Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ika Sofrina
Abstrak :
Latar Belakang dan Tujuan Berbagai masalah kesehatan telah diketahui sebagai dampak dari kerja gilir dan stres kerja. Pabrik semen merupakan salah satu industri yang menerapkan kerja gilir bagi karyawannya untuk meningkatkan produktivitas. Di pabrik semen keluhan camas dan tegang ditemukan pada pekerja gilir. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kerja gilir dengan stres kerja dan faktor-faktor lain yang juga dapat mernpengaruhi stres kerja. Metode Penelitian menggunakan disain potong melintang dengan analisis perbandingan internal. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik sosiodemografi responden, karakteristik lingkungan kerja dan pengukuran stres kerja dengan kuesioner survai diagnosis stres. Hasil Dari 160 orang responden yang terdiri dari 80 orang pekerja gilir dan 80 orang bukan pekerja gilir didapatkan prevalensi stres kerja sebesar 73,25% pada pekerja gilir dan 52,5% pada bukan pekerja gilir. Terdapat hubungan yang bermakna antara kerja gilir dan stres kerja (p= 0,01; OR 2,5; 95% CI 1,3-4,9). Konflik peran merupakan stresor kerja yang dominan (p=0,025; OR 27,8). Bising kerja secara bermakna berhubungan dengan timbulnya stres kerja pada pekerja gilir(p-0.04; OR 2,3) Kesimpulan Kerja gilir berhubungan bermakna dengan timbulnya stres kerja (OR 2,5; 95% CI 1,3-4,9). Prevalensi stres kerja pada pekerja gilir lebih tinggi daripada bukan pekerja gilir. Konflik peran merupakan sires kerja dominan (OR 27,8). Rising kerja berhubungan bermakna dengan stres kerja (OR 2,3).
Analysis of the Relationship Between Shift Work and Job Stress Among Male Worker At Cement Factory "X" in West JavaBackground and Objectives Various health problems have been known as the impact of shift work and job stress. Cement factory represent one of the industry applying shift work to its employees to increase productivity. In this cement factory, anxiety and tense complaints found at shift workers_ Therefore, the objectives of this study is to identify the relationship between shift work and job stress, and other factors that can also influence job stress. Methods This study used a cross sectional design with internal comparative. The data collected were respondent's characteristic of sociodemography, work environment's characteristic, measurement of job stress by using survey diagnostic stress questionnaire. Results Among the 160 respondents, consisting at 80 shift workers and 80 non shift workers, revealed that the prevalence of job stress is 73,8% at shift workers and 52,5% at non shift workers. There is a significant correlation between shift work and job stress (p),001; OR 2,5; 95% CI 1,3-4,9). Role conflict is a dominant job stressor (p-0,025; OR 27,8). Working noise is the work environment's characteristic that has a significant relationship to job stress at shift workers (p=0,04; OR 2,3), Conclusion Shift work was relation to the occurence of job stress (OR 2,5; 95% CI 1,3-4,9). Shift work's prevalence of job stress is higher than non shift work's. Role conflict is a dominant job stressor (OR 27,8). Working noise has a significant relationship to job stress (OR 2,3).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T 13639
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didy Purwanto
Abstrak :
Latar Belakang Kerja gilir menimbulkan gangguan kesehatan seperti gangguan tidur, sindrom dispepsia, gangguan kardiovaskuler, dan lain-lain. Insomnia timbul akibat gangguan irama sirkadian. PT. I. merupakan industri semen, sebagian pekerja bekerja secara bergilir, oleh karena itu perlu diketahui berapa prevalensi insomnia dan faktor yang mempengaruhinya. Metode Disain studi cross sectional dengan analisa kasus kontrol. Sampel penelitian meliputi seluruh plant/divisi. Diagnosis insomnia ditegakkan dengan Insomnia Rating Score (IRS) yang disusun oleh kelompok Studi Psikiatri Biologi Jakarta (KSPBJ). Diukur juga derajat stres kerja dengan Survai Diagnostik Stres dan analisis psikopatolgi dengan SCL-90. