Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 80 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Daniel Hadimartana
"Tesis ini disusun untuk mengetahui efektifitas alat ukur Modified Mobility Interaction Fall Chart (Modified MIF Chart), sebagai alat ukur untuk menapis risiko jatuh, khususnya pada populasi lansia di panti wreda. Desain penelitian adalah cohort prospective dengan menilai komponen performa fisik menggunakan Stop walking when talking (SWWT) dan Difference Time Up and Go (DiffTUG), komponen fungsi visual yang menilai ketajaman penglihatan dengan Snellen chart, dan komponen kognisi yang dinilai menggunakan Montreal Cognitive Assesment versi Bahasa Indonesia (MoCA-INA) pada awal studi dan ditentukan tingkat risiko jatuh. Didapatkan subjek penelitian (n=111) yang menyelesaikan Modified MIF Chart kemudian dilakukan observasi kejadian jatuh selama tiga bulan. Terdapat 12 (10,8%) kejadian jatuh dari seluruh subjek. Terdapat perbedaan bermakna (p=0,038) antara kelompok risiko jatuh tinggi yang mengalami kejadian jatuh sebanyak 8 (18,6%) dibandingkan 4 kejadian jatuh (5,9%) pada kelompok risiko jatuh rendah dengan AUC 0,657 (95% CI: 0,49-0,82). Didapatkan sensitifitas dan spesifisitas Modified MIF chart secara berurutan adalah 64,6% dan 66,7%. Kesimpulan penelitian ini adalah Modified MIF Chart dapat digunakan sebagai alat penapis risiko jatuh pada lansia di panti wreda, tetapi tetap perlu memperhatikan faktor-faktor risiko jatuh internal dan eksternal lain yang belum dinilai oleh Modified MIF Chart.
......This thesis is designed to determine the effectiveness of the Modified Mobility Interaction Fall Chart (Modified MIF Chart) as a tool to screen the risk of falls, especially in the elderly population in nursing homes. The research design was a prospective cohort by assessing the physical performance components using Stop walking when talking (SWWT) and Difference Time Up and Go (DiffTUG), a visual function component that assessed visual acuity using a Snellen chart, and a cognitive component assessed using the Montreal Cognitive Assessment. Indonesian language version (MoCA-INA) at the start of the study and the level of risk of falling was determined. Obtained research subjects (n = 111) who completed the Modified MIF Chart then observed the fall for three months. There were 12 (10.8%) incidence of falls for all subjects. There was a significant difference (p = 0.038) between the high risk group who experienced falls as much as 8 (18.6%) compared to 4 falls (5.9%) in the low risk group with AUC 0.657 (95% CI: 0, 49- 0.82). The sensitivity and specificity of the Modified MIF chart are 64.6% and 66.7%, respectively. The conclusion of this study is that the Modified MIF Chart can be used as a means of screening for the risk of falls in the elderly in nursing homes, but still needs to consider other internal and external risk factors that have not been assessed by the Modified MIF Chart."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Marietta Shanti
"Tujuan: Mengetahui perbandingan efek latihan isokinetik dan isometrik terhadap nyeri, kekuatan otot dan kemampuan fungsional pada pasien osteoarthritis lutut.
Disain: Eksperimental paralel.
Subjek: 28 orang pasien berusia antara 50-64 tahun, dibagi secara acak menjadi dua kelompok.
Tempat: Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Perjan RS Dr. Hasan Sadikin. Bandung.
Intervensi: Pasien menjalani program latihan isokinetik atau isometrik selama 6 minggu.
Parameter: VAS, peak torque, indeks Lequesne yang diukur setiap minggu.
Hasil: Kedua kelompok menunjukkan penurunan yang bermakna pada intensitas nyeri (p<0,001) dan indeks Lequesne (p<0,001), juga peningkatan yang bermakna pada peak torque (p<0,001) setelah 6 minggu. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok.
