Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Oswati Hasanah
"Akupresur merupakan salah satu terapi nonfarmakologi yang dapat digunakan untuk mengatasi dismenore pada remaja. Tujuan dari riset ini adalah untuk mengidentifikasi efektifitas terapi akupresur terhadap intensitas dan kualitas nyeri saat dismenore pada remaja usia early adolescent di SMPN 5 dan SMPN 13 Pekanbaru. Desain penelitian ini adalah quasi experiment dengan non-equivalent pretest-postest control group design. Sampel berjumlah 54 orang responden, yang terdiri dari kelompok intervensi dan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan intensitas dan kualitas nyeri yang signifikan setelah akupresur (pvalue< 0,05). Sehingga terapi akupresur disarankan untuk digunakan secara mandiri oleh remaja dan sebagai bagian dari intervensi keperawatan untuk mengatasi dismenore.

Acupressure is nonpharmacologic therapy for dysmenorrhea. The purpose of this research was to identify the effect of acupressure on intensity and quality of pain in adolescent respondents with dysmenorrhea at SMPN 5 and SMPN 13 Pekanbaru. This study was a quasi-experimental pretest-posttest control group design. The samples were 54 respondents, devided into intervention and control group. The result showed that there was significant decrease in the intensity and quality of pain after the acupressure between the two groups (p-value<0.05). Based on these findings, acupressure at LR3-point can be an effective and cost-free for self-care and as part of nursing interventions."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T41464
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Nanda Vitrian
"Nyeri menstruasi merupakan masalah yang sering dialami oleh sebagian besar remaja perempuan di dunia. Intensitas nyeri dismenorea yang dialami remaja bervariasi mulai dari rendah hingga berat yang mengakibatkan terganggunya aktivitas, proses belajar, hingga performa remaja dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Remaja akan melakukan usaha dalam bentuk perilaku sself-care untuk menghilangkan atau mengatasi nyeri yang dialaminya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan intensitas nyeri dismenorea dengan perilaku self-care pada remaja dengan dismenorea. Penelitian ini berjenis kuantitatif dengan metode desain cross sectional.  Sampel penelitian ini adalah 139 remaja perempuan (usia 13-18 tahun) yang tinggal di Kota Depok dengan teknik stratified random sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner pengukuran tingkat nyeri yaitu numerical rating scale (NRS) dan kuesioner perilaku self-care pada remaja dengan dismenorea yaitu adolescent dysmenorrhic self-care scale (ADSCS). Hasil penelitian menunjukkan nilai signifikansi 0,0001 atau <0.05 menunjukkan terdapat hubungan antara intensitas nyeri dismenorea dengan perilaku self-care pada remaja dengan dismenorea. Temuan data ini sesuai dengan hipotesis yang diambil yaitu adanya hubungan antara intensitas nyeri dismenorea dengan perilaku self-care pada remaja dengan dismenorea. Hasil penelitian ini merekomendasikan peningkatan layanan promosi kesehatan mengenai dismenorea dan self-care dismenorea pada remaja.

Menstrual pain is a problem experienced by most adolescent girls in the world. The intensity of dysmenorrheal pain experienced by adolescents varies from low to severe which results in disruption of activities, learning processes, and performance of adolescents in carrying out daily activities. Adolescents will make efforts in the form of self-care behavior to eliminate or overcome the pain they are experiencing. This study aims to determine the relationship between dysmenorrhea pain intensity and self-care behavior in adolescents with dysmenorrhea. This research is a quantitative type with  cross sectional design method. The sample of this study was 139 adolescents (aged 13-18 years) who live in Depok City with a stratified random sampling technique. The instrument used was a pain level measurement questionnaire using the numeric rating scale (NRS) and a self-care questionnaire for adolescents with dysmenorrhea using the dysmenorrhoea adolescent self-care scale (ADSCS). The results showed a significance value of 0.0001 or <0.05 indicating a relationship between the intensity of dysmenorrhea pain and self-care behavior in adolescents with dysmenorrhea. The findings of this data are in accordance with the hypothesis taken that there is a relationship between the intensity of dysmenorrhea pain and self-care behavior in adolescents with dysmenorrhea. The results of this study recommend increasing health promotion services regarding dysmenorrhea and self-care for dysmenorrhea in adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harsono
