Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Avicenia Andita Putri
"Populasi remaja rentan mengalami masalah kesehatan mental (Gadagnoto dkk., 2022) dan ditemukan adanya kenaikan prevalensi gangguan kesehatan mental pada populasi usia remaja di Indonesia (Riskesdas, 2018). Riset menunjukkan bahwa intensi yang dimiliki untuk mencari bantuan kepada tenaga profesional masih rendah (Moen dkk., 2018; Barus, 2022). Salah satu faktor protektif remaja terhadap masalah kesehatan mental adalah dukungan sosial dan persepsi mereka terhadap ketersediaan sumber dukungan tersebut dari lingkungan sekitarnya dinilai penting. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara persepsi dukungan sosial dan intensi mencari bantuan kesehatan mental profesional pada remaja SMA/sederajat di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan desain penelitian korelasional. Pengukuran persepsi dukungan sosial menggunakan Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) dan intensi mencari bantuan kesehatan mental profesional menggunakan Mental Help-Seeking Intention Scale (MHSIS) dilakukan kepada 144 partisipan remaja SMA/sederajat di Kota Bandung. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi dukungan sosial dan intensi mencari bantuan kesehatan mental profesional (r = 0,410, p < 0,01).

The adolescent population is prone to experiencing mental health problems (Gadagnoto et al., 2022) and an increase in the prevalence of mental health disorders has been found in the adolescent population in Indonesia (Riskesdas, 2018). Research shows that the intention to seek help from professionals is still low (Moen et al., 2018; Barus, 2022). One of the protective factors for adolescents against mental health problems is social support and their perception of the availability of this source of support from the surrounding environment is considered essential. This research examined the relationship between perceived social support and mental health professional help-seeking intention among high school adolescents in Indonesia. The research method used is a quantitative method with a correlational research design. Measuring perceived social support using the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) and mental health professional help-seeking intention using the Mental Help Seeking Intention Scale (MHSIS) was conducted on 144 high school adolescent participants in Bandung. The study found a positive and significant relationship between perceived social support and mental health professional help-seeking intention (r = 0.410, p < 0.01)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vanda Pebruarini
"Layanan psikologis daring semakin berkembang dalam membantu remaja mencari bantuan profesional. Depresi yang dialami remaja merupakan faktor yang mempengaruhi remaja menggunakan layanan psikologis daring. Literasi kesehatan mental merupakan faktor yang perlu diteliti lebih lanjut untuk mengetahui perannya dalam memfasilitasi remaja dalam mencari bantuan psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran literasi kesehatan mental sebagai moderator antara gejala depresi dan intensi mencari bantuan psikologis pada remaja. Partisipan penelitian ini berusia 13-18 tahun dan memenuhi kriteria gejala depresi sesuai dengan alat ukur DASS-21. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan tiga instrumen yaitu DASS-21 milik Lovibond & Lovibond (1995) untuk mengenali tingkat depresi remaja, yang itemnya telah diadaptasi oleh Novera, Wetasin, & Khamwong (2013), Mental Health Literacy Scale (MHLS) milk O’Connor (2015) untuk mengukur literasi kesehatan mental yang itemnya telah diadaptasi oleh Pebruarini (2022), serta GHSQ milik Rickwood (2005) untuk mengukur intensi mencari bantuan psikologis yang dimodifikasi dalam konteks daring oleh Naila & Pebruarini (2022). Analisis moderasi dilakukan melalui program PROCESS dari Hayes v4.2 pada SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa literasi kesehatan mental memoderasi gejala depresi dengan intensi mencari bantuan psikologis daring. Dalam hal ini literasi kesehatan mental yang tinggi akan memperkuat remaja yang memiliki tingkat depresi yang tinggi dalam mencari bantuan psikologis daring.

