yang baru yang disebut dengan perilaku mencari kerja. Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa faktor-faktornya terdiri dari jaringan sosial, kurikulum pendidikan, identitas, dan juga pelatihan. Peneliti berargumen bahwa perilaku mencari kerja memiliki hubungan dengan pemanfaatan jaringan sosial dan citra diri. Hipotesis penelitian ini merumuskan bahwa terdapat hubungan positif antara tingkat jaringan sosial dan tingkat citra diri dengan tingkat perilaku mencari kerja pada lulusan baru universitas, yakni semakin tinggi tingkat jaringan sosial dan citra diri, maka tingkat perilaku mencari kerja pada lulusan baru universitas akan semakin tinggi juga. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, dengan metode pengumpulan daya berupa survei yang dilakukan secara online dan disebar di Jabodetabek.

This study aims to look at the phenomenon of job search behaviour in fresh graduates in getting first jobs, retaining jobs, as well as getting new jobs called job searching behaviour. Previous research said that the factors consisted of social networks, educational curriculum, identity, and also training. Researchers argue that job searching behaviour can be influenced by social networks and self-esteem. The hypothesis of this study formulates that there is a positive relationship between the level of social networks and the level of self-image with the level of job-seeking behaviour in new university graduates. i.e. the higher the level of social networks and self-image, the level of job searching behaviour in new university graduates will also be higher. The approach used in this research is a quantitative approach, with a power collection method in the form of a survey conducted online and distributed in Greater Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dary Ammar Djatmiko
"Generasi Z yang diprediksi akan mendominasi tenaga kerja di tahun-tahun mendatang ditemukan sering mengalami burnout. Data oleh Future Forum (2022) menunjukkan bahwa 49% karyawan Gen Z merasa burnout atas pekerjaannya, lebih tinggi dari generasi lainnya. Fenomena ini disebabkan sedikitnya pengalaman generasi Z dalam menghadapi tuntutan pekerjaan. Burnout dapat merugikan perusahaan maupun karyawan dengan berbagai dampak negatif. Dengan demikian, perlu adanya upaya untuk mengurangi kemungkinan terjadinya burnout. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dukungan sosial daring dalam memoderasi hubungan antara tuntutan pekerjaan kuantitatif dengan burnout pada karyawan generasi Z. Terdapat 178 partisipan penelitian dengan kriteria Warga Negara Indonesia (WNI), berusia 18–30 tahun, telah bekerja selama 3 bulan atau lebih di perusahaan saat ini sebagai karyawan tetap, kontrak, outsource, ataupun magang, dan menggunakan media online dalam dua bulan terakhir. Hasil penelitian menunjukkan hubungan positif signifikan antara tuntutan pekerjaan kuantitatif dengan burnout (p < 0.05), dan bahwa dukungan sosial daring tidak dapat memoderasi hubungan antara tuntutan pekerjaan kuantitatif dengan burnout (p > 0.05). Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan atas fenomena burnout pada karyawan generasi Z. Perusahaan dapat melakukan asesmen atas persepsi generasi Z terhadap tuntutan pekerjaannya.