Kesimpulan: Kedua jenis latihan berguna pada pasien osteoarthritis berusia lanjut Pada kelompok isokinetik tidak didapatkan subjek yang mengeluh nyeri yang bermakna.
......
Objective: To compare the effect of isokinetic and isometric strengthening exercise on pain, strength and functional capacity of patients with knee osteoarthritis.
Design: Experimental parallel.
Participants: 28 patients, age 50-64 years, were randomly assigned into two groups.
Setting: Department of Physical Medicine and Rehabilitation. Hasan Sadikin Hospital Bandung.
Interventions: Patients received either a regimen of isokinetic exercise or a regimen of isometric exercise for 6 weeks.
Main outcome measure : VAS, peak torque and Lequesne index were measured each week.
Result: Both training groups showed significant decrease in pain score (pc0, 001) and Lequesne index (p<0, 001) and an increase in peak torque (p<0,001). However there is no significant difference of those parameters between groups.
Conclusion: Both exercises can benefit elderly patients with knee osteoarthritis as shown by the increase of strength and functional capacity. In the isokonetic group there were no subjects who experienced an increase in pain."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tedy Sadeli Wiramihardja
"Tujuan: Latihan Tai Chi Chuan dapat meningkatkan keseimbangan penderita Osteoartritis lutut.
Disain: Uji klinis pra dan pasta perlakuan dengan kontrol.
Subyek: 22 orang pasien wanita berusia antara 50-60 tahun, dibagi secara acak menjadi dua kelompok.
Tempat: Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Perjan RS Dr. Hasan Sadikin, Bandung.
Intervensi: Pasien menjalani program latihan Tai Chi Chuan atau latihan keseimbangan di rumah .:elama 8 minggu.
Parameter: Balance Error Scoring System ( BESS ), VAS setiap minggu.
Hasil: Kedua kelompok menunjukkan penurunan nilai BESS yang bermakna (p<0,00l). Persentase perubahan pengaruh kedua latihan terdapat perbedaan yang bermakna pada saat pra dan minggu ke 4 (p=0,025), minggu ke 4 dan 8 (p=0,002) serta pra dan minggu ke 8 (p=0,001). Terdapat perbedaan bermakna dalam penurunan nilai median VAS pada minggu ke 7 dan 8 (p=0,0 11 dan p=0,003).
Kesimpulan: Latihan Tai Chi Chuan dapat meningkatkan keseimbangan dan menurunkan nyeri pada penderita osteoartritis lutut, demikian pub dengan latihan keseimbangan di rumah namun penurunan nilai BESS lebih kecil serta penurunan VAS hanya pada awal latihan.

Objective: Show that Tai Chi Chuan exercise can improve balance in patients with osteoarhrtitis of the knee.
Design: Clinical test pre and post intervention with control.
Participants: 22 patients , women age 50-60 years, were randomly assigned into two groups
Setting : Department of Physical Medicine and Rehabilitation. Hasan Sadikin Hospital Bandung.
Intervensions: Patients receive either a regimen of Tai Chi Chuan exercise at the hospital with an certified instructor or a regimen of balance exercise to be done at home 3xl week for 8 weeks.
Main outcome measures: Balance Error Scoring System ( BESS ), VAS were measured each week.
Result : Both training groups showed a significant decrease in BESS (p<0,001). There was a significantly differenced change as a result both exercise at pre and 4th weeks (p=0,025), 4'h and 8' weeks (p=0,002) , and pre and 8th weeks (p=0,001). Significant decrease of the median VAS at 7`h and 8'' weeks(p=0,011 dan p=0,003).