Psychological Online Help Seeking is growing to help teenagers seek professional help. Depression can influence adolescents to use online psychological services. Mental health literacy needs further investigation to determine its role in facilitating adolescents seeking psychological assistance. This study aims to examine the role of mental health literacy as a moderator between depressive symptoms and the intention to seek psychological help in adolescents. The participants in this study were aged 13-18 years and met the criteria for depressive symptoms according to the DASS-21 measurement tool. Data collection used three instruments, namely DASS-21 from Lovibond & Lovibond's (1995) to identify the level of adolescent depression, whose items have been adapted by Novera, Wetasin, & Khamwong (2013), O'Connor's Mental Health Literacy Scale (MHLS) (2015) to measure mental health literacy whose items have been adapted by Pebruarini (2022), as well as Rickwood's online GHSQ (2005) to measure the intention to seek psychological assistance modified in an online context by Naila & Pebruarini (2022). Moderation analysis was carried out through the PROCESS program from Hayes v4.2 on SPSS. The results showed that mental health literacy moderated depressive symptoms with the intention to seek psychological help online. In this case, high mental health literacy will s"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Naila
"Gejala kecemasan umum dialami oleh remaja, dan data di Indonesia juga menunjukkan tingginya angka kecemasan pada remaja. Penting bagi remaja untuk mencari bantuan profesional jika terkait gejala kecemasan yang dialami. Penelitian menunjukkan bahwa perceived social stigma adalah salah satu penghambat utama bagi remaja yang mengalami kecemasan dalam mencari bantuan psikologis. Banyaknya bermunculan layanan psikologis daring sejak pandemi COVID-19 berlangsung, diindikasikan oleh penelitian sebelumnya dapat menjadi alternatif jenis layanan yang diakses oleh remaja. Diduga pada konteks layanan daring, hambatan utama yaitu perceived social stigma dapat teratasi. Meski demikian, belum ada penelitian yang menguji apakah perceived social stigma tetap memperlemah hubungan antara gejala kecemasan dan intensi mencari bantuan pada remaja. Pada penelitian ini, akan diuji hubungan ketiga variabel tersebut. Partisipan penelitian berjumlah 751 remaja berusia 13-19 tahun. Analisis moderasi menggunakan PROCESS Hayes menunjukkan tidak adanya peran moderasi yang signifikan dari perceived social stigma. Ditemukan juga bahwa semakin tinggi gejala kecemasan, berhubungan dengan semakin tingginya intensi mencari bantuan profesional daring. Hasil ini menunjukkan potensi layanan daring untuk diakses oleh remaja dalam mengatasi gejala kecemasan.

Anxiety symptoms is common in adolescent, and data in Indonesia shows anxiety prevalence in adolescent which is quite high. It is important for adolescent to seek professional help when in need. Research shows that perceived social stigma is a big barrier for adolescent to seek professional help. COVID-19 pandemic situation shows the increase in online professional help, and research indicates that online professional help can be an alternative for adolescent. It is assumed that in online context, barrier to seek help will diminish. However, there is no research yet in Indonesia that examine about the role of perceived social stigma in moderating anxiety symptom and intention to seek online professional help in adolescent. In this study, participants were 774 adolescents between the ages of 13-19 years. Moderation analysis using PROCESS Hayes showed that perceived social stigma did not moderate the relationship between anxiety symptoms and online help-seeking intention. In this study, it is also found that the increase in anxiety symptom is followed by an increase in intention to seek online professional help. This result shows that online professional help can be a great alternative for adolescent experiencing anxiety symptom.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Josephine Chrestella Wang
"Emerging adulthood merupakan periode kehidupan yang rentan terhadap gangguan psikologis. Dengan prevalensi gangguan psikologis yang tinggi, namun tingkat pencarian bantuan psikologis profesional yang rendah, intensi untuk mencari bantuan psikologis profesional pada emerging adulthood menjadi penting untuk ditelusuri. Penelitian ini bertujuan untuk menguji korelasi antara intensi mencari bantuan psikologis profesional dan self-compassion pada emerging adults dengan gejala gangguan psikologis yang belum ditangani. Intensi mencari bantuan psikologis profesional diukur menggunakan Mental Help-Seeking Intention Scale (MHSIS) dan self-compassion diukur menggunakan Skala Welas Diri (SWD) versi pendek. Digunakan pula alat ukur Patient Health Questionnaire-9 (PHQ-9) dan Generalized Anxiety Disorder-7 (GAD-7) untuk menyaring gejala gangguan psikologis partisipan. Data yang diolah dalam penelitian ini berasal dari 129 individu (100 perempuan dan 29 laki-laki) berusia 18–29 tahun (M = 21,43 tahun) dengan gejala gangguan psikologis yang belum pernah menggunakan layanan kesehatan mental sebelumnya. Penelitian ini menemukan bahwa intensi mencari bantuan psikologis profesional tidak berkorelasi secara signifikan dengan self-compassion (r = -0,084, p > 0,05). Implikasi dari penelitian ini adalah untuk mengerucutkan populasi penelitian dan menilik faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi intensi mencari bantuan psikologis profesional.

