Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Apri Adiari Manu
"Tradisi sifon dilakukan saat Iuka sunat belum benar-benar sembuh, dan rentan terhadap pcnularan PMS termasuk HIV/AIDS. Tradisi ini mulai berkembang di Kota Kupang dan diiakukan oleh pemuda-pemuda suku lain diluar suku Atoin-Melo. Untuk itu perlu diketahui apa yang mendorong pelaku sunat untuk melakukan swan dan bagaimana persepsi terhadap penularan PMS. Penelitian dilakukan di Kota Kupang dengan menggunakan pcndekaian kualitatif dengan disain RAP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi terhadap kcrentanan penularan PMS masih kurang dan motivasi untuk kejantanan, kebersihan, dan kcsehatan merupakan ii-:ktor yang mcndorong informan melalcukan sunat tmdisional syfon. Penelitian ini menyarankan untuk dilakukan kegiatan untuk meningkatkan pemahaman tentang bahaya penularan PMS dan perlunya melakukan sunat yang sehat.

Sifon tradition was done when the post circumcision injm'y not yet healed thus it was very susceptible of sexual transmitted diseases including HIV/AIDS. The tradition staned to develop in Kupang and done by male youth who were not Atoin-Metto tribe. Thus it was necessary to find out what the reinforcing factors of doing sifon and how is the perception of STD infection. This quantitative research was done in Kupang with RAP design. The result showed tha there was still lack of perceived susceptibility of STD. Issues of masculinity, cleanliness and health were become reinforcing factors toward informants in doing sifon traditional circumcision."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T34014
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakhrana Khairunnisa
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara stres dan perilaku merokok dengan efek moderasi perceived susceptibility di masa pandemi COVID-19. Desain penelitian yang digunakan adalah non-eksperimental dan cross-sectional dengan partisipan penelitian sebanyak 176 partisipan yang merupakan perokok aktif berusia 19- 40 tahun. Variabel pada penelitian ini diukur dengan menggunakan alat ukur COVID-19 Stressor Scale, Perceived Susceptibility in the Smoking Context, dan Heaviness of Smoking Index (HIS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa stres memiliki korelasi positif dan tidak signifikan dengan perilaku merokok di masa pandemi COVID-19 (r = 0,113, p > 0,05). Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat peran perceived susceptibility pada hubungan stres dan perilaku merokok (b = -0,006, t = - 2,263, p < 0,05).

This research aims to examine the relationship between stress and smoking behavior with the moderating effect of perceived susceptibility during the COVID-19 pandemic. The research design used was non-experimental and cross-sectional with 176 participants who were active smokers aged 19-40 years. The variables in this research were measured using the COVID-19 Stressor Scale, Perceived Susceptibility in the Smoking Context, and Heaviness of Smoking Index (HIS). The results of this research indicate that stress has a positive and insignificant correlation with smoking behavior during the COVID-19 pandemic (r = 0.113, p > 0.05). In addition, this research also shows that there is a role for perceived susceptibility in the relationship between stress and smoking behavior (b = -0.006, t = -2.263, p <0.05)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gus Minging D. Setiawan
"ABSTRAK
Sebagian besar kasus HIV ditularkan meialui hubungan seksual. Oieh karena itu, orang yang
mempunyai resiko lebih tinggi untuk tertular dan menularkan HIV adalah orang yang berganti-ganti
pasangan seksualnya, antara lain pekerja seks komersial (PSI^ dan pelanggannya. Survei yang diadakan
oleh Yayasan Kerti Praja, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dan School of Public Helath University
of Michigan (UMABS) menunjukkan bahwa supir (termasuk supir truk) adalah saiah satu pelanggan PSK
yang proporeinya cukup besar. Survei kualitatif pada supir Jawa-Bali yang dilakukan sebelumnya oleh
peneliti lain menunjukkan bahwa 68 % dari supir dan kemet truk Jawa Ball pemah mengadakan hubungan
seksual dengan PSK dalam satu bulan terakhir, dan sebagian besar dari mereka tidak memakai kondom.
Mereka sering melakukan perjalanan panjang sehingga mempunyai potensi yang besar dalam
mempereepat penularan PMS/HIV dari satu daerah ke daerah lainnya dl Indonesia (Wirawan, 1996).
