Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cindy Espreancelly Sandiata
"Pektin merupakan polisakarida alami yang dapat digunakan sebagai sistem penghantaran obat tertarget ke kolon. Proses gelasi ionik pada pektin dengan adanya kation divalen tertentu seperti ion kalsium dapat melindungi obat dengan memproduksi beads gel polimer yang tidak larut sehingga dapat digunakan sebagai pembawa sistem penghantaran obat tertarget ke kolon. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan beads kalsium pektinat mengandung tetrandrine dengan metode gelasi ionik yang kemudian akan dilakukan evaluasi in vitro dan in vivo. Beads dibuat dengan variasi konsentrasi penaut silang 5%, 10% dan 15%. Beads yang dihasilkan kemudian dikarakterisasi dan dipilih formulasi terbaik untuk dilakukan penyalutan menggunakan Eudragit L100-55 atau Eudragit L100. Beads yang dihasilkan berbentuk cukup bulat dan berwarna kuning kecoklatan, beads memiliki ukuran 1069,58-1142,75 μm. Uji pelepasan zat aktif dari beads tersalut dilakukan pada medium HCl pH 1,2 (2 jam), dapar fosfat pH 7,4 (3 jam) dan dapar fosfat pH 6,8 (3 jam). Dari hasil in vitro, formula beads dengan penyalut Eudragit L100 10% menunjukkan hasil terbaik sebagai sediaan obat kolon tertarget dengan pelepasan kumulatif sebesar 57,87%, sehingga dipilih untuk dilakukan uji penargetan obat secara in vivo. Beads mencapai jarak rata-rata 77 cm dari bagian antrum.

Pectin, a natural polysaccharide, can be used as colon targeted drug delivery systems. Ionotropic gelation of pectin in the presence of certain divalent cations, such as calcium ions, protects drugs by producing insoluble hydrogels that can be used as a colon-targeted drug delivery carrier. In this study, calcium pectinate beads containing tetrandrine were made and were evaluated for in vitro drug release and in vivo study. Calcium pectinate beads were prepared by ionic gelation method with varied calcium chloride concentration (5%, 10% and 15%). The best formula was coated with Eudragit L100-55 or Eudragit L100. Characterization results showed that the beads produced were quite spherical and have yellow-brownish color with average size of beads 1069.58-1142.75 μm. The drug release test was performed at 37±0.5°C and at 100 rpm in HCl pH 1.2 (2 hours), phosphate buffer pH 7.4 (3 hours), and phosphate buffer pH 6.8 (3 hours). From in vitro release study, beads coated with Eudragit L100 10% has shown good colon targeted dosage form with percent cumulative release 57.87% and thus was selected for in vivo study. The mean distance beads had propagated from antrum was 77 cm.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S64138
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dubin, Lois Sherr
New York: H.N. Abrams, 1987
391.7 DUB h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sagala, Billy D. M.
"ABSTRAK
Penelitian formulasi kitosan bertujuan untuk menghasilkan beads kitosan yang dapat memberikan pelepasan terkendali senyawa bioaktif pada sistem pencernaan. Namun kitosan memiliki kelemahan yaitu mudah meluruh pada lambung sehingga sulit dikontrol pelepasan pada lambung itu sendiri dan pada organ di dalam sistem pencernaan setelah lambung. Dengan pemilihan metode preparasi yaitu koagulasi dengan gelatin dengan penaut silang TPP, kitosan diharapkan dapat menghasilkan profil pelepasan terkendali senyawa bioaktif pada sistem pencernaan. Formula dari komposisi kitosan yang didapatkan adalah 1% kitosan, 1% gelatin, 0.075% paracetamol dengan variasi penaut silang 1.5% TPP- 5% Sitrat dan 2.5% TPP-5% Sitrat. Dengan begitu, pengontrolan pelepasan senyawa bioaktif pada tubuh dapat terjadi sehingga penanganan terhadap penyakit serius di organ pencernaan seperti kanker usus dapat dilakukan.

