Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Depok: Farmasi FMIPA UI , 1999
615.1 CLI
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2015
615.106 8 BOH
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Frita Nadia
"Pengendalian persediaan obat antibiotik di RS Puri Cinere menunjukkan belum adanya keseimbangan antara pembelian dengan pemakaian obat. sehingga perlu untuk dilakukan analisis pengendalian persediaan obat antibiotik di gudang medik RS Puri Cinere. Jenis penelitian ini adalah studi kasus untuk melihat pengendalian persediaan obat antibiotik yang memiliki nilai investasi paling besar pada periode Januari hingga Desember 2011. Penelitian ini memperlihatkan bahwa pengendalian persediaan obat antibiotik di Gudang Medik belum optimal walaupun kebijakan mengenai persediaan obat telah mendukung kegiatan pengendalian persediaan obat. Hal ini dapat dilihat dari belum ada perhatian khusus terhadap jenis persediaan obat antibiotik dengan analisis pareto berdasarkan nilai pemakaian dan investasi. Penentuan jumlah pemesanan belum menerapkan perhitungan Economic Order Quantity (EOQ).
Perhitungan EOQ dalam menentukan jumlah optimal dapat meningkatkan efisiensi pada persediaan obat antibiotik sebesar Rp149.818.987,00. Penentuan nilai stok minimal masih berdasarkan asumsi darinilai pemakaian lalu. Nilai stok minimum saat melakukan pemesanan bervariasi antara 4-353 unit. Frekuensi pemesanan bervariasi antara 69-249 kali dalam satu tahun. Demand forecast belum dapat mendukung pelaksanaan pengendalian persediaan di Gudang Medik karena belum menggunakan peramalan sebagai pertimbangan dalam menentukan jumlah pemesanan obat. Rumah Sakit Puri Cinere telah mempunyai kebijakan berupa Standard Operating Procedure (SOP) yaitu ; prosedur perencanaan pembelian, penerimaan obat dari supplier, pendistribusian obat, alur invetorisasi dan Surat Keputusan (SK) tentang Standarisasi Obat dan Alkes. Kebijakan yang tertulis dalam SOP dan SK telah sesuai dengan panduan dari Kementrian Kesehatan.
Penulis menyarankan Instalasi Farmasi perlu memberi perhatian pada perencanaan pembelian sebagai awal titik pengendalian persediaan antiobiotik. Sebaiknya Instalasi Farmasi mengendalikan persediaan obat antibiotik dengan penggunaan pareto untuk mempermudah pengendalian variasi jenis obat, perhitungan EOQ dimana biaya pemesanan dan penyimpanan dipertimbangkan dalam menentukan jumlah pemesanan, perhitungan ROP untuk menentukan batas stok minimum, dan penggunaan demand forecast sebagai informasi masukan perencanaan pembelian.

Inventory control of antibiotic drug have shown yet the balancing between purchasing and the use of those drugs so there need to be analyzed about inventory control of antibiotic in medical warehouse at Puri Cinere Hospital. The type of this research is a case study to see inventory control of antibiotic drug that has the highest investment in the period January to December 2011. This research has shown that the inventory control in antibiotic drugs have not been optimal, although policy in Medical Warehouse regarding drug supplies has supported activities to control drug supplies. This can be seen from there has been no special attention to items of supplies antibiotic drugs with pareto analysis based on consumption and investment value. Determination of the number of purchasing have yet to apply the calculation of Economic Order Quantity (EOQ).
EOQ calculations in determining optimal amount on efficiency can provide supplies of antibiotic drug 149.818.987 rupiahs. Determining of minimum stockhas not set a minimum value still based on assumption. Minimum stock of antibitoic drugs got varied between 4-353 unit when ordering. The frequency of antibiotic order got varies between 69-249 times a year. Demand forecasts have not been supported inventory control of antibiotic drug because of applying forecasting as a consideration in determining the amount of ordering antibiotic drugs. Puri Cinere Hospital has some policy , such as Standard Operating Procedure : purchasing planning procedure, receiving drug from suppliers, drug distribution, inventory flow, and standard of drugs and medical devices based on guideline from Ministry of Health.
