Search Result  ::  Save as CSV :: Back

Search Result

Found 35 Document(s) match with the query
cover
Adhie Nur Radityo S
"Latar Belakang: Air susu ibu (ASI) merupakan asupan yang direkomendasikan pada semua bayi baru lahir. ASI pada bayi yang menjalani perawatan intensif diberikan dalam bentuk ASI perah (ASIP). Akan tetapi, berbagai penelitian menunjukkan bahwa serangkaian proses persiapan ASIP merupakan sumber kontaminasi dan penularan infeksi. Infeksi pada bayi baru lahir merupakan salah satu masalah serius yang belum terpecahkan dalam perawatan bayi baru lahir, termasuk pada Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Meskipun alur pengelolaan ASIP yang digunakan sudah sesuai dengan standar WHO, belum pernah dilakukan evaluasi terhadap kejadian kontaminasi ASIP sebelumnya.
Tujuan: Mengetahui angka kejadian kontaminasi ASIP di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan faktor-faktor yang memengaruhinya.
Metode: Dilakukan penelitian potong lintang terhadap 60 sampel ASIP di divisi Neonatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak (IKA) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) - Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada bulan Desember 2018 hingga Januari 2019. Sampel penelitian merupakan ASIP yang didapatkan dari proses pemerahan oleh ibu dengan bayi yang dirawat di ruang perawatan Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSCM. Ibu dengan riwayat penyakit yang menular lewat ASI, mengalami mastitis, atau sedang mengonsumsi antibiotik dan probiotik dieksklusi dari penelitian. Dilakukan pemeriksaan kultur terhadap ASIP sebanyak dua kali yaitu pertama kali maksimal dua jam setelah ASI diperah dan kedua kali setelah disimpan di lemari pendingin dengan suhu <4oC selama 48 jam, selesai dilakukan pemrosesan dan siap diberikan pada bayi.
Hasil: Didapatkan hasil angka kontaminasi ASIP di NICU RSCM adalah sebesar 66,67%. Profil kuman terbanyak sebagai kontaminan ASIP di NICU RSCM adalah Staphyloccocus epidermidis (ASIP setelah diperah 46,7%, ASIP sebelum pemberian 40%), Acinetobacter baumanii (ASIP setelah diperah 18,3%, ASIP sebelum pemberian 16,7%) dan Staphylococcus haemolyticus (ASIP setelah diperah 13,3%, ASIP sebelum pemberian 6,7%). Faktor risiko yang berpengaruh terhadap kontaminasi ASIP di NICU RSCM diantaranya adalah tindakan cuci tangan ibu sebelum memerah ASI dan penggunaan masker oleh petugas saat memproses ASIP untuk bayi.

Background: Breast milk is the recommended nutrient for every newborn. Newborn in neonatal intensive care unit is also provided in form of expressed breast milk. However, various studies have shown that expressed breast milk preparation is prone to contamination and infection transmission. Infection in newborn is a serious problem which has not been solved in newborn care, including in Cipto Mangunkusumo National Hospital (CMH). In spite of its expressed breast milk process correspond with World Health Organization guideline, evaluation has never been thouroughly done for expressed breast milk contamination rate.
Objective: To investigate expressed breast milk contamination rate in Cipto Mangunkusumo National Hospital and its affecting factors
Method: Cross sectional study was done to 60 expressed breast milk samples in Neonatology division, Child Health Department, Faculty of Medicine Universitas Indonesia (FKUI) - Cipto Mangunkusumo National Hospital (CMH) on December 2018 to January 2019. Samples for the study were expressed breast milk taken from mother whose baby was admitted to Neonatal Intensive Care Unit (NICU) of CMH. Mothers with breast milk transmission infection, having mastitis, or consuming antibiotic or probiotic were excluded from the study. Culture from samples was done two times, the first time was at maximum of two hours after breast milk was expressed and the second time was after the breast milk had been stored in freezer with temperature below 4o Celsius for 48 hours, processed, and ready to be taken by newborn.