"ABSTRAK
Nyeri pasca bedah abdomen adalah gabungan dari beberapa pengalaman sensori, emosional, dan mental yang tidak menyenangkan akibat trauma bedah. Walaupun nyeri telah dikelola dengan baik, kira-kira 86% pasien mengalami nyeri sedang ke hebat pasca bedah meskipun analgesik ditingkatkan. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan karakteristik responden (exploratory study) dan selanjutnya menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas nyeri pasca bedah abdomen (explanatory study). Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional pada 67 orang responden pasca bedah abdomen. Pada penelitian ini digunakan instrumen State Anxiety Inventory (S-AI) Form Y untuk menilai keadaan cemas pasien pasca bedah abdomen, sikap dan keyakinan terhadap nyeri, dan skala nyeri untuk menilai intensitas nyeri pasca bedah menggunakan kombinasi Visual Analog Scale (VAS) dan Numeric Rating Scale (NRS). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi secara signifikan terhadap intensitas nyeri pasca bedah abdomen adalah jenis kelamin (p value = 0,005), letak insisi (p value = 0,0005), dan tingkat kecemasan (p value = 0,0005). Faktor yang paling mempengaruhi intensitas nyeri pasca bedah abdomen adalah tingkat kecemasan (standardized coefficient β 0,501). Hasil penelitian ini bermanfaat bagi praktisi keperawatan sebagai acuan asuhan keperawatan dalam melakukan pengelolaan nyeri pasca bedah abdomen untuk mempertimbangkan faktor tingkat kecemasan, jenis kelamin, dan letak insisi. Rekomendasi hasil penelitian ini perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi nyeri.

ABSTRACT
Abdominal postoperative pain is a combined of several unpleasant sensory, emotional, and mental experience precipitated by the surgical trauma. Pain experience are influenced by many factors and it is difficult to understand and about 86% of patients experience moderate to severe pain following surgery in the hospital. The purpose of this study was to identify the characteristic of respondent (exploratory study) and to explain influencing factors of abdominal postoperative pain intensity (explanatory study). The design was an analytic description using a cross sectional for 67 respondents abdominal postoperative. In the study using State Anxiety Inventory (S-AI) Form Y instrument was used to measure the abdominal postoperative state anxiety, attitudes and beliefs about pain, and pain scale using a combined Visual Analog Scale (VAS) and Numeric Rating Scale (NRS) was used to measure postoperative pain intensity. The finding showed that gender (p value = 0,005), incision site (p value = 0,0005), and anxiety levels (p value = 0,0005) were significantly influencing factors of abdominal postoperative pain intensity. The most influencing factor of abdominal postoperative pain intensity was anxiety levels (standardized coefficient β 0,501). This study information for nursing practitioner as reference in nursing care planning should be considered anxiety levels, gender, and incision site to management of patients with postoperative pain relief. It is recommended to conduct further research using more samples and other factors that also may alter pain reaction.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Ningsih
"Kesehatan reproduksi merupakan masalah penting bagi remaja. Perubahan paling awal pada remaja adalah mulai mengalami menstruasi, yang dapat menimbulkan dismenore. Dismenore yang dapat mengganggu aktivitas belajar serta secara tidak langsung juga dapat berdampak pada produktivitas dan kualitas hidup remaja.
Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi efektifitas paket pereda terhadap intensitas nyeri pada remaja dengan dismenore. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimental, dengan posttest only with control group design. Total sampel adalah 64 responden.
Hasil penelitian adalah paket pereda efektif dalam menurunkan intensitas nyeri pada remaja dengan dismenore setelah dikontrol oleh kecemasan dan keletihan, dengan OR=14,339. Paket pereda disarankan untuk digunakan remaja dan sebagai bagian dari intervensi keperawatan untuk mengatasi dismenore.

Reproductive health is an important issue for adolescents. The earliest change in the adolescents is begun by having menstruation that may cause dysmenorrhea. Dysmenorrhea can interfere learning activities and may also impact on productivity and quality of life adolescents indirectly.
The aim of this study was to identify the effect of 'pereda' package to pain intensity in adolescents with dysmenorrhea. The design was a quasi-experiment posttest only with control group. Total samples were 64 respondents.
