Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maxwell, John C.
Abstrak :
Judul asli: The self-aware leader: play to your strengths and unleash your team ; Teks dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dari bahasa Inggris ; Dalam karya terbaru John C. Maxwell, The Self-Aware Leader, ia menyatakan bahwa, “Orang bodoh ingin menaklukkan dunia, orang bijak ingin menaklukkan diri sendiri.” Banyak pemimpin merasa dirinya yang terbaik dan tidak pernah melakukan kesalahan. Mereka berpuas diri dalam ilusi diri yang sempurna. Padahal, pemimpin yang mengenali dirinya dengan baik (self-aware leader) akan lebih memahami kekuatan dan kelemahannya, sehingga mampu memimpin tim dalam meraih hal-hal luar biasa! Dengan 50 tahun pengalaman memimpin dan mengajar, pakar dan pembicara kepemimpinan, John C. Maxwell, akan membantu Anda menjadi pemimpin yang merupakan versi terbaik Anda.
Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2023
153.8 MAX s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Johan Age, Lars
Abstrak :
udul asli : Liked : Bisakah aku menjadi orang yang disukai? ; Sosok seperti apakah Anda? Apakah Anda adalah tipe yang disukai dan menarik minat banyak orang? Atau Anda pribadi sederhana saja? Tak ada salahnya menjadi pribadi yang sederhana. Menjadi pribadi yang baik adalah impian bagi banyak orang. Kedengarannya memang mudah, tapi kenyataannya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Masih banyak juga orang
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2023
155.25 JOH l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Simangunsong, Wilson
Abstrak :
Latar Belakang: Keterlambatan penanganan stroke pada pasien yang memiliki faktor risiko stroke sebagai akibat dari rendahnya kesadaran diri pasien dalam melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin ke pelayanan kesehatan sehingga sering kali mengabaikan tanda-tanda awal stroke. Kesadaran diri diperlukan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin ke pelayanan kesehatan yang berarti kemampuan untuk mengenali dan mengendalikan emosi yang muncul pada diri sendiri termasuk pengetahuan, perilaku, waktu timbulnya gejala, demografi, faktor sosiokultural, dan persepsi pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran diri pasien berisiko stroke dalam melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin ke layanan kesehatan. Metode penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif observasi dengan pendekatan Cross Sectional, melibatkan 396 responden. Analisis data menggunakan analisis deskriptif, uji chi square dan regresi logistik. Hasil penelitian: Hasil penelitian ini didapatkan bahwa dukungan keluarga sebagai faktor predominan dengan pengaruh paling besar terhadap kesadaran diri (OR=2,885), diikuti oleh kecemasan sedang (OR=2,340) dan kecemasan ringan (OR=2,38). Variabel jenis kelamin laki-laki (OR=1,628) dan usia (OR=1,479) juga memiliki pengaruh yang signifikan. Melalui uji regresi logistik, ditemukan bahwa usia muda, jenis kelamin perempuan, pendidikan menengah dan tinggi, pengetahuan tinggi tentang stroke, persepsi pencegahan stroke yang baik, tingkat kecemasan ringan-sedang, dan dukungan keluarga berkontribusi sebesar 42,9% dalam menentukan kesadaran diri pasien yang berisiko stroke dalam melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin ke pelayanan kesehatan. Diskusi: Dalam pengambilan keputusan pemeliharaan kesehatan tidak hanya berdasarkan pilihan pasien, tetapi juga berdasarkan pada pedoman, prinsip-prinsip pelayanan yang berfokus pada pasien untuk mendukung perawatan diri di pelayanan salah satunya adalah keluarga, sehingga perlunya penekanan pada dukungan keluarga, selain itu juga manajemen kecemasan, dan edukasi untuk meningkatkan kesadaran diri pasien dalam merawat kesehatan mereka. ......Background: Delays in treating stroke in patients who have risk factors for stroke are a result of patients' low self-awareness in carrying out routine health checks at health services so that they often ignore the early signs of stroke. Self-awareness is needed to carry out routine health checks at health services, which means the ability to recognize and control