Result: It is shown that the contamination rate of expressed breast milk in NICU of Cipto Mangunkusumo Hospital was 66,67%. Most prevalent bacteria for expressed breast milk contaminant were Staphylococcus epidermidis (1st sampling 46,7% , 2nd sampling 40%), Acinetobacter baumanii (1st sampling 18,3%, 2nd sampling 16,7%), and Staphylococcus haemolyticus (1st sampling 13,3%, 2nd sampling 6,7%). Risk factors affecting expressed breast milk contamination in NICU of Cipto Mangunkusumo Hospital were mother handwashing before breast milk expression and the use of mask for officers processing expressed breast milk.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T57676
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Marisi
"ABSTRAK
Pemahaman ketidakcukupan ASI didefinisikan sebagai keadaan dimana seorang
ibu telah atau menganggap dirinya tidak lagi memiliki ketersediaan ASI dan hal
ini merupakan alasan utama lepas susu lebih awal. Penelitian ini merupakan
penelitian analitik cross sectional dengan menggunakan data primer dan
sekunder yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi selama
hamil dengan persepsi ketidakcukupan ASI di Puskesmas Kecamatan Tanjung
Priok yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa status gizi yang tidak sesuai rekomendasi, umur ≤ 30 tahun, ibu bekerja,
hamil anak pertama, tidak adanya bimbingan laktasi, pengetahuan, dan dukungan
nakes mempengaruhi ketidakcukupan ASI. Agar persepsi ibu tentang
ketidakcukupan ASI tidak dijadikan alasan utama untuk menghentikan ASI maka
perlunya peningkatan status gizi selama hamil serta penyuluhan oleh nakes
tentang ASI Eksklusif.

ABSTRACT
The understanding off breast milk is defined as asituation where a mother has or
thinks she is no longer has the availability of brenst milk and this is the main
reason of early off milk. This research is a cross sectional analytic study using
primary and secondary data aimed to determine the relationship between nutrional
status during pregnancy with the perceived insufficient milk in Tanjung Priok
public health center that has not been done before. The result shovvs that
nutritional status that is not relevant to the recommendation, age under 30 years
old, working mother, first pregnancy, no gvidance about lactation, knowledge, and
support from health worker are affecting inadequacy of breast milk. In order
mothers perception abaut breast milk inadequacy can not be use as the main
reason to stop breast feeding, therefore improving nutritional status during
pregnancy and counceling by the health worker are needed.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Maharani Tristanita Marsubrin
"Latar belakang. Air susu ibu ASI merupakan nutrisi ideal bagi seorang bayi, namunkomposisi ASI bervariasi dan sangat individual. Human milk fortifier HMF direkomendasikan oleh WHO untuk diberikan pada bayi sangat prematur dan/atau bayiberat lahir sangat rendah BBLSR , namun belum terdapat kesepakatan kapan waktumemulainya. Selain itu kelompok ini berisiko mengalami kekurangan atau kelebihan zatbesi akibat pemberian suplementasi besi rutin. Objektif. Mendapatkan profil perubahan kandungan energi makronutrien dan zat besi dariASI bayi sangat prematur dan/atau BBLSR, serta kecukupan kandungan nutrisi dan zat besipada ASI untuk memenuhi kebutuhan yang direkomendasikan.Metode. Studi deskriptif analitik dengan desain multiple measurement pada studilongitudinal. Sampel penelitian adalah ASI ibu yang melahirkan bayi sangat prematurdan/atau BBLSR periode bulan Juli-Oktober 2017 di unit perinatologi RSCM. PemeriksaanASI menggunakan MIRIS dilakukan secara serial selama 4 minggu dan pada minggu 4dilakukan pemeriksaan kadar besi ASI menggunakan ICP-MS. Sebanyak 30 ibu yang memiliki data lengkap hingga minggu 4 dilakukan analisis.Hasil. Terdapat penurunan kandungan protein di ASI p=0,0003 disertai peningkatanlemak p=0,0004 dan kalori p=0,0006 setiap minggunya, namun tidak demikian dengankarbohidrat p=0,447 . Kekurangan protein di ASI didapatkan sejak minggu II pascakelahiran walaupun kalori lemak ASI masih mencukupi. Kadar zat besi ASI pada hari 28ditemukan lebih rendah dari nilai rekomendasi ESPGHAN dan AAP-Con ditemukan padapemeriksaan hari ke 28.Kesimpulan. Terdapat perubahan kandungan makronutrien setiap minggunya pada ASIbayi sangat prematur dan/atau BBLSR dan tidak mencukupi kebutuhan yang direkomendasikan. Pemberian HMF dapat dipertimbangkan untuk diberikan sejak minggu IIuntuk mencukupi kebutuhan tumbuh kejar.