ABSTRACT
The research of chitosan formulation aims to produce chitosan beads that can provide controlled release of bioactive compounds in digestive system. However, chitosan has weakness, it will completely disintegrate in the gastric so it would be difficult to controlled, either in gastric or organ in the digestive system afterward. With the selection of preparation method that is coagulation of gelatin and TPP cross ? linker, chitosan is expected to produce a controlled release profile of bioactive compounds in the digestive system. Formulation of the beads kitosan composition is 1% kitosan, 1% gelatin, 0.075% paracetamol and variated crosslinker 1.5% TPP - 5% Sitrat and 2.5% TPP - 5% SitratThat way, controlling the release of bioactive compounds in the body can occur so that the treatment of serious diseases in digestive organs such as colon cancer can be done."
Lengkap +
2012
S42591
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arifa Rafrillia
"ABSTRAK
Ekstrak buah naga (Hylocereus undatus) yang mengandung fenol memiliki khasiat untuk menurunkan kadar glukosa darah. Kemampuan ekstrak buah naga untuk menurunkan kadar glukosa darah dapat dijadikan sebagai zat aktif dalam produk nutrasetika antidiabetes dalam bentuk sediaan beads hidrogel. Eksipien koproses gom xanthan-gom arab memiliki kemampuan mengembang yang baik dan membentuk sambungsilang dengan ion kalsium dengan proses gelasi ion. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan beads hidrogel ekstrak buah naga dengan eksipien koproses gom xanthan-gom arab. Ekstrak etanol 70% buah naga diformulasikan dengan perbandingan ekstrak dan polimer 1:3 dan 1:2 serta 4 macam dosis zat aktif. Formula 4 menghasilkan daya mengembang terbaik sebesar 163,75%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar fenol total ekstrak buah naga sebesar 1,21 ± 0,01 mg GAE/g. Beads hidrogel yang diformulasikan menunjukkan bentuk yang pipih berwarna kecoklatan, berbentuk bulat dan berwarna putih ketika dimasukkan ke dalam air. Formula terbaik adalah formula 4 dengan perbandingan ekstrak dan polimer 1:2. Formula 4 mengandung kadar ekstrak sebesar 310,64 ± 4,49 mg/g beads. Oleh karena itu, beads hidrogel ekstrak buah naga berpotensi digunakan sebagai minuman antidiabetes.

ABSTRACT
Dragon fruit (Hylocereus undatus) extract containing phenol has the ability to decrease blood glucose levels. Therefore, it can be used as an active ingredient in nutraceutical antidiabetic product in the dosage form hydrogel beads. Coprocessed xanthan gum-arabic gum excipient has a good ability to swell and crosslinked with calcium ions by ionotropic gelation. The aim of this research was to formulate a hydrogel beads of dragon fruit extract based on coprocessed xanthan gum-arabic gum excipient. Ethanol extract 70% of dragon fruit extract was formulated with coprocessed excipients in the ratio of 1:3 and 1:2 and 4 doses of active ingredient. The best swelling ability was formula 4 with value 163,75%. The result showed that total phenols content of dragon fruit extract was 1,21 ± 0,01 mg GAE/g. The obtained hydrogel beads showed a flattened shape with brown color, became spheric and white when put in water. The results reveal that formula 4 was the best formula with 1:2 ratio of extract and coprocessed excipient. Extract content of formula 4 was 310,64 ± 4,49 mg/g beads. Therefore, hydrogel beads of dragon fruit extract has the potential to be used as a antidiabetic drink."
Lengkap +
2015
S59459
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sisilia Triani Sisilia Triani
"Prevalensi kejadian crohn?s disease dan ulcerative colitis di dunia masih terus meningkat. Kedua penyakit ini termasuk dalam inflammatory bowel disease (IBD). Meskipun telah terdapat sejumlah pilihan terapi untuk pasien dengan penyakit ini, namun tindakan pembedahan masih menjadi satu-satunya pilihan untuk mengatasi pembentukan jaringan parut (fibrosis). Tetrandrine dipilih sebagai zat aktif pada penelitian ini karena telah diketahui memiliki efek antifibrosis. Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan dan mengevaluasi sediaan beads kalsium pektinat tetrandrine menggunakan properti yang sensitif pH untuk menarget kolon. Beads dibuat menggunakan metode gelasi ionik dan dilanjutkan dengan proses penyalutan oleh HPMCP HP-55 atau CAP. Beads tidak tersalut dievaluasi ukuran partikel, bentuk, morfologi, kemampuan mengembang, efisiensi proses, dan efisiensi penjerapan. Dari hasil evaluasi ini diputuskan beads dengan konsentrasi larutan kalsium klorida 5% (formula 1) akan digunakan untuk penyalutan. Beads formula 1 memiliki bentuk lebih sferis, tidak terlalu lengket, dan ukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan beads konsentrasi kalsium klorida 10% (formula 2) dan 15% (formula 3). Nilai efisiensi penjerapan dari ketiga beads secara berurutan yakni 65,67 ± 0,39%, 68,03 ± 0,12%, 56,28 ± 0,2%. Setelah disalut, beads kemudian digunakan untuk uji pelepasan secara in vitro dan uji pentargetan. Dari hasil pengujian diperoleh beads kalsium pektinat tersalut mampu menahan pelepasan tetrandrine dalam medium asam, namun belum berhasil menarget kolon.

