Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuriyandi F.E.H.
"Di Indonesia, pertumbuhan penduduk usia kerja sangatlah pesat, hal ini memberikan peluang untuk memperoleh bonus demograifi. Tetapi kenyataan menunjukkan bahwa mayoritas angkatan kexja di Indonesia didominasi oleh mereka yang bcrpendidikan rendah. Selain itu tingginya angka pengangguran terdidik (lulusan SLTA +), dan pencari kerja lulusan SLTA cenderung lebih lama mendapatkan pekeljaan dibandingkan lulusan yang berpendidikan rendah. Dengan dasar tersebut, penelitian ini bertujuan mengetahui faktor - faktor yang mempengaruhi lama mencari kenja Iulusan SLTA (SMU dan SMK) di Indonesia. Dengan menggxmakan data Sakernas Agustus 2007, akan menganalisa lamanya mencari kerja di Indonesia yang dipengamhi oleh karakteristik individu yaitu pendidikan, pelatihan, jenis kelamin, umur, daerah tinggal, status perkawinan serta status dan sektor pekezjaan yang diperoleh. Untuk menganalisis digunakan metode Hazard zmalisis dengan regresi Cox untuk melihat resiko mendapatkan pekeljaan.
Hasil penelilian ini menunjukkan bahwa mereka yang tinggal di pedesaan Iebih cepat bekelja dibandingkan di perkotaan, laki - laki Iebih cepat mendapatkan pekeljaan dibandingkan perempuan, berstatus kawin lebih cepat mendapatkan pckcrjaan dibmamglmn lainnya, mereka yang pemah mendapatkan pelatihan Iebih cepat mendapatkan pekenjaan dibandingkan yang tidak pernah, mereka yang bekerja di pekerjaan informal lebih cepat mendapatkan pekerjaan lebih oepat mendapatkan pekeljaan dibandingkan pekeljaan formal. Scdangkan mereka yang lulusan SLTA tamatan SMK lebih Iambat mendapatkan pekerjaan dibandingkan tamatan SMU, mereka yang bekelja disektor manufaktur dan jasa lebih Iambat mendapatkan pckcnjaan dibandingkan sektor lainnya yaitu pertanian, kontruksi, pertambangan, listrik, lembaga keuangan dan angkutan. Dan mereka yang bemsia muda lebih lambat mendapatkan pekerjaan.

In Indonesia, young population growth is very fast, this matter gives opportunity to get demographic In fact indicate that labor force majority is predominated by them which have low education. Most of open unemployment in Indonesia is labor force whose has high education ( SLTA +). And job search duration for grad of SLTA more longer than they whose has low education. With this background, the research purpose is to know many factors influencing that job search duration grad of SLTA in Indonesia. Using data of Sakemas in August 2007, will analysis job search duration in Indonesia influenced by individual characteristic those are education, training, gender, age, area remain, marriage status.Hazard analysis with Cox regression to see risk get work will be used to analyse the data.
The Result of this research indicate that them who live in rural more faster than in urban to get the job, Male more faster than female, married status more faster than other, them who get training more faster than other, SMU more faster than SMK, informal worker more faster than formal worker, and them who work in trading sector more faster than others sector.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T33992
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Friska
"Pengangguran memberikan dampak negatif bagi individu. Selama masa menganggur tersebut, pencari kerja akan menggunakan simpanan uang/harta yang dimiliki dan selama masa penganggurannya belum berakhir, maka pencari kerja tersebut akan membutuhkan simpanan uang/harta yang lebih banyak agar bisa mencukupi kebutuhannya selama masa pengangguran tersebut. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia lebih didominasi oleh penduduk dengan tingkat pendidikan SLTA ke atas mengindikasikan terjadinya kelebihan pasokan lulusan yang berpendidikan tinggi. Kelebihan pasokan ini adalah salah satu penyebab dari ketidakcocokan tingkat pendidikan terhadap pekerjaan seseorang atau disebut juga dengan istilah overeducation. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pencari kerja yang overeducation terhadap lama mencari kerja di Indonesia. Penelitian ini menggunakan Survei Angkatan Kerja Nasional Panel (SAKERNAS PANEL 2017) melalui pendekatan analisis survival dengan model Cox Proportional Hazard Regression. Hasil penelitian menunjukan bahwa overeducation akan memperpanjang waktu lama mencari kerja seseorang.

