Ditemukan 28 dokumen yang sesuai dengan query
Trianti Kartikasari Kusuma
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan salah satu standar pelayanan farmasi klinik yang diatur dalam Permenkes 72 tahun 2016. Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Pada Maret 2020, WHO menetapkan Covid-19 sebagai pandemi. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kebayoran Lama sebagai rumah sakit milik pemerintah provinsi DKI Jakarta ditunjuk menjadi Rumah Sakit (RS) rujukan full Covid-19. Obat yang digunakan sebagai terapi Covid-19 merupakan obat potensial yang belum diuji klinis untuk menyembuhkan Covid-19 maka RSUD Kebayoran Lama sebagai rumah sakit rujukan full Covid-19 perlu melakukan kegiatan PTO pada pasien. Penelitian ini bertujuan melakukan analisa hasil PTO dan mengidentifikasi masalah terkait obat pada pasien Covid-19.
Metode yang dilakukan adalah metode kualitatif dengan melihat data yang didapat dari form Pemantauan Terapi Obat (PTO). Berdasarkan data yang diperoleh, dibuat analisis PTO untuk tiap pasien.
Dari 26 pasien Covid-19, terdapat 5 pasien yang dilakukan analisis SOAP berdasarkan form PTO masing-masing pasien. Ditemukan 1 kasus pemilihan obat yang kurang tepat, 3 kasus mengalami pemberian dosis diatas batas normal, 4 kasus yang mengalami interaksi obat dan 2 kasus yang mengalami pemberian obat tanpa indikasi.
Drug Therapy Monitoring (PTO) is obe of the clinical pharmacy service regulated in Permenkes 72 of 2016. Covid-19 is an infectious disease caused by infection of Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). In March 2020, WHO declared Covid-19 a pandemic. The Kebayoran Lama Regional General Hospital (RSUD) as a hospital belonging to the DKI Jakarta government was appointed to be a full Covid-19 hospital. The drug used for Covid-19 therapy is a potential drug that has not been clinically tested to cure Covid-19, so RSUD Kebayoran Lama as a full Covid-19 referral hospital needs to carry out PTO activities on patients. This study aims to analyze PTO results and identify drug-related problems in Covid-19 patients.The method used is a qualitative method by looking at the data obtained from the PTO form. Based on the data, a PTO analysis was made for each patient.Of the 26 Covid-19 patients, there were 5 patients who underwent SOAP analysis based on the PTO form of each patient. There was 1 case of inappropriate drug selection, 3 cases experiencing dosages above the normal limit, 4 cases experiencing drug interactions and 2 cases experiencing drug administration without indications."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Diana
"Tuberkulosis resisten obat (TBRO) merupakan salah satu masalah kesehatan yang sangat serius di dunia. TBRO adalah keadaan dimana bakteri tuberkulosis sudah tidak dapat lagi dibunuh dengan obat anti tuberkulosis (OAT). Untuk memastikan terapi obat yang diberikan aman, efektif, dan rasional diperlukan pemantauan terapi obat (PTO) pada pasien TBRO. Studi retrospektif ini dilakukan pada pasien TBRO yang mendapatkan terapi di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) antara April hingga Agustus 2022. Kriteria inklusi pada PTO ini adalah pasien yang tertulis diagnosis TBRO di rekam medik dengan data riwayat pengobatan lengkap. Dari 26 pasien TBRO, didapatkan 20 pasien dengan paduan terapi jangka panjang dan 6 pasien dengan paduan terapi jangka pendek. Dari 20 pasien yang mendapatkan paduan terapi jangka panjang, 3 pasien diantaranya meninggal dunia. Dari 23 pasien yang dilakukan pemantauan terapi obat di Poli TBRO RSUI, sebanyak 87% pasien sudah tepat dosis, 60,9% pasien sudah mendapatkan terapi efek samping obat yang sesuai, dan 87% pasien mendapatkan paduan pengobatan yang sesuai.
