Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Viramitha Kusnandi Rusmil
"Latar Belakang : Tingginya prevalensi stunting di Indonesia dipengaruhi oleh kebutuhan gizi yang meningkat disertai kuantitas dan kualitas MPASI yang terbatas. Pemberian protein hewani yang mengandung asam amino esensial lengkap dan berjumlah cukup diharapkan mendukung pertumbuhan linear adekuat. Penelitian mengenai efektivitas PMT protein hewani terhadap pertumbuhan linear pada setting komunitas belum pernah dilakukan di Indonesia.
Metode : Penelitian ini merupakan non-randomised controlled trial di Kelurahan Warakas Jakarta Utara pada bulan Agustus-November 2022 dengan subjek antara berusia 6-59 bulan mendapat intervensi PMT protein hewani (telur dan/atau susu) selama 4 bulan serta edukasi, dibandingkan dengan mendapatkan edukasi saja. Analisis dilakukan dengan membandingkan insidens stunting, delta WAZ dan LAZ, weight increment, dan length increment antara kedua kelompok.
Hasil : Analisis dilakukan terhadap 56 subjek kelompok intervensi dan 67 subjek kelompok kontrol. Insidensi stunting baru di akhir penelitian ditemukan sebanyak 11,9% pada kelompok kontrol dibandingkan kelompok intervensi 0% memiliki hasil berbeda bermakna (p=0,021, OR IK 95% 1,13). Median delta WAZ kelompok intervensi (0,13 SD) berbeda bermakna (p=0,01) dibandingkan dengan kelompok kontrol (-0,09 SD). Analisis kelompok intervensi delta WAZ menunjukkan perbedaan yang signifikan (p=0,01) dibandingkan dengan kelompok kontrol, namun hasil delta LAZ secara statistik tidak berbeda bermakna tetapi secara klinis intervensi ini bermanfaat. Persentase subjek mencapai weight increment dan length increment adekuat lebih besar pada kelompok intervensi dan berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol.
Kesimpulan : Pemberian edukasi dan PMT protein hewani mampu mencegah terjadinya stunting dengan mendukung tercapainya weight increment dan length increment adekuat dan memberikan efek bermakna terhadap perubahan WAZ.

Background : The high prevalence of stunting in Indonesia is influenced by increasing nutritional needs and the limited quantity and quality of complementary food. Supplementary feeding of animal proteins containing complete and sufficient amounts of essential amino acids is expected to support adequate linear growth. Research on the effectiveness of animal protein supplementation on linear growth in community settings has never been conducted in Indonesia.
Methods : This study is a non-randomized controlled trial in Warakas, North Jakarta, from August-November 2022. Subjects between 6-59 months in intervention group received supplementary feeding of animal proteins (egg and/or milk) for four months and education, meanwhile the control group received education only. Analysis was conducted by comparing the incidence of stunting, delta WAZ and LAZ, weight increment, and length increment.
Result : Analysis was conducted on 56 subjects of the intervention group and 67 subjects of the control group. The incidence of stunting at the end of the study (11.9%) was found in the control group compared to the intervention group (0%) has significant results (p=0.021, OR CI 95% 1.13). Analysis of the delta WAZ intervention group showed a significant difference (p=0.01) compared to the control group, however, the delta LAZ result was not statistically different but clinically the intervention was beneficial. The average of endline LAZ subjects at risk of stunting in the intervention group (-0.24 SD) differed significantly (p=0.001) compared to the control group (-0.93 SD). The percentage of subjects achieving adequate weight increment and length increment was greater in the intervention group and showed a significant difference from the control group.