Background. Mother rsquo s own milk MOM is an ideal nutrition for a baby, but thecomposition is varied and highly individualized. Human milk fortifier HMF is recommended by WHO for very premature infants and or very low birth weight VLBW infants, yet no agreement when to start. In addition, this group is at risk of iron deficiencyor excess due to routine iron supplementation.Objective. To find the changes in macronutrient and iron contents from MOM in verypremature infants and or VLBW infants, as well as the adequacy of nutrients and ironcontents in MOM to conform recommended needs.Method. Analytical descriptive study with multiple measurement design in longitudinalstudy. Subjects were mothers who delivered very premature infants and or VLBW infantsfrom July to October 2017. Breast milk was serialized with MIRIS for 4 weeks and ironcontent was researched with ICP MS at 4th week. The study took place in neonatolgy unitin Cipto Mangunkusumo Hospital. A total of 30 mothers who had complete data for 4weeks were analyzed.Results. There was a decrease in protein content in breast milk p 0.0003 and increasedfat p 0.0004 and calories p 0.0006 per week, but not in carbohydrates p 0.447 .Although this result is higher than the study of systematic review in Australia in 2016.Protein deficiency in breast milk was found from the first week after birth and iron contentis lower than the value of recommendation of ESPGHAN and AAP Con at 28 dayexamination.Conclusion. Macronutrient content changes each week in breast milk of very prematureand or VLBW infants and not enough from dietary recommendation. Giving HMF may beconsidered at 1st week after birth."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T57663
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudarini
"ABSTRAK
Saat ini ada kecenderungan penurunan penggunaan ASI pada sebagian masyarakat terutama di kota-kota besar. Meningkatnya kesempatan kerja bagi wanita dapat diasumsikan akan terjadi penurunan penyusuan atau pemberian ASI dikalangan wanita yang bekerja. Data BPS menunjukkan jumlah wanita yang memasuki lapangan kerja meningkat dari 32.6% pada tahun 1980 menjadi 39.2% pada tahun 1990. Penelitian YLKI (1989) yang dilakukan di Jakarta dan Bekasi menunjukkan bahwa sebagian besar (89.40%) ibu mengetahui bahwa ASI lebih baik daripada susu kaleng, walaupun demikian yang memberikan hanya ASI sekitar 51.51%; salah satu alasan tidak memberikan ASI adalah karena bekerja (21 %).
Tujuan penelitian adalah diperolehnya gambaran ibu batita yang bekerja tentang ASI eksklusif.
Populasi dan sampel penelitian adalah ibu batita yang bekerja dengan sampel 90 orang yang dipilih secara acak. Pengumpulan data dilakukan dengan survei. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan paket program statistik Epilnfo versi 5.01 B.
Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan tentang ASI dan ASI eksklusif cukup baik ditunjang dengan pendidikan dan kondisi sosio ekonomi yang cukup baik. Walaupun demikian kebanyakan responden (87.4%) tidak memberikan ASI secara eksklusif, bahkan ada yang tidak setuju pemberian ASI secara eksklusif ini. Pemberian ASI eksklusif ini menjadi masalah karena memang tidak ada sarana (95.5%) untuk proses kelangsungan penyusuan dan mengingat lamanya perjalanan ke tempat kerja kemungkinan dapat mempengaruhi pelaksanaan pemberian ASI ini."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia , 1994
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Bonang, Gerardus
"ABSTRAK
Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu dikelilingi berjuta-juta kuman dan mikroorganisme lainnya. Hal ini sudah di mulai sejak manusia itu dilahirkan, ketika ia melalui jalan kelahiran pertama kali keluar dari kandungan ibunya.
