Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aep Saepulmulya Sukmana
"Dalam tatanan kebutuhan Maslow, tidur termasuk ke dalam kebutuhan fisiologis, jika kebutuhan fisiologis tidak bisa terpenuhi dengan baik, maka kebutuhan yang lainnya akan terganggu. Penurunan kualitas tidur menjadi salah satu keluhan yang sering dialami lansia. Insomnia merupakan salahsatu masalah tidur yang paling sering ditemukan pada lanjut usia. Faktor risiko terjadinya insomnia diantaranya faktor perubahan fisiologi lansia, faktor psikologis, dan faktor lingkungan. Insomnia yang tidak ditanyani dapat berdampak pada penurunan kualitas hidup lansia. Penulisan ini bertujuan untuk menganalisis penerapan evidence-based practices berupa intervensi unggulan dalam mengatasi insomnia pada lansia di Sasana Tresna Werdha RIA Pembangunan Cibubur. Intervensi yang dimaksud yaitu chair based exercise, yang dilakukan sembilan kali pertemuan dalam dua minggu, di mana satu kali pertemuan berdurasi 45 menit. Hasil dari evaluasi menunjukkan adanya penurunan skor Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Berdasarkan hasil tersebut, chair based exercise dapat menjadi pilihan dalam mengatasi insomnia pada lansia. Limitasi dalam penelitian ini yaitu waktu, seharusnya intervensi ini diberikan dalam sepuluh minggu, tetapi penulis hanya melakukan dalam dua minggu. Penulis merekomendasikan adanya peningkatan uasaha dalam memotivasi lansia untuk ikut serta dalam kegiatan latihan fisik yang serupa yang sudah diprogramkan setiap harinya.
...... Sleep is an essential physiological need from Maslow's Hierarchy of Needs Theory. If these needs are not satisfied the human body cannot function optimally. Decreased sleep quality is one of the complaints that elderly people often experience. Risk factors for insomnia include psychological change among older adults, psychosocial, and environtmental. Untreated insomnia can interfere with the quality of life of the elderly. The purpose of this article is to explore the application of evidence-based practices in the form of superior interventions to overcome insomnia in the elderly at Sasana Tresna Werdha RIA Pembangunan Cibubur. The intervention is a chair based exercise which is carried out for 45 minutes, with a frequency of 9x/2 weeks. The results of this scientific paper show that the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) score decreased. Based on these results, chair based exercise can be an option in overcoming insomnia in the elderly. The limitation of this study is time, this intervention should have been given in ten weeks, but the author only did it in two weeks. The author recommends increasing efforts to motivate elderly people to participate in physical exercise activities that have been programmed everyday."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sofina Izzah
"Coronavirus disease atau COVID-19 merupakan pandemi global yang mudah menular melalui droplet dan populasi yang paling berisiko adalah lansia dengan tingkat kematian akibat COVID-19 di Indonesia per 27 Juni 2020 adalah sebanyak 42,9%. Hal tersebut dapat menimbulkan kecemasan tersendiri bagi lansia, terlebih lagi secara psikologis lansia lebih mudah cemas daripada populasi lain. Kecemasan diketahui merupakan salah satu faktor penting penyebab kerentanan terinfeksi Coronavirus. Maka dari itu penulisan ini dibuat untuk menemukan gambaran ansietas pada 10 lansia sebelum tindakan swab PCR SARS CoV-2 di RSUI. Data yang dipakai adalah data umum, data skrining COVID-19, riwayat penyakit dalam, riwayat merokok, dan kuesioner kecemasan menggunakan Geriatric Anxiety Inventory Short Form (GAI-SF). Berdasarkan data yang didapatkan, terdapat banyak faktor yang mungkin mempengaruhi munculnya ansietas pada lansia seperti kecemasan terhadap hasil swab PCR. Hasil pengkajian GAI-SF juga menyatakan bahwa semua lansia mengalami ansietas dengan dua diantaranya memiliki gejala GAD. Antar pasien juga memiliki beberapa kesamaan terkait COVID-19 dan hubungannya dengan kecemasan. Sebagai kesimpulan, masalah ansietas pada lansia terkait COVID-19 sebelum tindakan swab PCR memiliki nilai yang tinggi disebabkan karena beberapa faktor sehingga perlu diberikan rekomendasi khusus. Penulis merekomendasikan penyediaan kursi prioritas untuk lansia, bilik swab khusus lansia dengan aromaterapi dan musik relaksasi jika memungkinkan, dan edukasi terkait COVID-19 oleh perawat melalui selebaran maupun follow up secara daring.
