Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diana
Abstrak :
Tuberkulosis resisten obat (TBRO) merupakan salah satu masalah kesehatan yang sangat serius di dunia. TBRO adalah keadaan dimana bakteri tuberkulosis sudah tidak dapat lagi dibunuh dengan obat anti tuberkulosis (OAT). Untuk memastikan terapi obat yang diberikan aman, efektif, dan rasional diperlukan pemantauan terapi obat (PTO) pada pasien TBRO. Studi retrospektif ini dilakukan pada pasien TBRO yang mendapatkan terapi di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) antara April hingga Agustus 2022. Kriteria inklusi pada PTO ini adalah pasien yang tertulis diagnosis TBRO di rekam medik dengan data riwayat pengobatan lengkap. Dari 26 pasien TBRO, didapatkan 20 pasien dengan paduan terapi jangka panjang dan 6 pasien dengan paduan terapi jangka pendek. Dari 20 pasien yang mendapatkan paduan terapi jangka panjang, 3 pasien diantaranya meninggal dunia. Dari 23 pasien yang dilakukan pemantauan terapi obat di Poli TBRO RSUI, sebanyak 87% pasien sudah tepat dosis, 60,9% pasien sudah mendapatkan terapi efek samping obat yang sesuai, dan 87% pasien mendapatkan paduan pengobatan yang sesuai. ......Drug-resistant tuberculosis (TBRO) is a very serious health problem in the world. TBRO is a condition where the tuberculosis bacteria can no longer be killed with anti-tuberculosis drugs (OAT). To ensure that drug therapy is safe, effective, and rational, it is necessary to monitor drug therapy (PTO) in TBRO patients. This retrospective study was conducted on TBRO patients receiving therapy at the University of Indonesia Hospital (RSUI) between April and August 2022. The inclusion criteria for this PTO were patients who had a TBRO diagnosis written in the medical record with complete medical history data. Of the 26 TBRO patients, 20 patients received long/individual regiment and 6 patients with short treatment regiment (STR). Of the 20 patients who received long-term therapy, 3 of them died. Of the 23 patients who were monitored for drug therapy at the RSUI TBRO Polyclinic, as many as 87% of patients received the right dose, 60.9% of patients received appropriate drug side effect therapy, and 87% of patients received appropriate treatment regimens.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Fitriana
Abstrak :
Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan utama karena prevalensinya yang terus meningkat, terutama kasus TB resisten obat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis respons adaptasi makrofag terhadap hipoksia dan kemampuan fagositosis makrofag pada penderita TB resisten obat dibandingkan dengan kontak erat yang terinfeksi laten dan sehat. Enam pasien TBRO dan 18 kasus kontak erat (8 TB laten; 10 sehat) di RS Universitas Indonesia direkrut sebagai subjek penelitian. Makrofag berasal dari hasil isolasi sel mononukleus darah tepi (SMDT) subjek yang dikultur selama 7 hari. Pemeriksaan ekspresi mRNA dan protein HIF-1α dilakukan menggunakan qRT-PCR dan ELISA. Hasil menunjukkan bahwa aktivitas fagositosis kelompok infeksi laten lebih tinggi dibandingkan kelompok sehat dan TB RO (p<0,05). Ekspresi mRNA dan protein HIF-1α lebih tinggi pada kelompok TB RO dibandingkan kelompok lainnya (p<0,05). Terdapat korelasi negatif sedang antara kemampuan fagositosis dengan ekspresi protein HIF-1α (r = -0,612; p<0,05). Perbedaan respons adaptasi hipoksia dan fungsi sel makrofag diharapkan dapat menjadi referensi selanjutnya dalam membuka penelitian yang lebih spesifik, untuk menelusuri lebih lanjut dari aspek lain mengenai respons imun makrofag pada penderita TB resisten