Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tino Leonardi
"Kesehaian tidak dapat dipungkiri lagi merupakan faktor dasar yang peranannya sangat signifikan dalam mendukung aktivitas manusia untuk mernenuhi kehutuhan hiclupnya. Banyak fakta menunjukkan bahwa menurunnya kualitas kesehatan suatu masyarakat secara tidak langsung juga menyebabkan turunnya kualitas kesejahteraan hidup masyarakat. Salah saiu penyebab turunnya kualitas kesehaian Seseorang adalah gaya hidup yang tidak sehat. Gaya hidup ini menjadi faktor resiko yang memicu timbulnya penyakit degeneratif Penyakit yang akhir-akhir ini telah menjadi ancaman yang tak kalah mengerikan jika dibandingkan penyakit yang disebabkan mikroorganisme. Salah sam falclor resiko yang susah sekali dihilangkan adalah dari merokok. Merokok telah menjadi ancaman lalan karena usia seseorang mulai merokok saat ini semakin dini.
Perilaku tidak sehat yang dilakukan pada masa remaja mengancam kesempumaan pertumbuhan organ tubuh. Banyak penelitian menunjukkan bahwa seseorang merokok seringkali disebabkan oleh tekanan lingkungan (Saraiino, 1994). Kenyataan tersebut membawa kepada sualu kesimpulan bahwa rernaja harus dibekali dengan pengetahuan dan keterarnpilan yang memadai agar terbentuk sikap dan penlaku yang anti rokok.
Program pendidikan yang disusun untuk tugas akhir ini adalah program pencegahan merokok dengan pendekatan peer education. Pendekatan ini digunakan karena remaja oenderung lebih suka memperoleh inforrnasi dari sebayanya Remaja juga cenderung lebih terbuka kepada sebaya dalam mengungkapkan masalah-masalahnya Materi untuk program disusun berdasarkan peranan faktor psikososial yang ternyata cukup kuat memicu seseorang untuk merokok. Oleh karena itu, selain materi tentang bahaya merokok, materi tentang berkomunikasi secara asertif juga disertakan sebagai salah satu materi utama."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T38395
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faisal Muttaqin
"Efektifitas Label peringatan kemasan rokok menjadi isu global dalam mempengaruhi intensi berhenti perokok. Beberapa ahli berpendapat bahwa penggunaan label kemasan visual lebih efektif dari pada penggunaan label peringatan tekstual. Namun, ada beberapa tokoh yang berpendapat bahwa fear-appeal yang digunakan dapat menyebabkan reaksi berani pada remaja. Teori psikologi sosial, menyarankan bahwa sebaiknya pesan peringatan yang menggunakan fear-appeal sebaiknya dipadukan dengan pesan self efficacy.
Masih sedikitnya peneilitian yang membahas tentang perpaduan fear-appeal dan self efficacy dalam label peringatan menyebabkan efektifitas label tersebut masih belum jelas, maka tujuan pertama penelitian adalah untuk memeriksa efek dari perpaduan pesan tersebut. Selanjutnya, mayoritas perokok remaja Indonesia adalah remaja muslim. Melalui pendekatan karakteristik konsumen muslim. penelitian ini menawarkan label non halal pada kemsasan rokok. oleh karena itu, penelitian ini juga bertujuan untuk memeriksa penggunaan label non halal pada kemasan rokok di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, dengan menggunakan 2 studi. Studi 1 untuk memeriksa perbedaan efektifitas label visual dan tekstual serta perbedaan efektifitas label yang dipadukan dengan pesan self-efficacy. Studi 2 untuk memeriksa perbedaan efektifitas label non halal dengan label visual tekstual saja. Sebanyak 240 partisipan dikutsertakan dalam eksperimen , partisipan terdiri dari mahasiswa universitas Indonesia dalam rentang umur 18-23 tahun. Data yang diperoleh, kemudian diolah dengan metode statistic anova dan Uji T.
Hasil menemukan bahwa, label peringatan visual fear-appeal efektif menciptakan perasaan negative. Hasil penelitian konsisten dengan penelitian sebelumnya bahwa label peringatan visual lebih efektif dibandingkan dengan label peringatan tekstual saja. Hasil juga menyarankan bahwa sebaiknya label peringatan baik visual dan tekstual dipadukan dengan pesan sel-efficacy.
