Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Githa Astridia
"ABSTRAK
Maraknya fenomena metroseksual di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia, telah menimbulkan daya tarik yang besar baik bagi dunia gaya hidup maupun dunia pemasaran. Gaya hidup ini telah membuka mata pemasar produk dan jasa perawatan tubuh dan wajah maupun fesyen akan adanya segmen pasar baru yang potensial.
Dengan menggunakan definisi yang megambil intisari dari beberapa versi yang sebena mya memiliki pengertian tidak jauh berbeda, pria metroseksual adalah pria yang mencintai diri sendiri dan gaya hidup kota besar yang dijalaninya serta merasa nya man akan sisi femininnya sehingga mereka sangat memperhatikan penampilan dan memiliki kecenderungan untuk merawat tubuh dan wajah sebagai bentuk gaya hidup.
Secara u mum, topik karya akhir ini adalah mencari peluang pe masaran produk baru bagi konsumen metroseksual baik kelas atas (dalam hal ini SES A++) maupun kelas menengah (SES A+, A, B) di Indonesia. Untuk itu, karya akhir ini juga mempunyai e mpat tujuan utama, yaitu mengenali tren gaya hidup metroseksual serta pertumbuhan pasarnya, menggali kebutuhan dan keinginan kalangan metroseksual, mengenali perbedaan segmen metroseksual kelas atas dengan kelas menengah, dan menemukan peluang pemasaran produk baru bagi segmen metroseksual di Indonesia.
Karya akhir ini menggunakan studi kepustakaan serta analisis tehadap penelitianĀ­ penelitan yang telah dilakukan oleh berbagai pihak di Indonesia maupun di dunia, yaitu MarkPlus&Co, AC Nielsen, Majalah SWA, dan Euro RSCG. Berdasarkan penelitianĀ­ penelitian tersebut, diprediksi bahwa 30-35% kaum pria di A merika Serikat adalah metroseksual. Sedangkan penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa 15.7% dari responden yang me mpakan pria kelas atas (SES A++) juga tergolong metroseksual.
Pertumbuhan ini juga tercermin dengan meningkatnya penjualan kosmetik pria baik di dunia barat maupun di Asia Pasifik selama kurun waktu 1997-2001 sebesar 11%. Bahkan pada tahun 2002-2003 tercatat pertumbuhan sebesar 11% untuk kategori deodoran pria, padahal untuk kategori deodoran wanita hanya meningkat sebesar 5%.
Segen metroseksual adalah basil dari segmentasi berdasarkan gaya hidup. Menurut kategorisasi oleh MarkPlus&Co, pasar pria di Indonesia dibagi menjadi tiga segmen, yaitu metroseksual, status oriented, dan konservatif.
Hal yang membedakan keinginan dan kebutuhan kaum metroseksual kelas atas dengan kelas menengah berawal dari perbedaan kemampuan ekonomi. Superioritas ekonomi kalangan atas memungkinkan mereka untuk lebih tidak price sensitive serta sangat mementingkan citra eksklusif. Sedangkan kalangan menengah sudah cukup puas dengan citra pria masa kini yang dina mis. Hal ini menyebabkan mayoritas pemasar yang membidik kalangan metroseksual kelas atas adalah merek impor sedangkan kelas yang lebih menengah dibidik oleh pemasar lokal.
Terdapat beberapa persamaan pada produk metroseksual yang membidik kelas atas, yaitu harga premium dengan citra eksklusif. Walau konsumen metroseksual umumnya memiliki selera dan merek favorit masing-masing, proses seleksi mereka akan sangat dipengaruhi oleh citra merek, citra diri yang mereka peroleh dengan menggunakan produk tersebut, keterikatan personal dengan merek, serta pengaruh emosional. Mereka juga termasuk konsumen yang over demanding, karena paham benar akan keinginan dan kebutuhannya.
Terdapat beberapa keunggulan serta kelemahan dalam memasarkan produk metroseksual bagi kalangan atas dan menengah. Pada kalangan atas, bagi pemain lokal akan sulit untuk mengeluarkan produk yang dapat bersaing dengan merek impor, karena tidak dapat dipungkiri bahwa sampai saat ini citra eksklusif masih sangat melekat dengan label impor. Pangsa pasar metroseksual-ini walau mengalami pertumbuhan, tetap tergolong niche
market sehingga akan semakin sulit untuk berebut konsumen dan biaya pemasaran yang dikeluarkan pun akan menjadi sem:-1kin besar Keunggulan dari segmen ini adalah daya beli mereka yang tinggi sehingga cenderung tidak price sensitive dan mereka juga dapat mengimplementasikan paham metroseksual secara total tanpa dibatasi oleh batasan ekonomi.
Untuk segmen yang lebih menengah, pasamya masih sangat luas dan belum tergarap dengan baik. Pemainnya relatif masih sedikit karena terpaku oleh pemahaman bahwa kaum metroseksual adalah kalangan sangat mapan. Namun dengan memandang bahwa metroseksual adalah suatu paham, maka pasar inipun sebenamya sangat potensial jika dipahami dan digarap dengan baik. Bagi pemasar produk lokal yang kalah bersaing dengan produk impor pada pasar metroseksual kelas atas, metroseksual lapis kedua adalh pangsa pasar yang sangat potensial. Walaupun daya beli konsumen metroseksual kelas menengah tidak sekuat kalangan atas, tapi pasamya sangat besar serta pemainnya pun masih sedikit. Apalagi umu mnya kalangan ini merupakan yang paling rentan akan pengaruh role model serta budaya wannabe yang meniru kalangan yang lebih mapan.
