Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
S6248
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Utama Putri
"Pada masa sekarang ini profesi pustakawan masih belum sepenuhnya mendapat tempat di hati masyarakat kita. Banyak yang beranggapan bahwa profesi pustakawan adalah profesi yang tidak perlu memiliki pendidikan khusus, dan dapat dilakukan oleh siapa saja. Namun tidak demikian dengan pustakawan yang bernama Flynn Carsen. Adanya keahlian-keahlian khusus yang dimiliki olehnya, menjadikan Flynn sebagai pustakawan yang dihargai keberadaannya. Melalui pendekatan kuantitatif, maka hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi positif yang dimiliki oleh penonton terhadap profesi pustakawan dalam film The Librarian: Quest for The Spear disebabkan karena keahlian-keahlian yang dimiliki oleh si pustakawan baik secara profesional maupun personalnya. Adanya penilaian positif ini timbul dikarenakan faktor-faktor yang mempengaruhi seperti pengalaman individual yang dimiliki oleh penonton, target dari persepsi yang dalam hal ini adalah profesi pustakawan itu sendiri, serta situasi ketika persepsi itu timbul.

At this time the librarian profession still has not fully captured the hearts of our society. Many people believe that the librarian profession is a profession that does not need to have special education, and can be done by anyone. However, that perception is not fit with the librarian who called Flynn Carsen. The existence of specialized skills possessed by him, making Flynn's existence is appreciated as a librarian. Through a quantitative approach, the results of this study indicate that the positive perception held by the audience against the librarian profession in the movie The Librarian: Quest for the Spear due to the skills possessed by the librarian both professional and personal. The existence of this positive assessment arise due to factors affecting such individual experience possessed by the audience, the target of perception which in this case is the librarian profession itself, as well as the perception of the situation when it arises.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S58187
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Fahlevi
"ABSTRAK
Artikel ini bertujuan untuk memperdebatkan apakah film harus konform ke masyarakat atau tidak karena beberapa alasan bertentangan bahwa film harusnya bisa ditampilkan sesuai dengan apa yang sutradara inginkan daripada melalui proses sensor yang bisa mengurangi nilai dari film itu sendiri. Literature review digunakan sebagai metode penelitian ini, yang diambil dari Heider 1991 , Haryanto 2008 , Heeren 2012 , dan Bazin 2005 . Penelitian ini menemukan bahwa alasan film harus konform adalah: 1 Konformitas dalam sinema berarti bahwa citra film belum diakui sepenuhnya oleh masyarakat Indonesia karena film berasal dari budaya luar, yang berarti masyarakat Indonesia takut budaya mereka akan tergantikan. 2 Hal yang mendorong pasar film di Indonesia berasal dari persepsi penonton umum. Persepsi mereka didukung oleh latar belakang budaya mereka sendiri, namun, satu hal yang membuat penonton memiliki pendapat sejenis adalah agama. 3 Menurut undang-undang, film harus mendidik bangsa. Namun, kata ldquo;mendidik rdquo; tidak pas jika tidak berasal dari sutradara, dan film juga tidak seharusnya mendidik kalangan muda tentang budaya barat karena itulah apa yang film luar negeri tekankan.

