Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Babay Barmawi
Abstrak :
Tesis ini merupakan penelitian kualitatif yang mengkaji pengalaman-pengalaman para anggota keluarga beda agama dalam menghadapi dan menyelesaikan konflik interpersonal diantara mereka. ini menggunakan paradigma konstruktivism dan metodel strategi fenomenologi. dengan harapan pengalaman-pengalaman interaksi dan situasi konflik para informan dapat diperoleh sesuai pola pikir dan pemahaman mereka sendiri. Tujuan penelitian adalah memberikan gambaran kecenderungan tingkat nilai-nilai individualistik-kolektivistik, penghindaran ketidakpastian, jarak kekuasaan, dan maskulinitas-feminitas mereka yang terlibat konflik. Sesuai dengan sifat dan strateginya, data penelitian ini diperoleh dari tujuh pasangan informan dari keluarga beda agama yang berlokasi di seputar Jabotabek, dengan cara wawancara inerdalam (in depth interview). Dalam pembahasannva. penelitian ini menggunakan analisis tahapan (phases analyses), dimana pengalaman konflik dianalisa dalam enam tahap: tahap kondisi awal, tahap kesadaran dan frustrasi, tahap konflik aktif, tahap solusi/nonsolusi, tahap tindak lanjut, dan tahap konflik terselesaikan. Setelah pengalaman-pengalaman konflik para informan ditahapkan, kemudian penulis menganalisanya dengan menggunakan pendekatan 1 perspektif variabilatas budaya dalam analisisnya yang meliputi empat dimensi: individualism-collectivism, power distance, uncertaintv avoidance, dan masculinity-femininity. Dari hasil temuan lapangan menunjukkan bahwa perbedaan agama dan adanya nilai-nilai budaya kolektivistik (collectivism) yang dianut oleh keluarga menjadi kondisikondisi awal bagi kemunculan konflik dalam keluarga. Secara umum, situasi dan perilaku konflik yang terjadi dalam keluarga beda agama, tidak bisa dilepaskan dari integritas dan loyalitas para anggota keluarga tersebut terhadap kepentingan, tujuan, keyakinan dan kepercayaan yang dianut oleh suatu kelompok, dimana keluarga tersebut menjadi anggota atau mengidentikkan diri dengannya. Memilih pasangan hidup yang berlainan agama atau pindah agama yang dilakukan anak merupakan perilaku menyimpang yang menimbulkan ketidakpastian dalam sistem keluarga Sehingga keluarga tidak bisa mentolerirnya. tentunya dengan pertimbangan dan ukuran norma dan kebenaran absolut. Hasil temuan lapangan menunjukkan bahwa keluarga, dimana konflik terjadi, cenderung memiliki tingkat penghindaran ketidakpastian yang tinggi (uncertainty avoidance). Dalam penolakannya itu, mereka tidak jarang memaksakan keinginan dan menuntut kepatuhan dan anak-anaknya dengan menunjukkan kekuatan, kekuasaan dan kontrol. Sehingga tidak heran jika mereka dalam menghadapi konflik sering menggunakan gaya kompetitif yang lebih mementingkan diri sendiri dan mengorbankan orang lain. Sementara di pihak lain, anak sering berusaha agar hubungan baik dengan orang tua tetap terjaga. Sehingga mereka sering menggunakan gaya konflik akomodatif. Hal ini cerminan dari budaya jarak kekuasaan (power distance) yang tinggi yang dianut keluarga. Kondisi di atas sering menyebabkan pihak-pihak yang terlibat mempersepsikan konflik secara ekspresif dimana konflik hanya menjadi pelepas ketegangan yang berasal dari rasa kebencian dan permusuhan. Mereka tidak bisa memisahkan permasalahan dengan orangnya. Konflik jarang diselesaikan langsung pada permasalahan. Sehingga situasi dan perilaku konflik sarat dengan pesan-pesan nonverbal yang penuh ambiguitas. Hal ini sebagai wujud dari pola komunikasi konteks tinggi yang mereka pergunakan. Serta hasil temuan lapangan juga menunjukkan adanya beberapa indikasi yang mencerminkan kecenderungan budaya maskulinitas dalam keluarga.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T912