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September 2004 terhadap 260 responden yang berasal dari 130 pekerja gilir dan 130 pekerja non gilir. Hasil Prevalensi insomnia adalah 48,1% dimana prevalensi pada pekerja gilir hampir dua kali lebih tinggi dibandingkan pekerja non gilir. Faktor risiko yang berhubungan dengan insomnia adalah kerja gilir OR 2,6 (1,6 - 4,3), psikopatologi OR 3,4 (2,0 --5,8), hipertensi OR 2,2 (1,2 - 4,0), kebiasaan minum kopi OR 1,9 (1,0 - 3,4), dan lokasi rumah dekat sumber bising OR 1,8 (1,0 - 3,1). umur, lama kerja, kebiasaan minum alkohol dan olahraga malam hari tidak berhubungan dengan insomnia. Simpulan dan saran Kerja gilir merupakan faktor risiko terjadinya insomnia dengan OR 2,6. Faktor lain yang merupakan faktor risiko terutama adalah psikopatologi OR 3,4, hipertensi OR 2,2 kebiasaan minum kopi OR 1,9 (1,0 - 3,4), dan lokasi rumah dekat sumber bising OR 1,8 (1,0 - 3,1). Pemeriksaan insomnia dan gangguan mental emosional agar dilakukan secara berkala. Pekerja gilir dihimbau untuk mengurangi minum kopi.
Shift Work and Insomnia with Risk Factor in cement industry of PT I' s worker Background The shift work causes many healths's problem such as sleep disturbance, dyspepsia syndrome, etc. Sleep disturbance or insomnia is caused by circadian rhythm's problem. PT. I is the cement industrial. a part of employee do as shift worker. Therefore, it is needed to know the insomnia's prevalence and to identify the risk factors Method A cross sectional study using case control analyze were conducted to 260 workers who were the sample taken from all plant and division. Similar number (130) were selected from each of the two groups of worker (shift and non-shift). The diagnosis of insomnia used the Insomnia Rating Scale (IRS) that was arranged by Kelompok Stud/ Psikiatri Jakarta (KSPBJ). Beside that, we measured the stress at work by the Survey Diagnostic Stress and Psychopathology by SCL-90. Result The subjects were 260 workers that kinds of 130 shift workers and 130 non-shift workers. A number of 48,1% have suffered insomnia. The risk factor that affected the insomnia were shift work OR 2,6 (1,6 -- 4,3), psychopathology OR 3,4 (2,0 - 5,8), hypertension OR 2,2 (1,2 -- 4,0), coffee OR 1,9 (1,0 - 3,4), and living near the noise area OR 1,8 (1,0 - 3,1). The other factors such as age, duration of work, alcohol habit, and physical exercise were not proven to have correlate on insomnia. Conclusions The shift work was the risk factor of insomnia. The other risk factors that influence insomnia was psychopathology, hypertension, drinking coffee, and living near the noise area, We recommend the insomnia examination and psychopathology are carry out together with periodical medical check up. The shift workers are requested to decrease of drinking coffee.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T 13640
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anang Prayudi
Abstrak :
Kerja gilir memberikan keuntungan dalam mendukung produktivitas perusahaan. Namun disisi lain, kerja gilir juga dapat mengakibatkan kelelahan dan gangguan tingkat kewaspadaan sopir truk hauling yang bekerja gilir. Resiko terjadinya kecelakaan kerja akan semakin meningkat bila terjadi gangguan pada tingkat kewaspadaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kewaspadaan sopir truk hauling kerja gilir dan faktor yang mempengaruhinya, serta hubungan pola kerja gilir dengan gangguan tingkat kewaspadaan. Metode penelitian adalah studi "comparative cross sectional' dengan mengambil seluruh sopir truk hauiing di perusahaan sebanyak 145 orang sebagai responden. Data penelitian didapatkan nielalui kuesioner, serta pengukuran tes Kraepelin yang dilakukan setelah shift kerja pada kelompok sopir shift Siang dan malam. Hasil penelitian dianalisis dengan SPSS 11.5. Didapatkan prevalensi tingkat kewaspadaan buruk pada 56.6% sopir truk hauling. Faktor yang paling kuat herhubungan dengan tingkat kewaspadaan buruk adalah lama kerja (p=0.45), dengan OR 2.9. Sedangkan faktor lain yang mempunyai hubungan tidak bermakna tetapi mendekati secara berurutan adalah training (p=0.06 dan OR=0.47), berat badan (p=0.10 dan OR=1.9), jumlah anak (p=0.14 dan OR=1.9 ) dan umur anak terkecil (p=0.19 dan OR=0.53). Dalam hubungan dengan faktor lama kerja, maka tingkat kewas )adaan berkaitan dengan "general performance" dimana proses adaptasi memegang peranan penting. Semakin lama bekerja maka sopir semakin beradapatasi