Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Danu Purwanti
"Sejak diterapkannya kebijakan percepatan proyek infrastruktur, industri konstruksi juga meningkat di Indonesia. Industri konstruksi adalah industri yang berbahaya sehingga sering memakan korban. Dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi banyak kecelakaan konstruksi dalam pembangunan rumah susun sewa, yang telah menyebabkan kerugian moral dan material, proyek yang dihentikan dan proyek yang tertunda. Kurangnya anggaran terpisah yang secara khusus ditujukan untuk menerapkan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah salah satu penyebab buruknya penerapan SMK3 dalam proyek konstruksi dan mengakibatkan tingginya tingkat kecelakaan di tempat kerja. Di Indonesia, meskipun ada beberapa peraturan yang mengatur penerapan SMK3, tidak ada peraturan khusus yang mengatur bagaimana menyiapkan anggaran yang masuk akal untuk penerapan SMK3. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi paket pekerjaan, metode kerja dan aktivitas pekerjaan, mengidentifikasi potensi bahaya dan risiko serta pengendaliannya, mengidentifikasi dan mengembangkan sasaran dan program K3, mengidentifikasi dan menganalisis komponen biaya K3 serta menghitung biaya K3 pekerjaan mekanikal pada proyek rusunawa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan analisis deskriptif. Survey kepada ahli dan responden digunakan untuk mendapatkan data primer, sedangkan data sekunder biaya K3 existing diperoleh dari proyek dengan teknik accidental sampling. Cidera karena kebocoran gas adalah potensi bahaya dengan nilai risiko tertinggi. Pengendalian yang dilakukan adalah pengendalian administratif dan penggunaan APD dan APK. Struktur komponen biaya K3nya termasuk biaya khusus K3. Dari hasil perhitungan biaya K3 pada 5 proyek, diperoleh biaya K3 rata-rata sebesar 0.087% atau lebih rendah dari kebijakan beberapa perusahaan BUMN.

Since the implementation of the policy of accelerating infrastructure projects, the construction industry has also increased in Indonesia. The construction industry is a dangerous industry that often takes casualties. In recent years there have been many construction accidents in the construction of rental apartments, which have caused moral and material losses, projects that were stopped and projects that were delayed. Lack of separate budgets that are specifically prepared in implementing the Occupational Safety and Health System is one of the causes of the poor implementation of SMK3 in construction projects and create high rates of accidents in the workplace. In Indonesia, although there are several regulations governing the implementation of SMK3, there are no specific regulations that regulate how to prepare a reasonable budget for the implementation of SMK3. The objectives of the study are to identify the work package, method, activities, to identify potensial hazards, risk assessment and to identify the risk controls, to identify the safety objectives and programmes, to identify and to analyze the safety cost components and also to calculate the total of safety cost. This research is used qualitative approach and descriptive analysis. Surveying to the experts and respondents is used to get primary data, and the secodary data for existing safety cost is obtained from the projects with accidental sampling technique. Injury due to gas leal is the highest risk. The risk controls which can do are administrative controls and using PPE and Wor Potective Equipment. The safety cost compoonets is categorized as safety specific cost. The safety cost calculation results from 5 project samples are 0.087% or lower than the policy of some construction state owned company."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Fajri
"Skripsi ini membahas tentang faktor risiko keluhan gangguan otot dan tulang rangka (Gotrak) akibat kerja di industri manufaktur PT Croda Indonesia tahun 2022. Penelitian bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor individu, faktor pekerjaan, dan keluhan Gotrak, dilakukan pada buan Februari – Mei 2022 dengan menggunakan kuesioner SNI 9901;2011, RULA, REBA, dan data sekunder yang diperoleh dari penelitian sebelumnya. Desain studi cross-sectional dengan melibatkan seluruh pekerja sebanyak 58 orang. Analisis data menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian mendapatkan 41% pekerja memiliki tingkat risiko Gotrak sedang, dengan keluhan paling banyak dirasakan berturut-turut pada bagian leher (52%), punggung bawah (45%), dan punggung atas (43%). Terdapat hubungan antara faktor individu yaitu indeks massa tubuh, faktor kerja yaitu postur kerja, gerakan berulang, dan kejadian Gotrak. Pola hidup sehat utamanya menerapkan pola makan sehat, gizi seimbang dan menu bijak sesuai kondisi kesehatan dan pola kerja sehat utamanya postur tubuh tidak menyimpang dari garis tubuh, perlu ditingkatkan untuk meminimalisir keluhan Gotrak.