Prevalances of crohn?s disease and ulcerative colitis in the world are still increasing. These two diseases are categorized as inflammatory bowel disease (IBD). Even there has been some theurapetic option for patient with these diseases, but surgery still the only option to treat fibrotic strictures. Tetrandrine was chosen as drug in this research because of its antifibrotic effect. This research was conducted to develop and evaluate calcium pectinate beads exploiting pH sensitive property for colon-targeted delivery of tetrandrine. Beads were prepared by ionotropic gelation method followed by enteric coating with HPMCP HP-55 or CAP. Uncoated beads were evaluated for particle size, shape, morphology, swellability, process efficiency and encapsulation efficiency. From evaluation, beads with concentration of calcium chloride 5% (formula 1) was chosen as formula for coating. First formula were more spherical in shape, not too sticky, and smaller in size when compared with beads using calcium chloride concentration 10% (formula 2) and 15% (formula 3). Encapsulation efficiency of the three formula, 65.67 ± 0.39%, 68.03 ± 0.12%, 56.28 ± 0.2% respectively. After coating process, beads were used in in vitro drug release and targeted test. The studies showed that coated calcium pectinate beads were sufficient to resist tetrandrine released in acidic medium, but was unsuccessfully in targeting colon.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S63758
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Barli Nurbudi
"Manik-manik adalah benda budaya hasil karya manusia yang secara umum berfungsi sebagai perhiasan. Keanekara_gaman warna, bentuk dan bahan merupakan bagian yang unik dan menarik. Manik-manik dari Plawangan adalah contoh kasus yang menjadi subyek penelitian. Selain bervariasi da-lam warna, bentuk dan bahan, pada manik-manik Plawangan terdapat bekas-bekas buat yang berlainan. Keberadaan geja_la-gejala tersebut mengundang penulis untuk mengungkapkan kemungkinan teknik buatnya. Sasaran yang hendak dicapai pada penelitian ini ada_lah mengetahui jenis-jenis bahan, bentuk, teknik buat, kemungkinan ada atau tidaknya hubungan bahan dengan bentuk dan bahan dengan ukuran. Penelitian manik-manik Plawangan dilakukan secara langsung mengamati bendanya. Setiap manik-manik dikelom_pokkan berdasarkan jenis bahannya, kemudian setiap jenis bahan tersebut dipilah lagi menurut bentuk garis keliling, profil dan ujung. Dari hasil tipologi bahan dan bentuk se_lanjutnya setiap jenis manik-manik diamati warna dan ukur_annya. Analisa jejak buat dilakukan terhadap seluruh jenis bahan melalui.pengamatan pada setiap gejala yang diduga akibat proses pembuatan. Dalam usaha ini obyek yang menjadi pengamatan adalah bagian permukaan, bentuk lubang dan dinding lubang. Khusus pada manik-manik kaca, pengamatan juga dilakukan terhadap bentuk gelembung udara dan arah garis (striasi). Dalam upaya mengetahui hubungan bahan dengan bentuk dan kemungkinan adanya hubungan antara bahan dengan ukuran dilakukan korelasi kedua unsur tersebut. Hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa manik-_manik Plawangan terdiri atas 6 jenis bahan yaitu, emas, kaca, terakota, batu, kerang dan tulang dengan masing-ma_sing tipenya. Manik-manik emas terdiri atas satu tipe, kaca terdiri atas lima tipe dengan sembilan sub-tipe dan sebelas variasi, terakota terdiri atas tujuh tipe dengan dua sub-tipe, batu terdiri atas lima tipe dengan dua sub_tipe, kerang