Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kwa Melvin Dikwan Bernaldi
"ABSTRAK
Gantung diri merupakan metode yang lumrah digunakan sebagai metode bunuh diri meskipun demikian tidak semua kasus kematian dengan jeratan pada leher merupakan kasus gantung diri. Pada penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara karakteristik jejas jerat dengan kasus gantung diri. Karakteristik jejas jerat yang dimaksud adalah derajat suspensi, jumlah lilitan, bentuk jejas, titik tumpu jejas, dan lebar jejas jerat.Metode: Penelitian menggunakan 179 sampel yang berasal dari data sekunder dari rekam medis forensik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2009-2015.Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan bermakna p=0,00 antara derajat suspensi dengan kasus gantung diri. Penelitian juga menemukan adanya hubungan bermakna p=0,00 antara jumlah lilitan dengan kasus gantung diri. Hubungan bermakna juga ditemukan antara bentuk jejas dengan kasus gantung diri p=0,00 . Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan bermakna p>0,05 antara letak titik tumpu jejas dan lebar jejas dengan kasus gantung diri.Pembahasan: Hubungan yang bermakna antara derajat suspensi dengan kasus gantung diri karena kelaziman bunuh diri dengan gantung diri tersuspensi komplet atau inkomplet . Jejas jumlah lilitan juga berhubungan juga sesuai dengan teori di mana gantung diri lebih lazim dengan satu lilitan. Bentuk jejas jerat pun memiliki hubungan yang bermakna dengan kasus gantung diri karena jejas terbentuk akibat beban tubuh korban sehingga memiliki bentuk O dan V.Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa beberapa karakteristik jejas jerat, yaitu: derajat suspensi, jumlah lilitan, dan bentuk jejas jerat, memiliki hubungan dengan kasus gantung diri.

ABSTRACT
Introduction Hanging oneself is a common method used as a method of suicide, though not all cases of death with strangulation wound is a case suicide. In this study aims to see the relationship between the characteristics of strangulation wound with cases of hanging caused by suicide. Characteristics of strangulation wound in question are the degree of suspension, the number of windings, the shape of the wound, the weight point of the wound, and the width of the strangulation wound.Methods The study used 179 samples derived from secondary data from Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo forensic medical record of 2009 2015.Results The result showed that there is significant correlation p 0,00 between suspension degree and self hanging. The study also finds a significant association p 0.00 between the number of loops with a self hanging case. A significant association was also found between the shape of the wound and the self hanging case p 0.00 . The results showed no significant relationship p 0.05 between the location of the weight point and width of the wound with the case of self hanging.Discussion A significant relationship between degree of suspension and hanging cases due to the prevalence of suicide by hanging oneself complete suspension or incomplete . Number of loops also corresponded also in accordance with the theory in which hanging ones more commonly with a single loop. The shape of the wound also has a meaningful relationship with the case of hanging himself because wound formed due to the victim 39 s body weight so it has the form of O and V.Conclusion It can be concluded that some characteristics of strangulation wound, such as degree of suspension, number of loops, and the shape of wound have associations with the self hanging case. "
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renny Nova
"Bunuh diri merupakan salah satu kegawatdaruratan psikiatri yang memerlukan pelayanan komprehensif karena individu berisiko membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Bunuh diri di Indonesia semakin meningkat. Keluarga memiliki peran utama merawat klien dan mencegah bunuh diri namun beban keluarga belum digali secara mendalam. Tujuan penelitian adalah mendapatkan gambaran pengalaman keluarga merawat klien risiko bunuh diri. Desain penelitian adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif fenomenologi yang melibatkan enam partisipan. Data dikumpulkan dengan indepth interview dan dianalisis menggunakan metode Colaizzi.
Hasil penelitian didapatkan lima tema, yaitu percobaan bunuh diri menjadi beban yang kompleks bagi keluarga, perubahan perilaku sebagai isyarat bunuh diri, kepedulian sebagai bentuk dukungan keluarga dan komunitas, persepsi keluarga tentang penyebab dan akibat percobaan bunuh diri, strategi koping keluarga mengatasi dampak percobaan bunuh diri. Hasil penelitian merekomendasikan keluarga sebagai pintu terdepan pencegahan bunuh diri dapat lebih peka terhadap perubahan perilaku klien dan perawat jiwa sebagai konselor dapat memberi edukasi untuk meningkatkan status kesehatan jiwa klien dan keluarga.

Suicide is one of the psychiatric emergencies that require comprehensive care because individuals are at risk of endangering themselves, others and the environment. Suicide in Indonesia is increasing. Families have a major role in caring for clients and preventing suicide but family burdens have not been explored in depth. The aim of the study was to get an overview of family experience of caring for clients of suicide risk. The research design was qualitative with descriptive phenomenology approach involving six participants. Data were collected by indepth interview and analyzed using Colaizzi method.