Hasil juga menyarankan khusus untuk perokok remaja muslim, penggunaan label non halal sebagai label peringatan pada kemasan rokok efektif meningkatkan intensi berhenti merokok. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya, dan mnyarankan penggunaan pesan self-efficacy pada label peringatan. Khusus untuk perokok muslim, penelitian ini menyarankan penggunaan label peringatan yang dipadukan dengan label non halal guna meningkatkan intensi berhenti perokok remaja muslim. Penelitian ini tidak membedakan kelompok perokok dan non perokok, selain itu juga gambar yang digunakan hanya satu jenis penyakit.
......Effectiveness of warning labels cigarette packs become a global issue in influencing the intention to stop smoking. Some experts argue that the use of visual packaging labels more effective than the use of textual warning labels. However, there are some leaders who argue that fear-appeal that used to cause reactions in young brave. By using the theory of social psychology, Morvan (2011) and cissamaru (2007) suggested that the warning message should use fear-appeal should be combined with a message of self-efficacy.
The small number of fusion research that addresses fear-appeal and self-efficacy in the effectiveness of warning labels cause the label is not clear, then the purpose of the study is the first to examine the effect of the combination of the message. Furthermore, a number of teenage smokers majority of Muslims in Indonesia. Muslim consumer characteristics approach. This research offers a non-halal labels on cigarette packs. Then, the second goal is to want to examine the use of non-halal labels on cigarette packs in Indonesia.
This study uses an experimental method, by using the 2 studies. study 1to examine differences in the effectiveness of visual and textual labels and labeling differences, combined with the effectiveness of self-efficacy messages. Study 2 to examine differences in the effectiveness of non-halal label with visual textual labels alone. Total of 240 participants in the experiment, the participants consisted of Indonesian university students in the age range 18-23 years. Data processed with ANOVA and T -Test statistical methods. Results found that, the visual warning labels fear-appeal effectively create negative feelings.
The results are consistent with previous studies that the visual warning labels more effective than the textual warning labels alone. Results also suggest that a warning label should be both visual and textual messages combined with self-efficacy. Results also suggest special for Muslim youth smokers, the use of non-halal label as warning labels on cigarette packs effective increase intentions to quit smoking.
The results support previous studies, and suggest the use of self-efficacy message on the warning label. Especially for Muslim smokers, this study suggests the use of a warning label, combined with non-halal labels to improve intentions of Muslim youth smokers quit smoking. This study is limited to Indonesian university students, so we need a study involving a sample of the entire population of Indonesia. The study also did not distinguish groups of smokers and non-smokers, but it is also an image that is used only one type of disease, so that the research needs to be done to distinguish these factors."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Havizoh
"Meningkatnya prevalensi merokok di kalangan remaja merupakan masalah serius. Rokok mengandung banyak bahan kimia berbahaya dan terkait dengan penyakit kronis, merusak emosional dan perilaku. Upaya yang saat ini dilakukan meliputi menyampaikan peringatan bahaya rokok dengan memuat gambar-gambar dengan media sederhana yang dinilai kurang menarik dan tidak relevan dengan usia remaja. Edukasi berbasis video game merupakan salah satu upaya mencegah inisiasi merokok pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh edukasi berbasis video game terhadap pengatahuan dan persepsi merokok remaja. Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimen jenis pre test dan post test dengan grup kontrol. Pemilihan dilakukan dengan Multistages random sampling. Jumlah responden pada kelompok perlakuan sebanyak 39 orang, sedangkan pada kelompok kontrol 30 orang. Analisis data menggunakan paired t test dan independent t test. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh signifikan antara pemberian edukasi berbasis video game terhadap pengetahuan (p value <0,001) dan persepsi (p value <0,001) merokok remaja. Penelitian merekomendasikan penerapan edukasi berbasis video game sebagai salah satu upaya pendekatan yang inovatif.