emotions that arise in oneself, including knowledge, behavior, time of onset of symptoms, demographics, socio-cultural factors and patient perceptions. This study aims to identify factors that influence the self-awareness of patients at risk of stroke in carrying out routine health checks at health services. Research method: This research is a quantitative research with a descriptive observational design with a Cross Sectional approach, involving 396 respondents. Data analysis used descriptive analysis, chi square test and logistic regression. Research results: The results of this study found that family support was the predominant factor with the greatest influence on self-awareness (OR=2.885), followed by moderate anxiety (OR=2.340) and mild anxiety (OR=2.38). The variables male gender (OR=1.628) and age (OR=1.479) also have a significant influence. Through logistic regression testing, it was found that young age, female gender, secondary and tertiary education, high knowledge about stroke, perception of good stroke prevention, mild-moderate anxiety level, and family support contributed 42.9% in determining patient self-awareness. who are at risk of stroke in carrying out routine health checks at health services. Discussion: In making health care decisions, it is not only based on patient choice, but also based on guidelines, patient-focused service principles to support self-care in services, one of which is the family, so there is a need to emphasize family support, as well as anxiety management, and education to increase patient self-awareness in caring for their health.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mari Magdalena S
Abstrak :
Keterampilan berbicara di muka umum adalah suatu hal yang penting, baik dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan di perguruan tinggi, maupun dunia pekerjaan. Dalam dunia pendidikan, keterampilan tersebut memungkinkan mahasiswa untuk aktif berpartisipasi di dalam kelas. Dalam dunia pekerjaan, keterampilan tersebut memungkinkan seseorang untuk memperoleh pekerjaan yang baik dan membangun karir yang sukses. Sungguh pun demikian, menjadi seorang pembicara yang efektif bukanlah hal yang mudah, antara lain individu harus memiliki kepercayaan dan kontrol diri yang adekuat. Pembicara yang efektif mampu mengatasi kecemasan yang timbul karena harus tampil dan disorot di muka banyak orang. Melalui pengamatan sepintas peneliti terhadap mahasiswa-mahasiswa S-l di UI, diperoleh kesan bahwa tugas berbicara di muka umum hanya dilakukan oleh segelintir mahasiswa yang telah terampil berbicara di muka umum organisasi di sekolah/ kampus. Mahasiswa-mahasiswa lain, yang belum terbiasa tampil di muka umum, cenderung enggan melakukan tugas berbicara di muka umum dan lebih suka karena keterlibatannya dalam untuk mendelegasikan tugas tersebut pada rekan-rekannya yang dianggap lebih kompeten. Hal ini merupakan suatu kesenjangan karena sebagai seorang calon Saijana, tiap mahasiswa diharapkan mampu mengemukakan pendapatnya di muka forum ilmiah. Berbicara di muka umum menuntut individu untuk memfokuskan atensinya ke luar diri, pada kebutuhan hadirin serta konteks fisik dan sosial di mana komunikasi berlangsung. Oleh karena itu, individu dengan kecenderungan yang besar untuk memfokuskan atensi pada diri, pada pikiran, perasaan, tingkah laku, atau penampilannya, diasumsikan akan mengalami hambatan dalam berbicara di muka umum karena manusia memiliki kapasitas atensi yang terbatas. Ditinjau dari usianya, sebagian besar mahasiswa masih dapat digolongkan sebagai remaja, yaitu remaja akhir. Salah satu ciri kepribadian yang khas pada masa remaja adalah kecenderungan memfokuskan atensi pada diri (disebut juga kesadaran-diri) yang ekstrim. Melalui penelitian ini, peneliti ingin membuktikan bahwa kecenderungan memfokuskan atensi pada diri pada mahasiswa berhubungan dengan kecemasannya dalam berbicara di muka umum. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang kesadaran-diri dan kecemasan berbicara di muka umum. Di samping itu, penelitian ini diharapkan juga memiliki manfaat praktis bagi mahasiswa yang mengalami kecemasan berbicara di muka umum. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 191 orang, yang terdiri dari mahasiswa S-1 dari berbagai fakultas di UI. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah incidental sampling. Untuk pengumpulan data, digunakan alat ukur berupa kuesioner, yang terdiri dari pengantar mengenai berbicara di muka umum, skala yang mengukur kesadaran-diri, skala yang mengukur kecemasan berbicara di muka umum, dan data kontrol. Kedua skala yang telah disebutkan merupakan skala Likert berbahasa Inggris yang telah dibakukan. Sebelum digunakan dalam penelitian yang sebenarnya, peneliti terlebih dahulu melakukan adaptasi atas kedua skala tersebut. Hasil uji hipotesa menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara kesadaran-diri dengan kecemasan berbicara di muka umum. Namun, setelah ditelaah lebih lanjut, ditemukan hubungan yang bervariasi antara tiap dimensi kesadaran-diri dengan kecemasan berbicara di muka umum. Di samping hasil uji hipotesa, diperoleh pula beberapa hasil sampingan yang membuat hasil penelitian ini menjadi lebih lengkap.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
S2929
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Rila Putra
Abstrak :
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia seringkali dituntut untuk melakukan kontrol diri. Berbagai masalah seperti penyalahgunaan obat-obatan, prokrastinasi, atau konsumsi alkohol berlebihan melibatkan faktor kegagalan dalam melakukan kontrol diri. Ketika individu melakukan kontrol diri pada suatu tugas, maka ia tidak lagi mampu untuk beroperasi dengan optimal sehingga memiliki kinerja yang rendah pada tugas kontrol diri berikutnya. Hal inilah yang disebut dengan ego depletion. Penelitian ini melihat pengaruh keadaan ego depletion itu terhadap performa kontrol diri pada 132 mahasiswa S1 Universitas Indonesia. Penelitian ini juga menggali bagaimana kesadaran diri dan motivasi berperan dalam pengaruh ego depletion terhadap kontrol diri tersebut. Studi ini menemukan bahwa berbeda dari penelitian sebelumnya (Alberts, Martijn, & Vries, 2011), kesadaran diri tidak dapat memoderasi pengaruh ego depletion terhadap kontrol diri. Ego depletion dan kesadaran diri dapat memprediksi tingkat motivasi intrinsik secara independen dalam hubungan positif, sedangkan motivasi intrinsik dapat memprediksi kontrol diri secara negatif. Penelitian ini menggambarkan model moderated mediation dengan kesadaran diri sebagai moderator dan motivasi sebagai mediator untuk menjelaskan pengaruh ego depletion terhadap kontrol diri. ......In everyday life, people are expected to control themselves. Many problems such as drugs abuse, procrastination, or excess consumption of alcohol are related to self-control failure. Exerting self-control on a particular task caused individuals not to be able to perform optimally on a subsequent self-control task, resulting in poorer performance. This is what has been known as ego depletion. The present research examines the effect of ego depletion on self-control performance among 132 undergraduates in University of Indonesia, as well as exploring the role of self-awareness and motivation. Inconsistent with previous study (Alberts, Martijn, & Vries, 2011), self-awareness fails to moderate the effect of ego depletion on self-control. Ego depletion and self-awareness are able to independently predict the level of intrinsic motivation, whereas intrinsic motivation is able to predict self-control performance. The present research analyses moderated mediation effect with self-awareness as a moderator and motivation as a mediator in its effort to explain how ego depletion affects self-control performance.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64854
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Sekarastri
Abstrak :