Unemployment has a negatif impact on individuals. During the unemployment period, job seekers will use their money or assets savings and as long as the unemployment period is not over, the job seekers will need more money or assets in order to meet their needs during the unemployment period. The open unemployment rate (TPT) in Indonesia is more dominated by people with high school education and above indicating an oversupply of graduates with high education. This oversupply is one of the causes of the mismatch in the level of education or also referred to as overeducation. This study aims to determine the effect of overeducation on unemployment duration in Indonesia. This study uses the National Labor Force Survey Panel (SAKERNAS PANEL 2017) through a survival analysis approach with Cox Proportional Hazard Regression. The results showed that overeducation would extend the length of time someone was looking for work."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Sekar Ayu Dian Kusumaningtyas
"Masalah pengangguran dan diberlakukannya pasar tenaga kerja MEA 1 Januari 2016 menuntut pencari kerja untuk menjadi lebih kompetitif dalam mencari kerja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh Trait Kompetitif terhadap Intensitas Mencari Kerja pada pencari kerja Generasi Y melalui keempat dimensi Trait Kompetitif dari Newby dan Klein (2014): General Competitiveness, Dominant Competitiveness, Competitive Affectivity, dan Personal Enhancement Competitiveness. Sebanyak 254 partisipan yang merupakan pencari kerja mengisi kuesioner online Competitiveness Orientation Measure (2014) dan Job Search Behavior Scale (2004). Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari dimensi Dominant Competitiveness terhadap dua fase dari Intensitas Mencari Kerja individu, yaitu Persiapan Mencari Kerja (R2 = 0,139, β = 0,372, p<0,05) dan Aktif mencari kerja (R2 = 0,067, β = 0,259, p<0,05). Hasil ini menunjukan bahwa pencari kerja Generasi Y di Indonesia dengan kecenderungan kompetitif yang tinggi karena keinginan untuk mendominasi orang lain mempengaruhi seberapa besar intensitas mencari kerja mereka.

The problem of unemployment and implementation of labor market MEA in January 1st 2016 requires job seekers to become more competitive in job search. This research was conducted to see the influence of trait competitiveness on job search intensity through four dimensions by Newby and Klein (2014): General Competitiveness, Dominant Competitiveness, Competitive Affectivity and Personal Enhancement Competitiveness. A total of 254 participants were seeking job filled out the online questionnaire of Competitiveness Orientation Measure (2014) dan Job Search Behavior Scale (2004). There was an influence from Dominant Competitiveness dimension on two phases of Job Search Intensity, Preparatory Job Search (R2 = 0,139, β = 0,372, p<0,05) and Active Job Search (R2 = 0,067, β = 0,259, p<0,05). This result indicates that Indonesian job seekers from Y Generation with high level tendencies of competitiveness caused by the desire to dominate other people influenced their level of intention to seek job.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65659
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Latri Mahargasari
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dimensi nilai-nilai dasar manusia yang paling signifikan mempengaruhi intensitas mencari kerja pada pencari kerja Generasi Y. Penelitian ini menggunakan alat ukur Portrait Values Questionaire (PVQ-RR) (Schwartz dkk, 2012) dan alat ukur Job Search Behavior Scale (Blau, 1994) yang telah diadaptasi ke Bahasa Indonesia. Responden berjumlah 254 orang yang merupakan pencari kerja Generasi Y (berumur 17-36 tahun) dan sedang mencari pekerjaan dalam empat bulan terakhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi self-enhancement dan openness to change pada nilai-nilai dasar manusia memiliki pengaruh positif terhadap intensitas mencari kerja pada pencari kerja Generasi Y.