The results of the study found five themes, namely suicide attempts into a complex burden for the family, behavioral changes as a suicide gesture, concern as a form of family and community support, family perceptions about the causes and consequences of attempted suicide, coping strategies of families overcoming the impact of attempted suicide. The results of the study recommend that the family as the front door of suicide prevention can be more sensitive to changes in the behavior of clients and nurses as counselors can provide education to improve the mental health status of clients and families."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T48441
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miswari Nila Mutiarani
"Pendahuluan : Resiko bunuh diri terjadi sepanjang masa hidup dan bunuh diri merupakan penyebab kematian keempat terbesar pada kelompok usia 15-29 tahun secara global pada tahun 2019. Klien gangguan jiwa dengan resiko bunuh diri memiliki distorsi kognitif akan masa depan yang berkaitan dengan depresi dan keputusasaan yang dialami. Klien resiko bunuh diri juga sering dikaitkan dengan keterampilan sosial yang buruk dan ketidakmampuan menemukan makna hidup Tujuan : Memberikan gambaran tentang penerapan terapi keperawatan jiwa spesialis : Cognitive and Behavior Therapy, Social Skills Training, dan Logotherapy pada klien dengan resiko bunuh diri menggunakan pendekatan teori transisi Meleis dan teori adaptasi Roy. Metode : Penulisan Karya Ilmiah Akhir Spesialis ini menggunakan metode case report yang melaporkan kasus resiko bunuh diri pada klien yang dirawat di Ruang Dewi Amba PKJN RSMM Bogor yang mendapatkan CBT, SST, dan Logotherapy menggunakan pendekan teori transisi Meleis dan teori adaptasi Roy Hasil : Terdapat penurunan tanda gejala dan peningkatan kemampuan klien dalam mengontrol keinginan bunuh diri setelah pemberian terapi keperawatan jiwa spesialis Cognitive and Behavior Therapy, Social Skills Training, dan Logotherapy menggunakan pendekatan teori transisi Meleis dan teori adaptasi Roy. Kesimpulan : Terapi keperawatan jiwa spesialis Cognitive and Behavior Therapy, Social Skills Training, dan Logotherapy menggunakan pendekatan teori transisi Meleis dan teori adaptasi Roy dapat menurunkan tanda dan gejala resiko bunuh diri dan meningkatkan kemampuan klien dalam mengendalikan keinginan bunuh diri. CBT, SST, dan Logotherapy dapat diterapkan oleh ners spesialis keperawatan jiwa sebagai terapi keperawatan bagi klien dengan resiko bunuh diri.

Introduction: The risk of suicide occurs throughout the life span and suicide is the fourth largest cause of death in the 15-29 year age group globally in 2019. Clients with mental disorders who are at risk of suicide have cognitive distortions about the future related to depression and hopelessness. experienced. Clients at risk of suicide are also often associated with poor social skills and an inability to find meaning in life. Objective: To provide an overview of the application of specialist psychiatric nursing therapy: Cognitive and Behavior Therapy, Social Skills Training, and Logotherapy to clients at risk of suicide using the Meleis transition theory approach and Roy's adaptation theory. Method: Writing Final Scientific Work This specialist uses a case report method which reports cases of risk of suicide in clients treated in the Dewi Amba Room PKJN RSMM Bogor who received CBT, SST, and Logotherapy using Roy's adaptation theory approach and Meleis' transition theory. Results: There is a decrease signs of symptoms and an increase in the client's ability to control suicidal thoughts after providing specialist psychiatric nursing therapy in Cognitive and Behavior Therapy, Social Skills Training, and Logotherapy using the Meleis transition theory approach and Roy's adaptation theory. Conclusion: Mental nursing therapy specializing in Cognitive and Behavior Therapy, Social Skills Training, and Logotherapy using the Meleis transition theory approach and Roy's adaptation theory can reduce signs and symptoms of suicide risk and increase the client's ability to control suicidal thoughts. CBT, SST, and Logotherapy can be applied by specialist mental health nurses as nursing therapy for clients at risk of suicide."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Utari Melinda Yanzami
"Remaja merupakan kelompok umur yang berisiko mengalami berbagai permasalahan kesehatan salah satunya adalah risiko bunuh diri. Menjadi korban bullying merupakan salah satu penyebab remaja melakukan risiko bunuh diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan korban bullying dengan risiko bunuh diri pada remaja di Pancoran Mas Depok. Penelitian ini melibatkan 220 siswa dengan tingkat pendidikan SMP, SMA dan SMK. Penelitian ini menggunakan deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Berdasarkan hasil uji one way anova p value = 0,000 artinya ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara korban bullying dengan risiko bunuh diri pada remaja. Pelaksanaan Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS) diperlukan sebagai upaya untuk mengurangi korban bullying dan risiko bunuh diri pada remaja di sekolah.