terdiri atas satu tipe dengan tiga sub-tipe, dan tulang terdiri atas satu tipe dengan dua sub-tipe. Dari hasil pengamatan terhadap jejak buat yang terdapat pa pada manik-manik Plawangan, diketahui ada sepuluh teknik buat manik-manik yaitu, teknik tempa, pelubangan langsung, tarik, tarik-tekan, tekan, pembentukan langsung, gulung, bor satu nisi, bar dua sisi dan teknik potong. Hasil ko_relasi antara bahan dengan bentuk belum menunjukkan hasil yang berarti, sedangkan korelasi antara bahan dan ukuran memberikan gambaran bahwa manik-manik yang berukuran kecil sekali (1,2 - 6,8 mm) merupakan manik-manik yang paling po_puler yaitu, terdapat pada jenis bahan emas, kaca, batu, kerang dan tulang. Jejak-jejak buat yang tertinggal pada manik-manik dapat digunakan sebagai petunjuk cara pembuatan manik-manik, balk pada manik-manik yang dibuat dari bahan alami (seperti batu, tulang dan kerang) maupun yang dibuat dari bahan olahan (seperti emas, kaca dan terakota)."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jo Anne Rossalia
"
ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai teknologi pembuatan manik-manik khususnya yang terbuat dari kaca. Sebagai data dipergunakan manik-manik yang berasal dari dua situs di Sumatera, yaitu situs Kerning dan Kambang UngIen. Jika kita berbicara mengenai manik-manik, tentunya yang terlintas adalah Benda berbentuk butiran, umurnnya berukuran kecil dan memiliki lubang ditengahnya sebagai jalan rnemasukkan benang sehingga dapat dirangkaikan menjadi satu untaian.
Bahan manik-manik yang akan dibahas merupakan kaca olahan (hasil pengolahan manusia), bukan batuan yang terbuat dari batuan alam kaca. Untuk mengerjakan kaca menjadi sebuah manik-manik diperlukan kepandaian yang khusus, sejak tahap penyediaan bahan dasar, pencampuran, pemanasan, pembentukkan sampai pada tahap penghalusan.
Setiap daerah perbengkelan memiliki teknik tersendiri dalam pembuatan, namun teknik-teknik tertentu dapat menghasilkan bentuk-bentuk yang sama dan warna yang mirip. Berdasarkan hasil pengamatan sekilas, manik-manik di kedua situs di Sumatera ini memperlihatkan kemiripan, namun berdasarkan keletakan dan karakter situs masing-_masing tentunya ada perbedaan. Di alam tulisan ini hanya sampai pada tahap identifikasi, untuk melihat persamaan dan perbedaan, tanpa mengkaji kronologi dan tempat pembuatannya.
Oleh karena manik-manik dari situs Kambang Unglen tidak hanya terdiri dari manik-manik kaca, maka dilakukan penyortiran. Dilanjutkan deng:in analisis khusus (spesfic analysis) terhadap bentuk, ukuran didasarkan pada klasifikasi bentuk Beck, kemudian warna berdasarkan standar warna Munsell Colour Chart dan Grumbacher Colour Compass. Pengamatan yang sangat memerlukan ketelitian adalah pengamatan terhadap jejak buat, sehingga dapat diketahui teknik buatnya. Analisis Laboratorium dibutuhkan untuk mempertegas perbedaan, tidak hanya pada penampakan luarnya saja.
Hasil yang diperoleh bahwa manik-manik di kedua situs sangat berbeda, namun adanya kecenderungan warna-warna yang sama dapat terbentuk akibat pencampuran bahan yang berbeda dan warna-warna yang berbeda didapat dari pencampuran bahan yang sama. Namun faktor lain yang diperhitungkan adalah prosentase bahan dan pencampuran bahan yang dilakukan oleh seorang pengrajin saat pembuatan bahan dasar. Kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini adalah bersifat sementara. Oleh karena itu penelitian serta pengujian lebih mendalam masih sangat dibutuhkan.