Emerging adulthood is a life period in which the risk of experiencing psychological disorders is heightened. Given a high prevalence of psychological disorders, yet low tendencies to seek professional psychological help, the intention to seek professional psychological help in emerging adulthood becomes important to be studied. This study investigates the correlation between intention to seek professional psychological help and self-compassion in emerging adults with currently untreated symptoms of psychological disorders. Mental Help-Seeking Intention Scale (MHSIS) and the short version of Skala Welas Diri (SWD) were used to measure intention to seek professional psychological help and self-compassion respectively. Patient Health Questionnaire-9 (PHQ-9) and Generalized Anxiety Disorder-7 (GAD-7) were used to screen participants’ psychological disorders symptoms. Participants of this study consists of 129 individuals (100 females and 29 males) aged 18–29 years (M = 21,43 years) with symptoms of psychological disorders who had never used any mental health services. This study found no significant correlation between intention to seek professional psychological help and self-compassion (r = -0,084, p > 0,05). The implication of this study is to narrow the research population scope and to examine other factors that may influence intention to seek professional psychological help"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutmainnah
"Masalah kesehatan mental pada remaja di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, namun tindakan mencari bantuan pada pihak profesional masih tergolong rendah. Diduga terdapat faktor lain yang menghambat intensi remaja untuk mencari bantuan pada pihak profesional ketika memiliki masalah. Sayangnya, penelitian mengenai faktor utama penghambat remaja mencari bantuan pada pihak profesional seperti stigma diri dan sikap terhadap tindakan mencari bantuan masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran sikap sebagai mediator terhadap hubungan stigma diri dan intensi remaja untuk mencari bantuan profesional. Sebanyak 255 remaja Indonesia (laki-laki=57 dan perempuan=198) berusia 11-19 tahun (M= 15.31 tahun) menjadi partisipan dan mengisi serangkaian kuesioner meliputi Intention to Seek Counseling Questionnaire (ISCI), Self-Stigma of Seeking Help Scale (SSOSH) dan Mental Help Seeking Attitude Scale (MHSAS). Berdasarkan analisis mediasi ditemukan sikap memediasi secara penuh hubungan stigma diri dan intensi mencari bantuan tenaga kesehatan mental profesional. Semakin rendah stigma diri, maka sikap terhadap tindakan mencari bantuan pada pihak profesional semakin positif. Sikap yang positif selanjutnya akan meningkatkan intensi remaja meminta bantuan kepada pihak profesional. Temuan dalam penelitian ini mengindikasikan perlu digencarkannya program psikoedukasi berkaitan dengan pentingnya merawat kesehatan mental untuk remaja untuk menurunkan stigma diri dan mendorong sikap positif dan intensi mencari bantuan pada tenaga profesional remaja meningkat.

Mental health problems in adolescents in Indonesia are increasing from year to year, but the act of seeking professional help is still relatively low. It is suspected that other factors prevent adolescents from seeking professional help when they have problems. Unfortunately, research on the main factors inhibiting adolescents from seeking professional help such as self-stigma and attitudes toward seeking help is still minimal. This study aims to determine the role of attitude as mediator on the relationship bestween self-stigma and adolescents intention to seek professional help. A total of 255 Indonesian adolescents (boys = 57 and girls = 198) aged 11-19 years (M = 15.31 years) became participants. It filled out questionnaires including the Intention to Seek Counseling Questionnaire (ISCI), Self-Stigma of Seeking Help Scale (SSOSH), and Mental Help Seeking Attitude Scale (MHSAS). Based on the mediation analysis, it was found that the attitude of fully mediating the relationship of self-stigma and intention to seek help from professionals. The lower the self-stigma, the more positive the attitude towards seeking help from professionals. A positive attitude will further increase the intention of adolescents seeking help from professionals. The findings in this study need to be intensified with psychoeducational programs related to the importance of treating mental health for adolescents to reduce self-stigma, encourage adolescents positive attitudes, and increased intention ti seek help from proffesionals mental health."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasya Yustilira
"Masa transisi remaja yang penuh dengan tekanan membuat remaja rentan akan masalah kesehatan mental. Dampak buruk dari masalah kesehatan mental dapat bertahan hingga masa dewasa. Bantuan dari pihak profesional merupakan cara yang tepat untuk mengatasi masalah psikologis, namun remaja cenderung enggan mencari bantuan kepada pihak profesional. Terdapat faktor-faktor yang memengaruhi remaja dalam berintensi mencari bantuan profesional, yaitu sikap terhadap pencarian bantuan profesional dan persepsi dukungan sosial. Sebanyak 253 remaja (196 perempuan, 57 laki-laki) yang berusia 11-19 tahun (M=15.31, SD=1.72) di Indonesia menjadi partisipan penelitian ini. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan pengambilan data dilakukan secara daring dengan metode purposive sampling. Sikap terhadap pencarian bantuan profesional diukur dengan Mental Help Seeking Attitudes Scale, persepsi dukungan sosial diukur dengan Multidimensional Scale of Perceived Social Support, dan intensi mencari bantuan profesional diukur dengan Intention to Seek Counseling Inventory. Pengolahan data menggunakan teknik regresi hirarki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap terhadap pencarian bantuan profesional dan persepsi dukungan sosial dari figur signifikan memiliki pengaruh yang positif secara signifikan terhadap intensi remaja mencari bantuan profesional, dengan variabel usia, jenis kelamin, dan pengalaman konseling dikontrol. Persepsi dukungan sosial dari keluarga maupun teman tidak berpengaruh secara signifikan terhadap intensi remaja mencari bantuan profesional. Implikasi dari hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar pengembangan program intervensi untuk guru dan pihak sekolah.