......The increasing prevalence of smoking among adolescents is a serious problem. Cigarettes contain many harmful chemicals and are associated with chronic illness, emotional damage and behavior. Current efforts include conveying warnings about the dangers of smoking by loading pictures with simple media that are considered less attractive and are not relevant to adolescents. Video game-based education is one of the efforts to prevent the initiation of tobacco consumption in adolescents. This study aims to look at the effect of video game-based education on the knowledge and perception of teenage smoking. This study uses a quasi-experimental design of the type of pre-test and post-test with a control group. The selection is done by multistages random sampling. The number of respondents in the treatment group was 39 people, while in the control group 30 people. Data analysis used paired t test and independent t test. The results showed there was a significant influence between the provision of video game-based education on knowledge (p value <0.001) and perception (p value <0.001) of teenage smoking. The study recommends the application of video game-based education as an innovative approach."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muh. Amin S
"ABSTRAK
Rokok merupakan faktor resiko utama dari penyakit jantung, kanker, penyakit paru
kronis, kanker mulut dan tenggorokan. Perilaku merokok bahkan dapat kita jumpai
pada kelompok umur yang lebih muda, yakni pelajar sekolah. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pengaruh peringatan kesehatan bergambar pada
kemasan rokok terhadap intensi berhenti merokok Siswa SMA laki-laki dengan
menggunakan studi cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan pada siswa
SMA di Makassar yang dihitung berdasarkan rumus uji hipotesis beda proporsi
yaitu 96 responden dari SMU, 64 responden dari SMK, 11 responden dari MA.
Tingkat efektivitas pengaruh kesehatan bergambar pada kemasan rokok terhadap
intensi berhenti merokok Siswa SMA laki-laki diukur dengan menggunakan
kuesioner. Seluruh gambar memiliki hubungan yang signifikan dengan intensi
berhenti merokok responden, yaitu gambar 1 dengan nilai p = 0,001, gambar 2
dengan nilai p = 0,001, gambar 3 dengan nilai p = 0,002, gambar 4 dengan nilai p
= 0,001 dan gambar 5 dengan nilai p = 0,004. Dari keseluruhan variabel independen
yang diduga paling kuat mempengaruhi intensi berhenti merokok pada responden
adalah Gambar 4 dengan p value < 0,05. Dengan nilai OR sebesar 2,7 yang artinya
Gambar 4 memberikan peluang 2,7 kali menyebabkan tingginya intensi berhenti
merokok siswa.

ABSTRACT
Smoking is the main risk factor of heart disease, cancer, chronic lung disease,
cancer of the mouth and throat. Smoking behavior can even be encountered in the
younger age groups, the students of the school. This study was purposed to analyze
the impact pictorial health warnings on cigarette packs toward the intentions to quit
smoking of male high school students by using the cross sectional study. Sampling
is done on high school students in Makassar, which is calculated based on the
formula of hypothesis test different proportions of high school at 96 respondents,
64 respondents from SMK, 11 respondents from MA. The effectiveness of pictorial
health effect on cigarette packs to the intention to quit smoking male high school
students were measured using a questionnaire. The whole picture has a significant
relationship with the intention of quitting the respondents, namely figure 1 with a
value of p = 0.001, Figure 2 with p = 0.001, figure 3 with p = 0.002, Figure 4 with
p = 0.001 and figure 5 with p = 0.004. The total of independent variables that
suspect the most strongly influence on respondents' intention to quit smoking is
Figure 4 with p value <0.05. With OR of 2.7, which means Figure 4 provides 2.7
times the chance of causing high intention to quit smoking students"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indy Larasati Wardhana
"Terdapat 35,5% mahasiswa di Indonesia perokok aktif. Padahal, mahasiswa harusnya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Tingkat pengetahuan merupakan aspek penting yang dinilai mampu memengaruhi kebiasaan merokok. Penelitian ini bertujuan untuk melihathubungan tingkat pengetahuan mahasiswa Universitas Indonesia (UI) terhadap bahaya rokok dan kebiasaan merokok. Metode penelitian ini adalah studi potong lintang yang dilaksanakan di UIpada bulan Agustus2018 hingga Maret2019.Peneliti menggunakan kuesioner sebagai instrumen untuk disebarkan kepada 94 responden yang dipilih menggunakan teknik pengambilan acak.Uji yang dilakukan untuk menganalisis data adalah uji univariat untuk melihat distribusi perokok dan uji fisher untuk menilai hubungan variabel. Hasil analisis statistik menunjukkan9 responden (9,6%) merupakan perokok aktif. Dari 9 perokok aktif, mayoritas berjenis kelamin laki-laki(88,9%), berasal dari fakultas hukum (44,4%) menggunakan rokok putih(66,7%), usia awal merokok17 tahun(33,3%), mengonsumsi 5-10 batang rokok sehari (55,5%), hanyamenggunakan rokok konvensional(89%), dan derajat adiksi terhadap nikotinnya cenderung ringan. Mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan mengenai bahaya rokok yang tinggi, baik responden yang merokok(77%)maupun tidakmerokok (68%). Seluruhresponden mendapat informasi mengenai merokok dari media cetak dan elektronik (100%). Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kebiasaan merokokmaupun derajat adiksi nikotin. Penelitian ini menunjukkan penggunaan rokok pada mahasiswa UIsudah tidak terlalu banyak. Namun, tingkat pengetahuan yang tinggi tidak membuat mahasiswa tidak merokok. Hal ini disebabkan oleh perokok cenderung menyepelekan bahaya dari merokok terhadap diri sendiri atau sekitarnya. Derajat adiksi nikotin pada mahasiswa UI cenderung ringan. Hal ini menunjukkan bahwa alasan mahasiswa UI merokok bukan disebabkan oleh kecanduan.