This thesis discusses the risk factors for Work-related Musculoskeletal Disorders (WMSDs) on Manufacturing Workers at PT Croda Indonesia in 2022. The study aimed to analyze the relationship between individual factors, work factors, and work-related musculoskeletal, conducted in February – May 2022 using the SNI 9901;2011 questionnaire, RULA, REBA, and secondary data obtained from the previous study. The design of the study was cross-sectional involving all 58 workers. Data analysis using chi- square test. The results of this study found that 41% of workers had a moderate risk level of Gotrak, with the most complaints felt consecutively in neck (52%), lower back (45%), and upper back (43%). There is a relationship between individual factors, namely body mass index, work factors, namely work posture, repetitive movements, and Gotrak incident. A healthy lifestyle mainly applies a healthy diet, balanced nutrition, and a wise menu according to health conditions and healthy work patterns, especially posture does not deviate from the body line, needs to be improved to minimize Gotrak complaints."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Taufik Zulfiqor
"Penelitian ini untuk mengetahui gambaran kelelahan dengan melihat faktor risiko bukan terkait pekerjaan dan risiko terkait pekerjaan pada pekerja manufaktur di PT Z. Penelitian dilakukan pada 270 pekerja dengan desian cross-sectional, dilakukan observasi, pengisian kuesioner, pengukuran pencahayaan dengan lux meter, pengukuran kebisingan dengan sound level meter, pengukuran indeks masa tubuh dengan timbangan badan & staturmeter. Faktor risiko tidak terkait pekerjaan (usia, indeks masa tubuh, jarak komuter, pendidikan, jenis kelamin, pendapatan, status kesehatan, kebiasaan merokok, status pernikahan, jumlah anggota keluarga, kebiasaan olahraga, kualitas tidur, sleep hygiene), dan faktor terkait pekerjaan (shift, masa kerja, posisi / jabatan, durasi kerja, kebisingan, pencahayaan, getaran, iklim kerja panas, postur kerja janggal, tuntutan pekerjaan, kontrol terhadap pekerjaan, dukungan rekan dan atasan di tempat kerja, kepuasan kerja, konflik pekerjaan-keluarga, stres). Dua set kuesioner yang divalidasi digunakan untuk menilai kelelahan akut dan kronis. Tiga set kuesioner lainnya yang telah divalidasi digunakan untuk menilai kualitas tidur, psikososial, dan sleep hygiene. Sebuah model regresi logistik dikembangkan untuk setiap hasilnya. Pada penelitian ini ditemukan bahwa pekerja yang mengalami kualitas tidur buruk (2.84, 95% CI 1.249 - 6.481) memiliki hubungan signifikan terhadap terhadap munculnya kelelahan akut. Sedangkan kondisi pencahayaan (2.84, 95% CI 1.399 - 5.802) tempat kerja yang tidak standar dan adanya konflik pekerjaan-keluarga (3.86, 95% CI 1.086 - 13.769) berpengaruh signifikan terhadap kelalahan kronis yang dialami pekerja. Intervensi untuk mengurangi gejala kelelahan akut harus diterapkan pada faktor bukan pekerjaan (kualitas tidur), sedangkan intervensi pada kelelahan kronis harus dilalukan dengan berfokus pada faktor terkait pekerjaan (pencahayaan dan konflik pekerjaan-keluarga)

This study was conducted at PT Z whereas all workers at PT Z as the object of research. The purpose of this study to determine the description of fatigue by focused on risk factors which not related to work and work-related risks to manufacturing workers. The study is conducted on 270 workers using a research design. cross-sectional by making observations, filling out questionnaires, measuring lighting with a lux meter, measuring with a sound level meter, measuring body mass index with a scale & staturmeter. Non-occupational risk (age, body mass index, commuting distance, education, gender, income, health status, smoking habit, marital status, number of family members, exercise habits, sleep