sehingga tingkat kewaspadaan semakin baik. Faktor training dengan nilai OR= 0.47 dengan IK < 1 menunjukkan bahwa training yang jarang menjadi faktor yang protektif untuk terjadinya tingkat kewaspadaan buruk. Hal ini menjadi kontradiktif dan perlu evaluasi lebih lanjut terutania berkaitan dengan materi, cara 1 metode pemberian training dan waktu training serta kompetensi trainernya. Faktor berat berlebih dan kegemukan menjadikan pekerja mengeluarkan tenaga berlebih untuk melakukan aktilhas sehingga mudah terjadi kelelahan yang pada akhimya menyebabkan kantuk dan penurunan kewaspadaan. Jumlah anak dan umur anak terkecil mempengaruhi tingkat kewaspadaan karena faktor pengasuhan yang membutuhkan perhatian lebih dari orang tua sehingga mengganggu jadwal istirahat pekerja. Dalam penelitian ini tidak dapat dibuktikan adanya pengadaan berrnakna dari tingkat kewaspadaan sopir truk hauling terhadap pola kerja shift (shift siang dan shift malam).
Shift work provides benefit in supporting a company's productivity. However. shift work also might cause fatigue and alertness disturbance of hauling truck drivers who work on shift. The risk of work accident would be significantly increased in line with decreasing level of alertness. The aims of this study are to know the alertness level of the hauling truck drivers who work on shift and the influencing factors, also to identify the relationship of shift work with alertness level. The research method is comparative cross sectional study by taking 145 hauling truck drivers as the study respondents. The data of this study was obtained from questionnaire and measurement of Kraepelin test which was done after the completion of shift work of day and night drivers. The result of this study was analyzed with SPSS 11.5. It was found that the prevalence of "bad" alertness of the hauling truck drivers was 56.6%. The strongest, related factor with bad alertness was length of work period (p=0.05) with OR=2.9. Other factors that showed no significant ration but have close relation were training (1=0.06 and OR=0.47), body weight (p=0.10 and OR=1.9), number of children (p=-0.14 and OR=1.9) and the age of the youngest child (p=0.19 and OR=0.53). In relation with the length of work period, alertness is related with "general performance" of which the adaptation process takes significant role. Drivers adapt well with longer period of assignment in year so that the alertness level is much better. Training factor with OR=0.47 and IK
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T17699
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Susanto
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kelelahan pada pekerja pada shift malam dengan sistem Double Shift Di PT. X Proyek Y Th. 2016. Seperti kita ketahui bahwa angka kecelakaan kerja pada industri konstruksi sangat tinggi yang menelan korban jiwa yang tidak sedikit dan kerusakan properti yang cukup besar. Salah satu faktor yang berkontribusi pada kecelakaan kerja adalah kelelahan yang dialami para pekerja. Banyak defenisi tentang kelelahan, tetapi secara garis besar dapat dikatakan bahwa kelelahan merupakan suatu pola yang timbul pada suatu keadaan, yang secara umum terjadi pada setiap individu, yang telah tidak sanggup lagi untuk melakukan aktivitasnya. Kerangka Teori yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teori dari Grandjean (1988) yang ditulis dalam bukunya yang berjudul "Fitting The Task to The Man". Dimana pada tahapan sensasi kelelahan dipengaruhi oleh faktor pekerjaan yang monoton, faktor intensitas dan faktor durasi tekanan fisik dan mental pekerjaan, faktor kondisi lingkungan; suhu, pencahayaan dan kebisingan, penyakit dan faktor nutrisi yang buruk dan faktor beban mental; tanggung jawab, kekhawatiran dan adanya konflik. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menumbuhkan kesadaran akan pentingnya manajemen kelelahan guna meminimalkan risiko kecelakaan kerja. Rekomendasi yang diberikan diharapkan manajemen Proyek Y dimasa yang akan datang dapat memenuhi aspek keselamatan dalam melaksanakan sistem Double Shift dengan cara menerapkan Manajemen kelelahan secara konsisten dan menyeluruh untuk mencegah dan meminimalkan risiko akibat bekerja malam pada sistem Double Shift ini.