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyuningsih
Abstrak :
Awal terciptanya suatu ikatan perkawinan seharusnya melalui tahap-tahap penetrasi sosial (Altman & Taylor, 1973). Sejalan dengan berkembangnya hubungan antar pribadi pada masing-masing pihak tidak terlepas dari komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar pribadi dalam sebuah hubungan merupakan kunci kesuksesan atau keharmonisan dalam bentuk hubungan yang diinginkan. Ada sepuluh karakter dari komunikasi antar pribadi yang harus dijalankan oleh masing-masing individu (Devito, 1990). Setelah tercipta komunikasi antar pribadi yang efektif maka akan timbul rasa percaya (O'Hair, Friedrich, Wiemann & Wiemann, 1997). Dari rasa percaya tersebut maka dengan sendirinya seseorang akan mencoba untuk mengungkapkan dirinya atau memberikan informasi mengenai dirinya kepada pasangannya (self disclosure), bersifatnya timbal balik dan menjadikan suasana lebih akrab (Jourard, 1959; Jourard & Lansman, 1960; Jourard & Richman, 1963; Chittick & Himelstein, 1967). Salah satu cara untuk mengungkapkan diri adalah dengan sharing (Stewart & D'Angelo, 1988) serta dengan listening (O'Hair, Friedrich, Wiemann & Wiemann, 1997). Hubungan antar pribadi tersebut akan berkembang menjadi hubungan yang stabil (Stable Exchange) (Altman & Taylor, 1973; O'Hair, Friedrich, Wiemann & Wiemann, 1997). Dimana untuk memasuki ikatan perkawinan itu seseorang harus mempersiapkan dirinya dalam sebuah komitmen (Tubbs & Moss, 1996; Stewart & D'Angelo, 1988; Ruben, 1992) dan juga cinta (gunarsa, 1978). Tetapi dalam sebuah perkawinan tentunya tidak lepas dari konflik yang mengangkat permasalahan yang sesunggguhnya maupun emosional (Watton, 1987). Permasalahan emosional dapat berupa tidak terpemuhinya sepuluh kebutuhan emosional dari pasangan menikah (Harley Chalmers, 1998). Penyelesaian konflik yang terjadi diantara pasangan suami istri tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan kompetitif, kalaborasi, kompromi, penghindaran; dan akomodasi (Hacker & Wilmot, 1978; Fitzpatrick, 1988). Pada kenyataannya permasalahan yang muncul dalam konflik-konflik tersebut tidak semuanya dapat diselesaikan dengan komunikasi. Akhirnya salah satu pihak yang merasakan ketidakpuasan dalam hubungan antar pribadi dalam ikatan perkawinan mencoba untuk mencari penyelesaiannya diluar perkawinan (Fromm, 2000) yang berdasarkan pada alasan psiko fisik, sosial, dan psikologi (Satiadarma, 2001). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dimana pendekatan diarahkan pada latar belakang kehidupan individu secara utuh. Data yang digunakan bersifat deskriptif, dikumpulkan dari hasil wawancara yang mendalam (depth interview) terhadap tujuh pasangan menikah yang salah satu pihaknya melakukan perselingkuhan dengan menggunakan teknik bola salju (snow ball). Tipe penelitian yang digunakan adalah studi kasus yang mengangkat masalah perselingkuhan diantara pasangan menikah. Hasil analisis dari penelitian ini adalah bahwa semua konflik melibatkan komunikasi tetapi tidak semua konflik berawal dari komunikasi yang menyedihkan (Stewart & D'Angelo, 1988). Dan penyelesaian konflik tidak harus dalam bentuk komunikasi verbal tetapi juga dapat menggunakan komunikasi non verbal karena penyelesaian konflik yang biasanya timbul dalam pasangan menikah adalah cendrung lebih berorientasi pada menjaga suatu hubungan (Fitzpatrick, 1988).