Kuman-kuman dan mikroorganisme lainnya itu terdiri atas mikroorganisme endogen, tidak patogen maupun mikroorganisme potensial patogen dan penyebab aneka penyakit. Demikian pula secara khusus saluran pencernaan manusia, setiap hari kemasukan berjuta-juta aneka kuman tetapi umumnya kita sehat-sehat saja.
Ketika manusia berada dalam kandungan ibu, badan manusia itu belum mengenal kuman atau mikroorganisme lainnya. Perkenalan pertama dengan mikroorganisme adalah ketika dilahirkan. Pada hari pertama setelah dilahirkan, mikroorganisme sudah mulai bersarang dalam tubuh, juga pada dinding saluran pencernaan.
Pada kenyataannya kebanyakan orang tidak inenderita sakit atau gangguan apapun dengan bersarangnya mikroorganisme dalam saluran pencernaannya itu.
Mikroorganisme yang bersarang pada saluran pencernaan dan tidak menyebabkan penyakit itu dinamakan mikroorganisme endogen. Mikroorganisme endogen ini seolah-olah menjadi pelindung atau tameng terhadap berjuta mikroorganisme lainnya yang setiap hari melewati saluran pencernaan manusia. Makin kuat tameng pelindung ini makin sehat tuan rumahnya. Ketahanan tuan rumah terhadap serangan berjuta-juta mikroorganisme yang masuk tiap hari melalui saluran pencernaannya dinamakan ketahanan kolonialisasi. Ketahanan terhadap kolonisasi oleh mikroorganisme pendatang dalam saluran pencernaan dipelopori oleh kuman-kuman endogen yang telah menetap sejak awal di dinding saluran pencernaan. Kuman-kuman endogen inilah yang mencegah mikroorganisme pendatang untuk menetap dan menyebabkan penyakit.
Sebaliknya orang yang harus diisolasi karena memerlukan hidup babas dari mikroorganisme sebab sedang menjalani suatu terapi tertentu, apabila secara tidak sengaja berkontak dengan mikroorganisme potensial patogen, akan segera menjadi sakit. Pada orang demikian, kuman-kuman endogennya telah ikut dibersihkan sama sekali sehingga fungsi pelindung kuman-kuman tersebut ikut hilang, dan 5 yang bersangkutan mudah jatuh sakit.
Melalui penelitian ini hendak ditentukan KETAHANAN KOLONISASI bayi normal yang dilahirkan di Rumah Sakit Atma Jaya dan pengaruh minum air susu ibu terhadap KETAHANAN KOLONISASI itu. Diteliti pula KETAHANAN
KOLONISASI pada ibu-ibu (wanita dewasa), dan ada tidaknya persamaan biotipe Enterobacteriaceae yang diisolasi dari tinja pasangan ibu dan bayinya. Diteliti pula suatu cara lain untuk menentukan KETAHANAN KOLONISASI, yaitu dengan cara mengukur konsentrasi Enterococcus dalam tinja."
1992
D47
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia , 2008
612.664 BED
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Lidya Ambarsari
"ABSTRAK
Pijat oksitosin merupakan pijatan yang dilakukan sebagai teknik relaksasi untuk meningkatkan hormon oksitosin. Pijat oksitosin dilakukan pada area sepanjang tulang belakang sampai tulang costae kelima atau keenam, sehingga sistem saraf simpatis akan merangsang hipofisis untuk mensekresi oksitosin. Oksitosin pada ibu postnatal berperan dalam pengeluaran ASI. Berdasarkan pengkajian, klien usia 27 tahun dengan primipara, mengeluhkan kurangnya produksi ASI sehingga klien khawatir bayi akan kekurangan asupan. Metode studi kasus dengan melakukan intervensi pijat oksitosin selama tiga hari. Hasil analisis setelah dilakukan intervensi pijat oksitosin yaitu terjadi peningkatan produksi ASI yang dilihat dari jumlah keluarnya ASI, selain itu terjadi peningkatan produksi ASI dengan menggunakan parameter bertambahnya frekuensi Buang Air Kecil (BAK), frekuensi Buang Air Besar (BAB), durasi tidur setelah menyusu dan kepuasan bayi setelah menyusu.