obat dibandingkan dengan kontak erat terdiagnosis laten TB, dan kontak erat yang sehat. ......Tuberculosis remains a major health problem due to its increasing prevalence, especially in cases of drug-resistant TB. This research aims to analyze the macrophage adaptive response to hypoxia and the phagocytic ability of macrophages in patients with drug-resistant TB compared to close contact with latent infection and healthy individuals. Six drug-resistant TB patients and 18 close contact cases (8 latent TB; 10 healthy) at the University of Indonesia Hospital were recruited as research subjects. Macrophages were derived from the PBMC of the subjects and cultured for 7 days. Examination of HIF-1α mRNA and protein expression was conducted using qRT-PCR and ELISA. The results showed that the phagocytic activity of the latent infection group was higher compared to the healthy and drug-resistant TB groups (p<0,05). HIF-1α mRNA and protein expression were higher in the drug-resistant TB group compared to the other groups (p<0,05). However, there was a moderate negative correlation between phagocytic ability and HIF-1α protein expression (r = -0,612; p<0,05). The differences in hypoxia adaptive responses and macrophage cell function are expected to serve as a reference for further, more specific research to explore other aspects of macrophage immune responses in drug-resistant TB patients compared to close contacts diagnosed with latent TB and healthy close contacts.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Musfardi Rustam
Abstrak :
Peningkatan insidensi kasus Tuberkulosis Resistensi Obat (TB-RO) merupakan masalah besar dalam kesehatan masyarakat di Indonesia. Salah satu faktor risiko timbulnya kasus TB-RO adalah tingginya prevalensi DM tipe 2. Prevalensi DM tipe 2 pada pasien TB-RO sangat tinggi yakni berkisar antara 18,8% sampai 23,3%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara diabetes mellitus tipe 2 dengan kejadian TB-RO pada Masyarakat Melayu di Provinsi Riau Tahun 2014-2018. Desain penelitian kuantitatif adalah kasus kontrol pada 251 kasus (TBRO) dan 502 kontrol (Tuberkulosis Sensitif Obat/TB-SO). Data kuantitatif diperoleh dari data sekunder TB-RO yaitu form 01.TB-RO, Form 03.TB-RO, rekam medis dan e-TB manager. Sedangkan data sekunder TB-SO diperoleh dari form.01 TB-SO, Form.03 TB-SO, rekam medis dan Sistem Informasi Tuberkulosis Terpadu (SITT). Variabel independen adalah DM Tipe 2, variabel kovariat adalah usia, jenis kelamin, Pendidikan, pekerjaan, kategori tempat tinggal, status pernikahan, status HIV dan riwayat pengobatan TB sebelumnya. Dalam mendukung penelitian kuantitatif, maka dilakukan penelitian kualitatif pendekatan sejarah hidup (Life History) dengan metode diskusi kelompok kecil (DKK) dan wawancara mendalam (WM). Data kuantitatif dianalisis dengan uji regresi logistik. Hasil penelitian kuantitatif menunjukkan bahwa pada orang yang DM tipe 2 memiliki risiko 2,27 kali (95% CI: 1,58-3,27) untuk mengalami kejadian TB-RO jika dibandingkan dengan pasien yang tidak DM tipe 2 setelah dikontrol variabel pekerjaan, tempat tinggal, status pernikahan dan riwayat pengobatan TB sebelumnya. Hasil penelitian kualitatif untuk memperoleh riwayat kejadian penyakit DM tipe 2 terjadi lebih dahulu dari pada kejadian TB-RO serta melihat faktor resiko sosial budaya yang berpengaruh terhadap terjadinya TB-RO pada masyarakat Melayu di Provinsi Riau. Faktor risiko sosial budaya yang memungkinkan berhubungan dengan TB-RO adalah kebiasaan minum manis, kepatuhan menelan obat TB-RO, Kepatuhan minum obat DM dan masyarakat Melayu Daratan.