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T9734
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Askariani
Abstrak :
Tesis ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan kualitatif. Tujuannya adalah mengungkapkan mengapa remaja menggunakan narkoba, apakah sebelum menggunakan narkoba mereka mengalami konflik terlebih dahulu. Penelitian ini selanjutnya ingin mengkaji sejauh mana terdapat perbedaan konflik yang dialami antara mereka yang menggunakan narkoba tapi berasal dari keluarga yang tidak harmonis dengan mereka yang menggunakan narkoba tetapi berasal dari keluarga yang harmonis. Karena penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, maka tehnik penarikan samplenya pun menggunakan tehnik ?snowball' terhadap 10 orang informan, dimana pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam. Dari hasil penelitian terungkap bahwa baik mereka yang berasal dari keluarga yang tidak harmonis maupun mereka yang berasaldari keluarga yang harmonis kedua-duanya pernah mengalami konflik sebelum menggunakan narkoba.Hanya saja prilaku konfliknya berbeda. Yaitu mereka yang berasal dari keluarga yang keluarga harmonis mengalami konflik yang latent (tidak nampak) karena pemicunya pun tidak secara tegas kelihatan.Sedangkan mereka yang berasal dari keluarga yang tidak harmonis karena pemicu terjadinya konflik lebih nyata (antara lain karena iklim komunikasi didalam' keluarga itu yang tidak mendukung) sehingga konflik yang dialaminya pun lebih terbuka dan sifatnya sudah berbentuk 'interpersonal conflict'. Biasanya yang menjadi pemicu timbulnya 'latent conflict' adalah karena kasih sayang dan perhatian dari orangtua yang berlebihan, serta 'self disclosure' dari ibunya yang juga berlebihan, yang mengakibatkan beberapa orang informan yang berasai dari keluarga yang harmonis dari total 10 orang informan memutuskan untuk menggunakan narkoba, karena merasa kebebasan mereka terancam. Dari hasil temuan data dilapangan juga terungkap bahwa yang mereka inginkan sebenarnya bukanlah perhatian yang berlebihan, tetapi 'trust' (rasa dapat dipercayanya) yang tinggi dari orangtua, dan identitas diri. Selama ini yang mereka dapatkan dari prilaku orangtua yang berlebihan itu justru 'krisis identitas', yang mengakibatkan mereka berusaha untuk mendapatkan 'power' diluar rumah, yaitu dilingkungan teman-temannya sendiri. Jadi dari temuan dilapangan juga terungkap bahwa apa yang menjadi keinginan/tujuan orangtua berbeda dengan apa yang menjadi tujuan/keinginan anaknya (informan) dan apa yang merupakan ukuran bagi nilai-nilai suatu perkawinan/hubungan keluarga dari kacamata orangtua berbeda dengan apa yang menjadi ukuran bagi informan. Itulah yang menjadi pemicu timbulnya 'latent conflict', sebagaimana yang dikemukakan oieh Morton Detsch mengenai sebab-sebab timbulnya konflik (Morton Deutsch, 1991 : 7). Akhirnya perlu digaris bawahi, bahwa semua hasil temuan dilapangan mengenai 'Konflik Antarpribadi Dikalangan Remaja Pengguna Narkoba' menggambarkan besarnya pengaruh konsep budaya konteks tinggi pada komunikasi, khususnya dalam konteks keluarga dikalangan remaja pengguna narkoba. Dari hasil penelitian dilapangan terungkap bahwa konflik antarpribadi antara anak (pengguna narkoba) dengan orangtuanya merupakan implikasi dari konsep budaya konteks tinggi ('high context culture'), dimana mereka yang menganut budaya tersebut berkomunikasi secara konteks tinggi pula dimana pesan berada didalam konteks fisik atau menyatu didalam diri seseorang dan disampaikan secara tersirat melalui komunikasi non verbal. Oleh karena itu boleh dikatakan bahwa budaya merupakan salah satu faktor cara hidup dan kehidupan pendukungnya termasuk cara berkomunikasi dengan individu-individu lainnya. Jadi bagaimana proses yang dialami informan ketika mereka mengalami konflik sampai proses menggunakan narkoba, itu semua merupakan hasil interaksi timbal balik antara budaya dan komunikasi.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T172
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dea Ayesha Widyaswari
Abstrak :