quality, sleep hygiene), and work-related factors (shift, length of service, job title, duration of work, lighting, vibration, work climate, work posture, work heat, towards work, peer support and control over the workplace, job satisfaction, work-family conflict, stress). Two sets of validated questionnaires were used for acute and chronic fatigue. Three other sets of validated questionnaires were used to assess sleep quality, psychosocial, and sleep hygiene. A logistic regression model was developed for each outcome. In this study, workers who experienced poor sleep quality (2.84, 95% CI 1.249 - 6.481) had a significant relationship with the emergence of acute fatigue. Meanwhile, non-standard lighting conditions (2.84, 95% CI 1.399 - 5.802) and work-family conflict (3.86, 95% CI 1.086 - 13.769) had a significant effect on chronic fatigue experienced by workers. Interventions to reduce fatigue symptoms should be applied to work factors (sleep quality), while interventions for chronic fatigue should be implemented with a focus on work-related factors (lighting and work-family conflict)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ditto Ferakhim
"Pemerintah menargetkan kekurangan pasokan atau backlog perumahan di 2019 menjadi 5,4 juta. Dengan kekurangan kebutuhan rumah susun sewa yang masih sangat besar, maka kebutuhan pembangunan rumah susun sewa di masa yang akan datang masih sangat tinggi.
Namun di lain pihak, pada pelaksanaan proyek konstruksi di Indonesia secara umum jumlah kecelakaan kerja juga meningkat. Merujuk data Badan Penyelenggara Jasa Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, secara nasional angka kecelakaan kerja sektor konstruksi tercatat sebagai sektor terbanyak nasional angka kecelakaan kerja.
Manajerial keuangan penting untuk membantu proses pembuatan keputusan terkait keselamatan kerja. Sedangkan penerapan pembiayaan SMK3 di Indonesia pada sektor konstruksi terutama pada bangunan gedung belum diatur secara jelas dan terukur. Pada pelaksanaannya, peraturan yang adapun belum sepenuhnya diikuti oleh para pelaku konstruksi bahkan di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sendiri.
Activity-Based Costing (ABC) atau perhitungan biaya berbasis aktivitas telah muncul sebagai pendekatan baru yang menghubungkan biaya yang terkait langsung dengan kegiatan bisnis dengan produk manufaktur. Untuk membuat perhitungan biaya berbasis aktivitas, membuat WBS dan menentukan item pekerjaan secara tepat merupakan upaya yang bermanfaat dan diperlukan untuk penilaian risiko berbasis aktivitas yang efektif.
Pekerjaan arsitektur pada pembangunan gedung dalam hal ini pembangunan rumah susun sewa, adalah pekerjaan yang memiliki jumlah item pekerjaan paling banyak dibandingkan dengan item jenis pekerjaan yang lain.
Maka berdasarkan temuan di atas, mengingat masih tingginya rencana pembangunan rumah susun sewa, masih tingginya angka kecelakaan kerja dan masih belum diterapkannya pembiayaan K3 secara menyeluruh di lingkungan Kementerian PUPR maka penelitian ini fokus terhadap pengembangan biaya K3 untuk pekerjaan komponen arsitektur pada bangunan gedung rumah susun sewa di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat berbasis WBS.

The government is targeting a supply shortage or housing backlog in 2019 to be 5.4 million. With the shortage of rental housing needs that are still very large, the development needs of rental flats in the future are still very high.
But on the other hand, the implementation of construction projects in Indonesia in general the number of work accidents also increased. Referring to Labor Social Service Agency (BPJS) data, nationally the number of occupational accidents in the construction sector is recorded as the most national sector of the number of occupational accidents.