Increased incidence of drug-resistant tuberculosis (DRTB) is a major public health problem in Indonesia. One of risk factors for the emergence of DRTB case is a high prevalence of type-2 diabetes mellitus (DM). The prevalence of type-2 DM in patients with DRTB is very high, ranging from 18.8% to 23.3%. This study aimed to determine relationship between type-2 DM and the incidence of DRTB in Malay community, Riau Province, in 2014-2018. The quantitative study design was case control in 251 cases (DRTB) and 502 controls (drug-sensitive tuberculosis / DSTB). Quantitative data were obtained from DRTB secondary data, namely Form 01.DRTB, Form 03.DRTB, medical records and electronic TB manager (e-TB manager); while, DSTB secondary data were obtained from DSTB Form.01, DSTB Form.03, medical records and Integrated Tuberculosis Information System. The independent variable was type-2 DM, and the covariate variables were age, sex, education, occupation, residence category, marital status, HIV status and previous TB treatment record. In supporting the quantitative study, qualitative study was conducted with life history approach using a small group discussion method and in-depth interview. Quantitative data were analysed with logistic regression. Quantitative study results showed that peoples with type-2 DM had a 2.27 times risk (95% CI: 1.58-3.27) to experience the incidence of DRTB if compared to peoples without type-2 DM after controlling for occupation, residence, marital status and previous TB treatment record. The results of qualitative study were to obtain a record of the incidence of type-2 DM that occurred earlier than the incidence of DRTB and to examine socio-cultural risk factors affecting the occurrence of DRTB in the Malay community, Riau Province. Possible socio-cultural risk factors associated with DRTB were habits of drinking sweet drinks, adherence to taking DRTB medicine, adherence to taking DM medicine, and the community of Mainland Malay.
Depok: Universitas Indonesia, 2020
D2721
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Veri Suprianto
Abstrak :
Faktor spiritualitas merupakan faktor yang krusial dalam memengaruhi kualitas hidup pasien Tuberkulosis resisten obat (TB-RO), selain faktor fisik, psikologi, sosial, dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat spiritualitas dengan kualitas hidup pasien TB-RO. Penelitian deskriptif komparatif dengan pendekatan potong lintang ini melibatkan 134 pasien poliklinik TB-RO di Rumah Sakit Paru dr. M. Goenawan Partowidigdo Cisarua yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Tingkat spiritualitas diukur dengan kuesioner WHO-SRPB dan kualitas hidup diukur dengan WHOQOL BREF. Hasil uji Chi Square menunjukkan ada hubungan antara tingkat spiritualitas dan kualitas hidup pada pasien TB-RO (x2 = 26,435; p<0,001). Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa responden dengan tingkat spiritualitas rendah berisiko 7,988 kali memiliki kualitas hidup rendah.Faktor lain yang juga berhubungan dengan kualitas hidup pasien TB-RO yaitu dengan usia (x2 = 5,468 ; p = 0,019) ; jenis kelamin (x2 = 38,311; p<0,001), status pernikahan (x2 = 6,269; p = 0,012), penghasilan keluarga (x2 = 23,141; p<0,001), riwayat merokok masa lalu (x2 = 41,909; p<0,001). Penelitian ini merekomendasikan bidang keperawatan untuk menyusun Standar Operasional Prosedur mengenai pemberian asuhan keperawatan spiritual dan perawat diharapkan dapat melibatkan keluarga untuk meningkatkan kualitas hidup pasien TB-RO.
Spirituality are a crucial factor in influencing the quality of life of Multiple drug-resistant tuberculosis patients (MDR-TB), in addition to physical, psychological, social, and environmental factors.This study aimed to determine the relationship between the spirituality level and the quality of life of MDR-TB patients in the MDR TB clinics at dr. M. Goenawan Partowidigdo Lungs Hospital. This study used a comparative descriptive with a cross sectional design approach with a sample of 134 patient and use the purposive sampling technique. The study employed the WHO-SRPB questionnaire to determine the patient's spirituality level, and WHOQOL BREF to determine the patient's quality of life. The results of the study showed a significant relationship between the spirituality level and quality of life (x2 = 26.435; p = 0.001); respondents with low spirituality levels are at a risk of 7.988 times more likely to have low quality of life. Other factors that are also related to the quality of life of TB-RO patients are age (x2 = 5,468 ; p = 0,019); gender (x2 = 38,311; p = 0,001); mariage status (x2 = 6,269; p = 0,012); family income (x2 = 23,141; p = 0,001), past smoking history (x2 = 41,909; p = 0,001). This study recommends the Manager of nursing to develop Operational Standards Procedures regarding the provision of spiritual nursing care and nurses are expected to involve families to improve the quality of life of TB-RO patients.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Orri Baskoro