Conclusion: Tai Chi Chuan exercise can improve balance and decrease pain in patients with osteoarhrtitis of the knee. Balance exercise done at home also showed a decrease in BESS and VAS although only in the early phase of the exercise.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T58462
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susanti Dharmmika
"Tujuan : Mengetahui perbaikan keseimbangan fungsional pada pasien polineropati diabetik anggota gerak bawah pasca latihan stabilitas postural
Disain : Pra dan pasta perlakuan dengan kelompok kontrol
Subyek : 50 prang dibagi secara acak sederhana menjadi dua kelompok (kelompok perlakuan dan kelompok kontrol)
Tempat : Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin Bandung
Intervensi : Kelompok kasus diberi Iatihan stabilitas postural. Kelompok kontrol diberi latihan senam kaki diabetik. Kedua kelompok melakukan latihan 3 kali di rumah sakit dengan supervisi peneliti dan 4 hari di rumah dengan supervisi anggota keluarga yang ditunjuk. Kedua latihan diberikan selama 3 minggu.
Parameter : Keseimbangan fungsional melalui 4 tolak ukur, yaitu unipedal stance test (UST), tandem stance test (TST), timed get up and go test (TUG) dan jarak functional reach test (T'RT)
Hasil : Pada kelompok kasus terdapat perbaikan keseimbangan fungsional UST (p= 0,010), «T (p= 0,009), TUG (p= 0,014) kecuali FRT (p= 0,176), Pada kelompok kontrol terdapat peningkatan keseimbangan fungsional namun tidal( bermakna.
Kesimpulan : Latihan stabilitas postural memperbaiki UST, TST dan TUG pada pasien polineuropati diabetik anggota gerak bawah."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T58481
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Talesu, Johan
"Tujuan : Untuk menilai efikasi latihan intensitas rendah Hairmyres terhadap kapasitas fungsional menggunakan Uji Jalan Enam Menit (UJ6M) dan kualitas hidup menurut St. George's Respiratory Questionnaire (SGRQ) pada penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
Metode : Studi intervensi pre-eksperimental pra dan pasca perlakuan pada satu kelompok. Sampel dilatih senam Hairmyres selama delapan minggu, 5 kali per minggu, 2 kali dihadapan peneliti. Data UJ6M diambil sebelum, pada empat minggu dan akhir latihan, data SGRQ diambil sebelum dan sesudah latihan .
Tempat : RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan RSU Persababatan.
Subyek : Didapat 17 pasien PPOK sedang dan berat yang mengikuti latihan, tiga orang gugur sehingga sisa 14 orang dari minimum sampel delapan orang.
Hasil : Selisih rerata jarak UJ6M antara awal dan akhir perlakuan dan antara minggu keempat dan akhir perlakuan menunjukkan perbedaan sangat bermakna (p=0,000), selisih antara awal dan minggu keempat perlakuan menunjukkan perbedaan bermakna (p=0,016). Selisih rerata nilai SGRQ pada awal dan akhir perlakuan menunjukkan perbedaan bermakna pada komponen Aktivitas, Dampak dan Total (p<0,05), sedangkan pada komponen Gejala tidak didapat perbedaan bermakna (p>O,05).
Kesimpulan : Kapasitas fungsional berdasarkan UJ6M dan kualitas hidup menurut SGRQ pada pasien PPOK meningkat secara sangat bermakna setelah melakukan senam Hairmyres.
Kata kunci : PPOK, Latihan intensitas rendah, UJ6M, SGRQ.

Objective : To evaluate the efficacy of low-intensity Hairmyres exercises on the functional capacity using Six Minutes Walking Test (6MWT) and quality of Life according to St. George's respiratory questionnaire (SGRQ) on Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) patients.
Method : Pre-experimental intervention, before and after on one subject group. Samples use Hairmyres exercise for eight weeks, 5 times a week, of which two are done in front of the researcher. 6MWT is taken pre, on week four, and post exercise periods. SGRQ is taken pre and post exercise periods.
Location : RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo and RSU Persahabatan.
Subject : 17 moderate to severe COPD patients participated in the study. Three dropped out leaving 14 patients out of eight minimum samples.