There are 35.5% of students in Indonesia who are active smokers. In fact, students should have a high level of education. The level of knowledge is an important aspect that is considered capable of influencing smoking habits. This study aims to examine the relationship between the level of knowledge of students at the University of Indonesia (UI) on the dangers of smoking and smoking habits. This research method is a cross-sectional study conducted at UI from August 2018 to March 2019. The researcher used a questionnaire as an instrument to be distributed to 94 respondents who were selected using a random sampling technique. assess variable relationships. The results of statistical analysis showed 9 respondents (9.6%) were active smokers. Of the 9 active smokers, the majority were male (88.9%), came from law school (44.4%) used white cigarettes (66.7%), the initial age of smoking was 17 years (33.3%). 5-10 cigarettes a day (55.5%), only using conventional cigarettes (89%), and the degree of addiction to nicotine tends to be mild. The majority of respondents have a high level of knowledge about the dangers of smoking, both respondents who smoke (77%) and non-smokers (68%). All respondents received information about smoking from print and electronic media (100%). No significant relationship was found between the level of knowledge with smoking habits and the degree of nicotine addiction. This study shows that the use of cigarettes in UI students is not too much. However, a high level of knowledge does not prevent students from smoking. This is because smokers tend to underestimate the dangers of smoking to themselves or those around them. The degree of nicotine addiction in UI students tends to be mild. This shows that the reason why UI students smoke is not caused by addiction."
Depok: Fakultas Kedokteran Univeritas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhara Gittanty Noor
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah perokok aktif melakukan information avoidance untuk melindungi intuitive preference yakni tetap merokok dan apakah informasi gambar secara signifikan dapat mencegah keputusan untuk merokok dibandingkan informasi tulisan pada perokok aktif. Penelitian ini memprediksi bahwa keinginan untuk terus merokok membuat perokok melakukan information avoidance dan informasi bahaya merokok dalam bentuk gambar lebih efektif dalam mencegah keputusan untuk merokok. Partisipan penelitian merupakan perokok aktif laki-laki yang berdomisili di Jakarta dan Bogor dengan usia minimal 18 tahun (N=71). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perokok yang tidak melakukan information avoidance justru membuat keputusan untuk merokok serta bentuk informasi dapat memprediksi keputusan terkait perilaku merokok dimana kelompok yang diberikan informasi gambar 0,32 kali lebih mungkin membuat keputusan untuk merokok. Penjelasan yang diajukan berdasarkan hasil penelitian ialah keinginan untuk merokok pada perokok aktif sangat kuat sehingga tidak perlu untuk dilindungi. Sementara, PHW dapat menyebabkan overexposure sehingga gambar tidak lagi efektif mencegah seseorang untuk merokok. Hal ini mengimplikasikan bahwa informasi bahaya merokok pada kemasan rokok belum efektif dalam menurunkan angka perokok sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait cara penyampaian informasi bahaya merokok yang efektif untuk mencegah perilaku merokok.

