Dalam beberapa waktu terakhir financial technology atau biasa disebut fintech mengalami pertumbuhan yang amat pesat. Salah satu kategori fintech yang sedang marak perkembangannya ialah peer to peer lending. Peer to peer lending menghubungkan akses pinjam dan meminjam dana berbasis online tanpa harus bertatap muka antara peminjam (borrower) dan pendana (lender). Pada negara Indonesia peer to peer lending memiliki pertumbuhan jauh lebih pesat ketimbang pertumbuhan bank bila dilihat dari sisi akumulasi dana yang dipinjamkan kepada nasabah, dimana dalam dua tahun beroperasi akumulasi pinjaman yang telah disalurkan peer to peer lending mencapai 25 Triliun Rupiah. Karena terkenal dengan berbagai risiko serta kejahatan dari peer to peer lending di negara lain, banyak masyarakat masih terbilang ragu untuk berinvestasi pada peer to peer lending. Maka dari itu, para perusahaan peer to peer lending yang beroperasi di Indonesia membutuhkan strategi yang untuk meningkatkan keinginan meminjamkan dana (willingness to lend) pada masyarakat. Dalam pembuatan strategi tersebut, akan diteliti pengaruh faktor faktor yang signifikan dalam mempengaruhi keinginan meminjamkan dana (willingness to lend). Setelah didapatkan faktor tesebut, penelitian ini akan menggunakan importance-satisfacion analysis berdasarkan diskusi dengan expert dalam menentukan strategi mana yang tepat untuk dilakukan perusahaan peer to peer lending dalam meningkatkan keinginan meminjamkan dana (willingness to lend) serta meningkatkan satisfaction pada masyarakat Indonesia.
In recent years, financial technology or commonly called fintech experienced very rapid growth. One of the categories of fintech that is booming is peer to peer lending. Peer to peer lending connects online loan access and borrowing funds without having to meet face to face between the borrower and lenders. In Indonesia, peer to peer lending has a much faster growth than bank growth when viewed from the side of accumulated funds lent to customers, where in the two years of operation accumulated loans that have been channeled reached 25 Trillions Rupiah. Because it has known for its various risks and crimes from peer to peer lending in other countries, many people are still fairly hesitant to invest in peer to peer lending. Therefore, peer to peer lending companies which operated in Indonesia need a strategy to increase willingness to lend to the community. In making this strategy, the effect of factors that are significant in influencing willingness to lend will be examined. After obtaining these factors, this study will use importance-satisfacion analysis based on discussion with expert in determining which strategy is right for the company to increasing the willingness to lend as well as increasing satisfaction in Indonesian society
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keinginan konsumen Indonesia untuk menggunakan layanan kesehatan mental secara daring. Ada enam faktor yang diteliti dalam penelitian ini: literasi e-Health (e-Health literacy), persepsi kompetensi (perceived competence), persepsi kredibilitas e-WOM (perceived e-WOM credibility), persepsi harga (perceived price), dan keinginan untuk membeli (willingness to purchase). Model konseptual direplikasi dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya untuk melakukan analisis hubungan antar variabel dan partial least square structural equation modelling (PLS-SEM) digunakan untuk menguji model konseptual. Sebanyak 295 tanggapan dari responden digunakan dalam analisis data. Penelitian kualitatif berupa wawancara dengan beberapa responden survei juga dilakukan untuk mempertajam analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi kompetensi, persepsi kredibilitas e-WOM dan persepsi harga memiliki pengaruh positif terhadap kesediaan konsumen Indonesia untuk membeli layanan kesehatan mental daring.
ÃÂÃÂ
The study aims to analyse the factors that influence the Indonesian consumersâÃÂàwillingness to purchase towards online mental health services. There are six factors examined in this research: e-Health literacy, perceived competence, perceived e-WOM credibility, price perception, and willingness to purchase. A conceptual model is replicated from previous research to find the correlation between each variable and partial least square structural equation modeling (PLS-SEM) was used to test the conceptual model. A total of 295 responses were used in the data analysis. Some interviews with some survey respondents were also conducted to deepen the analysis.ÃÂàThe result of the research shows that perceived competence, perceived e-WOM credibility and price perception have a positive influence on Indonesian consumersâÃÂàwillingness to purchase online mental health services.
ÃÂÃÂ
"