Result : Mean difference of 6MWT between pre and post intervention, and between fourth week and post intervention shows highly significant results (p=0.000). Mean difference between pre and fourth week intervention shows significant results (p=0.016). Mean difference of SGRQ between pre and post intervention shows significant results on Activity, Impact and Total components (p0.05)
Conclusion : The functional capacity based on 6MWT and quality of life according to SGRQ on COPD patients significantly increases after doing Hairmyres exercises.
Key words : COPD, low-intensity exercise, 6MWT, SGRQ
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiur Farida I.S.
"Tujuan : Mengetahui pengaruh LASER tenaga rendah, latihan isometrik tangan dan that rutin pada pasien artritis rematoid (AR) tangan untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan lingkup gerak sendi metacarpofalangeal.
Desain : Pra dan parka perlakuan.
Tempat : Polildinik Rehabilitasi Medik Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Perjan RS dr Ciptomangunkusumo Jakarta
Subyek : Dua puluh lima pasien wanita yang menderita artritis rematoid tangan di RS dr Cipto Mangunkusumo.Enam orang tidak termasuk dalam kriteria inklusi,dua orang mengundurkan diri dari penelitian.
Intervensi : Antara bulan Juli-November 2004, tujuhbelas wanita dengan artritis reumatoid tangan yang masuk dalam kriteria inklusi dilakukan terapi LASER tenaga rendah, latihan penguatan isometrik pads otot tangan dan obat rutin selama empat minggu.
Hasil : Hasil penelitian selama empat minggu adanya penurunan nyeri sendi MCP diukur dengan Visual Analog Seale ( VAS) yang bermakna (p<0,001 )dan peningkatan lingkup gerak sendi metacarpofalangeal yang bermakna (p< 0,00 I)
Kesimpulan : Terapi LASER tenaga rendah dengan latihan penguatan isometrik otot tangan dan obat rutin dapat mengurangi nyeri dan meningkatkan lingkup gerak sendi metacarpofalangeal pads pasien dengan artritis rematoid tangan.

Objective : To evaluate the influence of low level LASER therapy,isomertric hand strengthening and routine medications in patient with hand rheumatoid arthritis (RA) to reduce pain and increase the range of motion of the metacarpophalanges ( MCP ).
Design : Pre and post treatment.
Setting : Medical Rehabilitation policlinic, Physical Medicine and Rehabilitation Departement Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta.
Participants : Twenty five female patients with hand rheumatoid arthritis in Cipto Mangunkusumo Hospital. Six subjects did not meet the inclusion criteria, two subjects dropped out from the study.
Intervention : Between July and November 2004, seventeen female patients with hand rheumatoid arthritis, who were classified in the inclusion criteria were given low laser LASER therapy, isometric hand srengthening exercise and routine medications for four weeks.
Results : After four weeks of intervention there was significant decrease on MCP joint pain, marked by decrease in Visual Analog Scale ( VAS ) (p<0,001) and significant increase of MCP range of motions (p< 0,001 )
Conclusion : Low level LASER therapy combine with isometric hand strenghthening exercise can reduce pain and increase the MCP range of motions in patients with hand rheumatoid arthritis.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T58453
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Alamsyah
"Tujuan : Mengetahui pengaruh latihan pernapasan diafragma diikuti atau tanpa latihan sepeda statik terhadap tingkat kebugaran pasien asma persisten sedang.
Disain : Uji klinis paralel membandingkan dua perlakuan kelompok kasus diberikan latihan pernapasan diafragma (LPD) diikuti latihan sepeda statik, sedangkan kelompok kontrol hanya diberikan LPD saja.
Tempat : Departemen Rehabilitasi Medik FKUI Perjan RSCM Jakarta.