Managerial finance is important to assist the process of making decisions related to work safety. While the regulations and provisions concerning OHS financing in Indonesia in the construction sector, especially in buildings, have not been clearly and measurably regulated. In its implementation, the existing regulations have not been fully followed by construction actors even within the Ministry of Public Works and Public Housing itself.
Activity-Based Costing (ABC) has emerged as a new approach that connects costs directly related to business activities with manufactured products. To make activity-based cost calculations, creating a WBS and determining work items appropriately is a useful and necessary effort for effective activity-based risk assessment.
Architectural work on building construction in this case the construction of rental apartments, is a job that has the highest number of work items compared to other types of work items.
Based on the findings above, given the highly demands for the construction of rental apartments, the high number of occupational accidents and the lack of overall implementation of safety cost financing within the Ministry of Public Works and Housing, this study focuses on safety cost components development for architectural component work in rental apartments building project at the Ministry of Public Works and Public Housing base on Work Breakdown Structure.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53357
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mufida Fati
"Dalam industri transportasi, permasalahan kelelahan menjadi salah satu isu penting yang erat kaitannya dengan kesehatan dan kualitas hidup pengemudi, serta potensi kecelakaan. Pekerjaan mengemudi merupakan suatu pekerjaan yang membutuhkan tingkat konsentrasi tinggi karena memerlukan koordinasi yang cepat dan tepat antara indera, sehingga mengemudi merupakan suatu pekerjaan yang sangat berisiko tinggi mengalami kelelahan. Terdapat banyak faktor risiko kelelahan pada pengemudi, baik itu dari faktor pekerjaan maupun faktor non pekerjaan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko pekerjaan dan non pekerjaan dengan kelelahan pada pengemudi. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang diadopsi dari kuesioner Fatigue Assessment Scale (FAS) dan Occupational Fatigue Exhaustion Recovery (OFER) untuk mengukur kelelahan pengemudi secara subjektif dan menggunakan aplikasi Sleep-2-Peak untuk mengukur kelelahan pengemudi secara objektif. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan uji regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja, waktu isitrahat, jenis pekerjaan, monotoni, usaha kerja, penghargaan kerja, stress kerja, usia, dan kualitas tidur dengan kelelahan. Oleh karena itu perlu diadakan pengembangan program pencegahan dan pengendalian kelelahan (fatigue management) di tempat kerja, melihat hubungan faktor pekerjaan lebih dominan terhadap kelelahan dibandingkan faktor non pekerjaan.

In the transportation industry, fatigue has become one of the important issues that are closely related to the health and quality of life of the driver, as well as the potential for accidents. Driving is a job that requires a high level of concentration because it requires fast and precise coordination between the senses, so driving is potentially pose a greater risk to fatigue. There are many risk factors that can contribute to driver fatigue from work related and non work related factors. This study was conducted  to determine the relationship between work related and  non-work related factors to driver fatigue. The research is using cross sectional study design. Data was collected by using an adopted questionnaire from the Fatigue Assessment Scale (FAS) and Occupational