This study aims to demonstrate whether active smokers choose to avoid information to protect their intuitive preference to keep smokinh and whether visual information can significantly prevent smoking decision compared to text information on active smokers. This study predicts that the desire to continue smoking makes smokers choose to avoid information and visual information about negative impact of smoking can be more effective in preventing the decision to smoke. Study participants were male active smokers in Jakarta and Bogor with a minimum age of 18 years N = 71. The results of this study indicate that smokers who do not choose to avoid information actually make a decision to smoke and the form of information can predict smoking-related decisions where the group that were given visual information were 0.32 times more likely to make a decision to smoke. The explanation that was formed based on those results are the desire to smoke in active smokers is so strong that it does not need to be protected. Moreover, PHW may causes overexposure so that visual information is no longer effective in preventing someone from smoking. This implies that informations about danger of smoking on cigarette packs have not been effective in reducing the number of smokers. Further research needed to be done regarding how to effectively deliver information about danger of smoking."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desy Rizki Ariani
"ABSTRAK
Perilaku merokok masyarakat Indonesia meningkat dan dapat mengakibatkan masalah kesehatan bagi pengguna rokok bahkan menyerang kematian. Perilaku merokok saat ini mengalami pergeseran usia lebih muda bahkan cenderung anak-anak. Hal ini menjadi prihatin pada kondisi kesehatan anak usia sekolah yang sudah berperilaku merokok. tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan faktor risiko dengan perilaku dan persepsi merokok pada anak usia sekolah dasar di Kabupaten Karawang. Metode penelitian deskriptif korelatif dengan desain cross-sectional. Sampel sebanyak 356 responden rentang usia 9-12 tahun menggunakan teknik random sampling. Data dianalisis menggunakan korelasi, ada hubungan faktor risiko usia pertama kali merokok, ajakan teman sebaya, keluarga perokok, dan ekonomi dengan perilaku merokok anak usia sekolah dasar, dan terdapat hubungan faktor risiko mengikuti tren dan ingin keren, keluarga perokok dengan persepsi merokok anak usia sekolah dasar. Analisis multivariat regresi linier ganda menunjukan faktor paling dominan berhubungan dengan perilaku merokok yaitu usia pertama kali merokok. sedangkan faktor paling dominan berhubungan dengan persepsi merokok yaitu keluarga perokok. Temuan dalam penelitian ini menyarankan pemberian pendidikan kesehatan pada anak usia sekolah tentang bahaya merokok.

ABSTRACT
Smoking behavior of Indonesians is increasing and can lead to health problems for cigarette users and even death. Smoking behavior is currently experiencing a shift in younger age even tends to children. This becomes concerned with the health condition of school aged children who have already behaved in smoking. the purpose of this study is to know the relationship of risk factors with smoking behavior and perception in elementary school age children in Kabupaten Karawang. The research method is descriptive correlative with cross sectional design. The sample of 356 respondents ranged from 9 12 years old using random sampling technique. The data were analyzed using correlation, there were correlation of age first risk factor of smoking, invitation of peers, family of smoker, and economy with smoking behavior of elementary school age children, and there was correlation of risk factor following trend and wanted cool, smoker family with smoker perception basic. Multiple linear regression multivariate analysis showed the most dominant factor related to smoking behavior that is first age of smoking. while the most dominant factor is related to smoking perception that is family of smoker. The findings in this study suggest providing health education to school aged children about the dangers of smoking."
2018
T50467
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dharmady Agus
"Latar belakang. Bahaya merokok sudah diketahui secara luas, namun seorang perokok yang ingin berhenti merokok mengalami kesulitan karena terdapat pengaruh yang kuat aspek bio-fisio-psiko-sosio-demografi. Untuk itu, perpaduan metode berhenti merokok melalui pendekatan farmakologi dan non-farmakologi perlu dilakukan. Terapi kombinasi melalui farmakologi (vareniklin tartrat/VT) dan non-farmakologi (hipnosis kedokteran) diharapkan efektif membantu individu dengan ketergantungan nikotin untuk berhenti merokok.