Subyek : 57 pasien asrija persisten sedang dari Poli AIergi-Imunologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI - Perjan RSCM
Intervensi : Antara bulan Januari 2005 sampai dengan Maret 2005. Empat puluh dua pasien asma persisten sedang yang masuk dalam !criteria inkiusi dibagi dalam dua kelompok (kasus dan kontrol). Melakukan LPD tiga kali seminggu dengan latihan atau tanpa latihan erobik disertai pengawasan selama enam minggu. Hasil peningkatan VO2maks antara kedua kelompok dibandingkan pada akhir penelitian.
Hasil : Hasil penelitian selama enam minggu menemukan adanya peningkatan VO2maks yang bermakna (p <0,01) baik pada kelompok kasus dan kelompok kontrol. Demikian juga dijumpai perbedaan yang bermakna (0,0218) pada selisih kenaikan VO2maks pada kedua kelompok.
Kesimpulan : Latihan pernapasan diafragma diikuti latihan erobik meningkatkan kebugaran fisik pasien asma persisten sedang lebih baik dibandingkan hanya diberikan LPD saja.

Objective : To know the influence diaphragm breathing exercise with or without ergometer cycle exercise toward level of physical fitness of moderate asthma persistent patient.
Design : Paralel clinical test compare two interventions. Case group is given diaphragm breathing exercise with ergometer while control group is given diaphragm breathing exercise only.
Setting : Department of Medical Rehabilitation FMITI Jakarta.
Subject : 57 patient of moderate asthma persistent from Allergic-Immunologic Department of Internist FMUI - Cipto Mangunkusumo Hospital.
Intervention : Between January 2005 up to March 2005. 42 moderate asthma persistent patients which fulfill the condition are divided into two groups (case and control). Perform diaphragm breathing exercise with or without ergometer cycle exercise with supervision for six weeks. The result of V02max increment is compare at the end of the research.
Result : In the result of research for six weeks we find V02max significant increment (p <0.01) in two groups. We also find V02max significant (p <0.0218) increment in different increment in two groups.
Conclusion : Diaphragm breathing exercise with ergometer cycle exercise increase the level of physical of fitness moderate asthma persistent patient is better than diaphragm breathing exercise only.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T58468
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mantik, Joyce M.
"Gagal jantung dimana jantung gagal memompa darah dalam jumlah yang cukup ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh, merupakan suatu kelainan kardiovaskular yang berdasarkan prevalensi kelainan kardiovaskular di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga Departemen Kesehatan RI tahun 1992 menunjukkan bahwa jenis kelainan kardiovaskular (penyakit jantung koroner, gagal jantung dan penyakit jantung reumatik) telah menempati urutan pertama dalam penyebab kematian.
Penelitian Framingham menunjukkan mortalitas 5 tahun sebesar 62% pada pria dan 42% pada wanita. Sedangkan berdasarkan perkiraan tahun 1989, di Amerika terdapat 3 juta pasien gagal jantung dan setiap tahunnya bertambah dengan 400.000 orang.
Gagal jantung kronik digambarkan berdasarkan adanya ketidakmampuan jantung untuk melakukan kerja melampaui mekanisme kompensasi yaitu: mekanisme Frank-Starling, hipertrofi ventrikel dan aktivasi neurohumeral (hubungannya dengan aktivasi renin angiotensin dan adrenergik), sehingga mengakibatkan peningkatan resistensi pembuluh darah perifer dari penurunan perfusi perifer yang pada akhirnya terjadi kerusakan fungsi endotel. Gejala yang sering timbul adalah sesak dan cepat lelah, sehingga berakibat pada keterbatasan dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, sehingga kualitas hidup pasien menurun.
Penatalaksanaan gagal jantung kronik ditujukan termasuk untuk mengurangi beban jantung dan kelebihan cairan, memperkuat kontraktilitas miokard sehingga mekanisme kompensasi dapat kembali dimaksimalkan. Selain itu bertujuan untuk pencegahan progresifitas agar kualitas hidup pasien dapat dipertahankan dan ditingkatkan. Adapun tata laksananya melalui medikamentosalfarmakologis termasuk obat-obat vasodilator, digitalis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ami Rachmi
"Tujuan : Mengetahui pengaruh latihan treadmill dan program overground walking terhadap kecepatan dan kapasitas berjalan pasien strok.