Kehamilan dapat terjadi kapan saja selama terdapat proses konsepsi pada pasangan yang berada di rentang usia prakonsepsi 15-44 tahun. Kehamilan tidak diinginkan, kehamilan berisiko, serta angka kematian ibu dan bayi merupakan beberapa contoh dari permasalahan akibat perencanaan kehamilan yang kurang baik. Kesehatan prakonsepsi berperan dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak dengan melakukan perencanaan kehidupan reproduksi yang matang. Studi deskriptif ini dilakukan secara konsekutif kepada 398 mahasiswa Universitas Indonesia untuk mengetahui gambaran kesadaran diri dan pengetahuan mereka tentang kesehatan prakonsepsi. Hasilnya didapat sebagian besar mahasiswa 75,4 -72,9 merasa sedikit hingga cukup menyadari perilaku/faktor yang berbahaya bagi kehamilan dan hal yang berdampak baik bagi kehamilan. Pengetahuan mahasiswa menunjukkan tingkat pengetahuan yang kurang baik yakni 46,87 95 CI 26.41, 28,90 dengan variasi skor 7 sampai 98 . Mahasiswa menunjukkan pengetahuan yang baik pada indikator penyalahgunaan zat yakni alkohol, rokok, kokain dan marijuana dan asupan asam folat. Pengetahuan mahasiswa kurang pada indikator bahaya produk herbal, jarak aman antar kehamilan dan peningkatan berat badan yang dianjurkan selama hamil. Berdasarkan penelitian ini perlu adanya upaya untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang kesehatan prakonsepsi pada mahasiswa.
Pregnancy can occur any time as long as there is a conception between couples at the preconception age range 15 44 years. Unwanted pregnancies, high risk pregnancies, and maternal and infant mortality are examples of problems due to poor pregnancy planning. Preconceptional health plays a role in improving maternal and child health by conducting a well prepared reproductive life planning. This descriptive study was conducted consecutively to 398 students in the University of Indonesia to find out their selfawareness and preconception health knowledge. The result is that most students 75.4 72.9 feel slight to moderately aware of the behaviors factors that are harmful to pregnancy and that are good for pregnancy. Overall student showed a low knowledge level that is 46,87 from total score 95 CI 26.41, 28,90 with variation 7 until 98. Students are highly aware on substance abuse harmness indicators ie alcohol, cigarettes, cocaine and marijuana and the benefit of folic acid suplementation. Student knowledge is low on herbal product consumption, safe distance between each pregnancy and weight gain recommendation during pregnancy. Based on this research, there should be an effort to increase awareness and knowledge about preconception health among students.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Yanti
Abstrak :
Diabetes mellitus (DM) adalah suatu keadaan dimana ditemukan peninggian kadar gula darah kronik yang dapat menimbulkan komplikasi akut dan kronik. Perawatan DM harus meliputi aspek emosional, sosial, perilaku, spiritual dan psikologis serta perubahan fisik dengan menerapkan lima pilar manajemen DM yakni kontrol gula darah, diit, latihan, pengobatan, dan pendidikan kesehatan yang dapat membantu meningkatkan kemampuan pasien dalam perawatan diri dan mencegah komplikasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kesadaran diri pasien dengan kejadian komplikasi DM di RSUD dr. Adnan W.D Payakumbuh Sumbar. Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 69 responden yang terdiri dari pasien rawat inap dan pasien rawat jalan bagian penyakit dalam di RSUD dr. Adnan W.D Payakumbuh. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan kesadaran diri berhubungan dengan kejadian komplikasi DM (p=0,000). Pasien dengan kesadaran diri kurang berisiko 20 kali untuk terjadi komplikasi dibanding pasien dengan kesadaran diri baik setelah dikontrol variabel usia, jenis kelamin, tipe DM, pendidikan, pekerjaan, dan penyuluhan. Diperoleh juga ada hubungan antara penyuluhan dengan kejadian komplikasi DM (p=0,027). Pasien yang tidak mendapatkan penyuluhan berisiko 9 kali untuk terjadi komplikasi dibanding dengan pasien yang pernah mendapat penyuluhan. Faktor konfonding hubungan kesadaran diri dengan kejadian komplikasi DM pada penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, tipe DM, tingkat pendidikan, pekerjaan dan penyuluhan. Penelitian ini merekomendasikan perlunya meningkatkan kesadaran diri pasien sebagai salah satu intervensi mandiri perawat dalam mencegah komplikasi DM dan perlu penelitian lebih lanjut terkait strategi yang efektif dalam meningkatkan kesadaran diri pasien DM dengan komplikasi.