Conclusion : The intervention of education and animal protein supplementation can prevent occurrence of stunting by promoting adequate weight increment and length increment and also has a meaningful effect on changes of WAZ.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kania Nurmala
"Status nutrisi merupakan indikator utama dalam menilai kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, tertutama di wilayah dengan prevalensi masalah gizi yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan kader posyandu tentang status nutrisi balita dengan tindak lanjut penilaian status nutrisi di wilayah kabupaten karawang.  Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif dengan pendekatan cross-sectional. Dengan responden sebanyak 166 kader posyandu yang dipilih menggunakan metode simple random sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang telah dilakukan uji CVI, validitas dan reliabilitasnya. Hasil penelitian menunjukan tingkat pengetahuan kader posyandu sebanyak 43,4% cukup, 39,8% kurang, dan hanya 16,9% kader yang berpengetahuan baik. Perilaku tindak lanjut penilaian kader di wilayah Puskesmas Ciampel terdapat 54,8% sesuai, dan 45,2% tidak sesuai. Hasil uji bivariat menunjukan  terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan kader posyandu tentang status nutrisi balita dengan tindak lanjut penilaian status nutrisi dengan nilai p atau p-value sebesar 0,002 (p < 0,05). Pentingnya pembinaan dan pelatihan rutin bagi kader posyandu, terutama dalam aspek pengukuran status nutrisi dan tindak lanjutnya untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan status nutrisi balita di masyarakat.

Nutritional status is a key indicator in assessing community health and well-being, especially in areas with a high prevalence of nutritional problems. This study aims to identify the relationship between the level of knowledge of posyandu cadres about the nutritional status of toddlers with follow-up assessment of nutritional status in Karawang district.  This study used a descriptive correlative design with a cross-sectional approach. The respondents were 166 posyandu cadres selected using simple random sampling method from five villages with high malnutrition cases. Data were collected through a questionnaire that had been tested for Content Validity Index, validity and reliability. The results showed that the level of knowledge of posyandu cadres was 43.4% sufficient, 39.8% lacking, and only 16.9% of cadres were well informed. The behavior of follow-up assessment of cadres in the Ciampel Health Center area is 54.8% appropriate, and 45.2% are not appropriate. The results of the bivariate test showed a significant relationship between the level of knowledge of posyandu cadres about the nutritional status of toddlers with follow-up assessment of nutritional status with a p value or p-value of 0.002 (p < 0.05). The importance of regular coaching and training for posyandu cadres, especially in the aspect of measuring nutritional status and its follow-up to improve the quality of health services and nutritional status of toddlers in the community. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Ardi Vantono
"There are several tools to measure coping mechanisms. However, there is not yet adapted to Indonesian situation and not yet specific to measure mother coping mechanisms in maintaining adequate dietary intake for children aged 6–23 months during pandemic situation. Therefore, this study aims to develop a tool to measure mother’s coping mechanisms in maintaining adequate dietary intake of children aged 6–23 months during COVID-19 Pandemic in Jakarta. The method of this study was a mixed-method with qualitative and quantitative study that involved three phases. Phase I was a formative study. There were 22 mothers involved in the in-depth interview. Transcript verbatim and Microsoft Excel were used to analyze data. Three themes with 13 lists of mother coping mechanisms were explored. Phase II was the development of a tool with 4 steps such as listing the mother’s coping mechanism, counting the relative frequency of the coping mechanism, categorizing and weighting the coping mechanism, and combining frequency and severity for analysis. Phase III was a pre-testing questionnaire with the reliability and validity test on the developed tool with 13 items list of questions. After the reliability and validity test, there were 9 items question of the tool is reliable (cronbach alpha = 0.719) and valid (r count > r table). To conclude, the tool has 9 item questions is reliable and valid to rapidly measure mother’s coping mechanisms in maintaining adequate dietary intake for children aged 6–23 months in Jakarta. This tool can be useful for government and community health centers to having the right target of households with food insecurity, identification children aged 6–23 months with risk of undernutrition, and prioritizing the family in need especially in COVID-19 pandemic situation.