Adolescents are an age group that is at risk of experiencing various health problems. As victims of bullying is one of the causes of adolescents to commit suicide risk. This study aims to improve the relationship between victims of bullying and the risk of suicide in adolescents in Pancoran Mas Depok. This study involved 220 students with junior high school, senior high school, and vocational education levels. This research uses descriptive correlative cross-sectional study. Based on analyzed by one-way anova test p value = 0,000 it means there is significant relationship between victims of bullying with the risk of suicide in adolescents. Implementation of Healthy Life Skills Education (PKHS) is needed as an effort to reduce bullying victims and suicide risk in adolescents in schools."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febryola Valenia
"Remaja merupakan kelompok usia yang rentan terhadap dampak negatif bulluing, baik secara fisik maupun spikologis. Dampak negatif secara psikologis pada remaja korban bullying, seperti kecemasan, rendahnya harga diri, isolasi, depresi hingga peningkatan risiko bunuh diri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara dukungan keluarga dengan risiko bunuh diri pada remaja korban bullying. Metode penelitian menggunakan desain kuantitatif deskriptif korelasi dengan pendekatan cross-sectional. Jumlah sampel sebanyak 438 responden dipilih melalui purposive sampling, sedangkan pemilihan sekolah dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Instrumen penelitian menggunakan Perceived Social Support-Family untuk dukungan keluarga dan Suicide Severity Rating Scale untuk mengukur risiko bunuh diri. Hasil analisis uji chi-square menunjukkan adanya hubungan signifikan antara dukungan keluarga dan risiko bunuh diri pada remaja korban bullying (p<0.05). Dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga berperan penting dalam menurunkan risiko bunuh diri pada remaja korban bullying. Dukungan emosional, informasional, penghargaan dan instrumental yang diberikan keluarga membantu meningkatkan resiliensi remaja dalam menghadapi dampak bullying. Intervensi berbasis keluarga direkomendasikan sebagai strategi efektif untuk mendukung remaja korban bullying.

Adolescents are an age group that is vulnerable to the negative impacts of bullying, both physically and psychologically. The negative psychological impact on adolescent victims of bullying, such as anxiety, low self-esteem, isolation, depression to an increased risk of suicide. This study aims to analyze the relationship between family support and suicide risk in adolescent victims of bullying. The research method used a descriptive correlation quantitative design with a cross-sectional approach. The sample size of 438 respondents was selected through purposive sampling, while the selection of schools using cluster random sampling technique. The research instrument used Perceived Social Support-Family for family support and Suicide Severity Rating Scale to measure suicide risk. The results of the chi-square test analysis showed a significant relationship between family support and suicide risk in adolescent victims of bullying (p<0.05). It can be concluded that family support plays an important role in reducing the risk of suicide in adolescent victims of bullying. Emotional, informational, appreciative and instrumental support provided by the family helps increase adolescent resilience in dealing with the impact of bullying. Family-based interventions are recommended as an effective strategy to support adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Dini Candra Susila
"Skizofrenia merupakan penyakit jiwa berat yang menyebabkan gangguan pada fungsi kognitif, emosi, bahasa, perilaku dan gerak. Salah satu dampak dari gangguan jiwa berat adalah bunuh diri. Data menunjukkan setiap 40 detik, seseorang kehilangan nyawa karena bunuh diri. Kondisi pikiran negatif pasien risiko bunuh diri biasanya merupakan distorsi kognitif. Tujuan karya ilmiah ini adalah untuk memberikan gambaran penerapan cognitive behaviour therapy (CBT) dan psikoedukasi keluarga pada pasien dengan risiko bunuh diri menggunakan pendekatan Tidal model. Tindakan keperawatan dilakukan kepada 6 pasien dengan risiko bunuh diri. Metode yang digunakan adalah case series. Hasil menunjukkan pemberian cognitive behaviour therapy (CBT) dan psikoedukasi keluarga dengan pendekatan Tidal model dapat menurunkan skor bunuh diri, menurunkan tanda dan gejala serta meningkatkan kemampuan keluarga dan pasien risiko bunuh diri dengan skizofrenia. Cognitive behaviour therapy (CBT) dan psikoedukasi keluarga direkomendasikan dilakukan oleh perawat spesialis jiwa untuk mengatasi risiko bunuh diri dan Tidal model sebagai upaya pemulihan pasien.