"
Lengkap +
1997
S11531
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uke Andrawina Utami
"Inflammatory Bowel Disease (IBD) merupakan penyakit radang yang terjadi pada usus. Peradangan kronik yang terjadi dapat menyebabkan terbentuknya jaringan parut, tindakan bedah dilakukan untuk pengobatan ini. Obat antifibrotik diberikan pasca operasi, salah satu obat antifibrotik yang digunakan adalah pentoksifillin. Pengobatan pada lapisan mukosa usus akan lebih efektif, jika obat dapat dilepaskan ke tempat peradangan. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat beads dengan metode gelasi ion menggunakan polimer alginat yang disambung silang dengan kation divalen seperti kalsium klorida yang akan membentuk gel tidak larut. Beads kalsium-alginat yang mengandung pentoksifillin dibuat dalam tiga formula dengan variasi konsentrasi kalsium klorida 2% (formula 1), 3% (formula 2), dan 4% (formula 3). Karakterisasi yang dilakukan meliputi bentuk dan morfologi, distribusi ukuran, efisiensi proses, efisiensi penjerapan, dan uji pelepasan in vitro. Beads yang dihasilkan berbentuk hampir bulat, distribusi berada pada ukuran 710 sampai 1180 μm. Efisiensi penjerapan dari ketiga formula berturut-turut yaitu 48,75%, 47,28%, dan 45,89%. Kandungan pentoksifillin dari ketiga formula berturut-turut yaitu 18,28%, 15,75%, dan 13,76%. Uji pelepasan zat aktif dari beads dilakukan pada medium asam klorida pH 1,2 dapar fosfat pH 7,4 dan dapar fosfat pH 6. Hasil penelitian menunjukkan, pelepasan pentoksifillin dari beads alginat pada ketiga medium dilepaskan dengan cepat.

Inflammatory Bowel Disease (IBD) is an inflammatory that occurs in intestinal. Chronic inflammation that occurs can cause a fibrotic tissue, surgery is an action for the treatment of IBD. Antifibrotic drug is administered after surgery, pentoxifylline is one of an antifibrotic drugs. Treatment of the intestinal mucosa inflammation will be more effective if the drug can be released directly to the inflammation. The aim of this research is to prepare beads by ionic gelation method, where sodium alginate were crosslinked with divalen cations such as calcium ions to form an insoluble gel beads. Beads were characterized, include shape and morphology, size distribution, process efficiency, adsorption efficiency, and in vitro release test. Calcium-alginate containing pentoxifylline were prepared in three formulas which various concentration of calcium chloride 2% (formula 1), 3% (formula 3), and 4% (formula 3). The results shows that beads which produced have almost spherical form, most of particle size distribution is between 710-1180 μm. Adsorption efficiency from three formulas respectively are 48,75%, 47,28%, and 45,89%. Encapsulation efficiency from three formulas respectively are 18,28%, 15,75%, and 13,76%. The release test of active substance from beads performed in pH 1,2 hydrochloric acid, pH 7,4 phosphate buffer, and pH 6 phosphate buffer. Results showed the release of pentoxifylline from alginate beads was released fastly in three mediums.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42292
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
J. Ratna Indraningsih
"Manik-manik sebagai salah satu obyek studi arkeologi lndonesia, dapat dikatakan masih sangat langka dibicarakan. Terutama dalam mengungkapkan hubungan manik-manik dengan manusia pendukungnya. Secara umum dapat didefinisikan bahwa manik-manik ialah butiran-butiran kecil dari merjan, kerang,tulang, kaca atau batuan, yang diberi berlubang dan di untai sebagai perhiasan tubuh manusia. Manik-manik dapat kita jumpai pada aneka suku-bangsa di dunia ini, sehingga dapat dikatakan bahwa perhiasan manik-manik ini termasuk salah satu unsur kebudayaan universil.
Tujuh unsur kebudayaan universil sebagai hasil dari keseluruhan tata kelakuan dan kelakuan manusia, terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut: sistem peralatan dan perlengkapan hidup, unsur mata pencaharian, unsur bahasa, unsur kesenian, unsur kemasyarakatan, unsur sistem pengetahuan dan unsur religi (Koentjaraningrat 1972: 82). Unsur kebudayaan yang berhubungan dengan manik-manik ialah unsur peralatan dan perlerigkapan hidup serta unsur religi. Dalarn pembagian terhadap sistem peralatan dan perlengkapan hidup manusia."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1977
S11616
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Proyek Pembinaan Permuseuman, 1997
R 745.582 IND u
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>