Alat pengukur mekanisme koping sudah ada beberapa. Namun, belum terdapat alat yang telah diadaptasikan pada situasi di Indonesia dan belum spesifik untuk mengukur koping mekanisme ibu dalam mempertahankan asupan gizi yang baik untuk anak yang berusia 6–23 bulan selama situasi pandemi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengukur mekanisme koping ibu dalam mempertahankan asupan gizi yang baik bagi anak usia 6–23 bulan selama pandemi COVID-19 di Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode campuran dengan studi kualitatif dan kuantitatif yang melibatkan 3 fase. Fase 1 adalah studi formatif. Terdapat 22 ibu yang ikut serta pada wawancara mendalam. Transkrip verbatim dibuat dari semua hasil rekaman wawancara mendalam dan Microsoft Excel digunakan untuk menganalis data. Tiga tema dengan 13 daftar koping mekanisme ibu telah dieksplorasi. Selanjutnya, fase II dilakukan pembuatan alat dengan menggunakan 4 langkah yaitu membuat daftar item mekanisme koping ibu. menghitung relatif frekuensi, mengkategorikan koping mekanisme, dan mengkombinasikan relatif frekuensi dengan kategori mekanisme koping untuk analisis. Fase III dilakukan pre-testing kuesioner dengan tes uji reliabilitas dan validitas dengan 13 daftar pertanyaan menggunakan SPSS Software 20.0. Setelah uji reliabilitas dan validitas, terdapat 9 item pertanyaan pada alat ini yang dinyatakan reliabel (cronbach alpha = 0.719) dan valid (r hitung > r tabel). Oleh karena itu, alat ini memiliki 9 item pertanyaan yang reliable dan valid untuk mengukur koping mekanisme ibu dalam mempertahankan asupan bergizi bagi anak usia 6–23 bulan selama pandemi COVID-19 di Jakarta secara cepat. Alat ini dapat berguna bagi pemerintah dan puskesmas untuk membantu membuat target rumah tangga rawan pangan yang tepat, mengidentifikasikan anak usia 6-23 bulan yang memiliki risiko kurang gizi akibat kerawanan pangan keluarga, dan mengukur prioritas keluarga yang membutuhkan bantuan saat pandemic COVID-19."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neni Sisri
"ABSTRAK
Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan fisiologis pada anak yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Gangguan nutrisi pada anak merupakan masalah yang serius karena berdampak terhadap tumbuh kembang anak serta kemungkinan kualitas hidup kurang optimal. Pemberian nutrisi enteral melalui NGT dapat memenuhi kebutuhan nutrisi anak, namun pemberian nutrisi melalui NGT juga dapat menyebabkan terjadinya muntah. Untuk mencegah terjadinya muntah pada anak yang diberikan nutrisi enteral melalui NGT diberikan posisi miring kanan. Tujuan penulisan adalah untuk mengetahui efektifitas pengaturan posisi miring kanan untuk mencegah muntah. Metode dilakukan dengan menggunakan pendekatan PICO yang dilaksanakan selama 7 minggu bulan Februari sampai bulan April 2017 pada anak yang dirawat diruang infeksi RSUPN Cipto Mangunkusumo. Hasil didapatkan 40 anak, 20 anak diberikan posisi miring kanan kelompok intervensi 60 tidak muntah, 40 mengalami muntah. 20 anak diberikan posisi miring kiri kelompok kontrol 75 mengalami muntah dan 25 tidak muntah. Kesimpulan pengaturan posisi miring kanan dapat mengurangi muntah pada anak yang diberikan nutrisi enteral melalui NGT. Rekomendasi pengaturan posisi miring kanan dapat dilakukan pada anak stelah pemberian makan selama 30-60 menit untuk mencegah terjadinya muntah.Kata Kunci: Muntah, Nutrisi enteral, Posisi miring kanan

ABSTRACT
Nutritional needs is a physiological requirement in children that can affect the growth and development of children. Nutritional disorders in children is a serious problem because it affects the development of children and the possibility of quality of life is less than optimal. Enteral nutrition through NGT can meet the nutritional needs of children, but nutrition through NGT can also cause vomiting. To prevent the occurrence of vomiting in children who are given enteral nutrition through NGT given right side position. The purpose of writing is to determine the effectiveness of the right tilt position to prevent vomiting. Methods were carried out using PICO approach which was carried out for 7 weeks February to April 2017 in the hospitalized child of Cipto Mangunkusumo RSUPN. The results obtained 40 children, 20 children were given right sloping position intervention group 60 did not vomit, 40 experienced vomiting. 20 children were given a left sidet position control group 75 experienced vomiting and 25 did not. The conclusion of right side position adjustment can reduce vomiting in children who are given enteral nutrition through NGT. Recommendation right side positioning may be performed in children after 30 60 minutes after feeding to prevent vomiting. "