Diabetes mellitus (DM) is a condition manifested by chronic high level of blood sugar that resulting in acute and chronic complications. Nursing care of DM must be concern to emotional, social, behavior, spiritual, psychological, and physical problem by applying five keys of DM management which consists of blood sugar control, diet, exercises, insulin treatment, and health education. These can help to increase patient?s self care and prevent from complications. The purpose of this study was to analyse the relation between self awareness and DM complications at Adnan Hospital Payakumbuh West Sumatera. A design cross sectional study was used in this research. The total samples were 69 DM patients who selected from outpatient and inpatient of Medical Unit Adnan Hospital. The sample was selected by a consecutive sampling method. The result showed that self awareness was correlated to DM complications (p=0,000). The patients which low self awareness have risk 20 times to complications after controlled by age, gender, DM type, level of education, occupation, and health education. Health education was correlated to DM complications too (p=0,027). The patients who never got health education have risk 9 times to complications after controlled by other variables. Confounding factors of correlated self awareness to DM complications in this study were age, gender, type of DM, level of patient education, occupation, and health education. This study recommended on the needs to improve patient self awareness as one of the independent nursing interventions and need future research about the effective strategy to increase patient self awareness with diabetes complications.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Sartika
Abstrak :
Perawat penting memiliki kesadaran diri dan perilaku ergonomis dalam mengendalikan bahaya ergonomis dari aktivitas asuhan keperawatan yang dapat menyebabkan Low Back Pain (LBP). Supaya angka keluhan LBP tidak terus meningkat dan memberikan dampak yang lebih buruk, diperlukan upaya pencegahan bahaya ergonomis. Belum adanya pengetahuan atau informasi tentang pendekatan yang mengintegrasikan komponen edukasi, pengingat (reminder) dan umpan balik (feedback) pada penelitian terdahulu, maka diperlukan sebuah penelitian dengan tujuan menciptakan model pencegahan bahaya ergonomis yang mengintegrasikan ketiga komponen tersebut menggunakan aplikasi smartphone untuk meningkatkan kesadaran diri dan perilaku ergonomis perawat. Desain penelitian tahap pertama adalah studi kualitatif dan observasi untuk menghasilkan model awal pencegahan bahaya ergonomis, tahap kedua adalah pengembangan model pencegahan bahaya ergonomis berbasis smartphone, dan tahap ketiga adalah quasi experiment untuk membuktikan pengaruh intervensi model terhadap kesadaran diri dan perilaku ergonomis. Besar sampel pada penelitian tahap ketiga yaitu 60 perawat care provider pada kelompok intervensi dan 59 perawat care provider pada kelompok kontrol. Model pencegahan bahaya ergonomis terdiri dari komponen edukasi, pengingat (reminder) dan umpan balik (feedback) kepala ruangan. Komponen edukasi dilaksanakan dengan pemberian edukasi dan informasi menggunakan media modul edukasi dan aplikasi. Komponen pengingat (reminder) dilaksanakan dengan kegiatan safety briefing dan difasilitasi dengan aplikasi. Komponen umpan balik (feedback) dilaksanakan pada kegiatan supervisi dan difasilitasi dengan aplikasi. Intervensi model pada kelompok intervensi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna proporsi kesadaran diri, pengetahuan, sikap dan tindakan antara sebelum dengan sesudah intervensi (p<0,05). Sedangkan pada kelompok kontrol hanya terdapat perbedaan bermakna proporsi pengetahuan antara sebelum dengan sesudah intervensi (p<0,05). Model ini terbukti dapat meningkatkan kesadaran diri dan perilaku ergonomis perawat. Penerapan model ini dapat menunjang peran dan fungsi manajemen kepala ruangan terutama dalam hal mengingatkan dan memberikan umpan balik kepada perawat untuk dapat meningkatkan kesadaran diri dan perilaku ergonomis dalam memberikan asuhan keperawatan. ......Self-awareness and ergonomic behavior are vital for nurses to manage