Schizophrenia is a severe mental illness that causes disturbances in cognitive function, emotion, language, behavior and movement. One of the effects of severe mental disorders is suicide. Data shows that every 40 seconds, someone loses their life by suicide. The negative state of mind of patients at risk of suicide is usually a cognitive distortion. The purpose of this scientific paper is to provide an overview of the application of cognitive behavior therapy (CBT) and family psychoeducation to patients at risk of suicide using the Tidal model approach. Nursing actions were performed on 6 patients at risk of suicide. The method used is case series. The results show that giving cognitive behavior therapy (CBT) and family psychoeducation with the Tidal model approach can reduce suicide scores, reduce signs and symptoms and increase the ability of families and patients at risk of suicide with schizophrenia. Cognitive behavior therapy (CBT) and family psychoeducation are recommended to be carried out by psychiatric nurses to overcome the risk of suicide and Tidal model as an effort to recover patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nasrah Halim
"Bunuh diri merupakan salah satu gejala gangguan jiwa dan menjadi penyebab utama kematian klien skizofrenia dengan jumlah terbesar. Upaya pencegahan bunuh diri dapat dilakukan melalui terapi pada klien dan keluarga sebagai caregiver. Cognitive Behavioural Therapy diberikan pada klien, sedangkan bagi caregiver diberikan Family Psychoeducation. Tujuan penulisan karya ilmiah spesialis ini adalah untuk menggambarkan menajemen kasus spesialis melalui pemberian CBT pada klien risiko bunuh diri dan pemberian FPE pada keluarga sebagai caregiver klien risiko bunuh diri di ruang Bratasena Rumah Sakit Jiwa Marzoeki Mahdi Bogor tanggal 22 April-7 Mei 2021, dan pemberian pelatihan Asuhan keperawatan Risiko bunuh diri pada perawat di Ruang Bratasena, dan penerapan kedua terapi dilakukan dengan pendekatan Model Stress Adaptasi Stuart. Pada laporan kasus ini adalah kasus risiko bunuh diri yang seluruh kliennya berjumlah 5 klien risiko bunuh diri mendapatkan tindakan generalis dan CBT dan 5 keluarga sebagai caregiver mendapat tindakan keperawatan ners generalis, dan FPE.Hasil analisis kasus menunjukkan adanya penurunan tanda dan gejala risiko bunuh diri dan peningkatan kemampuan klien risiko bunuh diri setelah pemberian ners generalis dan CBT, dan terjadi peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien risiko bunuh diri setelah mendapatkan tindakan ners generalis dan FPE pada perawat mampu menerapkan Asuhan keperawatan klien risiko bunuh diri mengkatkan kemampuan dan meningkatkan pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan Risiko bunuh diri. Model stress Adapatasi Stuart tepat diterapkan pada klien yang mengalami risiko bunuh diri dan caregiver yang merawat klien dengan risiko bunuh diri. Tindakan keperawatan ners generalis direkomendasikan bagi perawat rumah sakit dan tindakan CBT dan FPE dapat dilakukan oleh perawat spesialis jiwa dalam membantu klien risiko bunuh diri dan FPE dapat membantu keluarga dalam merawat risiko bunuh diri.

Suicide is one of the symptoms of mental disorders and is the main cause of death for schizophrenic clients with the largest number. Suicide prevention efforts can be carried out through therapy for clients and families as caregivers. Cognitive Behavioral Therapy is given to the client, while the caregiver is given Family Psychoeducation. The purpose of writing this specialist scientific paper is to describe specialist case management through giving CBT to clients at risk of suicide and giving FPE to families as caregivers for clients at risk of suicide in the Bratasena room, Marzoeki Mahdi Mental Hospital, Bogor on 22 April-7 May 2021, and giving Nursing care training on suicide risk for nurses in the Bratasena Room, and the application of both therapies was carried out using the Stuart Adapted Stress Model approach. In this case report, there are cases of suicide risk in which all 5 clients at risk of suicide received generalist and CBT measures and 5 families as caregivers received generalist nursing care, and FPE. The results of the case analysis showed a decrease in signs and symptoms of suicide risk and an increase in the client's ability to risk suicide after giving generalist nurses and CBT, and an increase in the family's ability to care for clients at risk of suicide after getting generalist nurses and FPE actions on nurses being able to apply nursing care for suicide risk clients to improve skills and increase knowledge about risk nursing care suicide. Stuart's adaptive stress model is appropriate for clients who are at risk of suicide and caregivers who care for clients at risk of suicide. Nurses' nursing actions are carried out by hospital nurses and CBT and FPE actions can be carried out by psychiatric nurses in helping clients at risk of suicide and FPE can help families in treating suicide risks."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library