Penggunaan kondom merupakan salah satu perilaku preventif yang menjadi prioritas utama dalam
usaha pencegahan AIDS dan lebih efektif daripada usaha untuk mengurangi jumlah pasangan seks (Reiss
& Leik, 1989 dalam Poppen & Reisen, 1994). Kerangka teori HBM (Health Belief Model, Rosenstock dalam
raclemente,1994) merupakan kerangka teori yang sangat balk untuk memahami dan menjelaskan perilaku
preventif terhadap HIV. Selain Hu. Janz dan Becker (1984) melakukan studi dari 46 penelitian, kemudian
mereka menyimpulkan bahwa selama tiga dekade inl, model ini merupakan salah satu pendekatan
psikososial yang sangat beipengaruh terhadap perilaku kesehatan. Berdasarkan pertimbangan di atas,
peneliti kemudian menggunakan HBM sebagai kerangka teori yang akan menjelaskan perilaku preventif.
yaitu perilaku pencagahan dengan menggunakan kondom pada supir dan kemet toik di Jalur Pantura.
Teori ini beranggapan bahwa perilaku preventif dipengaruhi oleh beberapa variabel yaitu perceived
susceptibility, perceived severity, perceived benefits, perceived barriers, dan cues to action. Bila individu
meyakini bahwa ancaman penyakit AIDS besar {perceived severity besar), merasa dirinya beresiko
terkena AIDS {perceived susceptibility besar), merasa yakin bahwa tindakan pencegahan yang akan
dilakukan (penggunaan kondom) lebih banyak memiltki keuntungan-keuntungan {perceived benefits) dari
pada kerugian-kemgian {perceived barriers) serta adanya cues yang memicu perilaku penggunaan kondom
tersebut, maka kemungkinan terjadinya tindakan pencegahan itu akan lebih besar (Kirscht, dalam Becker
1974). Menuajt Rosenstock (1974). perceived severity dan perceived suscepfibiiity menjadl dorongan
untuk berperilaku, sedangkan perceived benefits dan perceived barriers merupakan jalur dari perilaku
penggunaan kondom. Dan cues (misalnya informasi dari media massa, diskusi dengan teman, dsb.)
menjadi pemicu perilaku penggunaan kondom.
Timbul pertanyaan bagaimana sumbangan masing-masing komponon HBM teriiadap perilaku
penggunaan kondom pada supir dan kernel truk Jalur Pantura di Indonesia. Dengan demikian, peneliti ingin
meneliti kembali sumbangan masing-masing komponen HBM terhadap perilaku penggunaan kondom pada
supir dan kernel Iruk Jalur Pantura. Perilaku penggunaan kondom diukur dengan nilai proporsi penggunaan
kondom selama 3 bulan lerakhir berhubungan seks. Selanjutnya, Indeks penggunaan kondom dipakai
sebagai dependent variable untuk menggambarkan perilaku penggunaan kondom.
Peneliti mengadakan pendekatan kuantitatif dengan tipe penelitian Ex post fycto field study
(Robinson. 1981). peneliti tidak memanipulasi IV {Independent variable) dan melakukannya pada situasi
yang sebenamya (bukan di laboratorium). Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui sumbangan masingmasing
komponen HBM teriiadap perilaku penggunaan kondom dengan mengukur masing-masing variabel
melalui suatu wawancara terstruktur. Sampel yang diperoleh adalah 141 supir dan kernel truk di pangkalan
truk Rawapasung yang pemah mendengar tentang AIDS dan kondom, dan pemah melakukan hubungan
seksual dengan PSK
Data yang diperoleh diolah dengan mulfiple lltrear regression dengan metode step wise. Diperoleh
hasil bahwa perceived benefits memberikan sumbangan yang signifikan teriiadap indeks penggunaan
kondom pada supir dan kernel truk. Akan tetapi, perceived susceptibility, perceived severity, perceived
barrier, dan cues to action tidak memberikan sumbangan yang signifikan terhadap indeks penggunaan
kondom."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2761
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghassani Salsabila
"Perilaku sehat penting untuk dilakukan tiap individu, salah satunya pada mahasiswa yang memiliki riwayat penyakit keturunan. Terdapat hal yang berpengaruh pada perilaku sehat dan pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perceived threat dan self-efficacy dalam perilaku sehat pada perilaku sehat mahasiswa yang memiliki riwayat kerabat dengan penyakit mata keturunan. Penelitian ini melibatkan 109 partisipan dengan usia berkisar 18-25 tahun dan data dianalisis menggunakan regresi linear berganda serta independent sample t-test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceived threat terhadap katarak dan glaukoma pada komponen perceived susceptibility dan perceived seriousness tidak berpengaruh signifikan dengan perilaku sehat. Kemudian, self-efficacy dalam perilaku sehat dengan perilaku sehat berpengaruh signifikan.