......Coronavirus disease or called COVID-19 is a global pandemic that is easily transmitted through droplets and the population with higher risk of it are the elderly within death rate in Indonesia per June 27, 2020 is 42.9%. This problem can cause anxiety in the elderly even more as psychologically the elderly are more vulnerable to feel anxious than other populations. Whereas anxiety is one of the important factors causing decreased immunity which makes the elderly more susceptible to Coronavirus. Therefore, this paper was made to find an overview of anxiety in 10 elderly people before the swab polymerase chain reaction severe acute respiratory syndrome coronavirus-2 or swab PCR SARS CoV-2 procedure at RSUI. The data used are general data, COVID-19 screening data, history disease, smoking history, and anxiety questionnaires using Geriatric Anxiety Inventory Short Form (GAI-SF). Based on the data obtained, there are many factors that might influence the emergence of anxiety in the elderly such as anxiety about the swab PCR results. The results of the GAI-SF also stated that all respondents were experiencing anxiety with two of them were having general anxiety disorder symptoms. Furthermore, inter-patients also have some similarities related to COVID-19 and anxiety. In conclusion, the anxiety problem among elderly related to COVID-19 before the swab PCR procedure has a high value due to several factors so that special recommendations for the elderly should be given. The recommendation are using priority seats for the elderly, special swab PCR’s room with aromatheraphy and music of relaxation if possible, and nurses could give COVID-19 educations through flyer or follow up them within online educations"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , 2020
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Soraya Hidayati
"Pendahuluan: Jumlah penderita dan kasus kematian akibat infeksi virus COVID -19 setiap harinya terus bertambah dan terus muncul varian virus COVID yang baru. Lebih dari 80% kematian karena COVID-19 terjadi pada penderita yang berusia di atas 65 tahun dan memiliki riwayat komorbid. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko kematian COVID-19 pada pasien lansia yang melakukan rawat inap di RSUD Karanganyar.
Metode: Penelitian ini merupakan studi kuantitatif dengan desain cross sectional menggunakan data sekunder dari file data base rekam medis pasien rawat inap di RSUD Karanganyar yaitu sebanyak 322 pasien lansia. Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi logistik untuk menguji hubungan variabel independen jenis kelamin, TBC paru, diabetes mellitus, ginjal kronis, stroke, dan jantung dengan kematian pasien COVID-19 lansia sebagai variabel dependennya.
Hasil: Sebanyak 61 (18,9%) pasien COVID-19 lansia meninggal dunia. Sebanyak 33 (54,1%) pasien lansia adalah perempuan dan 28 (45,9%) laki – laki. Penyakit komorbid yang paling banyak diderita adalah DM 13 (21,3%) ,hipertensi 10 (16,4%), stroke 7 (11,5%), ginjal kronis 5 (8,2%), jantung 5 (8,2%), dan TBC paru yaitu 2 (3,3%) pasien lansia. Hasil uji multivariat menunjukkan riwayat hipertensi memiliki hubungan yang signifikan secara statistik dengan kematian pasien COVID-19 lansia dengan nilai p value 0,022 dan OR 2,647 (95% CI 1,154 – 6,070) sedangkan variabel lain tidak berhubungan.
Kesimpulan: Penyakit hipertensi merupakan faktor yang berisiko meningkatkan kematian pasien COVID-19 lansia di RSUD Kabupaten Karanganyar.
......Background: The number of death cases of COVID-19 virus infection increase every day and new variants of the COVID virus continue to emerge. More than 80% of deaths due to COVID-19 occur in patients over the age of 65 and have comorbidities. The purpose of this study was to determine the factors that can increase the risk of death from COVID-19 in elderly patients who are hospitalized at Karanganyar Hospital.