This research was conducted to find out which dimension of basic human values have the most significant influence on the job search intensity among job seekers on Generation Y. This research used an Indonesian adaptation of the Portrait Values Questionaire (PVQ-RR) (Schwartz et al., 2012) and Job Search Behavior Scale (Blau, 1994). The participants of this research are 254 Generation Y job seekers (aged 17-36) that have been looking for a job in the past 4 months. The results show that self- enhancement and openness to change are the basic human values dimension that has the most significant influence on the job search intensity among job seekers on Y Generation.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65452
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahayu Sri Palupi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh jenis pendidikan, pengalaman kerja, pelatihan kerja, jenis pekerjaan dan karakteristik sosio demografi terhadap lama mencari kerja bagi tenaga kerja di Indonesia dengan menggunakan data SAKERNAS 2013. Unit analisisnya adalah angkatan kerja yang berusia 15-64 tahun yang bekerja 1 (satu) tahun yang lalu. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis inferensial dengan menggunakan Model Regresi Cox. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis pendidikan, pengalaman kerja, jenis pekerjaan, umur, jenis kelamin, status perkawinan, status kepala rumah tangga berpengaruh terhadap lama mencari kerja, sedangkan pelatihan kerja dan wilayah tempat tinggal tidak signifikan secara statistik dalam mempengaruhi lamanya mencari kerja.

The objective of this study is to learn how the education type, work experience, training, occupation type and other socio demographic characteristics determines job search duration. The unit analysis for this study is population aged 15-64 years old who found work in the one last year, using the National Labor Force Survey 2013 data. The analysis was conducted using Cox Regression. Result of the analysis indicates that type of education, work experience, occupation type, age, gender, marrital status and household's head status significantly determines job search duration. Other factors such as training and residential area does not significantly influence job search duration."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfi Anditaputra
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aspek kepuasan kerja yang secara signifikan paling mempengaruhi intensitas mencari kerja pada karyawan pencari kerja Generasi Y. Penelitian ini menggunakan alat ukur Job Satisfaction Survey (Spector, 2001) yang telah diadaptasi ke Bahasa Indonesia untuk mengukur aspek-aspek kepuasan kerja dan alat ukur Job Search Behavior Scale (Blau, 1994) yang telah diadaptasi ke Bahasa Indonesia untuk mengukur intensitas mencari kerja. Responden berjumlah 94 orang yang merupakan karyawan Generasi Y (berumur 16-36 tahun) dan sedang mencari pekerjaan dalam empat bulan terakhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan terhadap upah memiliki pengaruh negatif sedangkan kepuasan terhadap promosi memiliki pengaruh positif terhadap intensitas mencari kerja pada karyawan pencari kerja Generasi Y.

This research was conducted to find out which aspect of job satisfaction have the most significant influence on the job search intensity of job seeking Generation Y employees. This research used an Indonesian adaptation of the Job Satisfaction Survey (Spector, 2001) to measure job satisfaction and an Indonesian adaptation of the Job Search Behavior Scale (Blau, 1994) to measure job search intensity. The participants of this research are 94 Generation Y employees (aged 16-36) that have been looking for a job in the past 4 months. The results show that pay satisfaction has a significant negative influence on job search intensity, and promotion satisfaction has a significant positive influence on job search intensity.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63287
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
N. Haidy Ahmad Pasay
"Angka pengangguran tenaga kerja terdidik terus meningkat setiap tahunnya. Dari 8,59 juta penganggur ditahun 2010, 4,8 juta di antaranya adalah penganggur terdidik. Sementara itu, lama mencari kerja mencapai11 bulan. Metode Heckman Dua Tahap digunakan untuk menduga upah minimum yang diinginkan danMetode OLS untuk menduga lama mencari kerja serta berdasarkan karakteristik sosial, demogra, danregional. Lama mencari kerja bagi yang berpendidikan tinggi lebih lama daripada yang berpendidikanrendah. Upah minimum yang diinginkan dengan karakteristik sosial, demogra, dan regional angkatan kerjaberpendidikan tinggi lebih besar daripada yang lainnya."
2012
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Sari Dewi
"Lama mencari kerja merupakan pendekatan yang digunakan dalam analisis pengangguran secara mikro. Job search theory menyebutkan bahwa upah (wage offer dan wage reservation) merupakan determinan utama pada job search model. Upah tersebut akan menentukan keputusan individu untuk bekerja dan selanjutnya berpengaruh terhadap lama mencari kerja. Sementara itu, analisis pengaruh umur berdasarkan life course menjelaskan perbedaan perilaku labor outcome termasuk perilaku mencari kerja. Pemerintah memiliki urgensi untuk memanfaatkan momen bonus demografi, salah satunya dengan mengoptimalkan partisipasi kerja penduduk usia produktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari upah reservasi dan pengaruh umur terhadap lama mencari kerja menggunakan metode OLS robust standard error. Estimasi upah reservasi dilakukan menggunakan regresi Two-Step Heckman terhadap angkatan kerja 15-64 tahun. Hasil menunjukkan bahwa upah reservasi dan pengaruh umur berpengaruh terhadap lama mencari kerja. Setiap peningkatan 1 persen upah reservasi maka akan memperpanjang lama mencari kerja 0,97 bulan. Selain itu. terdapat indikasi bahwa penganggur memiliki upah reservasi yang lebih tinggi dan lama mencari kerja yang lebih panjang. Sementara itu, rata-rata lama mencari kerja paling panjang terjadi pada masa early adulthood (23-33 tahun) dimana individu masih terus mencari pekerjaan yang sesuai. Penelitian juga menemukan indikasi adanya diskriminasi pada pencari kerja umur muda (15-22 tahun) berdasarkan karakteristik human capital. Semakin tinggi pendidikan dan keterampilan yang dimiliki individu muda justru rata-rata lama mencari kerjanya semakin pendek. Individu muda cenderung lebih mudah menerima pekerjaan apapun dan rentan mendapat upah yang tidak sesuai dengan tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki.