Hasil juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata perilaku sehat antara partisipan yang memiliki riwayat penyakit mata keturunan katarak dan glaukoma. Begitu juga dengan rata-rata self-efficacy dalam perilaku sehat. Berbeda dengan rata-rata kedua komponen perceived threat antara partisipan yang memiliki riwayat penyakit mata keturunan katarak dan glaukoma yang menunjukkan perbedaan signifikan. Hasil dan saran didiskusikan.

Health behavior is important for each individual, also for students with familial risk of inheritable eye disease. There are things affect health behavior, and this study aimed to investigate the effects of perceived threat and health behavior self-efficacy on health behavior among the students with familial risk of inheritable eye disease. This study involved 109 participants that were aged between 18-25 years and data were analysed using multiple linear regression and independent sample t-test.
Results indicated that the perceived threat to cataracts and glaucoma on perceived susceptibility and perceived seriousness had no significant effect on health behavior. Then, health behavior self-efficacy had significant effect on health behavior.
Results also indicated that there were no significant difference between the average of health behavior between participants with familial risk of cataract and glaucoma. Likewise with the average of health behavior self-efficacy. In contrast to the average of the two perceived threat components between participants with familial risk of cataract and glaucoma which indicated a significant difference. Results and recommendations are discussed.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Revina Putri
"Penggunaan helm sepeda motor menjadi hal yang penting karena dapat melindungi pengendara dari fatalitas jika terlibat kecelakaan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran dua komponen threat perception, yaitu perceived susceptibility dan perceived severity, serta descriptive norm dalam memprediksi penggunaan helm pada pengendara sepeda motor. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat ukur skenario mengemudi yang dikembangkan oleh peneliti berdasarkan alat ukur Brijs et al. (2014), Forward (2009), dan Aghamolaei, Tavafian, dan Madani (2011). Penelitian dilakukan terhadap 632 pengendara sepeda motor berusia 18-24 tahun di Jabodetabek. Berdasarkan analisis multiple regression ditemukan bahwa perceived susceptibility, perceived severity, dan descriptive norm signifikan dalam memprediksi perilaku penggunaan helm pada pengendara sepeda motor. Perceived susceptibility memiliki peran yang paling kuat dalam memprediksi perilaku penggunaan helm. Implikasi hasil penelitian ini adalah penggunaan helm pada pengendara sepeda motor tidak hanya ditentukan oleh penggunaan helm yang ditunjukkan oleh teman dan keluarga pengendara, tetapi juga kesadaran pengendara untuk melindungi diri dari risiko kecelakaan.

Helmet use on motorcycle riders are crucial as it can protect them from accident fatalities. The present study is focused on testing two components of threat perception, perceived susceptibility and perceived severity, along with descriptive norm to predict motorcycle helmet use. Driving scenario that was developed by the author based on measurement by Brijs et al. (2014), Forward (2009), and Aghamolaei, Tavafian, and Madani (2011) is used to measure all variables in this study on 632 motorcycle riders aged 18-24 years old in Jabodetabek. Based on multiple regression analysis, it is found that perceived susceptibility, perceived severity, and descriptive norm significantly predict motorcycle helmet use. Perceived susceptibility has the biggest role in predicting motorcycle helmet use. The implication of the study is that motorcycle helmet use is not only determined by the helmet use of riders’ friends and family, but also riders’ awareness to protect themselves from the risk of traffic accident."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tampubolon, Natasya Desideria
"Salah satu kerangka teori yang banyak digunakan dalam menjelaskan tentang perilaku berkendara adalah Health Belief Model (HBM), namun sayangnya penelitian di Indonesia yang menggunakan kerangka teori tersebut masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran tiga komponen dari HBM, yaitu threat perception (perceived severity dan perceived susceptibility), behavior evaluation (perceived benefits dan perceived barriers), dan cues to action dalam memprediksi penggunaan helm pada pengendara sepeda motor. Penelitian dilakukan terhadap 294 pengendara sepeda motor berusia 18-24 tahun di Jabodetabek. Dalam pengukuran variabel, peneliti menggunakan alat ukur Health Belief Model dari Brijs et al. (2014) yang sudah terlebih dahulu diadaptasi oleh peneliti. Berdasarkan analisis regresi linear berganda, ditemukan bahwa perceived susceptibility, perceived benefits, perceived barriers, dan cues to action signifikan dalam memprediksi perilaku penggunaan helm pada pengendara sepeda motor. Akan tetapi, perceived severity tidak signifikan dalam memprediksi perilaku penggunana helm. Perceived susceptibility memiliki peran yang paling kuat dalam memprediksi perilaku penggunaan helm. Hasil ini menunjukkan bahwa pengendara sepeda motor dengan perceived susceptibility yang tinggi, perceived benefitsyang tinggi, perceived barriers yang rendah, dan cues to action cues to action yang rendah memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk menggunakan helm sepeda motor.

