Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hana Fairuza Adnan
"TikTok memiliki komunitas BookTok yang telah berkontribusi dalam peningkatan penjualan buku, yang tidak dapat dicapai oleh komunitas membaca online lainnya. Kekuatan BookTok dimanfaatkan sebagai ladang pemasaran buku, salah satunya dengan cara menyebarkan konten yang mengandung emotional appeal. Namun, masih terdapat kurangnya penelitian yang secara khusus mengkaji tanggapan audiens terhadap penggunaan emotional appeal dalam konteks pemasaran buku di platform tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana audiens menanggapi emotional appeal yang terkandung dalam video pemasaran buku Shawn Warner di TikTok. Penelitian kualitatif ini dilakukan dengan teknik pengumpulan data melalui data sekunder (komentar audiens) serta analisis tematik. Dari penelitian ini, ditemukan bahwa video Shawn Warner yang viral tersebut mengandung emotional appeal (sad appeal), yang memperlihatkan penulis dalam situasi yang menyedihkan. Penelitian ini menemukan bahwa audiens menanggapi hal tersebut dengan tiga cara, yaitu memberikan dukungan untuk menaikkan penjualan buku penulis, menunjukkan empati dan apresiasi, serta menunjukkan ketertarikan terhadap kualitas buku. Temuan ini menekankan pentingnya penggunaan emotional appeal dalam strategi komunikasi pemasaran buku yang melibatkan penulis, terutama untuk membangun koneksi dengan audiens serta menggugah empati mereka, sehingga mereka terdorong untuk membantu penulis tersebut.

TikTok has a BookTok community that has significantly contributed to increased book sales, a feat unmatched by any other online reading community. The power of BookTok has been leveraged as a platform for book marketing, particularly by promoting content with emotional appeal. However, there is a lack of research specifically examining audience reception of emotional appeals in book marketing on this platform. This study aims to explore audience reception of emotional appeals in Shawn Warner's book marketing videos on TikTok. This qualitative research uses secondary data (audience comments) and thematic analysis for data collection and interpretation. The viral Shawn Warner video contains a sad emotional appeal, depicting the author in a sorrowful situation. The study found that the audience responded in three main ways: offering support to boost the author's book sales, showing empathy and appreciation, and expressing interest in the book's quality. The findings emphasize the importance of emotional appeals in book marketing communication strategies involving authors. Such appeals can build connections with the audience and evoke empathy, encouraging them to support the author."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Vinny Damayanthi
"Penelitian ini berusaha menemukan posisi khalayak ketika memaknai pelaku pembunuhan dalam film The Act of Killing/Jagal dengan pendekatan reception analysis Stuart Hall yang memposisikan 3 (tiga) “posisi hipotesis” decoder: dominan, negotiated, dan oposisi. Jagal adalah film dokumenter yang mengisahkan kehidupan sehari-hari mantan pelaku pembunuhan massal pemberantas anggota Partai Komunis Indonesia pasca peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S) dengan tokoh sentral Anwar Congo dan Adi. Sampling penelitian terbatas pada komunitas interpretatif dengan kriteria: lahir setelah tahun 1980, pernah menonton film Pengkhianatan G30S/PKI dan Jagal, pernah mengunjungi museum dan monumen bersejarah terkait G30S, dan memiliki konstruksi tentang PKI sebelum menonton film Jagal.
Peneliti melakukan wawancara mendalam terhadap 6 (enam) informan dengan beragam latar belakang. Wawancara dilakukan untuk mengetahui pemaknaan komunitas interpretatif terhadap 8 (delapan) adegan yang dinilai relevan dengan penelitian. Peneliti juga menghimpun informasi mengenai encoding sutradara. Dengan reception analysis, peneliti menemukan bahwa keragaman latar belakang dan pengalaman menyebabkan khalayak juga meng-encode teks media dengan beragam. Posisi khalayak tidak konsisten di satu posisi tertentu pada tiap adegan. Ada kalanya cenderung berada di posisi dominan pada adegan tertentu namun cenderung berada di posisi negotiated atau oposisi pada adegan lain.

This research tried to find audiences‟ position when they interpret murderer showed in The Act of Killing/Jagal film with reception analysis approach from Stuart Hall which had 3 (three) “hypothetical position” of decoder: dominan-hegemonic position, negotiated position, and oppositional position. Jagal is a documentary film that told us the daily life of a mass murderer who did massacre of Indonesian Communist Party (PKI) members after September 30th Movement (G30S) with Anwar Congo and Adi as the central role. The sampling were limited to interpretive community with general criteria: were born after 1980, watched Pengkhianatan G30S/PKI and Jagal film, and had construction about PKI before they watched Jagal.