Methods: This research is a quantitative study with a cross sectional design using secondary data from the medical record data base of hospitalized patients at Karanganyar Hospital, as many as 322 elderly patients. Data analysis was performed using logistic regression to examine the relationship between variables of gender, pulmonary tuberculosis, DM, chronic kidney disease, stroke, and heart disease with the death of elderly COVID-19 patients.
Result: A total of 61 (18.9%) elderly COVID-19 patients died. A total of 33 (54.1%) were women and 28 (45.9%) were men. The most common comorbid diseases were DM 13 (21.3%), hypertension 10 (16.4%), stroke 7 (11.5%), chronic kidney 5 (8.2%), heart 5 (8.2 %), and pulmonary tuberculosis in 2 (3.3%) elderly patients. The results of the multivariate test showed that hypertension had a statistically significant relationship with the death of elderly COVID-19 patients with a p value of 0.022 and OR:2.647 (95% CI 1.154 – 6.070) while other variables were not related.
Conclusion: Hypertension is a risk factor for increasing the mortality of elderly COVID-19 patients in Karanganyar District Hospital."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Ayu Gede Jyotidiwy
"ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mendapatkan gambaran postur yang berisiko penggunaan mobile phone pada lansia di PSTW Ria Pembangunan Tahun 2019 dengan melihat gambaran faktor
individu dan faktor pemakaian terhadap keluhan subjektif gejala gangguan otot rangka dan mata pada lansia pengguna mobile phone. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Penilaian postur berisiko dilakukan melalui observasi dan pengukuran pada lansia pengguna mobile phone (n = 20) yang diukur dengan metode REBA. Gambaran faktor individu, faktor pemakaian, keluhan subjektif
gejala gangguan otot rangka, dan gejala gangguan mata didapatkan dari pengisian kuesioner dengan responden lansia pengguna mobile phone (n = 20). Hasil penelitian menunjukkan postur paling berisiko saat menggunakan mobile phone adalah duduk dengan penopang (skor REBA 9)
dan berbaring (skor REBA 9). Sebesar 55% responden menghabiskan waktu < 30 menit/hari untuk menggunakan mobile phone, 75% menggunakan mobile phone < 5 kali/hari, dan 60% responden telah menggunakan mobile phone > 6 tahun. Keluhan subjektif gangguan otot rangka dialami 80%
lansia pada pinggang (30%), jari tangan kanan dan kiri (20%), dan pergelangan tangan kanan dan kiri, serta bahu kanan (15%). Keluhan subjektif gejala gangguan mata dialami 90 % lansia dengan keluhan mata lelah (40%), mata sensitif terhadap cahaya (35%), dan mata berair setelah melihat layar (35%)

ABSTRACT
The aim of this study is to depict a risky posture description of the use of mobile phones in the elderly at Ria Pembangunan PSTW in 2019 by looking at an overview of individual factors and usage factors for subjective complaints of musculoskeletal symptoms and eye symptoms in elderly mobile phone users. This study design is descriptive studies with quantitative approach. Assessment of risky postures is done through observation and measurement of elderly mobile phone users (n = 20) as measured by the REBA method. The description of individual factors, factors of use, subjective complaints of musculoskeletal symptoms, and eye symptoms were obtained from filling out questionnaires by elderly mobile phone user respondents (n = 20). The results showed that the riskiest postures when using a mobile phone were sitting with a crutch (REBA score 9) and lying down (REBA score 9). 55% of respondents spend <30 minutes / day using mobile phones, 75% use mobile phones <5 times / day, and 60% of respondents have been using mobile phones> 6 years. Subjective complaints of musculoskeletal symptoms are experienced by 80% of the elderly at waist (30%), right and left hands fingers (20%), right wrist, left wrist and right shoulder (15%). Subjective complaints of eye symptoms experienced by 90% of the elderly with complaints of tired eyes (40%), light sensitive eyes (35%), and watery eyes after seeing the screen (35%)."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Chalifa
"Kebanyakan Negara-negara Asia seperti Indonesia, masyarakat meyakini bahwa merawat anggota keluarga yang sudah lansia merupakan beban moral dan bentuk bakti. Hal ini menjadikan populasi lansia yang tinggal bersama dengan keluarga menjadi sangat tinggi khususnya di Kota Depok. Penurunan fungsi fisiologis dan kognitif yang dialami lansia dapat mengakibatkan lansia mengalami malnutrisi dan membutuhkan dukungan orang lain khususnya keluarga untuk membantu memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikologisnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan status nutrisi lansia dengan desain penelitian cross sectional terhadap 120 lansia di Kota Depok dengan metode conveniece sampling sebagai metode pengambilan sampel. Instrumen yang digunakan adalah Perceived Social Support – Family untuk mengukur tingkat dukungan keluarga yang diterima lansia dan Mini Nutritional Assessment untuk mengukur status nutrisi lansia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga yang diterima lansia cenderung baik dengan skor median 52 dari 60 dan status nutrisi lansia mencapai 51.70% nutrisi baik. Hasil analisis bivariat menggunakan Uji Kruskall Wallis dan Post Hoc menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan status nutrisi lansia di Kota Depok. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber belajar akademisi ataupun sumber rujukan untuk penelitian selanjutnya serta pengembangan pelayanan keperawatan.