Tesis ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor Konflik Interpersonal, Ketidakadilan Organisasi dan Kepuasan Kerja terhadap Perilaku Kerja Menyimpang di lingkungan pegawai negeri sipil di Ditjen ABC Kementerian XYZ. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan selfadministered questionnaire dan dianalisis menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian nantinya digunakan untuk menganalisis pengaruh konflik interpersonal, ketidakadilan organisasi dan kepuasan kerja terhadap perilaku kerja menyimpang. Hasil analisis menunjukkan bahwa ketidakadilan organisasi dan kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap perilaku kerja menyimpang. Dari penelitian ini, peneliti menyarankan bahwa manajemen instansi pemerintah perlu menerapkan disiplin PNS yang lebih tegas dan konsisten tanpa mengabaikan kesejahteraan dan kenyamanan pegawainya. Manajemen juga harus menerapkan prinsip komunikasi efektif antar pegawai dan manajemen untuk menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan kondusif, serta mampu menekan tumbuhnya perilaku kerja menyimpang. ......This theses aims to analyze the effect of interpersonal conflict, organizational injustice and job satisfaction towards deviant workplace behaviors at public service environment specifically at Ditjen ABC Ministry XYZ. This research is conducted by administering self-administered questionnaire and analyzed by multiple linear regression analysis. The result yielded is then used to analyze the effect of interpersonal conflict, organizational injustice and job satisfaction toward deviant workplace behaviors. It shows that organizational injustice and job satisfaction are significantly affecting deviant workplace behaviors. From the research, researcher suggests that the ministry?s management should emphasize public service servants? discipline to be more firm and consistent, without ignoring employees? wellbeing and comfort. Management should also administer effective communication principle amongst employees and management, to create comfortable and condusive work environment and minimize deviant workplave behaviors.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tania Safira
Abstrak :
ABSTRAK
Konflik interpersonal dan perasaan stres merupakan faktor yang dapat memengaruhi performa kerja. Pekerjaan seperti petugas pemadam kebakaran memiliki potensi konflik interpersonal dan perasaan stres yang tinggi. Untuk menghadapi dan mengurangi dampak terhadap performa kerja dari kedua hal tersebut, seseorang petugas harus memiliki kemampuan untuk dapat mengendalikan emosinya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari pengendalian emosi terhadap performa kerja dengan konflik interpersonal dan perasaan stres sebagai mediasi dan vertical collectivism sebagai moderasi. Sampel penelitian ini adalah petugas pemadam kebakaran di delapan sektor lokasi pos pemadam kebakaran wilayah Jakarta Barat dan diolah menggunakan Structural Equation Modelling SEM . Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengendalian emosi memiliki pengaruh negatif terhadap konflik interpersonal serta pengaruh positif terhadap performa kerja, namun pengendalian emosi tidak memiliki pengaruh terhadap perasaan stres. Selain itu, konflik interpersonal terbukti dapat memengaruhi performa kerja secara negatif melalui interaksi langsung dan melalui peran mediasi variabel perasaan stres. Di sisi lain, vertical collectivism terbukti meningkatkan pengaruh pengendalian emosi terhadap perasaan stres, tetapi tidak terbukti meningkatkan pengaruh konflik interpersonal terhadap perasaan stres.
ABSTRACT
Interpersonal conflicts and felt stress are factors that can effects job performance. Occupation such as firefighters had the high potential of interpersonal conflicts and feelings of stress. To confront and reduce the impact on job performance, firefighters should have the ability to regulate their emotions. This study aimed to analyze the effect of regulation of emotions on job performance with interpersonal conflict and felt stress as mediator and vertical collectivism as moderator. Data for this research were collected from firefighters in eight sectors of fire station locations in West Jakarta and then be analyzed using Structural Equation Modelling SEM . The result of this research shows that regulation of emotions has negative effect on interpersonal conflict and positive effect on job performance, but regulation of emotions has no effect on felt stress. Then, interpersonal conflict has negative effect towards job performance directly and indirectly using mediating role of felt stress. Meanwhile, the result proved that vertical collectivism enhances regulation of emotions effect on felt stress, however it does not enhance interpersonal conflict effect on felt stress.