The job search duration is an approach used in micro analysis of unemployment. Job search theory states that wages (wage offer and wage reservation) are the main variable of the job search model. The wage will determine the individual's work participation and subsequently affect the job search duration. Meanwhile, the analysis of age effect based on life course explains the differences in labor outcome behavior, including job searching behavior. The government has an urgency to take advantage of the demographic bonus moment, by optimizing the labor force participation of the productive population. This study wants to determine the impact of reservation wages and age effect on job search duration using the OLS robust standard error method. Estimation of reservation wages used Two-Step Heckman to labor force aged 15-64 years. The results show that reservation wages and age effect have an effect on job search duration. Every 1 percent increase in reservation wages will extend the job search duration by 0.97 months. On the other hand. there are indications that the unemployed have higher reservation wages and longer job search. Meanwhile, the longest average of job search duration occurs in early adulthood (23-33) where individuals are still looking for suitable jobs. The study also found indications of discrimination against young job seekers (15-22) based on human capital characteristics. The higher education and skills, the shorter their job search duration. Young people tend to be more likely to accept any kind of work and are vulnerable to receiving wages that are not suitable with their education level and skills."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Ayu Wayan Regita Iswari Puri
"Pandemi Covid-19 meningkatkan tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia. TPT menurut tingkat pendidikan didominasi oleh lulusan pendidikan vokasi. Hal ini menjadi ironi di tengah tujuan pendidikan vokasi adalah untuk menjawab prasyarat pasar tenaga kerja akan tenaga kerja yang sangat terampil sehingga mampu terserap maksimal pada pasar tenaga kerja. Studi ini bertujuan untuk melihat pengaruh modal manusia dalam hal ini jenis pendidikan dan pelatihan terhadap durasi menganggur individu. Sakernas Agustus 2021 adalah sumber data yang dianalisis dalam penelitian ini dimana mencakup angkatan kerja lulusan baru D-IV dan S1 pada level mikro serta 34 provinsi di Indonesia untuk level makro. Metode analisis yang digunakan adalah Multilevel Survival Analysis. Hasil analisis menunjukkan bahwa lulusan D-IV memiliki durasi lebih panjang terhadap lama mencari kerja individu. Faktor kontekstual berupa Rasio Lulusan Diploma dan Upah Minimum Provinsi signifikan dan berpengaruh positif terhadap durasi menganggur individu.