Fatigue Exhaustion Recovery (OFER) to measure driver fatigue subjectively and the Sleep-2-Peak application to measure driver fatigue objectively. Univariate and bivariate logistic regression  was used to analyze the data. The results showed that there was a significant association between work period, rest breaks, type of work, monotony,effort, reward, work stress, age, and quality of sleep with fatigue. Therefore, it is necessary to develop a fatigue management program in the workplace, refers to the result that the relationship between work related factors and fatigue is more dominant than non-work related factors."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hayu Weka Prasetya
"Sebagai salah satu perusahaan inspeksi yang melakukan maintenance dalam area industri industri minyak dan gas bumi, PT. X memiliki fasilitas ruang kerja workshop. Fasilitas ini digunakan untuk menunjang pengujian katup pengaman. Kebanyakan aktivitas utama di workshop ini berkaitan dengan penanganan material. Penanganannya adalah pergerakan tangan pekerja untuk mengangkat, menurunkan, mengisi, mengosongkan, atau membawa barang secara manual. Materi penanganan ini dapat memberikan paparan kepada pekerja terhadap kondisi fisik yang dapat menyebabkan kecelakaan, konsumsi energi dan waktu yang berlebihan. Potensi cedera lainnya yang dapat terjadi saat memindahkan material adalah strain dan keseleo saat mengangkat beban, serta memar, tergores, dan terjepit oleh material. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional. Data didapatkan dari wawancara, observasi, serta hasil kuisioner dan pengukuran. Adapun instrument yang digunakan adalah Kuisioner SNI 9011 tahun 2021 untuk mengukur survey keluhan GOTRAK dan potensi bahaya faktor ergonomi. Subjek penelitian ini adalah total pekerja pada area workshop di PT X sebanyak 30 orang yang merupakan jumlah populasi dan mereka merupakan inspector di ruang lingkupnya. Penelitian ini dilaksanakan di Workshop PT X yang berada di area kerja Jakarta, Balikpapan dan Surabaya. Keluhan gangguan otot rangka pada kategori umur >35 Tahun. Proporsi keluhan terbesar berada pada bahu, punggung, lengan dan pinggul berjumlah 84,6 %, Berdasarkan  hasil statistiknya, hasil Pvalue 0,22 > 0,05 yang artinya tidak memiliki hubungan bermakna/signifikan terhadap keluhan risiko Gotrak. Keluhan gangguan otot rangka dengan inspektor dengan lama kerja 5-10Tahun berisiko itu sebanyak 10 orang (35,7%), hasil Pvalue 0,33 > 0,05 yang artinya tidak memiliki hubungan bermakna / signifikan terhadap keluhan risiko Gotrak, Inspektor yang mempunyai kebiasaan merokok  berisiko mengalami risiko keluhan gangguan otot rangka yaitu sebanyak 20 orang (76,9%) dengan hasil Pvalue 0,28> 0,05 yang artinya tidak memiliki hubungan bermakna/signifikan terhadap keluhan risiko Gotrak. Dalam risiko pekerjaan dilakukan penilaian tingkat risiko dan analisis risiko ergonomi untuk ukuran katup pengaman 1x2 inch mendapatkan tingkat risiko dengan level rendah dengan skor 2 dengan analisis resiko ergonomi di skor 3. Dalam identifikasi keluhan Gotrak, sebanyak 21 responden inspektor (70%)  merasakan keluhan dan tidak nyaman pada bagian bahu kanan, bagian lengan kanan, pinggul kanan, bagian punggung atas dan 9 responden (30%) tidak mengalami keluhan. Dan penilaian tingkat risiko dan analisis risiko ergonomi untuk ukuran katup pengaman 6x6 inch mendapatkan tingkat risiko dengan level sedang dengan skor 6 dengan analisis resiko ergonomi di skor 6. Potensi bahaya yang terjadi pada pekerjaan pengujian katup pengaman, namun tergolong ke dalam pekerjaan yang memerlukan pengamatan lebih lanjut. Dalam pengukuran bahaya ergonomi untuk pengujian katup pengaman perlu diperlukan tindakan perbaikan untuk rekayasa teknik dan kontrol administrasi.