Disain : Pra dan pasta perlakuan dengan kelompok kontrol.
Subjek : 23 orang dibagi secara random permutasi blok menjadi dua kelompok, 11 orang kelompok perlakuan dan 12 orang kelompok kontrol.
Tempat : Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung
Intervensi : Kelompok perlakuan diberi latihan treadmill dan program overground walking selama 30 menit, 3 kali seminggu selama 4 minggu, kelompok kontrol diberi latihan jalan secepat mereka mampu selama 30 menit, 3 kali seminggu selama 4 minggu.
Parameter : Kecepatan jalan (jarak 10 m) dalam meterldetik, kapasitas jalan (waktu tempuh 6 menit) dalam meter
Hasil : Latihan treadmill dan program overground walking selama 4 minggu secara berrnakna meningkatkan kecepatan berjalan (p = 0,0227) dan kapasitas berjalan (p = 0,0148) dibandingkan kelompok kontrol pads pasien strok di RSHS, Bandung
Kesimpulan : Latihan treadmill dan program overground walking meningkatkan kecepatan dan kapasitas berjalan pasien strok di RSHS, Bandung

Objective : To know the effect of treadmill exercise and overground walking program on velocity and capacity of walking in stroke patients in dr. Hasan Sadikin hospital, Bandung
Design : Pre- and post treatment with a control group.
Subject : A sample of 23 ambulatory individuals after a stroke more than 3 months previously.
Setting : Physical Medicine and Rehabilitation Department, dr. Hasan Sadikin Bandung.
Intervention : The experimental group participated in a 30-minute treadmill and overground walking program, 3 times a week for 4 weeks. The control group was asked to walk at home for at least 30 minutes as fast as they can, 3 times a week for 4 weeks.
Parameters : Speed velocity (over distance of 10 m), speed capacity (walking time 6 minutes)
Results : The 4-week treadmill and overground walking program significantly increased walking speed (p = 0,0227) and walking capacity compared with the control group.
Conclusions : The treadmill and overground walking program is effective in increasing walking speed and walking capacity in stroke patients in RSHS, Bandung.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Gunarto
"Tujuan : Mengetahui apakah Iatihan Four Square Step dapat meningkatkan keseimbangan pada lansia.
Desain : Study Kasus - Kontrol
Subjek : Tiga puluh orang lansia dibagi secara acak dalam dua kelompok Irtervensi :Kelompok kasus yang mendapat latihan Sit and Rise + Four Square Step serta kelompok kontrol yang mendapat latihan Sit and Rise. Parameter yang diukur keseirnbangan menggunakan alat ukur keseimbanngan FICSIT-4.
Tempat : Penelitian dilaksanakan di Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi RS Hasan Sadikin Bandung 2005.
Hasil : Dengan uji Friedman untuk kelompok berpasangan didapat perbedaan bermakna terhadap peningkatan nilai keseimbangan pada lansia dengan menggunakan alas ukur FICSIT-4.
Kesimpulan : Lansia yang diberikan latihan Four Square Step mempunyai nilai FICSIT-4 lebih baik secara signifikans dibanding sebelum latihan.

Objective : To determine if Four Square Step can increased geriatric balance
Design : Case control study
Subject : 30 geriatric persons divided into 2 group randomly.
Intervention : First group were given sit and rise exercise plus Four Square Step exercise. Control group were given sit and rise exercise only. Balance in both group was measured with (FICSIT- 4).
Setting : At Department of Physical Medicine and Rehabilitation, Perjan dr.Hasan Sadikin Hospital Bandung.
Result : There was a significant difference in the increase of balance between the intervention and control group.
Conclution : Geriatric persons who are given Four Square Step Exercise , have a better increase of the FICSIT-4 point.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T58438
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>