The result shows that 'pereda' package was effective to reduce pain intensity in adolescents with dysmenorrhea after controlled by anxiety and fatigue, with OR=14,339. 'Pereda' package is suggested to be used by adolescents as part of nursing intervention to recover dysmenorrhea.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sitepu, Evi Christina Boru
"Karya ilmiah ini bertujuan menganalisis asuhan keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan pada ibu L (64 tahun) dengan masalah nyeri di wisma Cempaka Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Cibubur. Hasil pemberian asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah nyeri kronis dengan menggunakan terapi non farmakologi yaitu paket massage menunjukkan adanya penurunan intensitas nyeri dari nilai 5 menjadi 2 (skala 0-10). Paket massage merupakan terapi massage yang dikombinasikan dengan teknik relaksasi nafas dalam dan kompres hangat pada otot trapesius setelah massage. Perawat dan mahasiswa keperawatan yang terlibat dalam pemberian layanan pada residen di institusi perawatan jangka panjang perlu untuk memahami dan tidak mengabaikan keluhan nyeri pada lanjut usia. Sangat disarankan untuk menggunakan penatalaksanaan nyeri yang bervariatif dan komprehensif sehingga ditemukan tekhnik yang paling sesuai untuk penatalaksanaan nyeri pada setiap residen sehingga keberhasilan dalam menurunkan keluhan nyeri pada residen semakin meningkat.

This paper aims to analyze the urban community health nursing care on Mrs. L (64 years) with pain problem in wisma Cempaka sasana Karya Bhakti Cibubur. The outcome of nursing care is to address the problem of chronic pain by using non-pharmacological therapy, which is a massage package that shows a decrease of pain intensity score of 5 to 2 (scale 0-10). Massage package is massage therapy combined with breath relaxation therapy and warm compress on the trapezius muscle after a massage. Nurses and nursing students involved in service delivery to residents in long term care institutions need to understand and do not ignore complaints of pain in the elderly. It is advisable to use varied and comprehensive pain management to found the most suitable techniques for each resident that successful in reducing pain in residents is increasing.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Reni Devianti Usman
"ABSTRAK
Nyeri merupakan salah satu keluhan yang paling sering dikeluhkan oleh pasien dengan
kanker payudara. Penanganan nyeri yang diterima oleh pasien seringkali tidak efektif dalam
mengatasi nyeri. Tidak tertanganinya masalah nyeri kanker dapat berdampak pada kualitas
hidup pasien. Terapi masase merupakan salah satu dari terapi komplementer yang dapat
dijadikan sebagai salah satu terapi dalam mengatasi nyeri kanker. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengidentifikasi pengaruh terapi masase terhadap intensitas nyeri kanker di
Makassar. Disain penelitian ini adalah quasi experiment design with pre - post test control
group. Sampel pada penelitian ini berjumlah 31 orang dengan 16 orang pada kelompok
intervensi yang mendapatkan kombinasi analgetik dan terapi masase selama 3 hari.
Sedangkan pada kelompok kontrol berjumlah 15 dengan mendapat terapi standar analgetik.
Sampel diambil dengan metode non probability sampling jenis consecutive sampling. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata intensitas nyeri pada kelompok kontrol
dan kelompok intervensi (p=0,000), namun terdapat penurunan intensitas nyeri yang lebih
besar pada kelompok intervensi jika dibandingkan dengan rata-rata penurunan intensitas
nyeri pada kelompok kontrol (kelompok intervensi 1,21; kontrol 0,81). Penelitian ini
merekomendasikan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh terapi masase terhadap intensitas
nyeri, dan mengidentifikasi faktor lain yang berpengaruh terhadap intensitas nyeri.