ABSTRACT
AbstractThis article aims to argue whether the cinema has to conform to the society or not; due to contradicting arguments that a movie should be screened as the director rsquo;s intended instead of sensored according to certain values. Literature review is used as the research method, analyzing arguments based on Heider 1991 , Haryanto 2008 , Heeren 2012 , and Bazin et.al. 2005 articles. This research found that the reason film has to conform is 1 because its origin from the foreign culture. Conformity means that the nature of the cinema hasn rsquo;t been approved completely from Indonesian people. Lembaga Sensor Film still thinks that a film is vulnerable to the western culture, in which, like colony, Indonesian fear it will have an invasive effect towards Indonesian society. 2 The mainstream audience perspective is the force that drive Indonesian film market. What motivates the audience rsquo;s perspective is based on their cultural background, but one aspect that overruled the difference is the religion. 3 The constitutional law that a film has to educate people. The term ldquo;educating rdquo; is not valid if it isn rsquo;t come from the director, that film should not teach young people about the western culture because it rsquo;s what foreign films are advertised."
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Chintarra Fariska Rizanti
"Teori Distraction-Conflict telah banyak dibahas dalam penelitian terdahulu. Praktik replikasi menjadi semakin penting dalam psikologi sosial. Dengan demikian, studi ini bertujuan untuk mereplikasi efek audiens terhadap performa tugas berdasarkan teori Distraction-Conflict. Penelitian eksperimen ini menggunakan desain independent-groups. Partisipan studi ini melibatkan 40 orang mahasiswa University of Queensland (Mage = 22.40, SDage = 3.95) yang dirandomisasi ke dalam dua kelompok yang berbeda, yaitu kelompok dengan pengamatan penonton dan tanpa penonton. Kedua kelompok partisipan diberi instruksi untuk mengerjakan tugas berupa membuat daftar nama-nama jenis sayuran sebanyak mungkin dalam waktu 90 detik. Konflik perhatian (attentional conflict) dinilai berdasarkan item yang mengukur sejauh mana partisipan mengalami konflik perhatian (merasa terganggu). Dalam studi ini, kami berhipotesis bahwa partisipan dalam kondisi dengan penonton akan menghasilkan skor performa tugas yang lebih rendah pada performa tugas dibandingkan dengan partisipan dalam kondisi tanpa penonton. Selain itu, kami berhipotesis bahwa partisipan dalam kondisi penonton akan melaporkan perasaan lebih terganggu daripada partisipan dalam kondisi tanpa penonton. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengamatan penonton berpengaruh signifikan terhadap performa tugas. Partisipan dalam kondisi dengan penonton (M = 26,05, SD = 4,41) mendapat skor perfoma aktivitas yang lebih rendah secara signifikan dibandingkan dengan partisipan dalam kondisi tanpa penonton (M = 29,95, SD = 4,06), t(38) = -2,91, p = . 006. , d = 0,92. Tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai konflik perhatian antara partisipan dalam kondisi penonton (M = 5,05, SD = 1,54) dan partisipan dalam kondisi tanpa penonton (M = 4,45, SD = 1,54), t(38) = 1,23, p = . 225. , d = 0,39. Efek audiens terbukti mempengaruhi kinerja secara negatif pada tugas yang sulit, namun, tidak pasti apakah hal ini disebabkan karena konflik perhatian.

Many studies have investigated the Distraction-Conflict theory. The practice of replication is becoming increasingly important in social psychology. Thus, this study aimed to replicate audience effects on task performance using the attentional conflict theory. For the experiment, an independent-groups design was implemented. Participants of this study were 40 University of Queensland students (Mage = 22.40, SDage = 3.95) that were randomized into two group conditions: with audience present and with no audience present. Participants in both conditions were instructed to list names of vegetables in as many as possible in 90 seconds. Attentional conflict was assessed based on an item that measured the extent to which participants experienced attentional conflict (felt distracted). In this study, we hypothesised that participants in the audience condition would produce lower scores on task performance than those in the no-audience condition. Moreover, we hypothesised that participants in the audience condition would report feeling more distracted than participants in the no-audience condition. Results showed that participants in the audience condition (M = 26.05, SD = 4.41) scored significantly lower in task performance than those in no-audience condition (M = 29.95, SD = 4.06), t(38) = -2.91, p = .006. , d = .92. There was no significant difference regarding attentional conflict between participants in the audience condition (M = 5.05, SD = 1.54) and those in the no audience condition (M = 4.45, SD = 1.54), t(38) = 1.23, p = .225. , d = .39. The audience effects were shown to negatively affect performance on a difficult task, however, it was unclear whether this was due to attentional conflict."
Depok: Fakultas Psikologi, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Langitantyo Tri Gezar
"Industri televisi Indonesia terus memproduksi konten media hiburan seperti program musik dengan menggunakan jasa penonton bayaran dalam proses produksinya demi menarik khalayak dan meraih keuntungan ekonomi yang berpatokan pada rating dan share, lalu menjualnya kepada pengiklan. Dalam hal ini, industri televisi melakukan komodifikasi konten, khalayak, dan pekerja media yang menempatkan penonton bayaran sebagai komoditas. Dengan menggunakan paradigma kritis dan pendekatan kualitatif disertai wawancara dan observasi lapangan pada studi kasus penonton bayaran program Dahsyat, peneliti menyimpulkan bahwa industri media telah melakukan komodifikasi terhadap penonton bayaran sebagai pekerja media yang berada pada relasi kuasa yang tidak seimbang.