Generation Z, predicted to dominate the workforce in the coming years, tends to frequently experience burnout. Data from Future Forum (2022) shows that 49% of Gen Z employees feel burned out from their job, a higher percentage than other generations. This is attributed to generation Z’s limited experience in dealing with job demands. Burnout can be detrimental to both companies and employees, leading to various negative outcomes. Therefore, efforts are needed to reduce the likelihood of burnout. This study examines the role of online social support in moderating the relationship between quantitative job demands and burnout among generation Z employees. A total of 178 participants were involved, meeting criteria as Indonesian citizens aged 18–30, having worked at least three months in their current company as permanent, contract, outsourced, or internship employees, and having used online media in the past two months. Results showed a significant positive relationship between quantitative job demands and burnout (p < 0.05), while online social support did not moderate this relationship (p > 0.05). This study is expected to expand understanding of burnout among generation Z employees. Companies are encouraged to assess generation Z employees’ perceptions of their job demands. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riri Damayanti
"Perawat harus memiliki karakteristik psikologi yang positif. Penelitian ini fokus pada hubungan antara psychological capital dan job involvement pada perawat. Psychological capital adalah suatu perkembangan psikologis yang positif pada individu dengan karakteristik self efficacy optimism hope dan resiliency (Luthans Youssef dan Avolio, 2007). Job involvement adalah identifikasi diri secara psikologis dengan pekerjaannya saat ini Kanungo 1982. Penelitian menggunakan alat ukur Psychological Capital Questionnaire PCQ Luthans dkk 2007 dan Job Involvement Questionnaire JIQ (Kanungo ,1982). Partisipan adalah 207 perawat di Rumah Sakit X yang terpilih secara accidental. Hasil menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara psychological capital dengan job involvement pada perawat r 0 199 p 0 004 signifikan pada L o S 0 01. Artinya semakin tinggi psychological capital yang dimiliki perawat maka semakin tinggi pula tingkat job involvement pada dirinya. Dengan demikian manajemen rumah sakit sebaiknya melakukan kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk meningkatkan psychological capital dan job involvement pada perawat.

Nurses should have the characteristics of positive psychology. This study focused on correlation between psychological capital and job involvement among nurses. Psychological capital is an individual`s positive psychological state of development and is characterized by self efficacy optimism hope dan resiliency (Luthans Youssef dan Avolio, 2007). Job involvement is a generalized cognitive style of psychological identification with the job (Kanungo, 1982). This study was measured using a modification instrument named Psychological Capital Questionnaire PCQ Luthans et al 2007 and Job Involvement Questionnaire JIQ Kanungo 1982 The participants of this research are 207 nurses at Hospital X by accidental sampling. The main results of this research show that psychological capital positively correlated significantly with job involvement r 0 199 p 0 004 significant at L o S 0 01. That is the higher psychological capital of one`s own the higher showing job involvement. From this result hospital management should conduct a systematic and continuous activity to improve the psychological capital and job involvement among nurses.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S44857
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafa Safira
"Pandemi Covid-19 berdampak pada tingginya permintaan pelayanan kesehatan dan menempatkan pegawai rumah sakit pada kondisi yang penuh tekanan. Kondisi tersebut diduga memiliki dampak jangka panjang hingga masa transisi pandemi Covid-19. Akibatnya, tuntutan kerja pegawai rumah sakit menjadi meningkat, khususnya tuntutan kerja emosional sehingga rentan untuk menurunkan kesejahteraan psikologisnya. Agar kesejahteraan psikologis pegawai tetap terjaga, diperlukan sumber daya pribadi berupa modal psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara tuntutan kerja emosional dan kesejahteraan psikologis, serta hubungan modal psikologis dan kesejahteraan psikologis. Penelitian ini dilakukan pada 184 partisipan yang merupakan pegawai rumah sakit berusia 18 hingga 55 tahun dengan masa kerja selama minimal satu tahun dan melibatkan interaksi langsung dengan pasien atau pelanggan dalam pekerjaannya. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasional dengan desain cross sectional study. Alat ukur yang digunakan adalah Psychological Well-Being Scale (PWBS), bagian dari Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ-II), dan Psychological Capital Questionnaire-12 (PCQ-12). Hasil uji Pearson’s Correlation menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara tuntutan kerja emosional dan kesejahteraan psikologis (r = -0,27, p < 0,05). Sebaliknya, ditemukan hubungan positif yang signifikan antara modal psikologis dan kesejahteraan psikologis (r = 0,73, p < 0,05). Dengan demikian, pegawai dengan tingkat modal psikologis tinggi dapat tetap sejahtera walau mengalami tuntutan kerja emosional dalam pekerjaannya.