ABSTRACT
Pain is one of the most common complaint of patient with breast cancer. Intervention of the pain sometimes is not so effective to reduce cancer pain. This ineffectiveness of the treatment on cancer pain can effect on the quality of life of the person who have breast cancer. Massage therapy is one of the complementary therapy that can reduce cancer pain. The purpose of this study is to identify the effect of massage therapy on cancer pain in Makassar. The design was
a quasi experiment with pre-post control group. Data collection was conducted by a consecutive sampling. There was 31 participants in this study. Fifteen of them was place in a control group who isprovided with an analgetic therapy. Pain intensity was measured before and after analgetic therapy. Sixteen participants in the intervention group was treated with combined analgetic therapy and massage therapy. The pain intensity was measured before and after combined analgetic therapy and massage therapy was given. The pain intensity was measured for 3 days on both control and intervention groups.The result showed that pain reduction on both groups (control and intervention) (p=0,000), but the intervention group shows lower pain intensity than patiscipants in the control group (score of 1,21 on
intervention and kontrol 0,81 respectively). This finding showed that massage therapy had significant effect to reduce pain intensity of patient with breast cancer."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Damanaik, Chrisyen
"Kemoterapi merupakan salah satu metode utama dalam penanganan kanker namun memiliki sifat vesican dan iritan yang memicu terjadinya flebitis. Respon kerusakan jaringan akibat flebitis ialah nyeri. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas pemberian minyak wijen terhadap intensitas nyeri flebitis pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Penelitian ini menggunakan desain Randomized Controlled Trial. Jumlah sampel empat puluh orang yang terdiri dari 2 kelompok: kontrol dan intervensi. Analisis dengan Paired T test menunjukkan adanya perbedaan signifikan rata-rata skor intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi (p=0,001) dan hasil analisis Independent T test terdapat perbedaan signifikan rata-rata skor intensitas nyeri antara kelompok kontrol dan intervensi setelah intervensi (p=0,001). Berdasarkan hal tersebut direkomendasikan bahwa minyak wijen dapat digunakan untuk menurunkan intensitas nyeri pada pasien flebitis yang menjalani kemoterapi.

Chemotherapy is one of the main methods in the treatment of cancer but has a vesicant and irritant that trigger of phlebitis. The response tissue damage due to of phlebitis is pain. This study aimed to determine the effectiveness administration of sesame oil to pain intensity of phlebitis in cancer patients undergoing chemotherapy. This study used a randomized controlled trial design. Forty samples were devided groups: control and intervention groups. This study analysed was Paired T test showed a significant mean difference pain intensity scores before and after intervention (p = 0.001) and the results showed that there was a significant difference between two groups (p = 0.001). These results recommended that sesame oil can be used to reduce phlebitis pain in patients undergoing chemotherapy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T41874
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Ingewaty Wijaya
"Berdasarkan data kunjungan pengemudi taksi ke klinik pool Cinere PT. X didapatkan 50% keluhan nyeri dan pegal-pegal di badan, salah satunya daerah punggung bawah. Keluhan gangguan muskuloskeletal menempati urutan pertama dari 10 penyakit terbanyak di klinik pool Cinere PT. X.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan sudut punggung-tungkai atas dan faktorfaktor lain dengan peningkatan intensitas nyeri punggung bawah akut pada pengemudi taksi PT. X.
Desain penelitian ini adalah potong lintang. Terdapat 158 responden yang dipilih secara proportional random sampling. Variabel terikat adalah peningkatan intensitas nyeri punggung bawah akut dan variabel bebas adalah umur, tinggi badan, indeks massa tubuh, kebiasaan olahraga, kebiasaan merokok, lama mengemudi per hari, shift kerja, sudut punggung-tungkai atas, sudut fleksi lutut.
Pengumpulan data dengan wawancara, pengisian log sheet, pengisian kuesioner Visual Analogue Scale sebelum dan sesudah bekerja, pemeriksaan fisik dan pengambilan foto pengemudi yang sudah diberikan reflective tape serta diminta untuk duduk senyaman mungkin sama seperti mengemudi sehari-hari.
Dari 158 responden, didapatkan 78 orang (49,4%) mengalami nyeri punggung bawah akut pasca bekerja dan diantaranya terdapat 40 orang (25,3%) yang mengalami peningkatan intensitas nyeri punggung bawah akut. Pada analisis multivariat, didapatkan faktor dominan terjadinya peningkatan intensitas nyeri punggung bawah akut adalah sudut punggung-tungkai atas ≤ 103⁰ (RO = 17,14; IK 95% = 5,03-58,44) dan sudut fleksi lutut < 65⁰ (RO = 9,06; IK 95% = 2,75-29,81). Didapatkan tinggi badan ≥ 165 cm mengurangi risiko peningkatan intensitas nyeri punggung bawah akut (RO = 0,31, IK 95% = 0,13-0,72). Pekerjaan mengemudi taksi dengan sudut punggung-tungkai atas ≤ 103⁰ merupakan faktor dominan peningkatan intensitas nyeri punggung bawah akut.
Disarankan pengemudi melakukan relaksasi otot punggung dan menjaga sudut punggung-tungkai atas melebihi 103⁰ dengan memundurkan sandaran kursi sebanyak 5 kali.