ergonomic hazards during nursing care activities which can lead to Low Back Pain (LBP). In order to prevent the increasing complaints of LBP and to avoid more severe consequences, preventive efforts for ergonomic hazards are necessary. There was no knowledge or information about approaches that integrate educational, reminder, and feedback components in previous research, therefore research is needed with the aim of creating an ergonomic hazard prevention model that integrates these three components using a smartphone application to increase self-awareness and ergonomic behavior of nurses. The research design for the first phase involved a qualitative study and observations to generate an initial model for preventing ergonomic hazards, the second phase involved the development of a smartphone-based ergonomic hazard prevention model, the third phase was a quasi-experiment to demonstrate the impact of the intervention model on self-awareness and ergonomic behavior. The sample size for the third phase consisted of 60 staff nurses in the intervention group and 59 staff nurses in the control group. The ergonomic hazard prevention model consists of educational components, reminders and feedback from the head nurses. The educational component was implemented by providing education and information using media in the form of educational modules and applications. The reminder component was implemented with a safety briefing activity and facilitated with an application. The feedback component was implemented in supervision activities and facilitated with applications. The intervention model for the intervention group showed significant differences in the proportions of self-awareness, knowledge, attitudes, and actions before and after the intervention (p < 0.05). Meanwhile, in the control group, only a significant difference was found in the proportion of knowledge before and after the intervention (p < 0.05). This model has been proven to enhance self-awareness and ergonomics behavior among staff nurses. The application of this model can support the role and function of head nurses, especially in terms of reminding and providing feedback to staff nurses to improve their self-awareness and ergonomics behavior in providing nursing care.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bellinda Fitri Amara
Abstrak :
Hiperglikemia kronis yang jika tidak terkontrol dapat merusak pembuluh darah yang merupakan salah satu penyebab utama kematian terkait diabetes yang disebabkan oleh stroke. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kesadaran diri penyandang diabetes mellitus terhadap risiko komplikasi stroke di kota depok. Penelitian deskriptif yang melibatkan 100 responden penyandang diabetes melitus tipe 2 di Kota Depok. Pengambilan data secara offline pada 3 puskesmas di Kota Depok menggunakan kuesioner kesadaran diri penyandang diabetes melitus tipe 2 terhadap risiko komplikasi stroke yang dikembangkan sendiri dengan nilai alpha cronbach 0,826. Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas responden (55%) berusia 61 – 80 tahun, 61% berjenis kelamin perempuan dan 89% responden beragama Islam. Tingkat pendidikan terakhir yang dapat ditempuh responden paling banyak yaitu di tingkat SMA (34%). Sebagian besar (64%) responden tidak pernah mengikuti penyuluhan/ edukasi diabetes melitus dan sebanyak 62% responden telah menyandang diabetes melitus selama <5 tahun. mayoritas responden (61%) memiliki tingkat kesadaran diri terhadap risiko komplikasi stroke yang sedang, 20% responden memiliki tingkat kesadaran diri rendah, dan 19% responden yang telah memiliki kesadaran diri tinggi terhadap risiko komplikasi stroke. Penelitian ini merekomendasikan pemberian edukasi kesehatan terkait risiko komplikasi stroke pada penyandang diabetes melitus tipe 2 agar dapat meningkatkan kesadaran diri penyandang diabetes melitus tipe 2 terhadap risiko komplikasi stroke. ......Chronic hyperglycemia which if not controlled can damage blood vessels which is one of the leading causes of diabetes-related deaths caused by stroke. This study aims to describe the self-awareness of people with diabetes mellitus on the risk of stroke complications