Drug-resistant tuberculosis (TBRO) is a very serious health problem in the world. TBRO is a condition where the tuberculosis bacteria can no longer be killed with anti-tuberculosis drugs (OAT). To ensure that drug therapy is safe, effective, and rational, it is necessary to monitor drug therapy (PTO) in TBRO patients. This retrospective study was conducted on TBRO patients receiving therapy at the University of Indonesia Hospital (RSUI) between April and August 2022. The inclusion criteria for this PTO were patients who had a TBRO diagnosis written in the medical record with complete medical history data. Of the 26 TBRO patients, 20 patients received long/individual regiment and 6 patients with short treatment regiment (STR). Of the 20 patients who received long-term therapy, 3 of them died. Of the 23 patients who were monitored for drug therapy at the RSUI TBRO Polyclinic, as many as 87% of patients received the right dose, 60.9% of patients received appropriate drug side effect therapy, and 87% of patients received appropriate treatment regimens."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Alifatha Amartya Naufal
"Keberadaan apoteker memiliki peran yang penting dalam mencegah munculnya masalah terkait obat. Apoteker sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan memiliki peran penting dalam pemantauan terapi obat. Pengetahuan penunjang dalam melakukan PTO adalah patofisiologi penyakit, farmakoterapi, serta interpretasi hasil pemeriksaan fisik, laboratorium, dan diagnostik. Selain itu, diperlukan keterampilan berkomunikasi, kemampuan memvina hubungan interpersonal, dan menganalisis masalah. Proses PTO merupakan proses yang komprehensif dan harus dilakukan secara berkesinambungan agar mencapai tujuan terapi yang diinginkan. Pengamatan dilakukan di Ruang PICU RSUP Fatmawati dari pukul 08.00 – 16.00 dengan mengamati rekam medis, instruksi harian pasien, dan CPPT pada aplikasi SIMGORS RSUP Fatmawati. Terdapat drug related problem’s yang terjadi pada pasien dengan inisial AS dengan nomor RM 18418** yaitu Indikasi Tanpa Obat (Hiperglikemia), Dosis Subterapi (Kotrimoksazol, Ampisilin-Sulbaktam, Salbutamol, Amikasin), Overdosis (Zink), dan Interaksi Obat (Flukonazol dengan Kotrimoksazol). Hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan konfirmasi ke Dokter Penanggung Jawab Pasien, kemudian melakukan penambahan terapi, peningkatan atau pengurangan dosis, dan monitoring tanda klinis pasien.
The existence of a pharmacist has an important role in preventing the emergence of drug-related problems. Pharmacists as part of the health care team have an important role in monitoring drug therapy. Supporting knowledge in performing PTO is disease pathophysiology, pharmacotherapy, and interpretation of physical, laboratory, and diagnostic examination results. In addition, it requires communication skills, the ability to develop interpersonal relationships and analyze problems. The PTO process is comprehensive and must be carried out continuously to achieve the desired therapeutic goals. Observations were made in the PICU Room at Fatmawati Hospital from 08.00 – 16.00 by observing medical records, patient daily instructions, and CPPT on the SIMGORS application at Fatmawati Hospital. There are drug-related problems that occur in patients with the initials AS with RM 18418**, namely Indications for No Drugs (Hyperglycemia), Subtherapy Doses (Co-trimoxazole, Ampicillin-Sulbactam, Salbutamol, Amikacin), Overdose (Zink), and Drug Interactions (Fluconazole with co-trimoxazole). This can be overcome by confirming with the doctor in charge of the patient, then adding therapy, increasing, or decreasing the dose, and monitoring the patient's clinical signs."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Astri Maulinda Sari
"Kegiatan pemantauan terapi obat (PTO) dilakukan secara rutin dan teratur untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif, dan rasional bagi pasien. PTO dilakukan pada pasien seminoma mediastinum di RSUP Persahabatan untuk memastikan kemoterapi berjalan dengan efektif dan maksimal.Analisis PTO dilakukan dengan menganalisis terapi obat yang didapatkan pasien berdasarkan data yang terdapat pada rekam medis pasien. Data didapatkan dari Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi SOAP dokter, perawat, dan apoteker data terapi dan obat yang diterima pasien selama dirawat dan hasil pemeriksaan laboratorium pasien.Masalah terkait obat terkait reaksi obat tidak dikehendaki ditemukan efek samping kemoterapi cisplatin dan dexamethasone menyebabkan pasien cegukan dan kemoterapi etoposide menyebabkan konstipasi. Indikasi tanpa obat ditemukan bahwa pasien belum buang air besar sejak hari pertama masuk rumah sakit.Pemberian obat dengan baik dan benar kepada pasien perlu diperhatikan supaya tidak terjadi kesalahan dalam pengobatan karena pasien termasuk kategori polifarmasi dengan jumlah obat yang diterima lebih dari 5 obat. Efek samping cegukan yang muncul dan konstipasi perlu dievaluasi setelah diberi pengobatan.