Secara keseluruhan, penulis berpendapat terdapat empat kelompok kategori produk metroseksual, yaitu produk perawatan tubuh dan wajah, wangi-wangian, fesyen, dan jasa perawatan tubuh dan wajah. Tiga kategori produk pertama memiliki peluang pemasaran lebih besar dari pada produk jasa bagi konsumen metroseksual lapis kedua, terutama bagi produk deodoran, karena deodoran merupakan produk pertama yang digunakan seorang pria ketika mereka mulai mementingkan perawatan dan penampilan.
Selain itu, terdapat beberapa perbedaan antara cara pandang kaum pna akan penokohan terhadap sosok yang dianggap layak sebagai role model di kalangan intemasional dengan idola nasional. Hal ini merupakan cerminan dari perbedaan kalangan metroseksual di Indonesia dengan di barat yang berawal dari perbedaan budaya dan tradisi.
"
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurzakiah Ahmad
"Skripsi ini membahas mengenai perubahan nilai maskulinitas yang direpresentasi melalui iklan-iklan produk kosmetik pria. Kosmetik telah sekian lama terkonstruksi ke dalam area feminin. Namun, hal ini nampaknya kini telah berubah. Terdapat pemaknaan baru mengenai bagaimana nilai maskulinitas itu diyakini sekarang. Dengan menganalisis struktur yang membangun masingmasing iklan, skripsi ini mencoba untuk menganalisis bagaimana tiga iklan produk kosmetik pria, yang sudah dipilih sebagai korpus data, merepresentasi nilai-nilai maskulinitas baru.
This study is about the changing of the idea of masculinity in society, which is represented by the advertisements of men?s grooming products. Since a long time ago, grooming products had been constructed into the area of femininity. But it seems now, this construction is already changed. There is a new idea of how masculinity is now defined. By analyzing structures of each advertisement, this study tries to analyze how the three advertisements of men?s grooming products represent and bring the idea of the new and modern masculinity to society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S14997
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Robbi Sepang
"Kapitalisme saat ini menjadi sebuah sistem yang memproduksi berbagai komoditas. Dalam kaitannya dengan hal itu tuhuh telah dijadikan sebagai komoditas utama. Penelitian ini bermaksud rnenggambarkan komodifikasi tubuh melalui fenomena metroseksuai. Tujuan penetitian ini adalah untuk menggambarkan identitas pria metroseksual di Jakarta, sosialisasi identitas pria metroseksual di Jakarta, dan untuk menggambarkan komodifikasi terbadap tubuh pada pria metroseksual di Jakarta. Penelitian menggunakan teori mengenai Masyarakat Konsumsi yang diutarakan oleh Jean P. Baudrillard untuk menjelaskan permasalahan yang ada. Sedangkan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa kaum metroseksual sebagai bagian dari masyarakat korummsi, telah menjadikan tubuhnya sebagai objek konsumsi yang paling utama. Hasll penelitian lain adalah terbentuknya identitas soslal keum metroseksual melalui sosialisasi yang dilakukan agen sosialisasi keluarga, peerĀ­ group dan media massa. Hasil penelitian terakhir adalah ditemukan adanya sebuah proses dalam komodifikasi alas tubuh yang dialami kaum metrosekaual di Jakarta.

The Capitalism nowadayshas been a system which produces commodities. Due to it, body bas been a major object of commodity. This research is addressed to describe commodification of body on metrosexua' phenomenon. The aims ofthis research are to describe the social identity of metrosexual in Jakarta, socialization of metrosexual identity aod the commodification of body. Jean P. Baudrillard's theory of consumption society is used as a tool to analyze the phenomenon using qualitative method and descriptive type of research.
The conclusions of this research are the body has been used as the major object of consumption by metrosexual men as part of the society of consumption, Metrosexuals identity was formed through sociali7.ation by agents of socialization; family, peer-group and mass media. Finally, this research fuund the existence of a process in commodification of body on metrosexua1 men in Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
T24635
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Priandi Imaduddin Sudarma
"Penjualan produk perawatan wajah pada pria mengalami tren meningkat hingga tahun 2023 (Euromonitor, 2019). Hal ini dipicu oleh banyak pria yang mulai memperhatikan penampilan fisik. Mereka mulai merasa hal tersebut penting untuk dapat tampak lebih menarik maupun atas kecintaan mereka terhadap diri sendiri. Perilaku pria yang mulai merawat diri dapat muncul dari pengaruh sosial, ataupun dorongan dari diri sendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami faktor perilaku afektif dan kognitif pada pria muda serta pengaruhnya terhadap repurchase intention produk perawatan wajah di Jabodetabek. Penelitian ini mengumpulkan data dengan metode survei yang membagikan kuesioner via daring. Survei dilakukan pada 333 pria muda berusia 17 - 30 tahun yang pernah melakukan pembelian terhadap produk perawatan wajah yang kemudian diolah menggunakan Structural Equation Modelling (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa word of mouth dan social expectation memengaruhi affective component pria muda di Jabodetabek untuk membeli produk perwatan wajah sementara cognitive component berhasil memediasi antara aesthetic appearance, health concern, dan repurchase intention.
Sales of facial care products in men increase until 2023 (Euromonitor, 2019). This was triggered by many men who began to pay attention to physical appearance. They start to like this, which is important to be able to look more attractive or more likeable. The behavior of men starting to care for themselves can arise from social influences, or encourage from oneself. The purpose of this study was to study the affective and cognitive factors in young men and their effects on the intention to repurchase facial care products in Jabodetabek. This research collected data by survey method which was collected by questionnaire through courage. The survey was conducted on 333 young men aged 17-30 years who had made a repurchase of facial care products which were then processed using Structural Equation Modeling (SEM). The results showed that word of mouth and social expectations influenced the affective component of young men in Jabodetabek to buy facial care products while the cognitive component successfully mediated between aesthetic appearance, health problems, and repurchase intentions."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library