Metode. Desain penelitian ini adalah uji klinis eksperimental acak tersamar tunggal yang dilakukan pada 100 perokok sedang-berat yang dialokasi menjadi dua kelompok melalui randomisasi. Setelah randomisasi, 50 responden akan mengikuti intervensi VT+hipnosis kedokteran dan 50 responden akan mengikuti intervensi VT+edukasi yang dilakukan paralel, mengikuti modul hipnosis kedokteran dan edukasi selama 12 minggu, dilanjutkan pengamatan 12 minggu pasca terapi. Keberhasilan responden dinyatakan berdasarkan nilai EECOL dengan batas pisah ≤ 10 ppm pada salah satu minggu selama penelitian. Responden dikatakan relaps jika nilai EECOL kembali ditemukan >10 ppm setelah dinyatakan berhasil. Analisis faktor bio-fisio-psiko-sosio-demografi dilakukan untuk melihat peran faktor tersebut terhadap keberhasilan terapi kombinasi VT+hipnosis kedokteran.
Hasil. Keberhasilan berhenti merokok jangka pendek kelompok VT+hipnosis kedokteran dan VT+edukasi adalah sebesar 78% dan 66% dengan NNT sebesar 8 (IK95%=3-18). Keberhasilan jangka panjang kedua kelompok sebesar 86% dan 68% (p=0,032). Angka relaps pada kelompok VT+hipnosis kedokteran ditemukan lebih rendah dibandingkan kelompok VT+edukasi (44,2% vs. 58,3%) dengan NNT sebesar 7 (IK95%=3-19). Tidak ditemukan adanya pengaruh aspek bio-fisio-psiko-sosio-demografi di dalam penelitian (p>0,05).
Simpulan. Terapi kombinasi VT+hipnosis kedokteran memiliki tingkat keberhasilan yang lebih baik dan angka relaps yang lebih rendah dibandingkan dengan VT+edukasi walaupun tidak ditemukan adanya pengaruh aspek bio-fisio-psiko-sosio-demografi di dalam penelitian.
......Background. Smoking has been widely known for it’s dangers towards health. Despite of the danger, smokers find hard to stop smoking and therapy is needed to help them stop smoking. Combination therapy which covers pharmacology and non-pharmacology aspect is needed to help smokers to stop smoking. Varenicline tartrate (VT) and medical hypnosis as a combined therapy is used to cover the pharmacology and non-pharmacology aspect of individual with nicotine dependence to stop smoking.
Methods. The research was conducted as a random single-blind experimental study on 100 moderate to severe smokers, divided randomly into two groups of 50 respondents each. Each group correspondingly enrolled VT+medical hypnosis therapy and VT+education therapy based on medical hypnosis and education module for 12 weeks with follow up for another 12 weeks. The program was defined successful by EECOL value ≤ 10 ppm in any week during the research and relapse was defined by EECOL value greater than 10 ppm after a success was declared. Analysis on bio-physio-psycho-socio-demography aspect was done to assess influence of these factors on the success rate of VT+medical hypnosis group.
Results. The short term success rate of VT+medical hypnosis and VT+education combination therapy was 78% and 66% respectively with NNT of 8 (CI95%=3-18). Long term success rate of both group was 86% and 68% respectively (p=0,032). Relapse rate is lower in the VT+medical hypnosis group than VT+education group (42,2% vs. 58,3%) with NNT of 7 (CI95%=3-19). There is no evident on relation of bio-physio-psycho-socio-demography and the success rate in the experiment (p>0,05).
Conclusion. Intervention with VT+medical hypnosis for smoking cessation has higher success rate and lower relapse rate than control. There was no evident on relation of bio-physio-psycho-socio-demography and the success rate in the experiment."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dio Alief Supriyanto
"Kebiasaan merokok masih menjadi masalah global dan juga di Indonesia. Rokok mengandung senyawa dan unsur yang berbahaya bagi kesehatan, salah satunya adalah nikotin. Nikotin memiliki efek ketergantungan pada penggunanya karena paparan jangka panjang dapat menyebabkan desensitisasi reseptor asetilkoin nikotinat. Tingkat dan lama paparan nikotin dari rokok akan mempengaruhi tingkat ketergantungan nikotin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kebiasaan merokok dengan tingkat ketergantungan nikotin pada perokok aktif di Depok. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan instrumen penelitian angket. Kuesioner yang digunakan terdiri dari kuesioner tentang faktor-faktor yang mempengaruhi (usia, IMT, latar belakang pendidikan, uang saku, kebiasaan merokok keluarga, dan lingkungan sosial), kuesioner tentang tingkat kebiasaan merokok (diukur dengan indeks Brinkman), dan Fagerstorm/ Kuesioner FTND (melihat tingkat ketergantungan). nikotin). Penelitian ini diikuti oleh 124 mahasiswa perokok aktif di Depok. Penelitian ini menemukan bahwa semakin tinggi indeks Brinkman subjek, semakin tinggi skor Fagerstorm (p < 0,001, r = 0,420). Selain itu, penelitian ini menemukan hubungan antara umur (p = 0,009, r = 0,223), uang saku (p = 0,003, r = 0,261), dan latar belakang pendidikan (p = 0,042) dengan derajat kebiasaan merokok, serta uang jajan ( p = 0,005, r = 0,249) dengan tingkat ketergantungan nikotin. Hasil ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan kekuatan korelasi sedang antara derajat kebiasaan merokok dengan tingkat ketergantungan nikotin.
