Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Citra Estetika
Abstrak :
Latar belakang. Kanker payudara merupakan kanker yang paling sering terjadi pada wanita di dunia. Kanker ini juga merupakan salah satu penyebab kematian akibat kanker tersering kedua pada wanita setelah kanker paru. Morfologi kanker payudara penting untuk diketahui karena setiap jenis morfologi mempunyai kecenderungan memiliki karakteristik tertentu, seperti status reseptor hormon dan pola metastasis tertentu, yang dapat menyebabkan prognosis dan penatalaksanaan yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran morfologi kanker payudara dan mengetahui apakah terdapat perbedaan jenis morfologi kanker payudara pada topografi dan kelompok usia yang berbeda di RSUPN Cipto Mangunkusumo tahun 2003-2007. Metode. Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan desain penelitian cross-sectional dan menggunakan 336 data sekunder yang diperoleh dari 1.644 pasien kanker payudara yang diperiksa berdasarkan pemeriksaan histopatologi di RSUPN Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 2003 ? 2007. Variabel yang diteliti meliputi morfologi, topografi, dan kelompok usia penderita kanker payudara. Hasil Penelitian. Dari 336 sampel yang diteliti, morfologi kanker payudara yang paling sering ditemukan adalah invasive ductal carcinoma (81,8%), yang sebagian besar berusia 40 ? 49 tahun (37%), dan terletak di kuadran lateral atas payudara (37%). Tidak terdapat perbedaan jenis morfologi yang paling sering ditemukan pada semua topografi dan kelompok usia. Kesimpulan. Morfologi kanker payudara yang paling sering ditemukan pada pemeriksaan histopatologi di RSCM pada tahun 2003 ? 2007 adalah invasive ductal carcinoma. Jenis morfologi ini juga merupakan jenis morfologi yang paling banyak ditemukan pada semua topografi dan kelompok usia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
S10005fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Satrio
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan diantara tiga kelompok generasi yang saat ini berada pada angkatan kerja yakni generasi baby boomers, generasi X dan generasi Y pada nilai kerja, kepuasan kerja dan komitmen organisasional, serta mengetahui pengaruh person-organisation values fit terhadap kepuasan kerja dan komitmen organisasional. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian non-eksperimental menggunakan cross-sectional study yang dilaksanakan di PT PLN DISJAYA dengan jumlah responden 330 orang pegawai terdiri dari generasi baby boomers dengan rentang usia 51-56, generasi X usia 36-50 tahun, dan generasi Y usia 19-35 tahun. Hasil pada penelitian ini adalah kelompok generasi yang lebih muda memiliki hubungan yang lebih baik dengan sesama rekan kerja dibanding dengan generasi yang paling tua. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa person-organisation values fit berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja dan komitmen organisasional di PT PLN DISJAYA, dimana generasi turut berpengaruh signifikan terhadap komitmen pegawai di perusahaan tersebut. Kata kunci: Person-organisation values fit, Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasional, Kelompok Umur
ABSTRACT
Abstract The purpose of this study was to determine the differences among the three groups of generations currently in the workforce which is the generation of baby boomers, generation X and generation Y value on work, job satisfaction and organizational commitment, and to know the effect of person organization values fit against complacency work and organizational commitment. This research is a quantitative non experimental research design using a cross sectional study conducted at PT PLN Disjaya by the number of respondents 330 employees comprised of baby boomers aged 51 56, 36 50 years of age generation X and generation Y aged 19 35 years. The results of this research are a group of the younger generation has a better relationship with coworkers than with the older generation. Based on the research results, obtained that person organization values fit significant effect on job satisfaction and organizational commitment at PT PLN Disjaya, where each generation group had significant differences in organizational commitment. Keywords Person organization values fit, Job Satisfaction, Organizational Commitment, Age Group
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Jonathan Adhimulia
Abstrak :
ABSTRAK