......Most Asian countries such as Indonesia, the community believes that taking care of elderly family members is a moral obligation and a form of devotion. This has resulted in a high population of elderly living with their families, particularly in Depok City. The physiological and cognitive decline experienced by the elderly can lead to malnutrition, necessitating support from others, especially family, to meet their physiological and psychological needs. This study aims to identify the relationship between family support and the nutritional status of the elderly using a cross-sectional research design involving 120 elderly in Depok City. Convenience sampling was used as the sampling method. The instruments used were the Perceived Social Support - Family scale to measure the level of family support received by the elderly and the Mini Nutritional Assessment to evaluate the nutritional status of the elderly. The research findings indicate that the elderly receive good family support, with a median score of 52 out of 60, and the nutritional status of the elderly reaches 51.70% as "good" nutrition. Bivariate analysis using the Kruskall-Wallis test and Post Hoc analysis reveals a significant difference in family support between elderly individuals with good nutritional status and those at risk of malnutrition or malnourished in Depok City. The results of this study can serve as a learning resource for academics and as a reference for further research and the development of nursing services."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zuriati Rahmi
"ABSTRAK
Masalah kulit terutama pada bagian kaki merupakan hal yang paling sering terjadi pada lansia. Berbagai faktor mempengaruhi timbulnya masalah integritas kulit pada bagian kaki. Faktor-faktor tersebut adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari perubahan sistem integumen, dan menurunnya sistem imun. Faktor eksternal disebabkan oleh pengaruh lingkungan seperti lingkungan perkotaan yang penuh dengan polusi, sinar UV matahari yang terik, kelembaban yang rendah serta cuaca yang panas. Pada karya ilmiah ini akan dijelaskan mengenai asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan integritas kulit pada kaki. Berdasarkan intervensi yang telah dilakukan, hasil menunjukkan kulit tampak lembab, tekstur kulit lebih halus, integritas kulit lebih baik, nilai ABI dalam rentang normal, lesi dan jaringan nekrotik mengering dan mulai berkurang. Untuk kedepannya, diharapkan pihak Sasana dapat menyediakan peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan perawatan kaki, dan petugas kesehatan dapat melakukan perawatan kaki setiap hari kepada lansia yang mengalami gangguan integritas kulit pada kaki.

ABSTRAK
Skin problems, especially on the foot, is the most common deseases among elderly. Many factors cause impaired of skin integrity on the foot. The factors are internal factors and external factor. Internal factor such as changes in the integument system and decreased immune system. External factors are caused by environmental influences such as urban environment which full of pollutants, UV rays, low humidity and hot weather. This paper is going to explain the nursing of care on patient with impaired skin integrity on the foot. Based on intervention that already done, the result are patient skin looks moist, skin texture become more smooth, skin integrity become better, ABI?s value is normal, lesions and necrotic tissue become dry and clean. For further expectation, Sasana should provide the tools are needed for foot care and health workers do daily foot care to the elderly whose impaired skin integrity on the foot.