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Khadijah Atthahirah
"Pemenuhan kebutuhan gizi pada 1000 Hari pertama kehidupan seorang anak merupakan hal penting yang perlu diperhatikan. Saat anak berusia di bawah dua tahun (baduta) anak mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dan tidak dapat terulang. Salah satu faktor yang dinilai efektif dalam memenuhi kebutuhan gizi baduta adalah menerapkan praktik pemberian makan responsif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran praktik pemberian makan responsif pada anak usia 6-23 bulan di DKI Jakarta.
Metode penelitian yang digunakan adalah cross-sectional, dengan pengambilan data secara daring dan luring. Sampel pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak usia 6-23 bulan (atau pengasuh yang sudah merawat lebih dari 3 bulan) yang sesuai dengan kriteria inklusi. Teknik sampling yang digunakan adalah proportionate stratified random sampling, dengan jumlah total keseluruhan sampel 445 responden. Peneliti menyebarkan kuesioner yang mencakup data karakteristik anak, karakteristik ibu/ pengasuh, stres pengasuhan, dan praktik pemberian makan responsif.
Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah menerapkan praktik pemberian makan responsif di tingkat sangat baik (88,1%). Namun, sayangnya masih terdapat 2% responden yang menerapkan praktik pemberian makan responsif dalam tingkat buruk. Tentu angka ini bukanlah angka yang sedikit, mengingat saat ini terdapat lebih dari 100.000 jiwa baduta yang berdomisili di DKI Jakarta. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar intervensi preventif untuk meningkatkan kesuksesan praktik pemberian makan responsif pada anak usia 6-23 bulan.

Fulfilling nutritional needs in the first 1000 days of a child's life is an important thing that needs attention. When a child is under two years old, the child experiences a very rapid growth and it cannot be repeated. One factor that is considered effective in meeting the nutritional needs of under-two years old is implementing responsive feeding practices. This study aims to describe responsive feeding practices in children aged 6-23 months in DKI Jakarta.
The used research method is cross-sectional, with online and offline data collection. The sample in this study were mothers who had children aged 6-23 months (or caregivers who had cared for more than 3 months) who met the inclusion criteria. The sampling technique used was proportionate stratified random sampling, with a total sample of 445 respondents. Researcher distributed questionnaires that included data on child's characteristics, mother's characteristics, parenting stress, and responsive feeding practices.
The results of the study generally showed that the majority of respondents had implemented responsive feeding practices at a very good level (88.1%). However, unfortunately there are still 2% of respondents who apply responsive feeding practices at a poor level. Certainly, this number is not a small number, considering that currently there are more than 100,000 children under two years old living in DKI Jakarta. This research is expected to be the basis for preventive interventions to increase the success of responsive feeding practices in children aged 6-23 months.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aria Kekalih
"LATAR BELAKANG: Peningkatan jumlah ibu bekerja secara konsisten dapat berdampak positif meningkatkan status ekonomi rumah tangga, sebaliknya dapat berdampak negatif bagi pola asuh, asupan makanan serta pertumbuhan anak. Studi menganalisis praktik keragaman makanan (dietary diversity) sebagai komponen penting Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada anak usia 6-23 bulan khususnya pada tiga tingkatan ibu bekerja: tenaga kerja/buruh tidak terampil, tenaga terlatih, tingkat professional dan ibu tidak bekerja sebagai pembanding. Studi juga menilai hubungan kondisi ibu bekerja dan keragaman makanan dalam menjelaskan mekanisme terjadinya stunting.