The Covid-19 pandemic has increased the unemployment rate (TPT) in Indonesia. TPT by education level is dominated by vocational education graduates. This is an irony amid the aim of vocational education is to answer labor market requirements for a highly skilled workforce so that it can be maximally absorbed in the labor market. This study aims to examine the effect of human capital, in this case the type of education and training, on the duration of individual unemployment. August 2021 Sakernas is the source of the data analysed in this study which includes the work force of new D-IV and S1 graduates at the micro level as well as 34 provinces in Indonesia for the macro level. The analytical method used is Multilevel Survival Analysis. The results of the analysis show that D-IV graduates have a longer duration of looking for individual work. Contextual factors in the form of the Ratio of Diploma Graduates and the Provincial Minimum Wage are significant and have a positive effect on the duration of individual unemployment.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helmi Aldian Prasetio
"Penelitian ini menganalisis hubungan tingkat dukungan sosial terhadap tingkat self efficacy mencari kerja pada fresh graduate. Temuan studi sebelumnya Kanfer (2001) menyebutkan seseorang dengan tingkat efikasi diri dalam mencari kerja yang tinggi akan mengalami waktu pengangguran relatif singkat. Dukungan sosial menjadi bagian yang terpenting dalam pembentukan sikap efikasi diri fresh graduate dalam mendapatkan kerja, studi sebelumnya menjelaskan bahwa tingkat efikasi diri seseorang mencari pekerjaan membutuhkan dukungan sosial dari kerabat terdekat seperti keluarga dan teman, hal tersebut dikarenakan oleh dukungan sosial menjadikan individu lebih merasa nyaman, meningkatkan kepercayaan diri, dan merasa berkompeten atau bernilai dalam menghadapi kendala atau kesulitan dalam kegiatan pencaharian kerja pada fresh graduate. Studi ini berhipotesis bahwa dukungan sosial memiliki hubungan positif terhadap tingkat efikasi diri mencari kerja pada kalangan fresh graduate di Jabodetabek, hal tersebut sebab kemampuan mencari kerja tak lepas dari faktor eksternal seperti pemberian dukungan sosial yang mendorong pada sikap percaya diri, membangkitkan harga diri, dan membantu kebutuhan dalam pencaharian kerja, sehingga terbangunnya kepercayaan untuk peluang mendapatkan kerja. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner online untuk mengukur tingkat dukungan sosial terhadap tingkat efikasi diri mencari kerja fresh graduate. Hasil penelitian menjelaskan terdapat hubungan positif antara tingkat dukungan sosial dengan Tingkat Job Search Self Efficacy pada fresh graduate di Jabodetabek. Sumber dukungan sosial keluarga memiliki signifikansi paling besar karena keluarga merupakan agen sosial primer dan mengetahui rangkaian awal proses pencarian kerja para fresh graduate, dan keluarga dapat memberikan semua jenis dukungan yang diperlukan saat mencari kerja. Temuan lainnya adalah dukungan penghargaan memiliki signifikansi paling tinggi dikarenakan dukungan tersebut mendukung keyakinan untuk memperoleh pekerjaan sebab terdapat penilaian atas harga diri (self esteem) yang didapat dari validasi orang lain.

This study to analyze the relationship between the level of social support and job search self efficacy among fresh graduates. The findings of previous research Kanfer (2001), someone with a high level of self-efficacy in looking for work will experience a relatively short time being unemployed. Social support is the most important part in the formation of a fresh graduate's self-efficacy attitude in getting a job, previous research explains that a person's level of self-efficacy in seeking or getting a job requires social support from closest relatives such as family and friends, this is because social support makes individuals feel more comfortable, increases self-confidence, and feels competent or worthy in dealing with obstacles or difficulties in working life activities for them. This study argues that social support has an influence on the level of self-efficacy in looking for work among fresh graduates in Jabodetabek, this is due to the ability to find independence from external factors such as by offering social support that encourages self-confidence, raises self-esteem, and help their needs in work activities so that they have more chances to build trust to get a job. This study uses a quantitative method with online survey to measure the level of social support and the job search self efficacy. The results of the study explain that there is a positive relationship between the level of social support and the level of Job Search Self Efficacy in fresh graduates in Jabodetabek. In addition, sources of family social support and appreciation support have the highest significance, this is because the family is the primary social agent and knows the initial sequence of the job search process for fresh graduates, plus the family can provide all kinds of support needed when looking for job. Another finding from this study is that reward support has the highest significance from other types of social support (emotional, instrumental, and information) this is because it supports the belief to get a job because of self-esteem (self- esteem) obtained from validation from others."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dam Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>