;;;"
2016
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lukita Purnamasari
"Proses penuaan dapat menyebabkan penurunan terhadap berbagai fungsi organ tubuh. Salah satu organ yang mengalami penurunan fungsi pada usia lanjut adalah muskuloskeletal. Penyakit muskuloskeletal banyak dialami oleh lansia diperkotaan yang disebabkan faktor pola makan, aktivitas dan stress. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah hambatan mobilitas fisik melalui latihan range of motion di Panti Sosial Trena Werdha Budi Mulia 1 Cipayung. Intervensi range of motion dilakukan terhadap lansia selama 4 minggu dengan durasi 15 sampai 30 menit dalam satu kali sesi, dan dengan gerakan 8 kali untuk setiap gerakan. Hasil karya ilmiah ini menunjukkan bahwa derajat rentang sendi meningkat setelah dilakukan intervensi yang diukur dengan menggunakan Goniometer, peningkatan juga terjadi pada skor Barthel indeks 75, dan Berg Balance Test dengan skor 8. Pemberi pelayanan di panti dapat menerapkan intervensi latihan range of motion sebagai upaya dalam mengatasi masalah pada hambatan mobilitas fisik.
......The aging process can cause a decrease in the various functions of organs. One of the systems affected by the degenerative process in the elderly is musculosceletal. Many musculosceletal diseases happens in urban elderly is caused by dietary factors, activities, and stress. This paper aimed to analyze the nursing care of the elderly with physical mobility barriers trough the range of motion in Budi Mulia 1 Cipayung nursing home. The intervention of range of motion is performed on the elderly for 4 weeks with duration of 15up to 30 minutes in a single session, and with a movement of 8 times for each movement. The result showed that the degree of joint range increased after the intervention measured by goniometer, the results of barthel index increased to 75 and berg balance test score increased to 8. Care providers in the nursing home can implement range of motion exercises as an effort to address problems of physical mobility impediment.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Des Anggraeni Runiasiwi
"Gangguan integritas kulit merupakan masalah yang umum ditemukan pada lansia sebagai akibat dari proses penuaan yang menurunkan fungsi fisiologis. Salah satu masalah kulit yang banyak dialami lansia adalah xerosis atau kulit kering. Faktor risiko yang berpengaruh terjadinya xerosis pada lansia, di antaranya faktor usia, jenis kelamin perempuan, asupan cairan, dan faktor lingkungan seperti suhu, kelembapan, dan paparan sinar matahari. Lansia dengan keluhan xerosis perlu mendapatkan intervensi perawatan kulit untuk mengatasai kulit kering dan mencegah perburukan lebih lanjut. Skin cleansing dan emollient therapy adalah penerapan dari intervensi keperawatan perawatan kulit menggunakan agen topikal. Studi kasus ini bertujuan untuk menggambarkan penerapan intervensi skin cleansing dan emollient therapy dalam mengatasi masalah gangguan integritas kulit pada lansia dengan xerosis. Hasil analisis menunjukkan setelah dilakukan intervensi selama 10 hari terdapat penurunan skala Overall Dry Skin Score (ODSS) dari 3 (parah) menjadi 1 (ringan). Kesimpulannya, intervensi skin cleansing dan emollient therapy dapat menjadi salah satu perawatan dasar untuk gangguan integritas kulit terutama dalam mengatasi masalah xerosis pada lansia. Intervensi ini akan lebih optimal apabila diterapkan dengan konsisten setiap hari berturut-turut dengan didampingi asupan cairan yang adekuat, menghindari paparan sinar matahari, menggunakan tabir surya, dan modifikasi lingkungan.