As one of the inspection companies that carries out maintenance in the oil and gas industrial area, PT. X has workshop work space facilities. This facility is used to support safety valve testing. Most of the main activities in this workshop are related to manual handling. Handling is the movement of the worker's hands to lift, lower, fill, empty or carry goods manually. These handling materials can expose workers to physical conditions that can cause accidents, excessive energy and time consumption. Other potential injuries that can occur when moving materials are strains and sprains when lifting loads, as well as bruises, scratches and pinching by materials. The type of research used is descriptive qualitative research with a cross sectional approach. Data was obtained from interviews, observations, as well as the results of questionnaires and measurements. Instrument questionnaire to measure a survey of complaints about musculoskeletal disorders and potential dangers from ergonomic factors. The subjects of this research were the total number of workers in the workshop area. This research was carried out at the PT X Workshop in the Jakarta, Balikpapan and Surabaya work areas. The questionnaire was prepared in the form of questions related to dominant hand, duration of work, frequency of mental and physical complaints, pain/pain or discomfort, as well as complaints of musculoskeletal disorders using the SNI 9011:2021. Complaints of musculoskeletal disorders in the age category > 35 years, the largest proportion of complaints were in the shoulders, back, arms and hips amounting to 84.6%. Based on the statistical, the Pvalue result was 0.22 > 0.05, which means that it does not have a meaningful/significant relationship with complaints about the risk of musculoskeletal disorders. There were 35.7% workers who complained about musculoskeletal disorders with inspectors who had worked for 5-10 years, the result was Pvalue 0.33 > 0.05, which means that there was no meaningful/significant relationship with complaints about the risk of musculoskeletal disorders. Having a smoking habit is at risk of experiencing the risk of complaints of musculoskeletal disorders, namely 20 people (76.9%) with a P value of 0.28> 0.05, which means it does not have a meaningful/significant relationship with complaints of the risk of musculoskeletal disorders. In terms of occupational risks, a risk level assessment and ergonomic risk analysis for safety valve size 1x2 inch was carried out, obtaining a low risk level with a score of 2 with an ergonomic risk analysis at a score of 3. In identifying complaints of musculoskeletal disorders, as many as 21 inspector respondents (70%) felt complaints and discomfort in the right shoulder, right arm, right hip, upper back and 9 respondents (30%) did not experience complaints. And the risk level assessment and ergonomic risk analysis for the 6x6 inch safety valve size obtained a moderate level of risk with a score of 6 with an ergonomic risk analysis at a score of 6. Potential dangers that occur in safety valve testing work, however, are classified as work that requires closer observation. carry on. In measuring ergonomic hazards for testing safety valves, corrective action is needed for engineering engineering and administrative control."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Budi Hayati
"ABSTRAK
Kelelahan operator alat berat masih menjadi masalah di berbagai negara, didukung dengan hasil prasurvey pada 4 Maret 2020 di PT.X menunjukkan bahwa 3 dari 3 operator alat berat mengeluhkan kelelahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelelehan dan hubungan faktor karakteristik individu dan faktor pekerjaan dengan kelelahan operator alat berat bongkar muat Terminal Y di PT.X Tahun 2020. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain penelitian potong lintang. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling sebanyak 60 orang dan sebanyak 52 orang yang mengisi kuesioner secara lengkap. Variabel yang diteliti di antaranya faktor karakteristik individu (usia, IMT, kuantitas tidur, waktu perjalanan, status perkawinan) dan faktor pekerjaan (masa kerja, shift, dan waktu istirahat) yang diukur dengan menggunakan kuesioner Industrial Fatigue Research Committee (IFRC). Hasil analisis dengan menggunakan Fisher Exact menunjukkan terdapat hubungan antara IMT (P value= 0.015), waktu perjalanan (P value=0.022 ) dan kelelahan kerja operator. Sebesar (90.4%) operator alat berat mengalami kelelahan ringan dan (9.6%) mengalami kelelahan sedang. Sehingga perlu dilakukan pelatihan mengenai fatigue management untuk menurunkan risiko kelelahan operator alat berat.