Drug therapy monitoring (PTO) activities are carried out routinely and regularly to ensure safe, effective, and rational drug therapy for patients. PTO is performed on mediastinal seminoma patient at Persahabatan General Hospital to ensure that chemotherapy run effectively. PTO analysis is carried out by analyzing the drug therapy received by the patient based on the data contained in the patient's medical record. Data were obtained from Integrated Patient Development Notes, doctors, nurses and pharmacists, data on therapy and drugs received by patients during treatment and results of laboratory examinations of patients. Drug-related problems related to adverse drug reactions found side effects of cisplatin and dexamethasone chemotherapy causing hiccups in patients and etoposide chemotherapy cause constipation. An indication without medication was found that the patient had not had defecate since the first day of admission to the hospital. It is necessary to pay attention to administering the drug properly and correctly so that there are no errors in treatment because the patient is included in the polypharmacy category with the number of drugs received more than 5 drugs. Side effects that appear hiccups and constipation need to be evaluated after being given treatment."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Haolin Rusnur Efanda
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan aspek krusial dalam memastikan terapi obat yang aman, efektif, dan rasional bagi pasien. Penelitian ini bertujuan untuk memahami implementasi PTO di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) dalam konteks pendidikan praktik kerja profesi apoteker (PKPA). Fokus utama adalah pada analisis PTO pada pasien dengan CVD berulang, hipertensi, diabetes, dan dislipidemia. Selama lima hari PKPA di Paviliun Soehardo Kertohusodo (PSK), data pasien dikumpulkan melalui SIM RS, rekam medis, dan wawancara dengan pasien, keluarga, serta tenaga kesehatan lainnya. Hasil kajian menunjukkan beberapa temuan penting, termasuk identifikasi masalah terkait pengobatan seperti kebutuhan akan terapi gout dengan allopurinol pada pasien dengan nilai asam urat dan ureum tinggi yang belum diobati. Selain itu, ditemukan kebutuhan akan terapi anemia pada pasien dengan nilai hemoglobin, hematokrit, eritrosit, trombosit, dan MCV rendah namun belum mendapatkan perlakuan yang sesuai. Rekomendasi pengobatan hasil PTO diberikan setelah diskusi dengan apoteker penanggung jawab kepada Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP), dengan rencana pemantauan yang ditetapkan untuk memastikan keberhasilan terapi. Studi ini menyoroti pentingnya kolaborasi yang baik antara dokter dan apoteker dalam pelayanan kesehatan untuk meningkatkan hasil terapi pasien dan mencegah komplikasi yang tidak diinginkan selama perawatan. Dengan demikian, upaya ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam pengembangan praktik PTO yang lebih efektif dan terfokus di lingkungan rumah sakit.