According to the data of taxi drivers? visit to the clinic of Cinere Pool of PT. X, it was suggested that 50% of the visit were caused by the complaints of body ache and stiffness. One of them was in the lower back region. Musculoskeletal disorder occupied the first position of the top 10 diseases in the Clinic of Cinere Pool of PT. X.
The objective of this study is to know the association between lumbarthigh angle and other factors with increased intensity of acute low back pain among taxi drivers at PT.X.
The design of this study is cross-sectional. There were 158 respondents selected by proportional random sampling. The dependent variable was the increased intensity of acute low back pain and the independent variables were age, height, body mass index, exercising habit, smoking habit, length of driving per day, work shift, lumbar-thigh angle, and knee flexion angle. Data collection was conducted by interview, log sheets, questionnaire Visual Analogue Scale (before and after work), physical examination, and image captures of the drivers whom had been marked with reflective tape and asked to sit as comfortable as possible, the same as daily driving.
Of 158 respondents, there were 78 respondents (49.4%) experiencing acute low back pain after work and there were 40 respondents (25.3%) experiencing increased intensity of acute low back pain. The analysis of multivariate suggested that the dominant factor of increased intensity of acute low back pain were lumbar-thigh angle ≤ 1030 (OR = 17.14; CI 95% = 5.03 ? 58.44) and knee flexion angle < 65⁰ (OR = 9.06; CI 95% = 2.75 ? 29.81). It was also suggested that height ≥ 165 cm reduced the risk of increased intensity of acute low back pain (OR = 0.31, CI 95% = 0.13 ? 0.72).
Driving taxi with lumbar-thigh angle ≤ 103⁰ is the dominant factor of increased intensity of acute low back pain. It is recommended for the drivers to relax the back muscles and maintain the lumbar-thigh angle over 1030 by withdrawing backward the backrest 5 times."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Auberta Amadea Puttiwi
"Perbedaan intensitas nyeri pada mahasiswi dengan dismenore menjadi dasar penelitian untuk dikaitkan dengan faktor risiko yang berhubungan. Mahasiswi sebagai penggiat akademik merasakan tekanan yang seringkali menyebabkan stres dan kelelahan, sehingga memilih menyibukkan diri untuk mengikuti banyak kegiatan atau memilih beristirahat saat waktu luang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan stres akademik dan aktivitas fisik terhadap intensitas nyeri dismenore pada mahasiswi jenjang sarjana dan diploma di Universitas Indonesia. Metode yang digunakan berupa penelitian kuantitatif jenis analitik korelatif berdesain cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 435 mahasiswi melalui teknik cluster random sampling. Variabel penelitian diukur dengan kuesioner karakteristik responden, Educational Stress Scale for Adolescents (ESSA), International Physical Activity Questionnaire Short Form (IPAQ-SF), dan Numerical Rating Scale (NRS). Hasil penelitian menunjukkan hubungan signifikan antara stres akademik dan aktivitas fisik terhadap intensitas nyeri dismenore mahasiswi jenjang sarjana dan diploma (p-value<0,001; α=0,05). Direkomendasikan peningkatan layanan preventif berupa konseling, informasi, dan promosi kesehatan mengenai cara mengatasi atau mengurangi dismenore, pengelolaan koping stres akademik, dan pentingnya aktivitas fisik.