ABSTRACT
Heavy equipment operator fatigue is still a problem in many countries, supported by the survey on March 4th at PT.X showing that 3 out of 3 heavy equipment operators complained of fatigue. This study aims to detemine the level of fatigue and the relationship between individual characteristic factors and work factors with fatigue of loading and unloading heavy equipment operator at Terminal Y PT.X 2020. It is a quantitative research with cross sectional design. The sampling technique used a total sampling of 60 operator and 52 operators filled the questionaire in full. The variables studied were individual characteristic factors (age, BMI, sleep quantity, commuting time, and marital status) and work factors (years of service, shift work, and rest periods) which were measured using the Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) questionaire. Fisher Exact analysis showed, there was a relationship between BMI (P value=0.015), commuting time (P value=0.022) and operators fatigue. More than ninety persen (90.4%) heavy equipment operators experienced mild fatigue and 9.6% experienced moderate fatigue. So, fatigue management training is needed to reduce the risk of heavy equipment operator fatigue."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisaa Dwiretnani
"Sehubungan dengan kompleksnya perkembangan proyek bangunan gedung, ditemukan fakta bahwa keterlambatan waktu perancangan menjadi masalah rutin yang tidak dapat dihindari sehingga melatarbelakangi penulisan tesis ini yang bertujuan untuk melakukan identifikasi faktor risiko dominan yang terdapat pada pekerjaan perancangan bangunan gedung yang berpengaruh terhadap kinerja waktu perancangan dan membuat respon atas risiko tersebut guna meminimalisir peristiwa dan dampak risiko yang terjadi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi literatur, validasi variabel oleh pakar dan penyebaran kuesioner kepada responden. Adapun datanya kemudian diolah menggunakan software SPSS terkait analisis non parametrik, uji validitas dan reliabilitas, analisis deskriptif, uji normalitas, analisis pendekatan risiko berbasis ISO 31000 dan analisis korelasi. Pada akhirnya, didapat 6 faktor risiko dominan yang dinilai sangat mempengaruhi kinerja waktu perancangan sehingga harus dicari penyebab, dampak dan respon risikonya dengan cara melakukan validasi hasil akhir oleh pakar.

Along with the complex development of building projects, it was found that the design time delay becomes routine problem that can?t be avoided, so that the background of this thesis aimed to identify the dominant risk factors of building design work that affect design time performance and make response for that risks to minimize the risk?s occurence and impact. Data collection methods used are literature reviews, validation of variables by expert and questionnaires to the respondents. The data is then processed using SPSS software for non-parametric analysis, validity and reliability test, descriptive analysis, normality test, risk analysis approach of ISO 31000 and correlation analysis. In the end, found 6 dominant risk factors that most affecting design time performance so it must be sought the risk?s cause, impact and response by validate the final results to experts.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42565
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian
"Dari sudut pandang keselamatan dan kesehatan kerja kelelahan merupakan ancaman yang cukup signifikan. Kelelahah pada individu bersifat subjektif, namun pekerja belum tentu menyadari adanya kelelahan tersebut. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran kelelahan dan faktor risiko yang berhubungan dengan kelelahan pada perawat di puskesmas Kabupaten Sambas tahun 2023. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain potong lintang menggunakan instumen kuesioner yang dilakukan secara daring dari Maret--Juni 2023. Total sampel 126 perawat yang bekerja di puskesmas Kabupaten Sambas. Hasil penelitian mendapatkan 30,2% perawat mengalami kelelahan. Hasil analisis bivariat faktor risiko di luar pekerjaan menunjukkan hubungan signifikan antara usia dan kelelahan (p value 0,016, OR 0.357), status pernikahan dan kelelahan ((p value 0,048, OR 0,351), kualitas tidur dan kelelahan (p value 0,005, OR 6,026). Hasil analisis bivariat faktor risiko pekerjaan menunjukkan hubungan signifikan antara stes kerja dan kelelahan (p value 0,001, OR 6,763). Hasil penelitian menyarankan perawat untuk bisa melakukan manajemen waktu dengan lebih baik dan lebih memperhatikan untuk berpola hidup sehat. Selain itu manajemen juga berperan penting dalam mengembangkan strategi dan kebijakan untuk mengurangi kelelahan di tempat kerja. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menggali lebih banyak faktor risiko dan menentukan faktor risiko dominan dengan menggunakan metode penelitian berbeda.