The stressful adolescent transition period makes adolescents vulnerable to have mental health problems. The negative impact of mental health problems can last into adulthood. Help-seeking from professionals is the right way to deal with psychological problems, but adolescent tend to be reluctant to seek help from professionals. There are two factors that influence adolescents' intention to seek professional help, namely attitudes toward seeking professional help and perceived social support. A total of 253 adolescents (196 girls, 57 boys) aged 11-19 years (M=15.31, SD=1.72) in Indonesia participated in this study. This research is a quantitative research and data collected by online using purposive sampling method. Attitude towards seeking professional help was measured by the Mental Help Seeking Attitudes Scale, perceived social support was measured by the Multidimensional Scale of Perceived Social Support, and the intention to seek professional help was measured by the Intention to Seek Counselling Inventory. Data processing using hierarchical regression technique. The results showed that attitudes toward seeking professional help and perceived social support from significant others had a positive impact significantly on adolescents' intentions to seek professional help with controlling age, gender and counselling experience. Perceived social support from family and friends did not significantly influence the adolescent's intention to seek professional help. The implications of this research can be used for developing intervention programs for teachers and schools."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Andini
"Masalah kesehatan mental pada anak dapat menyebabkan dampak negatif pada kehidupan mereka jika tidak ditangani sedini mungkin oleh tenaga profesional Psikolog. Orang tua memiliki peran penting dalam mencari bantuan Psikolog untuk membantu menangani masalah pada anak, akan tetapi tidak semua orang tua memiliki intensi untuk mencari bantuan ke Psikolog. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran sikap terhadap pencarian bantuan sebagai mediator hubungan antara efikasi orang tua dan intensi mencari bantuan Psikolog untuk masalah pada anak. Partisipan dalam penelitian ini adalah 217 orang tua yang memiliki anak berusia 4 – 11 tahun. Berdasarkan analisis mediasi, ditemukan sikap orang tua terhadap pencarian bantuan memediasi secara penuh hubungan efikasi orang tua dan intensi mencari bantuan. Orang tua yang memiliki efikasi yang tinggi cenderung menunjukan sikap yang positif terhadap pencarian bantuan, sehingga meningkatkan intensi untuk mencari bantuan. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk membuat intervensi peningkatan efikasi orang tua sehingga orang tua memiliki sikap yang positif terhadap pencarian bantuan yang meningkatkan keinginan untuk mendapatkan penanganan yang efektif oleh Psikolog untuk masalah kesehatan mental pada anak.