Abstrak :
Latar Belakang: Bedaquiline merupakan salah satu regimen pengobatan baru tuberkulosis resisten obat yang dianggap lebih efektif namun dengan tingkat mortalitas yang masih kontroversial. Hingga saat ini masih belum ada data mengenai efektivitas maupun keamanan bedaquiline pada pasien TB resisten obat dengan komorbid DM. Penelitian ini dilaksanakan untuk melihat pengaruh status DM pasien tuberkulosis resisten obat terhadap hasil pengobatan regimen yang mengandung bedaquiline. Tujuan: Mengetahui pengaruh status DM terhadap hasil pengobatan bedaquiline selama 6 bulan pada pasien TB resisten obat. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif dari rekam medis pasien Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan sejak tahun 2016 hingga tahun 2019. Didapatkan sebanyak 76 pasien yang menyelesaikan pengobatan regimen bedaquiline selama 24 minggu. Data kemudian dievaluasi menggunakan uji chi-square dan regresi logistik dengan pernyesuaian terhadap faktor perancu usia dan jenis kelamin menggunakan SPSS. Hasil: Uji chi-square menunjukkan kelompok DM berisiko mengalami kematian 4 kali lipat lebih tinggi dibandingkan kelompok non-DM secara bermakna (p=0,044). Pada uji multivariat, tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara status DM dengan keberhasilan pengobatan maupun kematian pasien dengan regimen bedaquiline. Namun, didapatkan jenis kelamin pria menurunkan keberhasilan pengobatan bedaquiline hingga 5 kali lipat. Kesimpulan: Tidak ditemukan hubungan yang bermakna secara statistik antara kondisi DM pada pasien TB resisten obat terhadap keberhasilan dan kematian pengobatan dengan regimen bedaquiline. ......Background: Bedaquiline is a new drug-resistant tuberculosis treatment regimen that is said to be more effective but still with a controversial mortality rate. Currently, there are no clinical data regarding the effectiveness and safety of bedaquiline in patients with diabetes melitus. This study was carried out to see the effect of DM on bedaquiline treatment outcome in drug-resistant tuberculosis patient. Objective: To determine the impact of DM status on the outcome of 6-month bedaquiline treatment in drug-resistant tuberculosis patient. Methods: This study is a retrospective cohort study from the medical records of patients at the Persahabatan General Hospital from 2016 to 2019. There were 76 patients who had finished a 24 week bedaquiline regimen treatment. The data were then evaluated using the chi-square test and logistic regression with adjustment for age and gender using SPSS. Results: The chi-square test showed a statistically significant 4 times risk of death in the DM group compared to non-DM group (P = 0.044). In the multivariate analysis, there was no statistically significant association between DM status and treatment success or death of patients with the bedaquiline regimen. However, it is found that the male gender has a risk of reduced treatment succes up to 5 times. Conclusion: There was no statistically significant relationship between DM status and the bedaquiline regimen treatment success and mortality
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tutik Ariyanti
Abstrak :
Tuberculosis (TBC) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini merupakan penyakit yang sulit diberantas. Selain tingkat kematian yang tinggi, juga muncul kasus dimana bakteri penyebab TBC menjadi resisten terhadap obat anti TBC. Hal ini disebabkan kurang efektifnya pengobatan yang dilakukan untuk individu yang terinfeksi TBC sensitif obat anti TBC. Sehingga penyebaran penyakit TBC dipengaruhi oleh dua jenis strain Mycobacterium Tuberculosis, yaitu Mycobacterium Tuberculosis sensitif-obat dan Mycobacterium Tuberculosis resisten-obat. Skripsi ini membahas mengenai aplikasi kontrol optimal pada efektifitas dua jenis pengobatan yang dilakukan untuk membatasi epidemi TBC dua strain dengan menjelaskan kontrol yang mengoptimalkan pengobatan tersebut. Optimisasi pengobatan pada suatu model epidemi TBC dua strain dibahas mulai dari proses pemodelan epidemi TBC dua strain secara matematis, pemodelan fungsi kendala, dan pemodelan fungsi objektif. Kemudian masalah aplikasi kontrol optimal ini akan diselesaikan dengan menggunakan Prinsip Maksimum (Minimum) Pontryagin dengan menggunakan kasus lebih dari satu variabel kontrol terbatas.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S27623
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fahrul Rizal
Abstrak :