Therapy Drug Monitoring (TDM) is a crucial aspect in ensuring safe, effective, and rational drug therapy for patients. This research aims to understand the implementation of TDM at the Indonesian Army Central Hospital within the context of the Pharmacist Professional Internship. The main focus is on analyzing TDM in patients with recurrent CVD, hypertension, diabetes, and dyslipidemia. Over five days of PKPA at Pavilion Soehardo Kertohusodo (PSK), patient data was collected through hospital information system, medical records, and interviews with patients, families, and other healthcare professionals. The study findings revealed several important observations, including the identification of treatment-related issues such as the need for gout therapy with allopurinol in patients with high uric acid and urea levels that have not been treated. Additionally, there was a need for anemia therapy in patients with low hemoglobin, hematocrit, red blood cells, platelets, and MCV values but have not received appropriate treatment. Treatment recommendations from TDM were provided after discussions between the responsible pharmacist and the Attending Physician, with a monitoring plan established to ensure therapy success. This study highlights the importance of effective collaboration between doctors and pharmacists in healthcare delivery to improve patient therapy outcomes and prevent unwanted complications during treatment. Thus, these efforts are expected to positively contribute to the development of more effective and focused TDM practices within hospital settings."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Ulfah Cahyameta Siswoyo
"HIV merupakan virus yang menyebabkan
Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS)
. Pengobatan antiretroviral (ARV) merupakan bagian dari pengobatan HIV dan AIDS untuk mengurangi risiko penularan HIV, menghambat perburukan infeksi oportunistik, meningkatkan kualitas hidup penderita HIV, dan menurunkan jumlah virus dalam darah sampai tidak terdeteksi. Apoteker memiliki peran dalam pengobatan HIV. Selain itu, apoteker juga berperan dalam menjaga rasionalitas pengobatan seperti pemilihan regimen dan ketepatan dosis pengobatan ARV. Evaluasi penggunaan obat, ketepatan regimen, dan dosis terapi merupakan salah satu bentuk pemantauan terapi obat (PTO) yang merupakan salah satu tugas apoteker terkait pelayanan farmasi klinis. PTO pada pasien HIV penting karena penggunaan regimen ARV sangat menentukan kualitas hidup pasien. Jika terjadi kesalahan dalam pemilihan regimen dan dosis dapat berakibat terapi tidak optimal sehingga kualitas hidup pasien dapat menurun. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi penggunaan obat berdasarkan klasifikasi jenis kelamin dan usia, juga ketepatan regimen, dan dosis terapi antiretroviral pada periode bulan Maret - April 2023 di RSUP Fatmawati. Penelitian ini mendapatkan hasil, bahwa masih terdapat ketidaksesuaian obat ARV dalam hal regimen dan dosis dengan persentase kurang dari 1%.
HIV is a virus that causes Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS). Antiretroviral (ARV) treatment is part of HIV and AIDS treatment to reduce the risk of HIV transmission, prevent the worsening of opportunistic infections, improve the quality of life of HIV sufferers, and reduce the amount of virus in the blood until it is undetectable. Pharmacists have a role in HIV treatment. Apart from that, pharmacists also play a role in maintaining rationality of treatment, such as selecting regimens and accurate dosage of ARV treatment. Evaluation of drug use, accuracy of regimens and therapeutic doses is a form of drug therapy monitoring (PTO) which is one of the pharmacist's duties related to clinical pharmacy services. PTO in HIV patients is important because the use of ARV regimens greatly determines the patient's quality of life. If there is an error in choosing the regimen and dose, it can result in suboptimal therapy so that the patient's quality of life can decrease. The aim of this study is to evaluate drug use based on gender and age classification, as well as the accuracy of regimens and doses of antiretroviral therapy in the period March - April 2023 at Fatmawati General Hospital. This research found that there were still discrepancies in ARV drugs in terms of regimen and dosage with a percentage of less than 1%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Fadil Moch Al-Ridha
"Pelayanan kefarmasian di rumah sakit bertujuan untuk melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety). Salah satu pelayanan kefarmasian yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut yaitu Pematauan Terapi Obat (PTO). PTO merupakan evaluasi terstruktur pada pengobatan pasien yang bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan obat-obatan, meningkatkan hasil pengobatan, mendeteksi masalah terkait pengobatan, dan merekomendasikan intervensti terkait masalah terkait obat. Salah satu kondisi pasien yang diprioritaskan untuk dilakukan pemantauan yaitu pasien pediatri khususnya bayi dengan kodisi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) memiliki organ yang belum matang sehingga seringkali mengalami beberapa masalah pada periode segara setelah lahir. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya masalah terkait obat melalui kegiatan PTO pada pasien anak dan bayi di Rumah Sakit Universitas Indonesia. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan analisis MTO pada data dasar pasien yang diperoleh dari rekam medik pasien berdasarkan American Society of Hospital Pharmacists (ASHP). Hasil penelitian menunjuukan Masih terdapat masalah terkait obat berupa dosis berlebih, dosis subterapeutik, dan ketidaksesuaian frekuensi dalam pemberian obat pada pasien anak dan bayi di Rumah Sakit Universitas Indonesia.