Mental health problems in children can have a negative impact on their lives if not treated as early as possible by psychologists. Parents have an important role in seeking help from psychologist to manage problems in children, but not all parents have an intention to seek help from psychologist. This study aims to determine the role of parents’ attitudes as a mediator between parenting self-efficacy and parents’ help seeking intention from psychologist's for children’s problems. Participants in this study were 217 parents who have children aged 4-11 years. Based on mediation analysis, it was found that parents' attitudes towards seeking help had a fully mediating role in the relationship between parenting self-efficacy and parents’ help seeking intention. Parents who have high efficacy tend to show a positive attitude towards seeking help, thus increasing the intensity of seeking help. The results of this study can be used to make interventions to increase parenting self-efficacy so that parents have a positive attitude towards seeking help which increases the intention to get effective treatment by psychologists for mental health problems in children."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avia Okdiani
"Penelitian ini bertujuan melihat hubungan harga diri (self-esteem) terhadap intensi mencari bantuan (help-seeking) pada peserta magang dalam lingkungan kerja. Hipotesis utama yang diajukan adalah terdapat hubungan positif yang signifikan antara harga diri dan intensi mencari bantuan. Penelitian dilakukan menggunakan metode korelasional pada 434 partisipan WNI berusia 18—24 tahun yang sedang atau sudah melaksanakan magang. Alat ukur yang digunakan adalah Organization-Based Self-Esteem (OBSE) Scale untuk harga diri dan Theory of Planned Behavior (TPB) Questionnaire untuk intensi mencari bantuan. Penyebaran kuesioner dilakukan secara daring menggunakan platform Survey UI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga diri (M = 3,84, SD = 0,44) memiliki hubungan positif yang signifikan terhadap intensi mencari bantuan (M = 5,12, SD = 0,44), r = 0,41, n=434, p<0,01, one tailed, r2=0,17. Hubungan tergolong memiliki effect size besar, yang berarti harga diri berhubungan kuat dengan intensi mencari bantuan. Kesimpulannya, hasil penelitian mendukung hipotesis, yaitu harga diri berkorelasi positif dengan intensi mencari bantuan. Individu dengan harga diri tinggi lebih mampu untuk mencari bantuan tanpa mengatribusikan persepsi negatif pada dirinya. Sebaliknya, individu dengan harga diri rendah mempersepsi perilaku mencari bantuan sebagai hal yang negatif sehingga mereka sungkan dan takut dinilai buruk apabila mencari bantuan kepada orang lain. Berdasarkan hasil penelitian, organisasi atau perusahaan magang disarankan untuk memastikan karyawannya menerima peserta magang dalam lingkungan sosialnya sehari-hari, melibatkan mereka dalam pekerjaan, dan mendampingi mereka sehingga mereka merasa berarti dan berguna dalam organisasi. Dengan begitu, harga diri dan intensi mencari bantuan peserta magang meningkat sehingga pengalaman dan performa kerja mereka lebih baik.

This study aims to examine the relationship between self-esteem and help-seeking intention among interns in the workplace. The hypothesis stated that there is a significant positive relationship between self-esteem and help-seeking intention. This study was conducted using correlational method on 434 Indonesian citizens aged 18-24 years who are currently in or have had an internship. The measuring instrument used is Organization-Based Self-Esteem (OBSE) Scale for self-esteem and Theory of Planned Behavior (TPB) Questionnaire for help-seeking intention. The questionnaire was distributed online using Survey UI platform. Results showed that self-esteem (M = 3.84, SD = 0.44) had a significant positive relationship with help-seeking intention (M = 5.12, SD = 0.44), r = 0.41, n = 434, p<0.01, one-tailed, r2=0.17. This relationship has a large effect size, which means that self-esteem is strongly related to help-seeking intention. In conclusion, the result of this study supports the hypothesis that self-esteem is positively correlated with help-seeking intention. Individuals with high self-esteem are better in seeking help without attributing any negative judgement to themselves. On the other hand, individuals with low self-esteem perceive help-seeking as negative, so they are concerned of negative judgements if they seek help from others. Based on the research results, internship organizations or companies are recommended to ensure that their employees include interns in their day-to-day social environment, involve them in some tasks, and guide them so that they feel meaningful and useful in the organization. That way, self-esteem and help-seeking intention in interns increases so that their work experience and performance are better."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amara Shena Ghayda
"Periode magang atau transisi dari pendidikan ke tempat kerja merupakan tahap kritis dalam karier seseorang sehingga diperlukan berbagai cara untuk beradaptasi, salah satunya dengan mencari bantuan. Atribut individu yang memengaruhi pencarian bantuan ialah efikasi diri. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara efikasi diri dan intensi mencari bantuan pada peserta magang dalam lingkungan kerja. Pengambilan data dilakukan melalui kuesioner dengan sampel individu yang sedang atau pernah mengikuti program magang, berusia 18–24 tahun, dan berkewarganegaraan Indonesia. Alat ukur yang digunakan adalah Occupational Self-Efficacy Scale-Short Form (OSS-SF) dan Theory of Planned Behavior Questionnaire (TPB Questionnaire). Hasil analisis korelasi terhadap 434 sampel menunjukkan bahwa efikasi diri (M = 5,05, SD = 0,49) dan intensi mencari bantuan (M = 5,12, SD = 0,44) berkorelasi positif secara signifikan, r (432) = 0,40, p < 0,01, one-tailed. Dapat disimpulkan, tingkat efikasi diri yang lebih tinggi akan disertai intensi mencari bantuan yang lebih sering. Sebaliknya, kurangnya efikasi diri akan disertai intensi mencari bantuan yang lebih jarang. Implikasi dari penelitian ini, yaitu menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya dengan topik serupa dan memberikan informasi mengenai strategi untuk organisasi meningkatkan efikasi diri dan intensi mencari bantuan peserta magang.