ndonesian television industry continues to produce entertainment content such as music programs by using the services of paid audiences in the production process to attract audiences and gain economic benefits based on rating and share, then sell it to advertisers. Television industry is doing commodification of content, audiences, and workers that put paid audiences as commodities. By using critical paradigm and qualitative approach through interviews and field observations on a case study of paid audiences in Dahsyat program, researcher concluded that the media industry has done commodification of media workers to the paid audiences who are in unequal power relations.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S64970
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila
"ABSTRACT
This study tries to see how positive reaction of crowds affects how audience rates the athletes performance. Participants were 24 University of Queensland students, allocated into three groups alone, mere presence, and reactive crowd as dependant variable. Surveys used were measured using Likert scale from 1-7, on how the athlete performance was, then data was calculated using one way ANOVA. Manipulation check were also administered prior to the main analysis. Although manipulation checks were successful, the main analysis showed that there was no significant difference of how the three groups rates the athlete, F 2,21 = 1.465, p = 0.254. Suggesting that the effect of crowd does not impact how participants rated the athletes performance. The offered hypotheses were not supported, it showed that reference bias does not extend itself on non referee or presumably field of gymnastics.

ABSTRAK
Studi ini berusaha melihat bagaimana reaksi positif masa bisa berefek terhadap bagaimana penonton menilai performa atlit. Partisipan studi adalah 24 mahasiswa University of Queensland, yang dialokasikan ke tiga grup sendiri, hanya hadir, dan penonton bereaksi. Survei yang digunakan diukur dengan Skala Likert 1-7, dalam menilai performa atlit, kemudian data dianalisa menggunakan One-way ANOVA. Cek manipulasi juga dilakukan sebelum analisa utama. Walaupun cek manipulasi bekerja, analisa utama menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan dalam bagaimana ke tiga grup menilai atlit, F 2,21 = 1.465, p = 0.254. Dapat diartikan bahwa reaksi masa penonton tidak berefek pada partisipan menilai performa atlit tersebut. Hipotesa yang diajukan tidak terdukung, menunjukkan bahwa bias wasit tidak tampak pada wasit tidak professional atau kemungkinan dalam area gimnastik."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Gumardhiyah Zoe
"Tujuan studi ini adalah untuk melihat efek dari kepercayaan diri dalam efek penonton. Terdapat 40 partisipan didalam studi ini, 20 partisipan di masing-masih kelompok efek penonton. Studi ini menggunakan disain 2 x 2 antara subjek antara penonton (ada penonton/tidak ada penonton) dengan kepercayaan diri (tinggi/rendah). Ditemukan bahwa partisipan dalam kondisi penonton melakukan tugas lebih baik, partisipan dengan kepercayaan tinggi melakukan tugas lebih baik dalam kondisi penonton, dan partisipan dengan kepercayaan tinggi rendah tidak melakukan tugas lebih baik dalam kondisi tidak ada penonton. Secara keseluruhan, partisipan melakukan tugas lebih baik, maka fasilitasi sosial telah terjadi. Bisa diimplikasikan kepada berbicara depan umum; percaya diri yang tinggi dengan adanya penonton bisa meningakatkan pertunjukan.