ABSTRACT
Oxytocin massage is a massage that was done as a relaxation technique to increase the hormone oxytocin. Oxytocin massage was done in the area along the spine to the fifth or sixth, so the sympathetic nervous system will be carried by the pituitary to secrete oxytocin. Oxytocin in postnatal mothers joins breast milk. Based on the assessment, a 27 years old client with primipara, complained about the lack of milk production, the client was worried that the baby would be lacking in food. The method of the case study is by conducting oxytocin massage interventions for three days. The results of the analysis after the oxytocin massage intervention was carried out which increased the production of breast milk seen from the amount out of breast milk, moreover there was an increase in breast milk production using parameters that increased urination frequency, defecation frequency, sleep duration after breast feeding and infant satisfaction after breastfeeding."
2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Karomah Putri
"Air susu ibu adalah makanan bayi yang terbaik karena mengandung komposisi nutrisi yang lengkap dan mengandung faktor-faktor penting untuk kekebalan tubuh bayi termasuk leukosit. Pemberian ASI ekslusif kepada bayi banyak mengalami hambatan, akibat ibu yang harus bekerja kembali  setelah cuti melahirkan. Berbagai upaya dilakukan agar bayi tetap mendapatkan ASI pada saat ibu bekerja, salah satunya adalah dengan cara penyimpanan ASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh proses penyimpanan ASI pada wadah plastik terhadap jumlah, viabilitas dan morfologi leukosit. Sampel penelitian ini adalah ASI yang diperoleh dari 7 ibu menyusui selama periode bulan September tahun 2022 hingga Februari tahun 2023, kemudian dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan berdasarkan suhu, lama penyimpanan dan metode pencairan ASI beku berdasarkan  rekomendasi CDC. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya penurunan yang signifikan pada jumlah total dan viabilitas sel  pada ASI yang disimpan pada wadah plastik. Walaupun terjadi perubahan pada gambaran morfologi leukosit namun proses penyimpanan dan pencairan tidak mempengaruhi populasi CD45+ secara keseluruhan.  Tetapi, perubahan yang signifikan ditemukan pada jumlah monosit dan basofil. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rekomendasi penyimpanan berdasarkan rekomendasi CDC dengan menggunakan wadah plastik tidak memengaruhi kuantitas leukosit. Meskipun demikian, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami apakah perubahan morfologi ini mempengaruhi fungsional dari sel tersebut.

Mother's milk is the best baby food because it contains a complete nutritional composition and contains important factors for the baby's immune system including leukocytes. Exclusive breastfeeding for babies is increasingly experiencing obstacles, due to social changes that affect women who work after maternity leave. Various efforts have been made so that the baby continues to get breast milk when the mother is working, one of which is by storing breast milk. This study aims to determine the effect of the storage process on the number, viability and morphology of breast milk leukocytes. The sample for this study was breast milk obtained from 7 breastfeeding mothers during the period September 2022 to February 2023, then divided into 4 treatment groups based on temperature, storage time and method of thawing frozen breast milk from the recommendation guide at the CDC. The results showed that there was no significant decrease in the total number and viability of cells in breast milk. Although there was a change in the leukocyte morphology, the storage and thawing processes did not affect the CD45+ population as a whole. However, there were significant changes in the number of monocytes and basophils. The results of this study indicate that the storage recommendations from the CDC do not affect the quantity of leukocytes. Nevertheless, further research is still needed to understand whether these morphological changes affect the function of these cells."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tika Dinda Istikomah
"Pembengkakan payudara menjadi salah satu manifestasi klinis ibu postpartum yang sering muncul. Di Indonesia rata-rata 5% ibu postpartum mengalami masalah ini. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis asuhan keperawatan pada Ibu R (20 tahun) status paritas P1A0, postpartum hari ke-9 dengan masalah pembengkakan payudara. Intervensi yang dilakukan yaitu pemberian kompres kol sehari 2 kali selama 4 hari. Hasil observasi didapatkan adanya penurunan nyeri dari skala VAS 8 menjadi skala VAS 1 dan perubahan kondisi payudara dengan menggunakan instrumen Six Poin Engorgement Self-rated (SPES), dari skala 5 menjadi skala 1. Berdasarkan hasil penelitian ini, kol (Brassica oleracea var capitata) memiliki efektivitas untuk mengatasi masalah pembengkakan payudara. Selain kol terdapat berbagai cara yang dapat digunakan, dari hasil penelitian ini diharapkan akan muncul penelitian lain yang lebih bervariasi. Kata kunci: Bendungan ASI, kompres kol, pembengkakan payudara.