Pharmaceutical services in hospitals aim to protect patients and the public from irrational drug use in the context of patient safety. One of the pharmaceutical services provided to achieve this goal is Therapeutic Drug Monitoring (TDM). TDM is a structured evaluation of a patient's treatment that aims to optimize medication use, improve treatment outcomes, detect drug related problems, and recommend interventions related to drug related problems. One of the patient conditions that is prioritized for monitoring is pediatric patients, especially babies with the condition Low Birth Weight (LBW) who have immature organs so they often experience several problems in the immediate period after birth. This study aims to identify drug-related problems through TDM activities in pediatric and infant patients at the University of Indonesia Hospital. This research was carried out using TDM analysis on basic patient data obtained from patient medical records based on the American Society of Hospital Pharmacists (ASHP). The results of the research show that there are still problems related to drugs in the form of excessive doses, subtherapeutic doses, and inappropriate frequency in administering drugs to pediatric and infant patients at the University of Indonesia Hospital."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Nova Novita
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Penting bagi seorang apoteker untuk memiliki peran yang penting dalam mengoptimalkan terapi dan mencegah munculnya masalah terkait obat salah satunya dengan melaksanan pelayanan pemantauan terapi obat. Salah satu kondisi pasien yang perlu mendapatkan pemantauan terapi obat adalah pasien dengan perawatan intensif, pasien dengan multipenyakit dan mendapatkan polifarmasi serta mendapatkan terapi sehingga berpotensi mengalami masalah terkait obat. Pemantauan Terapi Obat dilakukan dengan bimbingan seorang Apoteker lahan sehingga dapat melatih kemampuan farmasi klinis bagi seorang calon apoteker, sehingga kegiatan dan laporan terkait pemantauan terapi obat ini diharapkan dapat berguna bagi seorang calon apoteker. Tujuan tugas khusus ini adalah untuk mengetahui peran apoteker dalam pelaksanaan pemantauan terapi obat (PTO). PTO dilakukan kepada pasien Nn.S dengan diagnosa dekompresi, ICH pada basal ganglia kiri, diabetes melitus Tipe 2, hipertensi stage 2 dan CAP dan mendapatkan polifarmasi dan perawatan intensif di ICU. Metode yang digunakan adalah pengumpulan data, identifikasi, studi literatur serta diskusi kepada apoteker penanggung jawab di tempat. Berdasarkan hasil PTO terhadap pasien Nn. S, didapatkan hasil pasien telah mendapatkan terapi sesuai dengan diagnosis pasien, namun ditemukan interaksi obat, dosis obat terlalu tinggi dan dosis terlalu rendah dan intervensi terkait masalah obat telah disampaikan dan dilakukan penyesuaian terkait terapi pasien. Peran apoteker dalam pelaksanaan pemantauan terapi obat sangat penting sehingga dapat meningkatkan efektivitas terapi dan pencegahan masalah terkait obat.