METODE: Kompilasi Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) serta Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) periode tahun 2002 - 2012 digunakan untuk menganalisis ketepatan praktik konsumsi keragaman pangan pada anak serta determinannya. Sebagai studi kombinasi bertahap (sequential mixed method), hasil kuantitatif diperjelas kajiannya dengan studi kualitatif melalui wawancara mendalam kepada ibu dari berbagai tingkatan pekerjaan.
HASIL: Anak dengan keragaman makanan tepat yaitu minimum 4 jenis makanan dari usia 6 bulan hanya 18-24%, sedangkan selebihnya terlambat dikenalkan variasi makanan terutama sumber protein hewani. Ibu bekerja pada tingkat terendah (tenaga kerja tidak terampil) justru berhubungan dengan pola asupan yang kurang baik dan memburuknya stunting, padahal jumlahnya mencapai 40% dari ibu bekerja. Kesejahteraan rumah tangga, akses informasi, pelayanan kesehatan, pendidikan dan pekerjaan orang tua adalah faktor yang berasosiasi terhadap prilaku asupan yang baik. Studi kualitatif mendapatkan bahwa pada komunitas ibu bekerja sebagai buruh tidak terampil, tumbuh persepsi yang kompromi terhadap pemberian makanan seadanya karena keterbatasan sumber daya pengasuhan anak, disamping keharusan mereka untuk tetap bekerja memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Analisis pathway mendapatkan bahwa ibu bekerja sebagai buruh tidak terampil secara langsung berhubungan dengan kurangnya keragaman makanan dan secara tidak langsung dengan stunting. Untuk menindaklanjuti kelompok ibu dan rumah tangga yang memerlukan intervensi edukasi, studi mengembangkan kuesioner skrining untuk mengidentifikasi rumah tangga yang tidak mampu memberikan keragaman makanan yang baik dengan akurasi 70% .
KESIMPULAN: Di Indonesia, banyaknya ibu bekerja sebagai tenaga kerja tidak terampil berpotensi memperburuk masalah stunting. Anak-anak usia 6-23 bulan mengalami masalah kurangnya dan terlambatnya diberikan keragaman makanan yang cukup. Penting untuk keluarga, terutama dengan ibu bekerja dengan anak masih dibawah 2 tahun, untuk meningkatkan kesadaran pengasuhan anak dan ketrampilan pemberian MP-ASI dengan keragaman pangan yang cukup sejak anak berusia 6 bulan, selain ASI eksklusif. Edukasi gizi dapat dilakukan tidak hanya kepada ibu, keluarga dan pengasuh anak, namun juga terhadap komunitas ibu bekerja dengan pemberdayaan program perusahaan sayang ibu dan bayi.

BACKGROUND: Consistent increasing number of working mothers can positively impact on household economy improvement, but otherwise may negatively affect parenting, child feeding and child growth. This study analyzed dietary diversity practice, as one important component of complementary feeding in children aged 6-23 months, and its determinants especially at the three levels of maternal occupation: unskilled labor, skilled labor, professional and also included non-working mother as reference. Study also analyzed direct and indirect association of maternal occupation and dietary diversity practices to explain mechanism of stunting.