The aim of this study was to see the effect of self-confidence on audience effect. The study used a 2 x 2 between subject design between audience (audience/non- audience effect) and self-confidence (low/high). There were 40 participants in this research with 20 in each audience condition. It was founded that those in audience condition performed better, higher self-confidence performed better in audience, lower self-condition did not performed better in non-audience condition. Overall, participants performed better in the task and showed that social facilitation occurred. The result of this study could be implicated to public speaking; higher self-confidence with audience can enhance performance.

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aldi Agustiono
"Penelitian ini bertujuan menganalisis sebuah video musik tahun 2015 berjudul Lughat al’Alam, yang diunggah oleh perusahaan rekaman bernama Awakening. Video yang telah ditonton lebih 23 juta kali di situs Youtube ini memunculkan beragam komentar dari para penonton. Banyak yang mengomentari video musik tersebut sebagai sebuah pesan yang mampu mengingatkan mereka akan pentingnya seorang ibu dalam kehidupan mereka. Ada pula yang berkomentar bahwa bukan hanya ibu, melainkan ada seorang ayah yang tidak seharusnya kita lupakan, karena beliau juga memiliki peranan yang tidak kalah penting dalam membesarkan dan mendidik anak-anaknya. Secara singkat, video ini menggambarkan tentang rasa peduli, cinta, kasih, dan sayang seorang ibu kepada anakanaknya. Selain itu, selayaknya fungsi musik sebagai sarana penghibur diri, perusahaan Awakening mengharapkan timbal balik yang bagus dari para penonton melalui lagu ini. Untuk membuktikan hal tersebut, dilakukan penelitian yang berfokus pada komentar-komentar yang ditinggalkan penonton setelah menonton video musik Lughat al’Alam. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif berdasarkan teori resepsi dan fungsi musik. Hasil dari penelitian ini menemukan fakta bahwa para penonton memiliki sikap kritis terhadap halhal yang tidak sesuai dengan realitas mereka. Oleh karena itu, penggunaan teori resepsi dirasa sangat sesuai dalam mengklasifikasikan posisi penonton dalam menggunakan media sosial. Pada penelitian ini juga ditemukan bahwa secara keseluruhan para penonton berada pada posisi hegemoni dominan. Hal tersebut menegaskan bahwa Mereka dapat menerima pesan yang dikirimkan oleh pengirim pesan secara apa adanya.

This research aims to analyze a 2015 music video titled Lughat al'Alam, uploaded by a record company called Awakening. The video, which has been watched more than 23 million times on Youtube, generated a variety of comments from viewers. Many commented on the music video as a message that reminded them of the importance of a mother in their lives. Others commented that not only a mother, but a father that we remembered, because he also has an important role in raising and educating his children. In short, this video describes a mother's care, love, and affection for her children. In addition, as music functions for self-comfort, Awakening company expects good reciprocity from the audience through this song. To prove this, research focused on comments left by viewers after watching Lughat al'Alam's music video. This research uses descriptive-qualitative method based on reception theory and music function. The results of this research found that the audience has a critical attitude towards things that are incompatible with reality. Therefore, the use of reception theory is considered very appropriate in classifying the position of the audience in using social media. The research as well as found that overall the audience was in a dominant hegemony position. This confirms that they can receive messages sent by the sender of the message."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Steffanie Olivia Suyanto
"Pada tahun 2016, kasus kopi sianida mendapatkan perhatian luas hingga ke kancah internasionalyang kemudian diangkat menjadi film dokumenter oleh Netflix dengan judul Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso. Film ini mempertanyakan proses pidana yang telah selesai berjalan. Persepsi baru yang berbeda dari wacana dominan masa lalu pun mulai bermunculan hingga menimbulkan pertanyaan besar dari publik terkait kebenaran kasus dan keadilan untuk Jessica. Penulisan ini berfokus pada reaksi sosial nonformal (kaji ulang masyarakat) terhadap reaksi sosial (film dokumenter). Film dokumenter ini memicu reaksi sosial nonformal dalam bentuk video pada media baru, seperti YouTube. Unit analisis tulisan ini adalah narasi dari beberapa video konten buatan pengguna yang mengulas film Ice Cold pada media sosial YouTube. Narasi-narasi tersebut dianalisis menggunakan konsep encoding dan decoding dari Stuart Hall, dilengkapi dengan analisis pembingkaian narasi (pembingkaian semantik, kognitif, dan komunikatif). Perspektif yang digunakan untuk mencermati konteks ini adalah kriminologi budaya. Hasil analisis menunjukkan bahwa narasi film dokumenter Ice Cold dapat diterima dengan baik oleh penonton dengan posisi dominan dan negosiasi. Dari reaksi penonton, terlihat kepanikan moral terhadap sistem peradilan pidana, dengan pandangan bahwa Jessica tidak bersalah sehingga terjadi demonisasi terhadap pihak Mirna sebagai setan rakyat yang baru.