The objective of this research is to analyze the risk factors related to the fatigue level of night shift workers of Double Shift system in Project Y, X Company, year 2016. Work-related accidents on construction industry have resulted in a high number of fatalities and sizeable property damage. One of the contributing factors in workrelated accidents is fatigue felt by the workers. There are many definitions of fatigue, but the one which is generally agreed is that of a pattern which arises in a situation where individuals are no longer able to perform their activities. The theory framework used in this research is the one by Grandjean (1988), written in his book "Fitting the Task to the Man". The stages of fatigue are influenced by factors such as monotonous work, intensity and duration of work?s physical and mental stress, environmental conditions (temperature, lighting, and noise), diseases or illnesses, and poor nutrition, and mental load factors (responsibilities, worries, and conflicts). It is to be hoped that the result of this research will raise awareness of the importance of fatigue management in order to minimize the risk of work-related accidents. Recommendations given in this research are intended to help the Y Project management meet the safety aspects in the Double Shift system with the constant and thorough implementation of fatigue management to prevent and minimize risks caused by the system?s working nights.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46422
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cholid Ismartono
Abstrak :
Penelitian pada makalah ini menyajikan pendekatan riset operasi untuk mengoptimalkan penjadwalan di perusahaan penerbangan. Pekerjaan pemeliharaan pesawat oleh tenaga kerja yang profesional itu dilakukan diantara waktu kedatangan dan waktu keberangkatan pesawat. Meskipun perawatan ini dilakukan dengan waktu yang terbatas dan kenyataannya kedatangan pesawat itu tidak selalu sama setiap waktu, maka pekerjaan pemeliharaan tetap harus selesai tepat waktu dan tanpa mengurangi tingkat keselamatan penerbangan. Pekerjaan pemeliharaan pesawat di line itu dilakukan selama atau diantara waktu operasi, ketika pesawat terbang melakukann transit dan ketika pesawat terbang parkir di malam hari. Oleh karenanya perlu untuk membuat suatu rosters personil perawatan pesawat yang dapat disesuaikan untuk meminimalkan biaya tetapi tetap memperhitungkan dan diterima dalam hal tingkat keamanan dan peraturan penerbangan. Oleh karena itu, perlu optimasi untuk ditetapkan waktu mulai shift kerja lalu jumlah tenaga kerja yang sesuai dengan tenaga kerja yang tersedia. Algoritma akan dipersiapkan untuk mencari solusi terbaik dari shift kerja dan jumlah tenaga kerja di setiap shift kerja itu. Dengan meningkatnya jumlah variabel keputusan dan kendala, metode riset operasi diharapkan dapat membantu untuk menemukan jadwal yang optimal. ......This paper presents an operational research approach to optimize scheduling at an airline company The maintenance is done by professional manpower between aircraft arrival and departure time. Although this maintenance is done with limited time and aircraft arrival is not same in every time, the maintenance must be finished on time and without decreasing the safety of the flight. Aircraft line maintenance work during operation time, when the aircraft transit and when the aircraft remain over night. It as an avantage to build aircraft maintenance personnel rosters that can be adapted to minimize cost but acceptable in term of safety level and regulation. Therefore, need an optimization for the start time of work shift and the numbers of manpower that appropriate with the workforce. The algorithm will search the best solution of work shift and the numbers of manpower in every that work shift. With the increasing number of the decision variables and constraints, the operational research methode help to find the optimum schedule.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T51747
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Permata Sari
Abstrak :