METHODS: Compilation of Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) and the Basic Health Research (Riskesdas) from 2002 to 2012 were used to analyze the appropriateness of dietary diversity practice in children and its determinants. As sequential mixed method study, result of quantitative study were further explored by a qualitative study in the form of in-depth interviews
RESULTS: Children with timely minimum 4 food groups-dietary diversity (DD) since 6 months were only 18-24%, while the others had delayed introduce of animal source food. Mother worked at the lowest level (unskilled labor) lead to poorer dietary diversity and severe stunting, whilst their number was 40% of working mother. Household wealth, media exposure, access to health care, mother and father education and employment were factors associated to minimum DD. Qualitative studies found that unskilled labor mother community tend to compromise child feeding quality especially dietary diversity, due to limited child care resources, despite necessity to keep working to fulfill household needs. Pathway analysis found that mother working as unskilled labor directly caused poorer dietary diversity and indirectly caused stunting. To assess mother and household that required further education intervention related to DD importance, this study developed a scoring model for identifying household with high risk of inadequate dietary diversity with accuracy of 70%.
CONCLUSION: In Indonesia, the number of mothers who work as unskilled labor could potentially exacerbate the problem of stunting. Children aged 6-23 month old had inadequate and delayed timing for minimum dietary diversity in their diet. It is important for family, especially when the mother decided to work yet have under-two children, to re-develop parental awareness about the importance of complementary feeding with appropriate dietary diversity practice, beside exclusive breastfeeding. Nutrition education must not only be targeted to mother, family and caregiver, but also to working mother community via empowerment of mother and baby friendly company program.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Euis Sunarsih
"Stunting merupakan salah satu indikator status gizi yang menggambarkan permasalahan gizi kronis akibat dari keadaan yang berlangsung lama, seperti kemiskinan, pola asuh serta pemberian makanan yang kurang baik sejak anak dilahirkan. Stunting pada anak menyebabkan gangguan pada perkembangan kognitif, motorik dan memiliki konsekuensi jangka panjang terhadap kehidupan anak. Tujuan penelitian untuk melihat gambaran peran praktik pengasuhan dan status gizi terhadap perkembangan kognitif, motorik dan emosi sosial pada anak usia 3,5 tahun sampai 10 tahun. Merupakan follow up study dari penelitian suplementasi ibu hamil yang dilakukan di Lombok tahun 2001 – 2004. Penelitian menggunakan data sekunder dengan desain panel, sampel sebanyak 354 anak usia 3,5 dan 10 tahun. Hasil analisis didapatkan bahwa praktik pengasuhan pada ibu dengan pendidikan tinggi berhubungan dengan perkembangan kemampuan kognitif (koef 0,025), perkembangan kemampuan motorik (koef 0,033) dan perkembangan kemampuan emosi sosial (koef 0,053) dari usia 3,5 tahun sampai 10 tahun. Perlu dilakukannya intervensi yang efektif dan terintegrasi antara stimulasi psikososial anak sejak dini dengan program perbaikan status gizi agar pertumbuhan dan perkembangan anak terutama kemampuan kognitif, motorik dan emosi sosial anak optimal. Kata kunci : status gizi, perkembangan kognitif, perkembangan motorik, perkembangan emosi sosial

The Association between Nurturing Practice and Nutritional Status on Cognitive, Motor and Social Emotional Development in Lombok 2014 Stunting as indicator of nutritional status gives an overview of chronic malnutrition problem as a result of condition that lasted for long, such as poverty and parenting as well as unproperly feeding since the infancy. Stunting cause cognitive and motor development disorders and has long term consequences on children’s lives. The objective is to describe the association of nurturing practices and nutritional status on cognitive, motor and social emotional development of children at 3.5 up to 10 years of age. This study is followed up of maternal sumplementation research conducted in Lombok in 2001 – 2004. Using a secondary data with panel design, conducted to 345 children at 3,5 and 10 years of age as a sample, the result shows that nurturing practices on mother’s with high level education significantly associated with the cognitive development (coef 0,025), motor development (coef 0,033) and social emotional development (coef 0,053) at children at 3,5 up to 10 years of age. An effective and integrated interventions program combining the psychosocial stimulation and nutritional improvement program in early childhood in order to optimized the cognitive, motor and social emotional development "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Petrorima Selva