Smoking habits are still a global problem and also in Indonesia. Cigarettes contain compounds and elements that are harmful to health, one of which is nicotine. Nicotine has a dependent effect on its users because long-term exposure can cause desensitization of nicotinic acetylcoin receptors. The level and duration of nicotine exposure from cigarettes will affect the level of nicotine dependence. This study aims to determine the relationship between the level of smoking habits with the level of nicotine dependence on active smokers in Depok. This research is a cross sectional study with a questionnaire research instrument. The questionnaire used consisted of a questionnaire about the influencing factors (age, BMI, educational background, pocket money, family smoking habits, and social environment), a questionnaire about the level of smoking habits (measured by the Brinkman index), and the Fagerstorm/FTND Questionnaire. (see dependency level). nicotine). This study was followed by 124 students who are active smokers in Depok. This study found that the higher the subject's Brinkman index, the higher the Fagerstorm score (p < 0.001, r = 0.420). In addition, this study found a relationship between age (p = 0.009, r = 0.223), pocket money (p = 0.003, r = 0.261), and educational background (p = 0.042) with the degree of smoking habit, and pocket money (p = 0.005, r = 0.249) with the level of nicotine dependence. These results indicate a significant relationship with moderate strength of correlation between the degree of smoking habit and the level of nicotine dependence."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shera Cynthia Islami
"Latar Belakang: Berdasarkan laporan Riskesdas (2018), terdapat sekitar 77 juta perokok
berusia diatas 15 tahun di Indonesia. Banyaknya masyarakat yang mulai merokok pada
saat remaja dan peningkatan jumlah perokok remaja di Indonesia menjadikan remaja
sebagai target untuk pencegahan dan intervensi kebiasaan merokok. Pengetahuan dan
kesadaran mengenai bahaya merokok serta motivasi berhenti merokok diketahui mejadi
faktor dalam mencegah kebiasaan merokok dan memprediksi peluang seseorang berhenti
merokok. Tujuan: Untuk mengetahui kesadaran dan tingkat pengetahuan tentang bahaya
merokok pada rongga mulut serta motivasi berhenti merokok pada siswa SMA di Jakarta
beserta variabel yang berkontribusi terhadapnya. Metode penelitian: Studi analisis
cross-sectional pada 552 siswa SMA di Jakarta. Kesadaran dan tingkat pengetahuan
diukur menggunakan kuesioner penelitian AlAbdullah, dkk (2019). Kuesioner penelitian
Joly, dkk (2017) digunakan untuk mengukur tingkat motivasi berhenti merokok. Kedua
kuesioner selanjutnya melalui proses adaptasi lintas budaya, uji validitas, dan uji
reliabilitas terlebih dahulu sebelum digunakan. Pengambilan data dilakukan melalui dua
tahap yaitu total sampling di SMAN 77 Jakarta Pusat pada tahap pertama dan
convenience sampling pada tahap kedua. Hasil: Mayoritas siswa (n = 493, 89,3%) telah
sadar akan bahaya merokok pada rongga mulut. Terdapat 324 (65,72%) siswa dari siswa
yang sadar masih memiliki tingkat masih memiliki tingkat pengetahuan yang rendah,
yaitu hanya dapat mengetahui paling banyak empat dari sepuluh efek spesifik merokok
terhadap rongga mulut. Efek spesifik merokok terhadap rongga mulut yang paling banyak
diketahui oleh siswa adalah bau mulut dan yang paling sedikit siswa ketahui adalah nyeri saat mengunyah. Terdapat hubungan bermakna antara beberapa karakteristik sosiodemografi
terhadap kesadaran dan pengetahuan siswa. Siswa perempuan, memiliki niat
berhenti merokok dan belum lama merokok memiliki kesadaran lebih baik. Siswa yang
tidak pernah merokok memiliki kesadaran dan tingkat pengetahuan lebih baik. Selain itu,
motivasi berhenti merokok masih rendah pada 22 (43,1%) dari 51 siswa yang pernah
merokok. Terdapat korelasi linear antara skor motivasi berhenti merokok terhadap ratarata