Pekerja shift merupakan salah satu aggregat yang berisiko mengalami masalah kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan arti dan makna pengalaman bekerja shift pekerja manufaktur. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif fenomenologi deskriptif dengan metode wawancara mendalam. Partisipan dalam penelitian ini adalah pekerja shift di perusahaan manufaktur di DKI Jakarta berjumlah 6 (enam) orang yang didapatkan dengan teknik purposive sampling. Data yang dikumpulkan berupa hasil rekaman wawancara yang dianalisis dengan teknik Collaizi. Penelitian ini mengidentifikasi tujuh tema yaitu alasan bekerja shift, mengenali karakteristik setiap shift, dampak yang dialami pekerja, upaya mempertahankan status kesehatan, mendapat dukungan, manajemen waktu pekerja shift dan harapan pekerja shift. Hasil temuan ini merekomendasikan kepada institusi kerja utuk mempertimbangkan pengaturan jam kerja untuk meminimalisasi dampak kerja shift pada pekerja. ......Shift worker is one of the aggregate who risk of having health problems. This research aims were explored the experience of working shift by manufacturing workers. This research used qualitative descriptive phenomenology method and data collected by in-depth interviews. Participants in this research is shift workers at a manufacturing company in Jakarta totaled 6 (six) people who obtained by purposive sampling technique. The data gathered are in form of the result from recording of the interview and analyzed by Collaizi techniques. This research identified seven themes: the reasons of work shift, knowing the characteristics of each shift, impact of shift work, the efforts of maintaining health status, getting support, doing time management and shift workers expectations. The results recommend to company to consider working time to minimize the impact of shift work on workers.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulaida Maya Sari
Abstrak :
Instansi XYZ di Serpong menerapkan jadwal kerja shift untuk keperluan pengoperasian dan pengamanan fasilitas nuklir dan sistem pendukungnya. Jadwal kerja shift dibagi menjadi 2 shift (12 jam per hari) dan 3 shift (8 jam per hari). Kondisi waktu kerja yang panjang dan jadwal kerja dengan sistem shift membuat karyawan lebih berisiko mengalami fatigue. Dari sudut pandang ini, penelitian dilakukan untuk menganalisis faktor risiko yang berhubungan dengan fatigue pada karyawan Instansi XYZ di Serpong. Penelitian dengan desain studi cross sectional dilakukan pada 320 karyawan Instansi XYZ di Serpong. Kuesioner yang telah divalidasi digunakan untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik individu (usia, jenis kelamin, IMT, dan status kesehatan), gaya hidup (durasi tidur, hutang tidur, kualitas tidur, kebersihan tidur, aktivitas fisik, kebiasaan minum kafein, dan kebiasaan merokok), fisik (punggung statis, punggung dinamis, bahu/lengan, pergelangan tangan, dan leher), dan psikososial (waktu kerja, kerja shift, tuntutan kerja, dukungan sosial, kepuasan kerja, dan stres kerja). Tes deskriptif dan analisis regresi linier ganda digunakan untuk analisis statistik. Analisis multivariat menunjukkan bahwa umur, lama tidur, higiene tidur, jadwal kerja, dan stres kerja merupakan faktor yang signifikan dapat memprediksi kelelahan pada karyawan Instansi XYZ di Serpong. Berdasarkan besarnya nilai koefisien B maka faktor psikososial (jadwal kerja dan stres kerja) yang lebih dominan mempengaruhi terjadinya kelelahan. ......The XYZ Institution in Serpong applies a shift work schedule for the purposes of operating and securing nuclear facilities and supporting systems. The shift work schedule is divided into 2 shifts (12 hours per day) and 3 shifts (8 hours per day). Long working time conditions and shift work schedules make workers more at risk of fatigue. From this point of view, the study was conducted to analyze risk factors related to fatigue among workers of XYZ Institution. This descriptive-cross-sectional study was carried out on 320 workers of XYZ Institution in Serpong. A validated self-reported questionnaire was used to obtain information on individual characteristics (i.e. age, gender, BMI, and health status), lifestyle (i.e. sleep duration, sleep debt, sleep quality, sleep hygiene, physical activity, caffeine drinking habits, and smoking habits), physical (i.e. back static, back moving, shoulder/arm, wrist, and neck), and psychosocial (i.e. working time, shift work, work demand, social support, job satisfaction, and work stress) factors. Descriptive tests and multiple linear regression analysis were used for statistical analysis. Multivariate analysis showed that age, sleep duration, sleep hygiene, work schedule, and work stress as the most significant predictors of fatigue in workers at the XYZ Institution. Based on the magnitude of the coefficient value B, psychosocial factors (work schedule and work stress) are more dominant factors affecting fatigue.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53311