"Penelitian ini membahas pengetahuan dan sikap masyarakat terkait perilaku konsumsi ikan lokal sebagai makanan penambah gizi bayi usia 6-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sebangki Kabupaten Landak Kalimantan Barat. Hasil penelitian ini yaitu Perilaku masyarakat ditunjukan dengan perilaku memberi makan bayi usia 6-24 bulan mulai dari kuahnya hingga porsi ikan dalam jumlah setengah potong. Masyarakat hanya memberikan kuah ikan karena kekhawatiran terkena koreng, bentol, dan gatal pada anak ataupun tidak sempat membersihkan duri pada ikan. Ikan yang dikonsumsi adalah ikan yang dijual di pasar maupun ikan yang didapatkan dari sungai dengan cara pengolahan digoreng, disup atau disalai. Masyarakat juga jarang mengonsumsi ikan karena tidak suka mengkonsumsi ikan sehingga anaknya juga tidak mengkonsumsi ikan. Pengetahuan masyarakat ditunjukan dengan informan yang tidak mengetahui kandungan gizi yang terdapat pada ikan, namun mereka mengetahui kalau ikan baik untuk tumbuh kembang anak. Sikap masyarakat yakni ditunjukan dengan penyikapan untuk memberikan ikan kepada anaknya ketika sudah berusia satu tahun. Masyarakat juga menyikapi pantangan memakan ikan khususnya ikan lokal untuk bayi usia dibawah satu tahun.

This research discusses community knowledge and attitudes regarding the behavior of consuming local fish as food to increase nutrition for babies aged 6-24 months in the Sebangki Community Health Center Working Area, Landak Regency, West Kalimantan. The results of this research are that community behavior is shown by the behavior of feeding babies aged 6-24 months, starting from soup to half a portion of fish. People only give fish broth because they are worried about children getting scabs, bumps and itching or not having time to clean the spines on the fish. The fish consumed is fish sold in markets or fish obtained from rivers by frying, soup or grilling. People also rarely eat fish because they don't like eating fish, so their children don't eat fish either. Community knowledge is shown by informants who do not know the nutritional content contained in fish, but they know that fish is good for children's growth and development. The community's attitude is shown by the attitude of giving fish to their children when they are one year old. The community also prohibits eating fish, especially local fish, for babies under one year old."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulian Winata
"Pendidikan gizi selama masa kanak-kanak memainkan peran penting dalam membentuk kebiasaan makan yang sehat berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pesan gizi pola makan sehat melalui game edukasi gizi “Aku Bergizi” terhadap peningkatan pengetahuan gizi pola makan sehat pada anak sekolah dasar. Penelitian ini dilakukan kepada 60 responden yang terdiri dari kelas 3, 4 dan 5 di SDN Pondok Kelapa 03 Pagi Jakarta Timur pada bulan Mei hingga Juni. Jenis penelitian yang dilakukan kuantitatif dengan desain studi pra-eksperimental dan dilakukan secara one group pre-test dan post-test. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner secara online pada saat sebelum intervensi (pre-test), setelah intervensi yang dilakukan dalam rentang seminggu (post-test 1) dan seminggu setelah post-test 1 yang menggambarkan retensi (post-test 2). Analisis statisik menggunakan uji T berpasangan menunjukkan rata-rata nilai pengetahuan total maupun berdasarkan kelompok pertanyaan dalam game meningkat pada post-test 1 (p value < 0.001), lalu menurun pada post-test 2 tetapi masih lebih tinggi dibandingkan dengan pre-test. Hasil analisis menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata nilai pengetahuan yang signifikan terhadap frekuensi dan durasi bermain game. Sedangkan tidak ada perbedaan rata-rata nilai pengetahuan yang signifikan terhadap karakteristik responden seperti usia, jenis kelamin, keterpaparan sumber informasi, pendidikan ayah maupun ibu. Oleh karena itu, game edukasi gizi merupakan media yang efektif dalam meningkatkan pengetahuan gizi anak usia sekolah dasar.