Researcher did depth interview with 6 (six) informants that came from various backgrounds. The aim of the interview was to revealed the meaning of the interpretive community towards 8 (eight) scenes that relevant to the research. Researcher also gathered information about the encoding that the director‟s wanted to present in the film. With reception analysis, researcher found that diversity of backgrounds and experiences caused the audiences encoded media texts in various ways. Audiences positions are not stick to one position for all relevant scenes. There were times when they are dominant on particular scenes but negotiated or oppositional on another.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T44692
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fanggidae, Erdhy
"Reformasi pada tahun 1998 memunculkan kebebasan bagi media massa di Indonesia dalam menjalankan praktek media, ditandai dengan munculnya fenomena di mana sensualitas dan seksualitas dalam berbagai bentuk yang hampir selalu ada. Banyak pihak kemudian yang memprihatinkan hal ini, meminta agar kalangan media massa merespon apa yang disebut dengan keprihatinan dan tuntutan masyarakat terhadap maraknya pornografi. Tercetus rencana pembentukan Undang-Undang Anti Pomografi dan Pornoaksi. Komite Penyiaran Indonesia (KPI) berjanji akan menetapkan sebuah standar penyiaran dan pemerintah juga mempersiapkan empat rancangan peraturan pemerintah (RPP) berkenaan dengan bidang penyiaran.
Wacana regulasi tentang pomografi sebenarnya baik, namun pertanyaan mengenai realitas pornografi menurut perspektif apa dan siapa yang sebaiknya digunakan dalam penyusunan dan implementasi regulasi terkait, serta faktor-faktor apa saja yang nantinya perlu mendapat penekanan dalam regulasi itu, harus dijawab terlebih dahulu. Sebabnya, realitas dibentuk dan dikonstruksi, berwajah ganda/jamak, setiap orang bisa mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas. Setiap orang yang mempunyai pengalaman, preferensi, pendidikan tertentu dan lingkungan pergaulan atau sosial tertentu akan menafsirkan realitas sosial itu dengan konstruksinya masing-masing.
Sejalan dengan pandangan realitas menurut paradigma konstruktivisme, bahwa realitas adalah hasil dari konstruksi mental, bersifat sosial dan tergantung pada orang yang memahaminya, penelitian kualitatif dengan paradigma konstruktivisme ini berusaha untuk melihat bagaimana kalangan perempuan informan penelitian ini melakukan penerimaan dan juga pemaknaan terhadap realitas praktek media massa yang membahas seksualitas dari sensualitas. Selanjutnya penelitian dengan metode fenomenologi ini juga berusaha mengetahui realitas mengenai isu pornografi di media massa Indonesia menurut para informan, mengenai sejauh mana praktek media massa dengan bahasan seksualitas dan seksualitas tersebut bisa dikategorikan sebagai pornografi dalam pemaknaan mereka.
Menggunakan tiga kategori pemetaan dalam kerangka Audience Reception Theory.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa audiens melakukan pemaknaan sendiri ketika melakukan konsumsi media massa. Dalam realitas bahasan seksualitas, para informan penelitian ini tidak keberatan dan mendukung adanya bahasan seksualitas di media massa. Penelitian ini juga memperlihatkan bagaimana ada perbedaan dalam pemaknaan pornografi dan juga realitasnya dalam praktek media massa di Indonesia sendiri. Temuan lainnya adalah bahwa laki-laki dianggap sebagai bagian masyarakat yang paling rentan terhadap dampak dari pomografi.
Dikaitkan dengan pengaruh latar audiens ketika melakukan pemaknaan, penelitian ini menghasilkan temuan bahwa pemaknaan para informan tidak bergantung kepada latar belakang lingkungan tempat tinggal dan mobilitas mereka dan bahwa faktor agama jarang digunakan untuk memaknai isu pomografi di media massa.
Implikasi teori dari penelitian ini adalah bahwa audiens memang mempunyai pemaknaan sendiri ketika mereka berhadapan dengan praktek media massa. Secara metodologis, dengan memperhatikan keterbatasan dari penelitian ini, di mana para informannya adalah hanya mereka yang menepakan perempuan lajang pekerja profesional yang berkantor di Jalan Jenderal Sudirman Jakarta, akan sangat menarik jika di kemudian hari bisa dilakukan sebuah eksplorasi bahasan yang sama.terhadap variabel-variabel yang lebih beragam dalam skala penelitian yang lebih luas secara kuantitatif menggunakan metode survey."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13692
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bangga Alam Pradana Erizal
"Dalam waktu dimana industri perfilman sudah menjadi bagian penting dari budaya populer, ada baiknya bila kita tidak meremehkan pentingnya media tersebut, yang sudah tertanam di kesadaran umum. Dengan menganalisa tema-tema yang berulang di film karya Christopher Nolan, karya ini bermaksud menyelidiki apabila tema dan pesan sebuah film terpancar pada penonton yang melihatnya, dan mungkin melihat seberapa besar pengaruhnya. Penelitian akan dilakukan melalui analisis terhadap resensi-resensi dari beberapa film Nolan dan melihat bila tema yang dibawakan konsisten dalam reaksi penonton. Dari temuan dan analisis, telah ditemukan data yang bisa dianggap suportif terhadap pandangan ini, konsisten dengan konsep-konsep yang diterangkan dalam teori paradigma naratif Robert Fisher, dan bagaimana kiasan sebuah film, dalam peranya sebagai sebuah naratif komunikasi, diterima oleh penonton.