One of the most widely used theoretical frameworks in explaining driving behavior is the Health Belief Model (HBM), but unfortunately research in Indonesia that uses this theoretical framework is still limited. This current study is focused on testing three components of HBM, threat perception (perceived severity and perceived susceptibility), behavior evaluation (perceived benefits and perceived barriers), and cues to action to predict motorcycle helmet use. The participants of this study are 294 motorcycle riders aged 18-24 years old in Jabodetabek. Measurements of variables were performed using Health Belief Model measurement tools by Brijs et al. (2014) which has previously been adapted by the author. Based on multiple regression analysis, it is found that perceived susceptibility, perceived benefits, perceived barriers, and cues to action significantly predict motorcycle helmet use. However, perceived severity was not significant in predicting motorcycle helmet use. Perceived susceptibility has the biggest role in predicting motorcycle helmet use. This study concluded that motorcycle drivers who perceived a high level of perceived susceptibility, high perceived benefits, few barriers, and a few cues to action were the most likely to use a motorcycle helmet."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumendap, Ann Bramanti
"Latar Belakang: Transmisi SARS-CoV-2 melalui droplet dan aerosol menyebabkan praktik kedokteran gigi memiliki risiko penularan infeksi yang tinggi sehingga menimbulkan perasaan takut bagi masyarakat untuk melakukan kunjungan untuk perawatan ke klinik gigi. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan perceived susceptibility, sikap dan kepercayaan, hal-hal yang perlu diinformasikan agar pasien merasa nyaman untuk kembali ke klinik gigi, serta karakteristik sosiodemografi terhadap perilaku kunjungan ke klinik gigi di masa pandemi COVID-19. Metode: Studi cross-sectional menggunakan kuesioner online pada 420 masyarakat dewasa di DKI Jakarta yang pernah berkunjung ke klinik gigi. Hasil: Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa perceived susceptibility, sikap dan kepercayaan, hal-hal yang perlu diinformasikan agar pasien merasa nyaman untuk kembali ke klinik gigi, dan status sosioekonomi masyarakat dewasa di DKI Jakarta memiliki korelasi yang bermakna secara statistik (p<0,05) terhadap perilaku kunjungan ke klinik gigi di masa pandemi COVID-19. Dari hasil analisis regresi logistik ditemukan prediktor tidak berkunjung ke klinik gigi di masa pandemi COVID-19 adalah perceived susceptibility, sikap dan kepercayaan, dan hal-hal yang perlu diinformasikan agar pasien merasa nyaman untuk kembali ke klinik gigi. Kesimpulan: Adanya pandemi COVID-19 menyebabkan mayoritas masyarakat dewasa di DKI Jakarta tidak berkunjung ke klinik gigi. Perceived susceptibility, sikap dan kepercayaan, hal-hal yang perlu diinformasikan agar pasien merasa nyaman untuk kembali ke klinik gigi, dan status sosioekonomi masyarakat dewasa di DKI Jakarta memiliki asosiasi dengan perilaku kunjungan ke klinik gigi di masa pandemi COVID-19.