The author recommends to pharmaceutical installations to have attention to purchasing planning as a early inventory control of antibiotic drugs. Installation of Pharmachy have to control antibiotic drugs inventory with pareto. It would be making control the variety of item easier, use of the calculation of EOQ which ordering and storage cost considered to determining the order size, use of ROP calculations to determine the minimum stock, and the use of demand forecast as information of planning of purchasing or ordering.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
R.R. Aning Nugraheni
Depok: Universitas Indonesia, 2004
TA1426
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yoswita Syakur
"Dalam evaluasi kinerja instalasi farmasi dan biaya obat di Rumah Sakit Semen Padang dari tahun 1995 sampai tahun 1999, terjadi peningkatan jumlah resep yang diambilkan ke apotik luar yaitu 8.862 resep tahun 1995, menjadi 10.287 resep (tahun 1996), lalu meningkat lagi menjadi 13.666 resep (tahun 1997), 13.963 resep (tahun 1998) dan 13.735 resep (tahun 1999). Kalau dilihat rata-rata biaya pengambilan obat ke apotik luar adalah 27 % dari total biaya obat Rumah Sakit Semen Padang. Pada tahun 2000 biaya obat apotik luar adalah Rp. 526.469.784.
Penulis berpendapat bahwa biaya tersebut cukup besar dan tidak effisien dan berdampak kepada kualitas pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Semen Padang. Karena itu dilakukan penelitian untuk mengetahui beberapa faktor yang menyebabkan tingginya resep keluar tersebut.
Penelitian ini dilakukan secara kualitatif, dengan wawancara mendalam kepada dokter intern. Selain itu dilakukan penelitian dokumen yang ada di instalasi farmasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penulisan resep keluar cenderung meningkat disebabkan karena jenis obat yang diperlukan tidak tersedia, dan proses perencanaan perbekalan farmasi tidak melibatkan dokter intern. Koordinasi antara manajemen dan dokter belum berjalan seperti yang diharapkan. Telaah dokumen menunjukan ineffisiensi biaya obat. Untuk mengurangi penulisan resep ke apotik luar tersebut, penulis menyarankan sebagai berikut:
- Meningkatkan fungsi perencanaan perbekalan farmasi melalui proses Bottom-Up dengan melibatkan dokter.
- Membentuk komite medik dan komite farmasi dan terapi agar terbentuknya standard terapi yang dapat dipedomani dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit Semen Padang.
- Membuat suatu sistem pengawasan atau aturan mengenai penggantian obat dengan persediaan yang sama di instalasi farmasi.
- Meningkatkan peranan dan tanggung jawab apoteker terutama dalam pengawasan penggunaan obat.

Prescription by Interns at Semen Padang HospitalDuring the performance evaluation of the pharmacy and medicine costs at Semen Padang Hospital, conducted in 1995 to 1999, an increase in the amount of prescriptions filled at other pharmacies from 8,862 in 1995, to 10,287 in 1996, then 13,666 in 1997, 13,963 in 1998, and 13,735 in 1999. The average costs for prescriptions filled at other pharmacies are 27% from the total medicine costs at Semen Padang Hospital. Which in the year 2000 is Rp526,469,784,-.
The sizes of those costs are considered quite large by the author, inefficient, and may affect the quality of the health services provided at Semen Padang Hospital. Therefore, a study is performed to discover the factors that caused the high percentage of prescription filled at other pharmacies.
This study is conducted qualitatively, through in depth interviews on the interns. A study on the documents at the pharmacy is also performed.
The study indicates that the cause of the increase in the amount of prescriptions filled in other pharmacies was the absence of the required medicine and the non-involvement of the interns during the pharmaceutical supplies planning process. Coordination between the management and the doctors have not functioned as expected. Documentary studies indicate inefficient medicine costs. To reduce the amount of prescriptions filled at other pharmacies, the author suggests:
- To increase the pharmaceutical planning function through a Bottom-Up by involving the doctors.
- Forming a medical committee, a pharmacy and therapy committee to establish a therapy standard as guidelines for health services that Semen Padang Hospital.
- Create a inspection system or regulations on the replacement of the medicine according to the available supplies at the pharmacy.
- Increase the rote and responsibility of the pharmacist, particularly in supervising the use of the medicine."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T8322
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library