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mova Aria
Abstrak :
Latar Belakang: Kelelahan kerja merupakan penyebab 80% kecelakaan kerja di industri minyak dan gas yang menerapkan sistem kerja shift secara berkesinambungan. Tujuan: Untuk menilai perubahan tingkat kelelahan kerja selama onduty pada pekerja anjungan minyak dan gas lepas pantai di Indonesia. Metode: Pekerja anjungan minyak dan gas lepas pantai di perusahaan X dilibatkan dalam penelitian longitudinal panel survey ini dengan metode consecutive sampling. Data yang diambil adalah data demografi (usia, job position, lama bekerja, riwayat hipertensi dan diabetes) dan kuesioner Occupational Fatigue Exhaustion Recovery 15 (OFER15) dengan 3 subscale; kelelahan akut, kelelahan kronis, dan waktu pemulihan. Pengambilan data dilakukan pada minggu ke 1, 2, 3, dan 4 pada akhir shift. Hasil: Dari 67 responden didapatkan skor kelelahan akut dan kelelahan kronis pada minggu ke 2 tidak mengalami perubahan signifikan dibandingkan dengan minggu pertama (P > 0.05), tetapi meningkat signifikan pada minggu 3 dan 4 (P < 0.05). Skor waktu pemulihan pada minggu ke 2, 3, dan 4 menurun signifikan dibandingkan minggu 1 (P < 0.05). Uji korelasi menunjukkan adanya hubungan di antara ketiga subscale (P <0.05). Kesimpulan: Pekerja anjungan minyak dan gas lepas pantai mengalami peningkatan skor kelelahan akut dan kronis mulai minggu ke 3 dan penurunan skor waktu pemulihan mulai minggu ke 2. Manajemen kelelahan sesuai target waktu dan penjadwalan kerja yang optimal diharapkan dapat mengurangi kelelahan kerja dan menurunkan risiko kecelakaan kerja. ......Background: Work fatigue is responsible for 80% of work accident in oil and gas industry, which applies shift work system for approximately 4 weeks as their regular schedule. Aims: To assess the change of work fatigue level during on-duty period in the workers of offshore oil and gas rig in Indonesia. Methods: Workers of the offshore oil and gas rig in company X were involved in this longitudinal panel survey research with consecutive sampling methodology. The collected data were demographic data (age, job position, work period, history of hypertension and diabetes) and Occupational Fatigue Exhaustion Recovery 15 (OFER15) questionnaire with three sub-scales, namely acute fatigue, chronic fatigue, and inter-recovery time. Data were collected in weeks 1, 2, 3, and 4 at the end of shift period. Results: From 67 respondents, the result shows that score of acute and chronic fatigue in week 2 did not significantly change, compared with first week (P > 0.05), but it significantly increased in weeks 3 and 4 (P < 0.05). Score of the inter-recovery time in weeks 2, 3, and 4 significantly decreased, compared with week 1 (P < 0.05). Correlation test shows relation among three sub-scales (P <0.05). Conclusions: Workers in the offshore oil and gas rig had an increase of score in acute and chronic fatigue, starting from third week, as well as a decrease of score in inter-recovery time starting from second week. Fatigue management, based on time target and optimal work scheduling, is expected to reduce the work fatigue, and decrease the risk of work accident.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Anggraeni Putri
Abstrak :