......Impaired skin integrity is a common problem among the elderly caused by the aging process that leads to the declines of physiological functions. One of the common skin problems experienced by the elderly is xerosis or dry skin. The risk factors associated with xerosis in the elderly are age, female gender, fluid intake, and environmental factors, such as temperature, humidity, and sun damage. Elderly with xerosis symptoms need to get skin care interventions to overcome dry skin and prevent further worsening. Skin cleansing and emollient therapy are the implementation of nursing interventions for skin care using topical treatments. This case study aims to explain the implementation of skin cleansing and emollient therapy interventions to overcome the problem of impaired skin integrity among the elderly with xerosis. The result of the analysis shows that after the intervention for 10 days there was a decrease in the Overall Dry Skin Score (ODSS) from 3 (severe) to 1 (mild). In conclusion, the intervention of skin cleansing and emollient therapy can be one of the basic treatments for impaired skin integrity, especially in overcoming xerosis in the elderly. This intervention can be better optimized if implemented consistently for every consecutive day and done along with adequate fluid intake, avoiding sun exposure, using sunscreen, and environmental modification."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Puspitasari
"Penurunan degeneratif yang terjadi pada lansia baik fisiologis maupun patologis dapat memunculkan berbagai masalah kesehatan salah satunya yaitu nyeri sendi. Nyeri sendi yang dialami oleh lansia dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan terganggunya mobilitas atau aktivitas sehari-hari lansia. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan pada Nenek B (66 tahun) dengan masalah nyeri kronik pada sendi melalui penerapan kompres hangat. Hasil pemberian asuhan keperawatan selama dua minggu dengan jumlah penerapan kompres hangat sebanyak enam kali dengan durasi 15 – 20 menit selama tiga hari berturut pada setiap minggunya, menunjukkan adanya penurunan skala nyeri yang diukur menggunakan Numeric Rating Scale (NRS) dari skala enam ke skala dua. Intervensi kompres hangat disarankan untuk dapat diterapkan minimal satu kali sehari pada lansia dengan masalah nyeri kronik serta dapat dikombinasikan dengan intervensi manajemen nyeri lainnya.
......Degenerative disease that occurs in the elderly both physiologically and pathologically can lead to various health problems, one of which is joint pain. Joint pain experienced by the elderly can cause discomfort and disruption of mobility or the elderly's daily activities. This scientific work aims to analyze nursing care for Grandma B (66 years) with chronic pain problems in joints through the application of warm compresses. The results of providing nursing care for two weeks with the number of applications of warm compresses six times with a duration of 15 – 20 minutes for three consecutive days each week, showed a decrease in the pain scale measured using the Numeric Rating Scale (NRS) from a scale of six to a scale of two. The warm compress intervention is recommended to be applied at least once a day in the elderly with chronic pain problems and can be combined with other pain management interventions."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syarifah Nuraini
"Gangguan kesehatan mental merupakan salah satu gangguan kesehatan tidak menular yang banyak diderita oleh lansia, namun hal ini belum mendapat perhatian besar dibandingkan gangguan kesehatan lainnya. Gangguan mental-emosional berhubungan dengan berbagai macam faktor antara lain pengaturan tempat tinggal living arrangement. Tujuan utama dari studi ini adalah untuk menganalisis hubungan antara pengaturan tempat tinggal dengan gangguan mental-emosional di kalangan lanjut usia dengan dikontrol oleh karakteristik sosio-demografi jenis kelamin, status kawin, umur, pendidikan, pekerjaan, kepemilikan rumah dan wilayah tempat tinggal; dan status kesehatan lansia self-rated health, disabilitas sosial dan fisik serta aktivitas fisik. Data yang digunakan yaitu data Riskesdas Tahun 2013 dengan metode analisis gabungan antara analisis deskriptif dengan analisis inferensial regresi logistik.
Hasil studi ini memperlihatkan bahwa ada 11 lansia di Indonesia mengalami gangguan mental emosional. Pengaturan tempat tinggal berasosiasi secara signifikan dengan gangguan mental-emosional lansia. Lansia tanpa pasangan yang tinggal bersama anggota rumah tangga lainnya merupakan kelompok dengan kecenderungan tertinggi mengalami gangguan mental-emosional, sedangkan lansia yang tinggal bersama pasangan dan anggota rumah tangga lainnya adalah kelompok dengan kecenderungan terendah.
......
Common Mental Disorders CMDs are one of non communicable diseases and are common among older persons aged 60 years old and above, but often neglected than other diseases. CMDs can be associated with factors including living arrangement. This study mainly aims to examine the relationship between living arrangement and CMDs, taking into account socio demographic characteristics sex, marital status, age, education, occupation, home ownership and residence and health status of the elderly self rated health, social and physical disability and physical activity using the 2013 Basic Health Research Riskesdas data. The analysis employs descriptive analysis and inferential such as logistic regression models.
The study finds 11 of older person experience CMDs. Controlling for another variables, living arrangement is significantly associated with CMDs. Older persons without spouses living with other household members are the most likely to suffer from CMDs and those living with spouse and other household members are least likely to have CMDs."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T48269
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>