The variation in pain intensity among many female students with dysmenorrhea served as the basis for research to explore several related risk factors. Female students as academic activists, often experienced pressure that led to stress and fatigue. Consequently, they might have chosen to stay busy by participating in many activities or opted to rest during their free time. This study aimed to analyze the relationship between academic stress and physical activity with dysmenorrhea pain intensity among undergraduate and diploma female students at the Universitas Indonesia. The method used was quantitative research of the correlative analysis type with a cross sectional design. The research sample consisted of 435 female students selected through the cluster random sampling technique. The research variables were measured using respondent characteristic questionnaires, the Educational Stress Scale for Adolescents (ESSA), the International Physical Activity Questionnaire Short Form (IPAQ-SF), and the Numerical Rating Scale (NRS). The results of the study showed a significant relationship between academic stress and physical activity towards the intensity of dysmenorrhea pain in undergraduate and diploma students (p-value<0.001; α=0.05). It is recommended to improve preventive services in the form of counseling, information, and promote health by emphasizing how to overcome or reduce dysmenorrhea, manage academic stress, and the importance of physical activity."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emilia Puspitasari Winarno
"Pendahuluan: Nyeri miofasial yang ditandai dengan titik pemicu (TP) miofasial merupakan penyebab umum nyeri muskuloskeletal dan penyebab utama dari nyeri leher maupun bahu pada populasi pekerja, terutama pekerjaan kantor yang berhubungan dengan komputer berisiko lebih tinggi akibat gerakan berulang, postur tubuh statis, lamanya berada di depan komputer, serta peningkatan penggunaan perangkat genggam. Bila penanganan nyeri miofasial gagal dilakukan tepat waktu, maka dapat mengakibatkan disfungsi, kecacatan, dan kerugian finansial bagi pasien. Akupunktur tanam benang (ATB) merupakan modalitas akupunktur baru yang dapat memberikan stimulasi jangka panjang yang bertujuan memperpanjang efek terapeutik yang sama dengan akupunktur konvensional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek terapi ATB terhadap skor nyeri, Neck Disability Index (NDI), dan ambang nyeri tekan (ANT) pada nyeri miofasial otot upper trapezius.
Metode: Desain penelitian pada penelitian ini adalah sebuah uji klinis acak tersamar ganda. Penelitian ini diikuti oleh 44 orang subjek penelitian yang dibagi kedalam kelompok ATB (n=22) dan sham ATB (n=22). Pasien dengan nyeri miofasial otot upper trapezius TP laten di kedua kelompok akan menerima satu kali terapi ATB menggunakan benang polydioxanone monofilamen merk CARA ukuran 29G x 50 mm atau sham ATB (benang dibuang) pada satu titik pemicu di otot upper trapezius yang akan di follow up pada 3 hari, 1 minggu, 4 minggu, dan 8 minggu setelah terapi.
Hasil: Kedua kelompok terdapat perbaikan intensitas nyeri, disabilitas, dan ANT yang bermakna pada 3 hari, 1 minggu, 4 minggu, maupun 8 minggu setelah terapi (p<0,001). Terapi ATB memiliki efektivitas yang lebih baik terhadap perbaikan intensitas nyeri pada 4 minggu (p=0,007) dan 8 minggu setelah terapi (p=0,004), penurunan skor NDI pada 8 minggu setelah terapi (p=0,004), dan peningkatan nilai ANT pada 4 minggu (p=0,04) dan 8 minggu setelah terapi (p=0,002) dibandingkan sham ATB.
Kesimpulan: ATB memperbaiki intensitas nyeri, disabilitas, dan ANT pasien nyeri miofasial otot upper trapezius.

Introduction: Myofascial pain characterized by myofascial trigger point (MTrP) is a common cause of musculoskeletal pain and the main cause of neck and shoulder pain in the working population, especially computer-related office work which is at higher risk due to repetitive movements, static body postures, and long periods in front of the computer, as well as increased use of handheld devices. If myofascial pain treatment fails to be carried out promptly, it can result in dysfunction, disability, and financial loss for the patient. Thread embedding acupuncture (TEA) is a new modality that can provide long-term stimulation to prolong the same therapeutic effect as conventional acupuncture. This study aimed to determine the effect of ATB therapy on pain scores, Neck Disability Index (NDI), and pressure pain threshold (PPT) in upper trapezius muscle myofascial pain.
Method: The research design in this study was a double-blind, randomized clinical trial. This study was attended by 44 research subjects divided into TEA group (n=22) and sham TEA group (n=22). Patients with latent MTrP in the upper trapezius muscle in both groups will receive once TEA therapy using CARA brand monofilament polydioxanone thread 29G x 50 mm or TEA sham (thread removed) at one TrP in the upper trapezius muscle which will be followed up on 3 days, 1 week, 4 weeks, and 8 weeks after therapy. Results: Both groups experienced significant improvements in pain intensity, disability, and PPT at 3 days, 1 week, 4 weeks, and 8 weeks after therapy (p<0.001). TEA therapy had better effectiveness in improving pain intensity at 4 weeks (p=0.007) and 8 weeks after therapy (p=0.004), NDI scores at 8 weeks after therapy (p=0.004), and PPT at 4 weeks (p=0.04) and 8 weeks after therapy (p=0.002) compared to sham ATB. Conclusion: TEA improves pain intensity, disability, and PPT for patients with myofascial pain in the upper trapezius muscle.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>