Nutrition education during childhood plays a substantial role in promotion of healthy eating habits throughout the life. This research is aiming to get to know the impact of nutrition-education through a video game called "Aku Bergizi" with an increase of knowledge of nutrition on children of elementary-school. This was done on 60 respondents which consist of 3rd, 4th, and 5th graders in SDN Pondok Kelapa 03 Pagi Jakarta Timur, from May to June. The research was quantitative, with pre-experimental study design, and was conducted twice on each group (before and after playthrough), to observe the learning impact after playing the game. Data was collected through online questionnaires a.) before the intervention (pre-test), b.) after the intervention, which was carried out within a week (post-test 1) and c.) a week after post-test 1 to see retention rate (post-test 2). Statistical analysis using paired T-test showed that the average total knowledge-score increased in post-test 1 (p value < 0.001), then decreased in post-test 2 but was still higher than before the intervention (pre-test). Results showed a significant difference in the average-knowledge score on the frequency and duration of playing games, while no significant difference is found on the characteristics of the respondents such as age, gender, exposure to information sources, and the parents' education level. Therefore, video games are proven to be an effective media in increasing the nutrition-knowledge on children of elementary-school."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ariq Aufa
"ABSTRAK
Masalah gizi pada anak merupakan masalah yang harus menjadi sorotan saat ini karena memiliki dampak negatif di masa depannya. Masalah gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan HPK merupakan masalah yang sangat penting untuk diperhatikan karena akan memiliki dampak jangka pendek maupun panjang. Tujuan penelitian ini ialah untuk mencari tahu faktor-faktor yang berhubungan terhadap tingkat pengetahuan ibu mengenai1000 HPK. Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang dengan jumlah sampel sebanyak 110. Sampel tersebut terdiri dari ibu hamil dan ibu yang memiliki anak berumur di bawah 2 tahun yang tinggal di Kampung Lio RW 19, Depok. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang divalidasi dan analisis menggunakan Kolmogorov-Smirnov dan Chi square untuk mencapai tujuan. Hasil penelitian ini 42,7 sampel memiliki pengetahuan yang cukup. Satu variabel yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang 1000 HPK, yaitu tingkat pendidikan P=0,019 . Variabel lain seperti usia, pekerjaan, pengalaman, bentuk keluarga, penghasilan keluarga, aktivitas sosial, jarak fasilitas kesehatan, dan kepemilikan asuransi tidak berhubungan terhadap pengetahuan ibu tentang 1000 HPK. Ibu perlu meningkatkan pengetahuannya tentang 1000 HPK untuk memperbaiki gizi anak pada 1000 HPK.

ABSTRACT
Nutrition problem in children is a problem that should be in the spotlight currently because it has negative impact in the future. A nutrition problem in the first 1000 days of life is the most important to be managed because first 1000 days of life is the golden period that has short and long term impacts. The purpose of this study is to find out factors that related to the mother rsquo s knowledge about first 1000 days of life. This study uses cross sectional design with 110 samples. The sample consisted of mothers who have children under 2 years old or pregnant women who live in Kampung Lio RW 19, Depok. It uses validated questionnaires which are processed by using SPSS version 20 and analyzed by using Kolmogorov Smirnov and Chi square to achieve the purpose. The result of this study indicate that 42.7 of samples have sufficient knowledge. There is only one variable related to mother rsquo s knowledge about First 1000 days of life, that is education level P 0.019 . Other variables such as age, occupation, experience, family form, socio economic, social activities, distance to health facilities, dan health insurance are not related to Mother rsquo s knowledge about First 1000 days of Life. Mother needs to improve their knowledge about First 1000 days of Life to improve her child nutrition."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>