Medication error merupakan hal yang bertentangan dengan pelayanan kefarmasian di rumah sakit yang berpusat pada pasien, salah satunya pada tahap peresepan Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Peresepan OAT belum disesuaikan dengan perubahan berat badan yang diatur pada standar Kementerian Kesehatan sehingga terjadi resistensi obat. Ketidakpatuhan pasien dalam mengonsumsi OAT juga dapat memperparah resistensi obat sehingga apoteker berperan dalam melakukan audit klinis untuk mengoptimalkan pengobatan pasien Tuberkulosis Resisten Obat (TB – RO) di Rumah Sakit Universitas Indonesia melalui proses pengisian data audit klinis yang merujuk pada hasil kunjungan terakhir pasien ke rumah sakit pada bulan Maret – April 2023 yang bersumber dari Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS). Berdasarkan proses tersebut, dihasilkan rekomendasi peningkatan mutu pelayanan kefarmasian untuk pasien TB – RO dengan menyesuaikan dosis OAT berdasarkan berat badan, menyesuaikan jumlah item dengan paduan pengobatan TB jangka panjang dan jangka pendek, dan memberikan usulan tindak lanjut terhadap efek samping OAT yang belum diresepkan obat lain. ...... Medication error is something that contradicts pharmaceutical care in a patient-centered hospital, one of which is at the stage of prescribing Anti-Tuberculosis Drugs (ATD). ATD prescribing has not been adjusted to changes in body weight as regulated in the Ministry of Health standards, resulting in drug resistance. Patient non-compliance in taking ATD can also exacerbate drug resistance so that pharmacists play a role in conducting clinical audits to optimize the treatment of Drug Resistant Tuberculosis (DR-TB) patients at the University of Indonesia Hospital through the process of filling in clinical audit data that refers to the results of the patient's last visit to the hospital in March - April 2023 sourced from the Hospital Management Information System (HMIS). Based on this process, recommendations were made to improve the quality of pharmaceutical care for patients with TB-DR by adjusting the dose of ATD based on body weight, adjusting the number of items with a combination of long-term and short-term TB treatment, and providing follow-up suggestions for ATD side effects that have not been prescribed other drugs.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Riza Noviandi
Abstrak :
Pendahuluan: Epilepsi merupakan salah satu kelainan neurologis terbanyak di dunia, kurang lebih 20-30% diantaranya merupakan epilepsi resistan obat. Salah satu penyebab epilepsi resistan obat adalah autoimun, yang diperantari antibodi saraf. Antibodi saraf yang paling sering ditemukan dan diteliti adalah antibodi anti N-Methyl-D-Aspartate (NMDAR). Diagnosis pasti epilepsi autoimun adalah ditemukannya antibodi saraf di serum atau cairan serebrospinal (CSS), namun saat ini ketersediaanya terbatas dan harganya cukup mahal di Indonesia. Skor Antibody Prevalence in Epilepsy and Encephalopathy 2 (APE2) dan Antibody Contributing to Focal Epilepsy Signs and Symptoms (ACES) merupakan dua piranti klinis yang dapat digunakan untuk menduga adanya antibodi saraf, namun belum ada penelitiannnya di Indonesia. Tujuan: Penelitian ini adalah uji diagnostik untuk menilai kemampuan APE2 dan ACES dalam menduga adanya antibodi saraf anti NMDAR di serum pasien epilepsi resisten obat. Metode: Pasien epilepsi resistan obat yang datang ke Poli Neurologi Anak Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dan Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soetomo Surabaya pada bulan Maret hingga Agustus 2023 dinilai menggunakan APE2 dan ACES lalu diperiksa serum antibodi anti NMDAR. Hasil: Didapatkan 90 subyek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Antibodi NMDAR serum ditemukan pada 10 dari mereka. Skor APE2 memiliki sensitivitas 60%, spesifisitas 82,5%, PPV 30%, NPV 94,3%, LR+ 3,43, dan LR- 0,48. Poin skor APE2 yang memiliki nilai bermakna adalah perubahan status mental (p 0,042) dan gejala prodormal sebelum kejang (p 0,005). Skor ACES memiliki sensitivitas 85,71% spesifisitas 72,22%, PPV 37,5%, NPV 96,3%, LR+ 3,08, dan LR- 0,198. Poin skor ACES yang memiliki nilai bermakna adalah gangguan kognitif (p 0,033) dan gangguan bicara (p 0,028). Pada kejang fokal, APE2 memiliki nilai sensitivitas, PPV, NPV dan LR+ yang lebih rendah namun spesifisitas dan LR- yang lebih tinggi dibandingkan dengan ACES. Kesimpulan: Skor APE2 kurang sensitif namun cukup spesifik dengan NPV yang tinggi. Skor ACES cukup sensitif dan spesifik dengan NPV yang tinggi. Keduanya dapat digunakan untuk skrining awal epilepsi terutama bila ada gejala perubahan status mental, gejala prodormal virus, gangguan kognitif dan gangguan bicara sebelum atau saat awal awitan kejang. Diperlukan penelitian lanjutan untuk menilai antibodi saraf lain, dengan pemeriksaan antibodi di CSS dan tidak terbatas pada epilepsi resisten obat saja serta yang awitan kejangnya dibawah 1 tahun.