The Covid-19 pandemic has resulted in a high demand for health services and has put hospital workers under stressful conditions. This situation is expected to have a prolonged effect in the current transition of the Covid-19 pandemic. As a result, the job demands of hospital workers have increased, especially emotional job demands which are prone to reducing their psychological well-being. Therefore, hospital workers need to have psychological capital as a personal resource to maintain their psychological well-being. This research aims to examine the relationship between emotional job demands and psychological well-being, and also the relationship between psychological capital and psychological well-being. This research was conducted on 184 hospital workers aged 18 to 55 years old who had at least one year of working experience and involved direct interaction with patients or customers within their work. This study used a quantitative method with a correlational cross-sectional study design. The Psychological Well-Being Scale (PWBS), part of the Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ-II), and the Psychological Capital Questionnaire-12 (PCQ-12) were used as measurement instruments. Pearson's Correlation test showed a significant negative relationship between emotional job demands and psychological well-being (r = -0,27, p<0,05). In contrast, a significant positive relationship was found between psychological capital and psychological well-being (r = 0,73, p<0,05). Thus, hospital workers with high levels of psychological capital can remain prosperous even in emotionally demanding work environments."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafa Safira
"Pandemi Covid-19 berdampak pada tingginya permintaan pelayanan kesehatan dan menempatkan pegawai rumah sakit pada kondisi yang penuh tekanan. Kondisi tersebut diduga memiliki dampak jangka panjang hingga masa transisi pandemi Covid-19. Akibatnya, tuntutan kerja pegawai rumah sakit menjadi meningkat, khususnya tuntutan kerja emosional sehingga rentan untuk menurunkan kesejahteraan psikologisnya. Agar kesejahteraan psikologis pegawai tetap terjaga, diperlukan sumber daya pribadi berupa modal psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara tuntutan kerja emosional dan kesejahteraan psikologis, serta hubungan modal psikologis dan kesejahteraan psikologis. Penelitian ini dilakukan pada 184 partisipan yang merupakan pegawai rumah sakit berusia 18 hingga 55 tahun dengan masa kerja selama minimal satu tahun dan melibatkan interaksi langsung dengan pasien atau pelanggan dalam pekerjaannya. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasional dengan desain cross sectional study. Alat ukur yang digunakan adalah Psychological Well-Being Scale (PWBS), bagian dari Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ-II), dan Psychological Capital Questionnaire-12 (PCQ-12). Hasil uji Pearson’s Correlation menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara tuntutan kerja emosional dan kesejahteraan psikologis (r = -0,27, p < 0,05). Sebaliknya, ditemukan hubungan positif yang signifikan antara modal psikologis dan kesejahteraan psikologis (r = 0,73, p < 0,05). Dengan demikian, pegawai dengan tingkat modal psikologis tinggi dapat tetap sejahtera walau mengalami tuntutan kerja emosional dalam pekerjaannya.

The Covid-19 pandemic has resulted in a high demand for health services and has put hospital workers under stressful conditions. This situation is expected to have a prolonged effect in the current transition of the Covid-19 pandemic. As a result, the job demands of hospital workers have increased, especially emotional job demands which are prone to reducing their psychological well-being. Therefore, hospital workers need to have psychological capital as a personal resource to maintain their psychological well-being. This research aims to examine the relationship between emotional job demands and psychological well-being, and also the relationship between psychological capital and psychological well-being. This research was conducted on 184 hospital workers aged 18 to 55 years old who had at least one year of working experience and involved direct interaction with patients or customers within their work. This study used a quantitative method with a correlational cross-sectional study design. The Psychological Well-Being Scale (PWBS), part of the Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ-II), and the Psychological Capital Questionnaire-12 (PCQ-12) were used as measurement instruments. Pearson's Correlation test showed a significant negative relationship between emotional job demands and psychological well-being (r = -0,27, p<0,05). In contrast, a significant positive relationship was found between psychological capital and psychological well-being (r = 0,73, p<0,05). Thus, hospital workers with high levels of psychological capital can remain prosperous even in emotionally demanding work environments."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>