Drug theraphy monitoring is a process that encompasses ensuring safe, effective, and rational drug therapy for patients. A pharmacist needs to play a crucial role in optimizing therapy and preventing drug-related problems, one of that is drug therapy monitoring. Some of the patient conditions that require drug therapy monitoring are patients undergoing intensive care, patients with multiple diseases receiving polypharmacy, and those undergoing therapy, which may potentially lead to drug-related problems. Drug theraphy monitoring is conducted under the guidance of a clinical pharmacist to train the clinical pharmacy skills of a prospective pharmacist, so the activities and reports related to drug therapy monitoring are expected to be beneficial for a prospective pharmacist. This special assignment aims to understand the role of the pharmacist in implementing drug theraphy monitoring. Drug theraphy monitoring is performed on patient Nn.S with a diagnosis of Post craniectomy decompression, ICH on the left basal ganglia type 2, diabetes mellitus type 2, hypertension stage 2, CAP and receiving polypharmacy and intensive care in ICU. The method used includes data collection, identification, literature study, and discussions with the responsible pharmacist on-site. Based on the results of drug monitoring therapy on patient Nn. S, it was found that the patient had received therapy according to the diagnosis, but drug interactions, excessive drug doses, and inadequate doses were identified. Drug-related interventions were communicated, and adjustments to the patient's therapy were made. The role of the pharmacist in implementing drug monitoring therapy is crucial to improving therapy effectiveness and preventing drug-related problems."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Mochammad Guesvidha Nurhidayat As Putera
"Apoteker bertanggung jawab dalam memantau keamanan penggunaan obat di Puskesmas. Salah satu hal yang perlu dipantau adalah pasien dengan penyakit tidak menular (PTM). Penyakit ini tidak mudah menular dari orang ke orang dan seringkali berhubungan dengan faktor gaya hidup dan lingkungan. Beberapa contoh penyakit tidak menular yang umum meliputi penyakit jantung, stroke, diabetes, dan penyakit ginjal. Pemantauan obat pada pasien PTM sangat penting dalam pengelolaan penyakit pasien, hal ini terkait oleh efektifitas pengobatan, pengelolaan efek samping, kepatuhan penggunaan obat, pemantauan interaksi obat dan pemantauan kepatuhan gaya hidup. Metode pelaksanaan dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan penelusuran data. Data yang digunakan merupakan data rekam medik pasien poli PTM periode November 2022 – Desember 2022.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara keseluruhan apakah terjadi interaksi obat yang diterima oleh pasien poli PTM (Penyakit Tidak Menular) yang berfokus pada pasien lanjut usia atau geriatri (≥60th). Didapatkan distribusi usia pada pasien yang masuk kriteria inklusi beragam, dimana jumlah pasien yang paling banyak berada di rentang 60-64 tahun sebesar (45,23%). pasien yang menerima obat sebanyak 3-4 macam berjumlah 23 pasien (54,76%), 5-7 macam berjumlah 17 pasien (40,47%) dan 8-10 macam berjumlah 2 pasen (4,76%). pasien yang mengalami interaksi obat sebanyak 20 orang (47,61%). Berdasarkan signifikasi interaksi obat atau tingkat keparahan interaksi mayor berjumlah 3 pasien (15%) dan interaksi moderat berjumlah 17 pasien (85%). Interaksi yang terjadi antara amlodipin dan simvastatin tidak dimasukkan kedalam kategori dikarenakan pada waktu pemberian jeda waktu sudah tepat, selain itu interaksi minor juga tidak dimasukkan kedalam kategori karena dianggap tidak berbahaya bagi pasien. potensi kejadian interaksi obat pada pasien lansia poli PTM di puskesmas kecamatan kalideres periode bulan November 2022 sampai Desember 2022 yang diambil dengan metode sampling random didapatkan sebanyak 20 pasien mengalami interaksi (74,61%) sedangkan 22 pasien tidak mengalami interaksi (52,38%) atau hanya mendapatkan interaksi minor. Berdasarkan persentase signifikasi klinis, didapatkan interaksi mayor berjumlah 3 pasien (15%) (diluar interaksi antara amlodiphine+simvastatin) dan interaksi moderat berjumlah 17 pasien (85%). Pasien dengan interaksi minor tidak dimasukkan kedalam kategori dikarenakan dianggap tidak memiliki bahaya yang signifikan terhadap pasien.