Kata kunci: ACES, APE2, epilepsi autoimun, epilepsi resisten obat, NMDAR ......Epilepsy is one of the most common neurological disorders in the world, approximately 20-30% of which are drug-resistant epilepsy. One cause of drug-resistant epilepsy is autoimmune disease, mediated by neural antibodies. The most frequently found and studied neural antibody is the anti-N-Methyl-D-Aspartate (NMDAR) antibody. The definitive diagnosis of autoimmune epilepsy is the discovery of neural antibodies in serum or cerebrospinal fluid (CSF), but currently their availability is limited and the price is quite expensive in Indonesia. The Antibody Prevalence in Epilepsy and Encephalopathy 2 (APE2) score and Antibody Contributing to Focal Epilepsy Signs and Symptoms (ACES) are two clinical tools that can be used to suspect the presence of neural antibodies, but there has been no research in Indonesia. Purpose: This research is a diagnostic test to assess the ability of APE2 and ACES to predict the presence of anti-NMDAR neural antibodies in the serum of drug-resistant epilepsy patients. Methods: Drug-resistant epilepsy patients who seek treatment at the Pediatric Neurology Outpatient clinic at the National Central General Hospital, dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta and the Regional General Hospital dr. Soetomo Surabaya from March to August 2023 were assessed using APE2 and ACES, then checked for serum anti NMDAR antibody. Results: There were 90 research subjects who met the research inclusion and exclusion criteria. Serum NMDAR antibodies were found in 10 of them. The APE2 score has a sensitivity of 60%, specificity of 82.5%, PPV of 30%, NPV of 94.3%, LR+ 3.43, and LR- 0.48. In this study, the APE2 score points that had significant values were changes in mental status (p 0.042) and prodromal symptoms before seizures (p 0.005). The ACES score has a sensitivity of 85.71%, a specificity of 72.22%, PPV 37.5%, NPV 96.3%, LR+ 3.08, and LR- 0.198. In this study, the ACES score points that had significant values were cognitive symptoms (p 0.033) and speech problem (p 0.028). In focal seizures, APE2 has lower sensitivity, PPV, NPV and LR+ values but higher specificity and LR- compared to ACES. The APE2 score is less sensitive but quite specific with a high NPV. The ACES score is quite sensitive and specific with a high NPV. Both can be used for initial epilepsy screening, especially if there are symptoms of changes in mental status, viral prodromal symptoms, cognitive symptoms and speech problem before or at the onset of seizures. Further research is needed to assess other neural antibodies, examining neural antibodies in CSF and also including those whose seizure onset is less than 1 year, not limiting to drug-resistant epilepsy only.

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Reinaldo Alexander
Abstrak :
ABSTRAK Tujuan. Mengetahui proporsi depresi pada pasien TB paru tidak resisten obat di RS Cipto Mangunkusumo serta mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian depresi pada pasien TB paru. Metode. Studi dengan desain potong lintang terhadap 122 pasien TB paru tidak resisten obat yang berobat jalan di poliklinik paru RS Cipto Mangunkusumo dari bulan Agustus hingga Oktober 2018. Diagnosis depresi ditegakkan dengan wawancara menurut kriteria diagnosis dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder-V (DSM-V) dan derajat depresi ditentukan menggunakan kuesioner Beck Depression Inventory-II (BDI-II). Analisa bivariat dan multivariat dengan uji regresi logistik dilakukan dengan menggunakan SPSS. Hasil. Dari 122 pasien dengan TB paru tidak resisten obat yang menjadi subyek penelitian, didapatkan proporsi depresi sebesar 48,4%. Terdapat dua faktor yang berhubungan dengan kejadian depresi pada pasien TB paru tidak resisten obat yaitu adanya efek samping obat anti TB (p < 0,001; OR 7,13; IK 95% 2,67 - 19,03), dan adanya komorbiditas penyakit kronik (p < 0,001; OR 12,90; IK 95% 4,01 - 41,50). Simpulan. Proporsi depresi pada pasien TB paru tidak resisten obat di RS Cipto Mangunkusumo sebesar 48,4%. Adanya efek samping obat anti TB dan komorbiditas penyakit kronik berhubungan dengan kejadian depresi pada pasien TB paru tidak resisten obat.