Abstrak Berbahasa Inggris:
From health and safety perspective, fatigue is a significant concern. Fatigue is a subjective feeling and workers isn’t always aware of it, so it’s important for managers to recognize and prevent fatigue at the early stage. This study aimed to describe fatigue and risk factors associated with fatigue on puskesmas nurses at districk of Sambas 2023. This research is quantitative study with cross-sectional design using questionnaire which was conducted online from March to June 2023. A Total sample was 126 nurses who worked in puskesmas at districk of Sambas. The results showed that 30.2% of nurses experienced fatigue. Bivariate results of non-work related risk factors showed a significant relationship between age and fatigue (p value 0,016, OR 0.357), marital satus and fatigue (p value 0,048, OR 0,351), sleep quality and fatigue (p value 0,005, OR 6,026). Bivariate results of work related risk factors showed a significant relationship between work stress and fatigue (p value 0,001, OR 6,763). The results of this study suggest nurses to have better time management and pay more attention to a healthy lifestyle. In addition, management plays an important role for developing targeted strategies and policies to reduce fatigue in the workplace. Further research is needed to explore more risk factors and determine the dominant risk factors using different research methods.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Horry Andres
"Proses kerja dengan banyak aktivitas biasanya menggunakan seluruh anggota tubuh dan membutuhkan kinerja otot yang maksimal. Proses pekerjaan pembuatan sandal kulit banyak dilakukan secara manual sehingga berisiko menimbulkan gangguan muskuloskeletal (Musculoskeletal Disorders/MSDs). Penelitian ini dilakukan pada perajin sandal kulit di Bengkel Reza Leather Kranggang, Bekasi Tahun 2014 untuk menilai tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode REBA dan keluhan MSDs. Responden sebanyak seluruh perajin (16 orang). Dari hasil penelitian didapatkan tingkat risiko pekerjaan dari 24 aktivitas pekerjaan yang ada yaitu risiko tinggi (high) 3 pada aktivitas kerja pewarnaan sandal, penggarisan pola mukaan, dan pencucian sol. Kemudian risiko sedang (medium) terdapat 10 aktivitas kerja, dan risiko rendah (low) 11 aktivitas kerja. Dari hasil kuesioner dan nordic body map diketahui bahwa keluhan MSDs yang dirasakan perajin pada leher bagian atas dan leher bagian bawah (93.75%), kemudian pinggang bagian bawah (87.5%) serta punggung (81.25%). Keluhan yang dirasakan berupa rasa pegal-pegal, sakit/nyeri, kaku dan kesemutan serta kram/kejang. Selain risiko ergonomi, di dapatkan juga faktor lain yang memperberat keluhan MSDs yaitu faktor risiko pekerjaan yang terdiri dari posisi kerja dan pencahayaan, serta karaktersitik individu yang terdiri dari umur, masa kerja, jam kerja per hari, indeks masa tubuh, dan kebiasaan merokok.

The process of working with many activities normally will use the whole body and require maximum muscle performance. The process of making leather sandals much work is done manually so that to induce risk of musculoskeletal disorders (Musculoskeletal Disorders / MSDs). The research was to do craftsman leather sandals at Reza Leather Workshop, Kranggan, Bekasi in 2014 to describe the level of ergonomic risk based methods REBA of musculoskeletal disorders and complaints. Responden of all craftmans (16 persons). From the results, the risk level of work activity of 24 existing jobs are high risk (high) 3 to the work activity staining sandals, hatching patterns of the surface, and leaching sol. Then the risk of moderate (medium) contained 10 work activities, and low risk (low) 11 work activities. The results of the questionnaire and nordic body map is known complaint musculoskeletal disorders that be perceived craftmans to upper neck and lower neck (93.75%); and then the lower back (87.5%); and the back (81.25%). The complaints is stifness, painful, tingling, and cramps/spasms. In addition to ergonomic risk, other factors also found that complaints aggravate MSDs risk factors work consists of working positions and lighting, as well as an individual characteristic consisting of age, length of service, hours worked per day, body mass index and smoking habit.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54929
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library