Leukemia limfoblastik akut LLA merupakan penyakit keganasan yang banyak terjadi pada anak-anak. Walaupun demikian, LLA memiliki prognosis yang baik jika ditangani dengan dini dan sesuai protokol yang ada. Cytarabine merupakan salah satu obat yang dipakai di dalam menangani LLA risiko tinggi pada fase reinduksi. Salah satu efek samping cytarabine adalah terjadinya kerusakan jaringan hati yang akan menghambat terapi LLA. Hingga saat ini, belum ada penyesuaian dosis pemberian cytarabine kepada anak dengan usia yang lebih muda dimana kerusakan jaringan hati lebih rentan kepada anak dengan usia muda. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai enzim transaminase pada kelompok usia yang berbeda. Metode: Desain penelitian adalah potong lintang dengan consecutive sampling pada 58 pasien yang sesuai kriteria. Data didapatkan dari rekam medis RS Cipto Mangunkusumo dan Laboratorium Departemen Patologi Klinik RSCM. Hasil: Data ALT dan AST pada kelompok usia yang berbeda menunjukan persebaran yang tidak normal dengan nilai median AST 46.5?/L dan ALT 48.5?/L. Perbandingan median dua kelompok dilakukan dengan uji Mann Whitney menunjukan hasil yang tidak signifikan AST p=0.374; ALT p=0.773 . Pada kelompok usia 1-12 tahun, jumlah subjek dengan peningkatan ALT dan AST diatas dua kali batas atas normal lebih banyak dibandingkan dengan kelompok usia 13-18 tahun. Kesimpulan: Perbedaan median antara kelompok usia 1-12 tahun dan 13-18 tahun pada pengukuran ALT dan AST tidak menunjukan kebermaknaan secara statistik maupun secara klinis. Kata kunci: Cytarabine, LLA, Kelompok usia, nilai ALT, nilai AST
ABSTRACT
Acute lymphoblastic leukemia ALL in a malignant disease which often occurs in children. Different from the other malignancy, ALL has a good prognosis if treated properly. Cytarabine is one of the medication that is recommended for treating high risk ALL in the reinduction phase. Despite the effectiveness of the drug, the adverse effect of cytarabine can cause liver damage that will disrupt the therapy protocol. Until now, there are no protocol that apply dose reduction in cytarabine treatment for young childrent despite the higher risk of developing liver disease. Objective This study aims to establish the difference of aminotransferase level in different pediatric age group. Method The design of the study is cross sectional with consecutive sampling in 58 patient that match the criteria. Data is obtained from Cipto Mangunkusumo national hospital medical record and laboratory results from Cipto Mangunkusumo department of clinical pathology. Results The AST and ALT level from both groups shows an uneven distribution with median of 46.5 and 48.5. Comparison of median from those groups is using Mann Whitney test that shows non significant results. The pediatric group of 1 12 years old has more subject with AST and ALT level rise more than two times upper normal limit. Conclusion The median between pediatric group aged 1 12 and 13 18 does no have a significant difference both stylistically and clinically. Keywords Cytarabine, ALL, pediatric age group, AST level, ALT level
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Ade Sari Nauli
Abstrak :
Latarbelakang: Apendisitis telah menjadi salah satu keadaan kegawatdaruratan medis yang membutuhkan penanganan medis segera. Apendisitis yang tidak ditangani segera dapat mengakibatkan terjadinya perforasi apendiks dan berakhir dengan terjadinya ruptur. Apendiks yang ruptur dapat menyebabkan drainase transluminal dari saluran pencernaan ke rongga abdomen. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik apendisitis perforasi menurut lokasi perforasi dan umur pasien. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan anilisis secara deskriptif. Sampel diambil dari semua sediaan histopatologi dari tahun 2005 hingga 2007 dengan diagnosis apendisitis perforasi. Sampel yang diperlukan pada penelitian ini sebanyak 68 sampel. Dalam penelitian ini pasien dikelompokkan menurut dekade umur sedangkan lokasi perforasi dibagi menjadi pangkal, tengah, dan ujung apendiks. Hasil: Bagian tengah apendiks (45.58%) lebih banyak mengalami perforasi daripada bagian pangkal dan ujung apendiks. Kejadian perforasi terbanyak ditemukan pada pasien yang berusia antara 11 sampai 20 tahun atau pada kelompok dekade kedua (30.9%). Kesimpulan: Bagian apendiks yang paling sering mengalami perforasi pada apendisitis adalah pada bagian tengah dan kejadian perforasi terbanyak ditemukan pada kelompok usia dekade kedua (umur 11-20 tahun). Background: Appendicitis has been one of the emergency situations which need immediate medical intervention. If appendicitis is not treated immediately the appendix can undergo perforation and eventually rupture. The rupture of the appendix can cause transluminal drainage from the alimentary tract to the abdominal cavity and eventually causing some complications. This study aims to identify the characteristics of perforated appendicitis according to the location of perforation and the patient's age. Method: The study is a cross-sectional descriptive study. The sample is taken from all appendicitis perforation cases from year the year of 2005 until 2007. The sample needed is 68. In this study patients are grouped according to age decade, while the location of perforation into base, middle, and tip of the appendix. Results: The perforated area is more found in the middle (45.58%) than in the base or the tip of the appendix. The perforation rate mostly found in the age between 11 to 20 year or the second decade group of age (30.9%). Conclusion: The perforated area mostly found in middle of the appendix and the perforation rate mostly found in the second decade group of age (age 11-20 year).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S09040