ABSTRACT Aim. To determine the proportion of depression in non multidrug-resistant pulmonary TB patients at Cipto Mangunkusumo General Hospital and also its related factors. Method. A cross-sectional study of 122 non multidrug-resistant pulmonary TB patients was done at outpatient department of Cipto Mangunkusumo General Hospital from August to October 2018. The diagnosis of depression was made by interview according to Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder-V (DSM-V) criteria, and severity of depression is determined using Beck Depression Inventory-II (BDI-II). Bivariate and multivariate analysis using the logistic regression test was done using SPSS. Results. From 122 patients with non multidrug-resistant pulmonary TB, the proportion of depression is 48,4%. There are 2 factors related to depression in non multi-drug resistant pulmonary TB patients, which are the occurrence of side effects from TB treatment (p < 0,001; OR 7,13; 95% CI 2,67 - 19,03), and the presence of other chronic disease (p < 0,001; OR 12,90; 95% CI 3,87 - 4,01 - 41,50). Conclusion. The proportion of depression in non multidrug-resistant pulmonary TB patients at Cipto Mangunkusumo General Hospital is 48,4%. The occurrence of TB treatment side effects, and the presence of chronic disease comorbidities are related to depression in non multidrug-resistant pulmonary TB patients.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aliyah Cendanasari
Abstrak :
Tuberkulosis resisten obat merupakan satu dari sepuluh penyakit penyebab kematian. Jakarta Timur merupakan wilayah dengan jumlah penduduk tertinggi di DKI Jakarta dan beban Tuberkulosis resisten obat di Jakarta Timur meningkat setiap tahunnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan manajemen terpadu dalam meningkatkan kinerja pengendalian tuberkulosis resisten obat di Jakarta Timur. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode Rapid Assessment Procedure (RAP). Hasil penelitian menunjukkan manajemen terpadu dilaksanakan secara simultan dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan monitoring dalam memanfaatkan sumber daya pengendalian TB RO yang terbatas dengan menitik beratkan pada jejaring internal dan eksternal untuk meningkatkan kinerja pengendalian TB RO. Kinerja pengendalian Tuberkulosis resisten obat di Jakarta Timur belum optimal karena tidak semua pasien terkonfirmasi Tuberkulosis resisten obat mengikuti program pengobatan dan angka keberhasilan pengobatan masih rendah. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur perlu meningkatkan program preventif promotif, berinvestasi mengembangkan jenis pelayanan penunjang di RSUD dan mengembangkan sistem survailans Tuberkulosis resisten obat untuk meningkatkan kinerja pengendalian Tuberkulosis resisten obat di Jakarta Timur. ......Drug-resistant tuberculosis is one of ten diseases that cause death. East Jakarta is the region with the highest population in DKI Jakarta and the burden of drug resistant tuberculosis in East Jakarta is increasing every year. This study aims to find out how the implementation of integrated management in improving the performance of drug resistant tuberculosis control in East Jakarta. This type of research is a qualitative study using the Rapid Assessment Procedure (RAP) method. The results showed that integrated management was carried out simultaneously from planning, organizing, leading and monitoring in utilizing limited TB RO control resources by focusing on internal and external networks to improve TB RO control performance. The performance of controlling drug resistant tuberculosis in East Jakarta is not optimal because not all patients confirmed drug resistant tuberculosis is following the treatment program and the success rate of treatment is still low. The East Jakarta Health Office needs to increase promotive preventive programs, invest in developing supporting services in hospitals and develop drug resistant tuberculosis surveillance sistems to improve the performance of drug resistant tuberculosis control in East Jakarta.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T54991
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>