2017
S65997
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Scott, Gini Graham
Abstrak :
The potential for conflict exists in every interaction. But when one doesn’t know how to deal with these disagreements constructively, they can escalate into unproductive and even destructive situations. The key is not to avoid conflict, but to recognize and manage it skillfully to produce the best possible outcome. In this powerful and practical guide, author Gini Graham Scott shows readers how to identify the reason for the conflict, recognize and control the emotional factors, and find the best solution. Disagreements, Disputes, and All-Out War offers a simple but proven system for resolving conflicts resulting from: - poor communication and misunderstandings - different agendas, interests, and values - political power struggles - incorrect assumptions about others’ motives and actions - difficult people Written in an accessible, conversational style, packed with real-life examples, and including simple exercises and tools to help assess conflict situations, this indispensable guide shows readers how to handle whatever life throws at them.
New York: American Management Association, 2008
e20443645
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Gargiulo, Terrence L., 1968-
Abstrak :
Treasured for centuries, the world's folk tales have left a legacy of wisdom for countless generations. Going beyond simple entertainment, stories such as "The Lion and the Hare" and "The Woodcutter's Daughter" instruct through example how to live in a world populated with dishonest, petty, and conniving characters. "In the Land of Difficult People" presents 24 charmingly illustrated fables. Taken from around the world, each exemplifies the best methods to use when dealing with the difficult people at work. This helpful book identifies eight major types of difficult people, giving readers strategies for working with each of them.From untrustworthy ravens to commitment - avoiding snails and poor-communicating monkeys, this instructive collection follows each story with a down-to-earth analysis of how to manage any situation involving the toughest of characters. For anyone venturing 'into the woods' of modern-day workplace, this book is a powerful potion of common sense that will lead to happily-ever-after endings every time.
New York: American Management Association, 2008
e20443881
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Gusti Muhammad Ramadhan
Abstrak :
ABSTRAK
Fokus dari penelitian ini adalah untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan BTN Bogor dengan menganalisa beberapa variabel seperti, interpersonal conflict, organizational politics, dan juga melihat potensi felt stress sebagai mediator antara stressors dan kinerja. Penelitian ini menggunakan deskriptif analisis kuantitatif. Hasil menunjukan bahwa interpersonal conflict memiliki pengaruh yang signifikan terhadap felt stress dan kinera. Namun, tidak ada bukti yang mendukung bahwa organizational politics memiliki pengaruh yang signifikan pada kinerja dan felt stress sebagai mediator antara stressors dan kinerja.
ABSTRACT
The focus of this study is to examine the factors that influence job performance of BTN Bogor employees by analyzing several variables namely, interpersonal conflict, organizational politics, and also the potential mediating role of felt stress between stressors and j ob performance. This study is using quantitative descriptive analysis. The results showed that interpersonal conflict has significant influence on felt stress and job performance. However, there was no evidence supporting that organizational politics has significant influence on job performance, and felt stress as the mediator of stressors and job performance.
2016
S65291
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Scott, Gini Graham
Abstrak :
Being saddled with a terrible supervisor can turn even the best job into a nightmare. Unfortunately, not every boss is the great symbol of managerial perfection one would hope for. In fact, more people than not consider themselves stuck with a ""bad boss."" But short of remaining miserable or quitting a job, what can be done about it? A Survival Guide for Working with Bad Bosses provides readers with savvy, practical advice for coping with managers and supervisors who are mean, incompetent, unethical, and worse. The book includes powerful strategies for not only working with -- but thriving under -- such bad boss types as: * The Great Betrayers -- how to defend yourself against a corporate backstabber * The Know-Nothing Bosses -- what to do when a boss is clueless * The Bad Communicators -- how to respond when a boss is consistently unclear Whether a boss is high-strung, incompetent, or a power-mad tyrant, this book has the solution.
New York: American Society for Training & Development, 2006
e20441688
eBooks  Universitas Indonesia Library