Breast engorgement is one of the most common clinical manifestations of postpartum mothers. In Indonesia, an average of 5% of postpartum mothers experience this problem. This study was conducted to analyze nursing care in NY. R (20 years) with P1A0, 9th day postpartum with breastfeeding problems. The intervention was giving cabbage compresses 2 times a day for 4 days. The results of observations showed a decrease in pain from the VAS 8 scale to the VAS 1 scale and changes in breast condition using the Six Points Engorgement Self-rated (SPES) instrument, from a scale of 5 to a scale of 1. Based on the results of this study, cabbage (Brassica oleracea var capitata) has effectiveness in overcoming the problem of breast milk accumulation. Apart from cabbage, various ways can be used. From the results of this study, it is hoped that other, more varied studies will emerge. Keywords: Breast engorgement, breast milk, cabbage leaf."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vindy Ningsih Daskunda
"Pijat punggung dilakukan sebagai manipulasi jaringan lunak tubuh yang membantu mengendurkan ketegangan otot di punggung karena rangsangan dari pelepasan hormon endorfin guna mengurangi rasa cemas dan meringkan rasa sakit sehingga menimbulkan relaksasi dan kenyamanan bagi ibu postpartum. Ketika ibu merasakan energi positif dari kenyamanan yang dirasakan berupa rasa rileks dan rasa bahagia, respon tersebut akan dikirim ke bagian hipotalamus untuk merangsang hipofisis posterior sehingga tubuh memproduksi hormon oksitosin dan endorfin yang membantu pengeluaran ASI untuk membantu efektifitas menyusui. Berdasarkan hasil pengkajian, pasien belum memiliki riwayat menyusui sebelumnya, dan berniat untuk menyusui anak pertamanya. Masalah keperawatan utama yang muncul adalah kesiapan peningkatan menyusui. Masalah yang terjadi selama proses perawatan salah satunya yaitu pengeluaran ASI belum adekuat. Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah menganalisis asuhan keperawatan pada ibu postpartum dengan masalah kurangnya produksi ASI. Hasil analisis setelah dilakukan intervensi pijat punggung yaitu memperlihatkan bahwa adanya proses menyusui yang efektif dipantau menggunakan indikator ibu dan indikator bayi yang meliputi, pemantauan berat badan bayi, frekuensi Buang Air Kecil (BAK) dan karakteristiknya, frekuensi Buang Air Besar (BAB) dan karakteristiknya, serta frekuensi menyusu. Karya tulis ini diharapkan dapat menjadi acuan pengelolaan pasien postpartum untuk meningkatkan efektifitas laktasi dengan masalah tidak adekuatnya pengeluaran ASI.

Back massage is a manipulation of the soft tissues of the body that helps relax muscle tension in the back due to stimulation from the release of endorphins to reduce anxiety and relieve pain so as to cause relaxation and comfort for postpartum women. When the mother feels positive energy from the comfort felt in the form of relaxation and happiness, the response will be sent to the hypothalamus to stimulate the posterior pituitary so that the body produces the hormones oxytocin and endorphins that help milk production to help breastfeeding effectiveness. Based on the assessment results, the patient has no previous history of breastfeeding, and intends to breastfeed her first child. The main nursing problem that arose was readiness to increase breastfeeding. One of the problems that occurred during the treatment process was inadequate breast milk production. The purpose of writing this scientific paper is to analyze nursing care for postpartum mothers with the problem of lack of breast milk production. The results of the analysis after the back massage intervention showed that there was an effective breastfeeding process monitored using maternal indicators and infant indicators which included monitoring the baby's weight, frequency of urination (BAK) and its characteristics, frequency of defecation (BAB) and its characteristics, and frequency of breastfeeding. This paper is expected to be a reference for the management of postpartum patients to improve lactation effectiveness with the problem of inadequate milk production.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>