In 2016, the cyanide coffee case received widespread international attention and was later made into a documentary by Netflix titled "Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso." This film questions the completed criminal process. New perceptions that differ from the dominant discourse of the past began to emerge, raising significant public questions regarding the truth of the case and justice for Jessica. This paper focuses on non-formal social reactions (public reviews) to social reactions (the documentary film). The documentary triggers informal social reactions in the form of videos on new media platforms, such as YouTube. The unit of analysis in this paper is the narratives of several user-generated video contents that review the documentary "Ice Cold" on YouTube. The narratives are analyzed using Stuart Hall's concept of encoding and decoding, complemented by narrative framing analysis (semantic, cognitive, and communicative framing). The perspective used to examine this context is cultural criminology. The results of the analysis show that the narrative of the documentary "Ice Cold" can be well received by audiences with dominant and negotiated positions. From the audience's reaction, there is a moral panic towards the criminal justice system, viewing Jessica as innocent and resulting in the demonization of Mirna's side as the new folk devil."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia,
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Azwa Safrina Danaya
"Penulisan artikel ini bertujuan untuk menganalisis posisi pembaca saat terpapar liputan media dari berbagai media Australia tentang Matildas selama Piala Dunia FIFA 2023, yang berlangsung dari 20 Juli hingga 20 Agustus, dan diadakan di Australia dan Selandia Baru. Matildas adalah tim nasional sepak bola wanita Australia yang telah mencatatkan kehadiran penonton sepak bola yang mencetak rekor dalam sejarah Australia dan meraih salah satu kerumunan terbesar dalam catatan olahraga selama Piala Dunia Wanita FIFA 2023. Artikel ini memaparkan bagaimana pembaca berinteraksi dengan liputan media mengenai Matildas dengan menerapkan teori resepsi dari Stuart Hall. Studi ini menggunakan metode penelitian sekunder dengan menguji artikel ilmiah yang ada dan sumber jurnalistik yang terpercaya yang ditemukan dalam artikel berita. Hasil studi ini menyimpulkan bahwa posisi pembaca dalam menginterpretasi narasi media terkait dengan identitas, budaya, dan nilai personal seseorang.

This article analyses the audience’s positions when exposed to media coverage from various Australian media about the Matildas during the 20 July to 20 August FIFA World Cup 2023, which took place in Australia and New Zealand. Matildas is the Australian national women’s team that has established record-breaking football attendance in the history of Australia and secured one of the largest crowds in the sport’s records during the FIFA Women’s World Cup 2023. This article delineates how readers interact with media coverage on Matildas by applying Stuart Hall’s audience reception theory. This study implements secondary research methods by examining extant scholarly articles and reputable journalistic sources found within news articles. This study concludes that the position of interpreting these media narratives is intricately linked to one’s identity, culture, and personal value.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>