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Robby
Abstrak :
Pandemi COVID-19 telah membawa dampak signifikan pada perilaku konsumen di seluruh dunia, termasuk dalam aktivitas belanja daring (online shopping). Salah satu bentuk online shopping yang mulai berkembang dan populer akhir-akhir ini adalah live stream shopping (LSS), yaitu aktivitas belanja online yang dilakukan melalui video langsung yang dipandu oleh streamer atau penjual. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mendorong repurchase intention dalam aktivitas live stream shopping dari perspektif social exchange theory. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori social exchange sebagai teori yang merepresentasikan interaksi dua belah pihak (streamer dengan viewer) dengan menerapkan cost-benefit analysis untuk menentukan risiko dan manfaat yang diperoleh dari interaksi yang terjadi antara viewer dan streamer untuk memaksimalkan benefit dan meminimalisir cost yang dapat terjadi. Penelitian ini memiliki 472 responden valid yang pernah membeli barang dalam live stream shopping di aplikasi e-commerce atau s-commerce. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode partial least square structural equation model (PLS-SEM) dan multigroup analysis berdasarkan jenis kelamin dan kelompok usia menggunakan bantuan program SmartPLS 4. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Learning, Perceived Enjoyment, Social Presence, Satisfaction, dan Responsiveness berpengaruh terhadap repurchase intention, sedangkan Trust in Streamer dan Privacy Concern tidak berpengaruh terhadap repurchase intention. Lalu, ditemukan bahwa terdapat perbedaan penerimaan hipotesis saat diujikan terhadap kelompok jenis kelamin dan kelompok usia yang berbeda. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi pihak yang menggunakan live stream shopping dalam melakukan pemasaran atau penjualan untuk meningkatkan layanan mereka, yang dapat berdampak pada repurchase intention konsumen. ......The COVID-19 pandemic has had a significant impact on consumer behavior around the world, including online shopping. One form of online shopping that is starting to develop and become popular lately is Live Stream Shopping (LSS), which is an online shopping activity carried out via live video guided by a streamer or seller. This study aims to analyze the factors that drive repurchase intention in live stream shopping activities from the perspective of social exchange theory. The theory used in this study is social exchange theory as a theory that represents the interaction of two parties (streamer and viewer) by applying cost-benefit analysis to determine the risks and benefits derived from the interactions that occur between viewer and streamer to maximize benefits and minimize costs that can occur. This study has 472 valid respondents who have purchased goods in live stream shopping in e-commerce or s-commerce applications. Data analysis was carried out using the partial least square structural equation model (PLS-SEM) method and multigroup analysis based on gender and age group using the assistance of the SmartPLS 4 program. The results of this study indicate that Learning, Perceived Enjoyment, Social Presence, Satisfaction, and Responsiveness have an effect on repurchase intention, while Trust in Streamer and Privacy Concern have no effect on repurchase intention. Then, it was found that there were differences in the acceptance of the hypothesis when tested on different gender and age groups. This research is expected to provide insight for parties who use live stream shopping in conducting marketing or sales to improve their services, which has an impact on buyer enthusiasm for repurchase intention.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Radityatama suhendra
Abstrak :
Pandemi COVID-19 telah membawa dampak signifikan pada perilaku konsumen di seluruh dunia, termasuk dalam aktivitas belanja daring (online shopping). Salah satu bentuk online shopping yang mulai berkembang dan populer akhir-akhir ini adalah live stream shopping (LSS), yaitu aktivitas belanja online yang dilakukan melalui video langsung yang dipandu oleh streamer atau penjual. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mendorong repurchase intention dalam aktivitas live stream shopping dari perspektif social exchange theory. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori social exchange sebagai teori yang merepresentasikan interaksi dua belah pihak (streamer dengan viewer) dengan menerapkan cost-benefit analysis untuk menentukan risiko dan manfaat yang diperoleh dari interaksi yang terjadi antara viewer dan streamer untuk memaksimalkan benefit dan meminimalisir cost yang dapat terjadi. Penelitian ini memiliki 472 responden valid yang pernah membeli barang dalam live stream shopping di aplikasi e-commerce atau s-commerce. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode partial least square structural equation model (PLS-SEM) dan multigroup analysis berdasarkan jenis kelamin dan kelompok usia menggunakan bantuan program SmartPLS 4. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Learning, Perceived Enjoyment, Social Presence, Satisfaction, dan Responsiveness berpengaruh terhadap repurchase intention, sedangkan Trust in Streamer dan Privacy Concern tidak berpengaruh terhadap repurchase intention. Lalu, ditemukan bahwa terdapat perbedaan penerimaan hipotesis saat diujikan terhadap kelompok jenis kelamin dan kelompok usia yang berbeda. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi pihak yang menggunakan live stream shopping dalam melakukan pemasaran atau penjualan untuk meningkatkan layanan mereka, yang dapat berdampak pada repurchase intention konsumen. ......The COVID-19 pandemic has had a significant impact on consumer behavior around the world, including online shopping. One form of online shopping that is starting to develop and become popular lately is Live Stream Shopping (LSS), which is an online shopping activity carried out via live video guided by a streamer or seller. This study aims to analyze the factors that drive repurchase intention in live stream shopping activities from the perspective of social exchange theory. The theory used in this study is social exchange theory as a theory that represents the interaction of two parties (streamer and viewer) by applying cost-benefit analysis to determine the risks and benefits derived from the interactions that occur between viewer and streamer to maximize benefits and minimize costs that can occur. This study has 472 valid respondents who have purchased goods in live stream shopping in e-commerce or s-commerce applications. Data analysis was carried out using the partial least square structural equation model (PLS-SEM) method and multigroup analysis based on gender and age group using the assistance of the SmartPLS 4 program. The results of this study indicate that Learning, Perceived Enjoyment, Social Presence, Satisfaction, and Responsiveness have an effect on repurchase intention, while Trust in Streamer and Privacy Concern have no effect on repurchase intention. Then, it was found that there were differences in the acceptance of the hypothesis when tested on different gender and age groups. This research is expected to provide insight for parties who use live stream shopping in conducting marketing or sales to improve their services, which has an impact on buyer enthusiasm for repurchase intention.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rizal Hidayatullah
Abstrak :
Indonesia merupakan salah satu negara yang memilki penduduk dengan status gizi rendah. Data Riskesdas menunjukkan bahwa 13,3% anak laki-laki dan 10,9% anak perempuan berada dalam status gizi kurang. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui apakah status gizi tersebut berhubungan dengan asupan lemak yang dikonsumsi. Penelitian ini dilakukan pada kelompok remaja yang berusia 13-18 tahun. Quesioner food-record diisi oleh responden selama 3 hari dalam 1 minggu yaitu dari tanggal 15 Januari 2011 sampai 22 Januari 2011 digunakan untuk mengetahui asupan lemak dan data pengukuran Indeks Massa Tubuh digunakan untuk menentukan status gizi. Responden dalam penelitian ini berjumlah 90 orang. Dari 90 responden tersebut, terdapat 1 (1,1%) responden dengan status gizi kurang, 64 (71,1%) responden dengan status gizi cukup, dan 25 (27,8%) responden dengan status gizi lebih. Dengan uji Kolmogorov-Smirnov, didapatkan hasil bahwa dalam penelitian ini tidak ditemukan hubungan antara asupan lemak dengan status gizi (p=0,736).
Malnutrition continues to be a primary cause of ill health and mortality among children in developing countries like Indonesia. Riskesdas showed that 13.3% males and 10.9% females under 18 years of age in Indonesia were under-nutrition. In the present study, an attempt was made to find the prevalence of under-nutrition among school children 13-18 year age group and its association with fat intake. Nutritional status of the children was assessed by measuring Body Mass Index (BMI) and their fat intake for three day (Januari 15-22, 2011) was recorded using food-record questionnaire. A total 90 students were randomly selected from the study area. Among 90 students, 1.1% students were found to be undernutrition, 71.1% normal, and 27.8% overnutrition. There was no significant difference (Kolmogorov-Smirnov p>0.05) between prevalence of under-nutrition and fat intake. It was concluded that the prevalence of under-nutrition among school children 13-18 year age group was not associated with fat intake.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library