Jumlah industri manufaktur di Indonesia semakin bertambah setiap tahun sehingga meningkatkan jumlah pekerja shift. Tingginya jumlah pekerja shift menimbulkan risiko masalah kesehatan akibat kerja seperti kelelahan. Kemampuan manajemen waktu memiliki peran dalam mengatasi kelelahan pada pekerja shift. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kemampuan manajemen waktu pekerja shift dengan tingkat kelelahan. Penelitian ini menggunakan metodologi deskriptif cross-sectional dengan total sampel sebanyak 60 pekerja shift di PT. LP. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang berisi pernyataan mengenai kemampuan manajemen waktu dan kuesioner Fatigue Severity Scale untuk mengukur tingkat kelelahan. Hasil uji analisis Chi Square menyatakan tidak ada hubungan bermakna antara kemampuan manajemen waktu pekerja shift dengan tingkat kelelahan di PT. LP P=0,169, ?=0,05 . Namun, hasil penelitian menunjukkan kemampuan manajemen waktu kurang baik meningkatkan risiko kelelahan pada pekerja shift. Hasil ini merekomendasikan agar dilakukan penelitian kembali dengan jumlah sampel yang lebih besar.
The number of manufacturing industries in Indonesia are increasing every year so that the number of shift workers are also increasing. The high number of shift workers increases the risk of occupational health problems such as fatigue. Time management ability has a role in overcoming fatigue on shift workers. The purpose of this research is to identify the correlation between shift workers rsquo time management ability and fatigue severity. This research uses cross sectional descriptive methodology with total sample of 60 shift workers in PT. LP. The instrument was used in this study is a questionnaire that contains a statement about time management ability and Fatigue Severity Scale questionnaire to measure the fatigue severity. Chi Square analysis test results states there is no correlation between shift workers rsquo time management ability and fatigue severity in PT. LP P 0.169, 0.05 . However, the results show poor time management increases the risk of fatigue in shift workers. This result recommends that re research be carried out with a larger sample size.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S67612
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herol Efendi
Abstrak :
Shift kerja menjadi salah satu solusi meningkatkan produktivitas. Namun, dengan adanya shift kerja ini, akan menimbulkan berbagai dampak salah satunya adalah terganggunya siklus sirkadian yang akan menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas tidur pekerja, sehingga berdampak pada kelelahan pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan shift kerja, kuantitas kualitas tidur serta faktor risiko kelelahan terhadap kelelahan tersebut Penelitian ini menggunakan pendekatan observasional dengan desain studi cross sectional yang dilakukan pada pekerja petugas pengamanan kampus Universitas Indonesia dalam periode Mei sampai Juni 2017 dengan sampel 150 responden instrument yang digunakan dalam penenlitian ini adalah kuesioner Industrial Fatigue Research Committe IFRC dan The Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI, serta pengukuran kualitas kuantitas tidur secara objektif melalui alat actigraph. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara sleep hygiene dengan kuantitas tidur para pekerja Petugas pengamanan lingkungan kampus UI dengan nilai-p 0,044 dan ada hubungan antara kelelahan kerja dengan sleep hygiene dengan memperlihatkan hasil nilai-p 0,006.
Work shift to be one solution to increase productivity. However, with the existence of this work shift, will cause various impacts one of them is the disruption of circadian rhythm which will cause decrease of quality and quantity of worker sleep, so that impact on worker fatigue. This study aims to see the correlation shift work, the quantity of sleep quality and fatigue risk factors to fatigue. The study used an observational approach with cross sectional study design conducted on campus security guards Universitas Indonesia in the period May to June 2017 with a sample of 150 respondents. Used in this study are the Industrial Fatigue Research Committee IFRC and The Sleep Sleep Quality Index PSQI questionnaires, as well as objective measurements of the quantity of sleep quality through the actigraph fitbit blaze tool. The results showed that there was a correlation between sleep hygiene and sleep quantity of the workers of the UI campus security officer with p value 0.044 and there was a correlation between work fatigue with sleep hygiene by showing p value of 0.006.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S66869
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>