nilai rapor, status berhenti merokok, lama merokok, dan niat berhenti merokok. Semakin tinggi nilai rapor, semakin lama siswa telah berhenti merokok, dan pada siswa yang memiliki niat berhenti merokok, semakin tinggi pula tingkat motivasi siswa untuk berhenti merokok, hal sebaliknya terjadi pada siswa yang semakin lama merokok. Lebih lanjut, tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat motivasi berhenti merokok terhadap kesadaran (p = 0,136) dan tingkat pengetahuan (p = 0,504) mengenai bahaya merokok pada rongga mulut. Kesimpulan: Mayoritas siswa SMA di Jakarta telah sadar bahwa merokok membahayakan rongga mulut, namun tingkat pengetahuan mengenai efek spesifik rokok terhadap rongga mulut dan tingkat motivasi berhenti merokok masih rendah. Dibutuhkan intervensi lebih lanjut untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mengenai bahaya merokok pada remaja sebagai upaya mencegah perilaku
merokok pada remaja dan membantu remaja berhenti merokok.
......Background: According to Riskesdas (2018), there are over 77 million 15-years-old and
above smokers in Indonesia. The fact that most of smokers in Indonesia start smoking
during adolescent makes it as the right target for prevention and intervention of smoking.
Awareness and knowledges about the jeopardy effect of smoking on health have known
to be protective factors for smoking. Meanwhile, motivation to stop smoking plays role
in predicting smoking cessation. Objective: To asess the awareness and knowledge about
the jeopardy effects of smoking on oral health and smoking cessation motivation among
high school students in Jakarta along with their contributing variables. Method: An
analytic questionnaire-based cross-sectional study was conducted among 552 high school
students in Jakarta. Questionnaire from AlAbdullah, et al (2019) was used to asses
awareness and knowledge. Smoking cessation motivation was assed using questionnaire
from Joly, et al (2017). Both questionnaires have undergone cross-cultural adaptation,
validity, and reliability test. There were two steps of data collection, the first step was
using total sampling on students from Public Senior Highschool number 77 in Central
Jakarta and the second step was using convenience sampling to senior high school
students in Jakarta. Results: The majority of students were aware (n = 493, 89.3%) about
the jeopardy effects of smoking on oral health. However, there were 324 (65,72%)
students that still had low knowledge level among students who aware, students
mentioned were only able to mention maximum four specific effects of smoking on oral
health. The most known effect was bad odor and the least was painful chewing. There
were significant associations between awareness with gender, intention to quit smoking,
smoking status, and duration of smoking. Female students, students who have intention to quit smoking, never smoke, and have shorter smoking duration were more likely to
aware than the contra group. With respect to knowledge, students who have never smoked
were more likely to have higher knowledge level. Aside of that, the level of smoking
cessation motivation was still low on 22 (43,1%) over 51 students who have smoked.
There are linier correlations between motivation score with academic score, abstinence
duration, smoking period, and the intention to quit smoking. The higher academic score,
the longer abstinence from smoking, the shorter smoking duration, and having intention
to quit smoking, the higher the motivation to quit smoking will be. However, there was
no any statistically significant difference between smoking cessation motivation with
awareness (p = 0.136) and knowledge (p = 0.504). Conclusion: Most of the students were
aware that smoking affects oral health. However, the level of knowledge about further
effects and smoking cessation motivation was still low. Thus, more interventions are
required to address these issues in order to prevent adolescencts from smoking and
promote smoking cessation on adolescents who smoke."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>