in the city of Depok. Descriptive research involving 100 respondents people with type 2 Diabetic in the city of Depok. Offline data retrieval at 3 puskesmas in Depok City using a self-awareness questionnaire for people with type 2 diabetes on the risk of stroke complications developed by the researcher with a Cronbach alpha value is 0.826. The results of this study indicate that, the majority of respondents (55%) are aged 61 – 80 years old, 61% are female and 89% of respondents are muslim. The most level of education that respondents can take is high school (34%). Most of respondent (64%) had never attended to diebetes melitus counseling/education and 62% respondents had type2 diabetes mellitus for <5 years. The majority of respondents (61%) have a moderate level of self-awareness of the risk of stroke complications, 20% of respondents have a low level of self-awareness, higher than 19% of respondents who have high self-awareness. This study recommends providing health education related to the risk of stroke complications in people with type 2 diabetes, especially in the dimension of the question with the majority of people's perceptions being inaccurate so that it can increase increasing self-awareness of people with type 2 diabetes about the risk of stroke complications
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Afianjani Rahmadianti
Abstrak :
Latar Belakang: Gangguan sendi temporomandibular (TMJD) merupakan penyebab utama nyeri non-odontogenik di regio oro-fasial. Diagnosis dini dari TMJD penting dilakukan, namun kesadaran diri akan TMJD masih terbilang rendah. TMJD juga terjadi pada mahasiswa kedokteran gigi dengan persentase yang cukup tinggi, hal ini dapat dikaitkan dengan kurangnya kesadaran dan pengetahuan. Tujuan: mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kesadaran diri akan tanda dan gejala TMJD pada mahasiswa FKG UI dan melihat hubungan antara keduanya. Metode: Studi deskriptif potong lintang pada 617 mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia menggunakan kuesioner pengetahuan, dan tanda dan gejala TMJD yang pernah digunakan dalam penelitian terdahulu di India. Hasil: Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kesadaran diri akan tanda dan gejala TMJD. Namun terdapat korelasi positif antara angkatan dengan tingkat pengetahuan dan korelasi negatif antara angkatan dengan tingkat kesadaran diri. Tingkat pengetahuan dan kesadaran diri mayoritas mahasiswa tergolong sedang serta tanda dan gejala yang paling banyak pernah dirasakan oleh mahasiswa yaitu pengalaman mendengar suara dari TMJ saat membuka atau menutup mulut. Kesimpulan: Semakin tinggi angkatan mahasiswa maka tingkat pengetahuan TMJD akan meningkat namun, tingkat kesadaran diri akan tanda dan gejala TMJD justru menurun. ......Background: Temporomandibular Joint Disorder (TMJD) is the main cause of non-odontogenic pain in oro-facial region. Early diagnosis of TMJD urge to be done, however the self-awareness of TMJD is usually low. TMJD also occurred among dentistry students with significant percentage, this could be associated with the lack of awareness and knowledge. Objective: To understand the level of knowledge and self-awareness regarding the sign and symptoms of TMJD and its relations of the dentistry student in University of Indonesia. Methods: Descriptive cross-sectional was applied to 617 students using adapted questionnaire concerning knowledge, sign and symptoms of TMJD used by a similar study in India. Results: There is no association between knowledge level and self-awareness regarding the sign and symptoms of TMJD level. There is a positive correlation between student’s grade and the level of knowledge, however negative correlation appears between student’s grade and the level of self-awareness. The knowledge and self-awareness level among majority of students are moderate. The major sign and symptoms that mostly have ever felt by students is experiencing of noises within TMJ while opening or closing the jaw. Conclusion: Higher student’s grade tends to have higher TMJD knowledge level but lower TMJD sign and symptoms self-awareness level.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>