The internship period also called the transition from education to the workplace, is a critical stage in one's career. Hence, various ways are needed to adapt, one of which is through help-seeking. An individual attribute that influences help-seeking is self-efficacy. This study examines the relationship between self-efficacy and help-seeking intentions among interns in the workplace. Data collection was conducted through a questionnaire with a sample of individuals who are currently or have participated in an internship program, aged 18-24 years, and are Indonesian citizens. The measuring tools used are the Occupational Self-Efficacy Scale – Short Form (OSS-SF) and the Theory of Planned Behavior Questionnaire (TPB Questionnaire). Correlation analysis of 434 samples showed that self-efficacy (M = 5,05, SD = 0,49) and help-seeking intention (M = 5,12, SD = 0,44) were significantly positively correlated, r(432) = 0,40, p < 0,01, one-tailed. It can be concluded that a higher level of self-efficacy will be accompanied by help-seeking intention more often. Conversely, a lack of self-efficacy will accompany a less frequent help-seeking intention. The implication of this research is to become a reference for further research on similar topics and provide information on strategies for organizations to increase interns' self-efficacy and help-seeking intention.  "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Kartika
"Studi terdahulu menunjukkan remaja cenderung memiliki intensi yang rendah untuk mencari bantuan profesional sekalipun berisiko mengalami masalah kesehatan mental. Karakteristik unik perkembangan remaja dan konteks budaya juga menjadikan penelitian tentang faktor yang mendukung intensi mencari bantuan pada remaja di Indonesia penting untuk dieksplorasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran sikap terkait mencari bantuan sebagai mediator dalam hubungan antara distress disclosure dan intensi remaja untuk mencari bantuan kepada tenaga kesehatan mental profesional setelah mengontrol usia, jenis kelamin, dan pengalaman konseling sebelumnya. Sebanyak 254 remaja di Indonesia (M = 15.31 tahun) mengisi kuesioner secara daring, yakni Intention to Seek Counseling Questionnaire (ISCI), Distress Disclosure Index (DDI), dan Mental Help Seeking Attitude Scale (MHSAS). Hasil studi menemukan bahwa sikap memediasi secara penuh hubungan antara distress disclosure dan intensi remaja mencari bantuan sekalipun usia, jenis kelamin, dan pengalaman konseling sudah dikontrol (ab = .0783, 95%, BCa CI [0.0030, 0.1666]). Semakin tinggi distress disclosure, maka sikap remaja terkait mencari bantuan semakin positif. Sikap positif ini yang akan meningkatkan intensi remaja mencari bantuan kepada tenaga kesehatan mental profesional. Temuan ini mengindikasikan pentingnya mempertimbangkan distress disclosure dan sikap terkait mencari bantuan dalam upaya meningkatkan intensi remaja di Indonesia untuk mencari bantuan kepada tenaga kesehatan mental profesional.

Previous studies have shown that adolescents' intention to seek professional help tends to be low though they are at risk of having mental health problems. The uniqueness of adolescent development and the cultural context also make research about facilitating factors in Indonesian adolescents’ help seeking intention important to be explored. The current study aimed to investigate the role of mental help seeking attitude as a mediator between distress disclosure and adolescents’ intention to seek mental health professional help after controlling ages, gender, and previous counseling experiences. A total of 254 Indonesian adolescents (M = 15.31 years) filled out online questionnaires consisting of the Intention to Seek Counseling Questionnaire (ISCI), Distress Disclosure Index (DDI), and Mental Help Seeking Attitude Scale (MHSAS). The result found that attitude fully mediated the relationship between distress disclosure and adolescents' help seeking intention even after controlling the ages, gender, and counseling experiences (ab = .0783, 95%, BCa CI [0.0030, 0.1666]). The higher the distress disclosure, the more positive the help seeking attitude. The more positive attitude, the higher adolescents’ intention to seek help. The results indicate that to increase Indonesian adolescent’s intention to seek professional help, distress disclosure and mental help seeking attitude have to be considered."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>