Pharmacists are responsible for monitoring the safety of drug use at the Community Health Center. One of the things that needs to be monitored is patients with noncommunicable diseases (NCDs). This disease is not easily transmitted from person to person and is often related to lifestyle and environmental factors. Some examples of common non-communicable diseases include heart disease, stroke, diabetes, and kidney disease. Drug monitoring in NCD patients is very important in managing the patient's disease, this is related to the effectiveness of treatment, managing side effects, compliance with drug use, monitoring drug interactions and monitoring lifestyle compliance. The implementation method was carried out descriptively qualitatively by tracing data. The data used is medical record data from NCD polyclinic patients for the period November 2022 – December 2022. This research aims to find out overall whether there are drug interactions received by NCD (Non-Communicable Disease) polyclinic patients which focus on elderly or geriatric patients (≥60 years old). ). It was found that the age distribution of patients who met the inclusion criteria varied, with the largest number of patients being in the 60-64 year range (45.23%). There were 23 patients who received 3-4 kinds of medication (54.76%), 17 patients (40.47%) with 5- 7 kinds and 2 patients (4.76%) with 8-10 kinds. There were 20 patients who experienced drug interactions (47.61%). Based on the significance of drug interactions or the severity of major interactions, there were 3 patients (15%) and moderate interactions, there were 17 patients (85%). The interactions that occurred between amlodipine and simvastatin were not included in the category because the time interval for administration was appropriate, apart from that, minor interactions were also not included in the category because they were considered not dangerous for the patient. The potential for drug interactions in elderly patients with PTM polyclinics at the Kalideres sub-district health center for the period November 2022 to December 2022, taken using a random sampling method, found that 20 patients experienced interactions (74.61%) while 22 patients did not experience interactions (52.38%) or only get minor interactions. Based on the percentage of clinical significance, major interactions were found in (15%) (excluding the interaction between amlodiphine+simvastatin) and moderate interactions in 17 patients (85%). Patients with minor interactions are not included in the category because they are not considered to pose a significant danger to the patient."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Grace Wilmayanti
"Pemantauan Terapi Obat (PTO), yaitu kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas terapi, meminimalkan risiko terjadinya Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD), dan melindungi pasien dari penggunaan obat tidak rasional sehingga meningkatkan keselamatan pasien. Salah satu kriteria pasien yang penting dilakukan PTO adalah pasien pediatri. Massa skrotum membesar (hernia) merupakan suatu keluhan umum yang ditemukan di poliklinik urinologi. Keadaan ini dapat ditemukan pada berbagai usia mulai dari pasien pediatrik, dewasa, sampai pasien geriatri. Hospital-acquired Pneumonia (HAP) merupakan salah satu infeksi nosokomial pada jaringan parenkim paru yang berkembang minimal 48 jam saat pasien dirawat di Rumah Sakit. Kegiatan Pemantauan Terapi Obat (PTO) dilaksanakan selama Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Pediatric Intensive Care Unit (PICU) RSPAD Gatot Soebroto secara on-going selama 7 hari. Pasien pediatrik atas nama An. FBA sejak tanggal 12 sampai 18 Juni 2023 di PICU RSPAD Gatot Soebroto. Adapun kondisi pasien terdiagnosis HAP membaik, nyeri post op. herniotomi ec hernia scrotalis dextra strangulate minimal, kejang ec electrolyte imbalance belum membaik, dan diagnosis terbaru susp. meningitis. Ditemukan masalah pasien mengalami hipoalbuminemia sejak tanggal 9 Juni 2023 dan belum mendapatkan terapi albumin oral atau iv. Rekomendasi yang disetujui untuk diimplementasikan adalah terapi Albumin mulai tanggal 15 Juni 2023.
TDM is performed to increase the effectiveness of therapy, minimize the risk of Adverse Drug Reaction (ADR), and protecting patients from irrational medication thereby increasing patient safety. One of the patient criteria that is important to get TDM is pediatric patients. An enlarged scrotal mass (hernia) is a common complaint found in urology clinics. This condition can be found in various ages, from pediatric patients, adults, to geriatric patients. Hospital-acquired pneumonia (HAP) is a nosocomial infection of lung parenchymal tissue that develops with an incubation period of at least 48 hours when the patient is hospitalized. TDM practices are carried out during Pharmacist Professional Work Practices (PKPA) in the Pediatric Intensive Care Unit (PICU) of RSPAD Gatot Soebroto continuously for 7 days. Pediatric patient, named An. FBA, started from June 12th to 18th 2023 at PICU RSPAD Gatot Soebroto. Patients was diagnosed with improved of HAP, post-operative pain. herniotomy ec dextra strangulate scrotalis hernia is minimal, spasm ec electrolyte imbalance has not improved, and the latest diagnosis is susp. meningitis. It was discovered that the patient had experienced hypoalbuminemia since June 9th 2023 and had not received oral or IV albumin therapy. The recommendation approved for implementation is Albumin therapy starting June 15th 2023."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library