In a time where the film industry is such a cornerstone of pop culture, we must not underestimate the socio-cultural significance of said media being so entrenched in the public consciousness. By analysing recurring themes in the works of film director Christopher Nolan, this paper aims to find out if a film’s themes and messages reached the audience that watches them, and perhaps even find to what degree they are influenced by it. Determining this will be done by collecting and analysing reviews of a selection of Nolan’s movies and noting if the themes Nolan intended were consistent or not in audience reactions. From the findings and analysis, there has been found data with possible supportive interpretations consistent with ideas outlined in Robert Fisher’s Narrative paradigm and how the conventions of a movie may affect how a film, in its role as a communicative narrative, is received.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiska Larasati Dyah Sekaringtyas
"Penelitian ini mengeksplorasi pemaknaan khalayak terhadap produk femvertising dengan mendalami pengalaman perempuan Indonesia berkulit gelap dan berambut keriting terhadap standar kecantikan dominan dan pemaknaannya terhadap iklan #CantikSatukanKita oleh Dove Indonesia. Melalui pendekatan kualitatif dan metode wawancara mendalam, peneliti membahas hubungan antara pemaknaan khalayak terhadap standar kecantikan dominan dengan pembacaannya terhadap produk femvertising #CantikSatukanKita oleh Dove. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun khalayak pernah melakukan pembacaan dominan terhadap standar kecantikan, khalayak mendapat kekuatan untuk melawan diskursus utama seiring dengan berjalannya waktu. Setelah mereka melakukan counter-discourse terhadap diskursus utama, khalayak terpapar oleh iklan #CantikSatukanKita. Latar belakang dan pengalaman hidup masing-masing khalayak mendorong khalayak untuk melakukan pembacaan dominan dan negosiasi terhadap produk femvertising Dove.

This research discusses audiences’ reception towards femvertising by exploring the life experiences of dark-skinned and curly-haired Indonesian women regarding the dominant beauty standards and how they perceive the advertisement #CantikSatukanKita by Dove Indonesia. Through qualitative approach and in-depth interview, this study describes the relationship between audiences’ reception towards the dominant beauty standards in Indonesia with their readings toward femvertising #CantikSatukanKita by Dove Indonesia. The result showed that even though audiences performed dominant reading towards the beauty standards, as time went by they started to gain power to counter the discourse. Once they have countered the dominant discourse, then they are exposed to #CantikSatukanKita. Audiences’ background and life experiences shaped them into performing dominant and negotiated reading to Dove Indonesia’s #CantikSatukanKita."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anandhika Maheswara
"Artikel ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh host podcast terhadap pengikutnya. Menurut Stefan Larson dari Prior Data (2024), terdapat lebih dari lima juta podcast dengan lebih dari 75 juta episode pada tahun 2024. Dalam artikel yang sama, ia menyatakan bahwa basis pendengar podcast global terus tumbuh secara konsisten dari tahun 2019 hingga 2024. Podcast dimulai dengan 274,78 juta pendengar pada tahun 2019 dan berkembang menjadi 332,12 juta pada tahun 2020, peningkatan yang signifikan ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh perubahan kebiasaan konsumsi media. Makalah ini menggunakan Audience Reception Theory (1973) karya Paul Lazarsfeld dan metode convenient sampling. Mengambil contoh dari Joe Rogan Experience, salah satu saluran podcast paling populer yang sedang berjalan, makalah ini mempelajari faktor-faktor yang membuat pemirsa terlibat dengan pembawa acara podcast. Dengan mengangkat topik-topik tersebut, motivasi penelitian ini adalah untuk menjelaskan hubungan antara influencer dan pengguna biasa. Artikel ini berpendapat bahwa masing-masing pembawa acara podcast memiliki tingkat pengaruh yang berbeda-beda, bergantung pada kepribadian dan keaslian konten mereka terhadap penonton.
This article aims to study podcast hosts’ influence on their followers. According to Stefan Larson of Prior Data (2024), there are over five million podcasts with more than 75 million episodes as of 2024. In the same article, he states that the global podcast listener base has consistently grown from 2019 to 2024. The podcast began with 274.78 million listeners in 2019 and expanded to 332.12 million in 2020, a significant increase likely influenced by changing media consumption habits. This ongoing growth has given podcast hosts more relevance in being recognised as people of influence. This paper uses Stuart Hall’s Audience Reception Theory (1973) and a convenient sampling method. Taking the case of Joe Rogan Experience, one of the most popular podcast channels currently running, this paper studies the factors that make audiences engage with a podcast host. By tackling these topics, this study's motivation is to explain the relationship between influencers and regular users, arguing that podcast hosts each have varying levels of influence, depending on the personality and authenticity of their content towards the audience."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library