Background: The transmission of SARS-CoV-2 through droplets and aerosols causes dental practices to have a high risk of transmitting infection, causing fear for the public to visit and get treatment at dental clinics. Objective: To know the association between perceived susceptibility, attitudes and beliefs, events that need to occur for patients to feel comfortable returning to the dental clinic, and sociodemographic characteristics with dental visit during the COVID-19 pandemic. Methods: A cross-sectional study using online questionnaire of 420 adults in DKI Jakarta who had visited a dental clinic. Results: Spearman correlation test shown that perceived susceptibility, attitudes and beliefs, events that need to occur for patients to feel comfortable returning to the dental clinic, and socioeconomic status of adults in DKI Jakarta have statistically significant correlations (p<0,05) to the dental visit during the COVID-19 pandemic. Based on logistic regression analysis, it is known that the predictors of delaying dental care due to the pandemic were perceived susceptibility, attitudes and beliefs, and events that need to occur for patients to feel comfortable returning to the dental clinic. Conclusion: Majority of adults in DKI Jakarta reported delaying dental care due to the COVID-19 pandemic. It is known that the perceived susceptibility, attitudes and beliefs, events that need to occur for patients to feel comfortable returning to the dental clinic, and socioeconomic status of adults in DKI Jakarta have associations with dental visit during the COVID-19 pandemic."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kyana Salapani Sangadi
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat antara hubungan health information scanning melalui media sosial dan perilaku sehat dengan efek moderasi perceived susceptibility terhadap penyakit kardiovaskular. Penelitian ini ditujukan kepada mahasiswa universitas di Depok yang berada dalam fase emerging adulthood (usia 18-25 tahun) dan memiliki keluarga dengan riwayat penyakit kardiovaskular. Total partisipan dari penelitian ini adalah 205 mahasiswa yang memenuhi kriteria. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Alat Ukur Perilaku Sehat, Persepsi Kerentanan terhadap Penyakit Kardiovaskular, dan Alat Ukur Health Information Scanning. Semua data dalam penelitian diambil secara daring. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa health information scanning memiliki dampak yang positif dan tidak signifikan terhadap perilaku sehat (r = 0,082, p > 0,05). Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa efek moderasi perceived susceptibility terhadap hubungan antara health information scanning melalui media sosial dan perilaku sehat berarah positif dan tidak signifikan (b = 0,1003, t = 1,0927, p > 0,05).

The purpose of this research is to study the relationship between health information scanning through social media and health behavior, as well as the moderation effects of perceived susceptibility towards cardiovascular disease. This research is aimed towards
students enrolled in a university in Depok who are in the emerging adulthood phase (18-25 years old) and have a family history of cardiovascular disease. The total number of participants for this study was 205 university students who met the required criteria. All of the data in this study were collected online. The results of this study indicate that health information scanning has a positive and insignificant impact on healthy behavior (r = 0.082, p> 0.05). Aside from that, this study also found that the moderating effect of perceived susceptibility on the relationship between health information scanning through
social media and healthy behavior was positive and not significant (b = 0.1003, t = 1.0927, p> 0.05).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Betsy Kurniawati Witarsa
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya bukti empiris bahwa perceived behavioral control, perceived benefits, perceived barriers, dan perceived susceptibility mampu memprediksi aktivitas fisik pada orang dewasa yang dalam riwayat keluarganya terdapat sejarah penyakit kardiovaskular. Tipe penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan desain korelasional. Data terkumpul dari 101 partisipan dengan rentang usia 20-60 tahun (dewasa muda dan madya). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat aktivitas fisik berdasarkan usia, jenis kelamin, dan rutinitas melakukan aktivitas fisik. Analisis regresi berganda menunjukkan bahwa model yang terdiri dari keempat prediktor mampu memperkirakan 14% varians aktivitas fisik, dengan perceived behavioral control dan perceived susceptibility sebagai prediktor terbaik. Temuan ini mengkonfirmasi bahwa perceived behavioral control juga mampu memperkirakan aktivitas fisik pada populasi ini, serupa dengan berbagai populasi lain yang telah diteliti sebelumnya. Selain itu, individu yang memiliki keluarga dengan PKV memiliki pengalaman-pengalaman yang tampaknya membuat mereka mampu menaksir tingkat risiko terkena PKV dengan lebih akurat, yang pada gilirannya juga memberikan kontribusi pada tingkat aktivitas fisik. Dengan demikian, intervensi aktivitas fisik pada orang dewasa dengan riwayat keluarga PKV dapat mempertimbangkan kedua faktor ini.

This study aims to find empirical evidence that perceived behavioral control, perceived benefits, perceived barriers, and perceived susceptibility are significant predictors of physical activity in adults with a family history of cardiovascular disease. The type of research used is quantitative, with a correlational design. Data were collected from 101 participants with an age range of 20-60 years (young and middle adults). The results showed that there was no difference in the level of physical activity based on age, gender and physical activity routines. Multiple regression analysis showed that the model consisting of the four predictors was able to explain 14% variance of physical activity, with perceived behavioral control and perceived susceptibility as the best predictors. These findings confirm that perceived behavioral control can also estimate physical activity in this population, similar to other populations that have been studied previously. In addition, individuals who have families with PKV have experiences that seem to enable them to assess their risk level for developing CVD more accurately, which in turn contributes to their level of physical activity. Thus, physical activity interventions in adults with a family history of CVD should consider both of these factors."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library