Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lely Wahyuniar
Abstrak :
The general objective of this study is to determine the influence of TV foods/drinks/vitamin-mineral supplement advertisements on the food consumption pattern of male and female adolescents. This research used cross sectional study design. Eighty adolescents of both sexes, between 15-17 years old and living in East Jakarta were randomly selected from a public high school. A preliminary study was conducted to observe food/drink/vitamin-mineral supplement advertisements on TV during several weeks and different daytimes as well as the relative price of advertised foods at different outlets and nearby the school. The information obtained helped to decide which of the advertised products should be included in the research.The main study consisted of in-depth interviews of the adolescents and the TV advertisement managers.

There was found an association between duration of watching TV and advertised foods consumption. Attitude towards advertisement indicated _a positive trend towards advertised foods/drinks/vitamin-mineral supplements consumption. The higher nutrition knowledge score they got, they drank Vitamin/Mineral more frequently and ate candy (Relaxa) less frequently. In general amount of pocket money had positive trend towards consumption of advertised foods. Males consumed more low nutritious food/drink such .85 Silver Queen and Teh Botol than females while females tend to consume more nutritious -advertised products than males (vitamin/mineral supplements and milk). Males watched TV more than females. Females got more pocket money than males but more females saved part of their pocket money instead of spending most of it for foods. Females were more knowledgeable on nutrition than males. Duration of spending time with the peer group was significantly associated with the consumption of advertised foods/drinks/vitamin-mineral supplements. The more adolescents spent time in hours with their friends, the more they consumed advertised food/drink/vitamin-mineral supplements.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulbricht, Catherine E., in-chief-eiditor
Missouri: Mosby Elsevier, 2010
R 615.321 NAT
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Griffith, H. Winter
Amerika: Fisher Books, 1998
615.328 GRI v
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Firna
Abstrak :
Pemberian suplemen pada anak kini dianggap sebagai suatu hal yang sangat penting karena dipercaya dapat menjaga kesehatan anak. Padahal, penggunaan suplemen yang tidak tepat dapat menyebabkan keracunan. Terlebih lagi jika terjadi kelebihan dosis. Penelitian Sari (2004) menyebutkan bahwa konsumsi suplemen zat gizi anak cukup tinggi yaitu sekitar 70% anak usia sekolah mengonsumsi suplemen dalam 1 bulan terakhir. Begitu juga dengan penelitian Leiliana (2008) yang menunjukkan bahwa 64.7% anak usia sekolah mengonsumsi suplemen dalam 1 bulan terakhir. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi suplemen pada anak SD. Disain penelitian yang digunakan adalah crossectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2009 dengan sampel 115 siswa kelas IV dan V SD Islam Al Azhar 17 Bintaro Tangerang. Data yang dikumpulkan meliputi data tentang konsumsi suplemen yang didapat melalui pengisian kuesioner oleh anak dan ibu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 44.3% anak memiliki status gizi yang tidak normal, yaitu 6.1% gizi kurang, 21.7% gizi lebih dan 16.5% obesitas. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa bahwa 61.7% siswa mengonsumsi suplemen dalam satu bulan terakhir. Penelitian ini menyimpulkan bahwa konsumsi suplemen anak berhubungan dengan konsumsi suplemen pada ibu dan pengetahuan ibu. ......Giving supplement is believed as something important because it can keep children healthy. Inappropriate using of supplement can cause poisonous. Moreover if it consume more than the needs. Sari's research (2004) mentioned that supplement consumption is high enough, roundabout 70% children in elementary school consume of supplement in 1 lately month. Likewise, Leiliana's research (2008) indicated that 64.7% children in elementary school consume supplement in 1 lately month. Because of that, the purpose from this research is to know description and factors that related with supplement consumption in elementary school. The design of this research is crossectional. This research on Mei 2009 with 115 sample from forth and fifth grade in Al Azhar 17 Islamic Elementary School Bintaro Tangerang. Data that was collected is about supplement consumption from mother and children questionnaire. This research showed that 44.3% have abnormal nutrition states, such as 6.1% underweight, 21.7% overweight and 16.5% obesity. Beside that, this research showed that 61.7% student consume supplement in 1 lately month. This research conclude that children supplement consumption related with children supplement consumption are mother supplement consumption and mother nutrition knowledge.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tahunan
909 ITL
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Kurnia Azzahra
Abstrak :
Pelayanan Kefarmasian adalah pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien terkait sediaan farmasi dengan tujuan untuk memperoleh hasil yang pasti guna meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelaksanaan pelayanan kefarmasian dapat dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan, salah satunya adalah Apotek. Apotek merupakan suatu jenis bisnis eceran (retail) yang tidak lepas dari kegiatan pemasaran, salah satunya penjualan vitamin dan suplemen. Salah satu upaya untuk meningkatkan jumlah konsumen dalam membeli suplemen dan vitamin maka harus dilakukan pemasaran terhadap produk farmasi dengan menerapkan strategi pemasaran yang baik. Strategi pemasaran yang digunakan pada tugas khusus ini adalah bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran adalah sekumpulan kegiatan yang saling berhubungan, disusun dengan tujuan untuk mengetahui kebutuhan konsumen, mengembangkan barang yang dibutuhkan, menentukan harganya, mendistribusikan, dan mempromosikannya. Metode yang digunakan pada tugas khusus ini adalah secara non eksperimental yaitu deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan secara deskriptif normatif untuk mencari kesesuaian antara teori pemasaran farmasi dengan penerapan strategi bauran pemasaran pada pemasaran produk suplemen dan vitamin di Apotek Kimia Farma 143 Margonda. Berdasarkan hasil penerapan strategi bauran pemasaran yang telah dilakukan, diketahui bahwa produk suplemen dan vitamin yang telah terjual selama periode tugas khusus ini yaitu sebanyak tujuh (7) produk dengan omset penjualan Rp1.970.325,00. Dapat dikatakan strategi bauran pemasaran cukup efektif meningkatkan omset penjualan, dimana dengan menerapkan empat elemen bauran pemasaran yang meliputi 4P yaitu product (produk), price (harga), promotion (promosi), dan place (tempat). ......Pharmaceutical care are direct and responsible services to patients related to pharmaceutical dosage form with the aim of obtaining definite results to improve the quality of life of patients. The implementation of pharmaceutical care can be carried out in health service facilities, on of which is a pharmacy. Pharmacy is a type of retail business that cannot be separated from marketing activites, one of which is the sale of vitamins and supplements. One effort to increase the number of consumers in buying supplements and vitamins must be done marketing of pharmaceutical products by implementing a good marketing strategy. The marketing strategy used on this task is the marketing mix. The marketing mix is a set of interconnected activities, structured with the aim of working the needs of consumers, developing the goods needed, determining their prices, distributing and promoting them. The method used on this task is non experimental, namely qualitative dexcriptive by using a normative descriptive approach to find compatibility between pharmaceutical marketing theory and the application of marketing mix strategies in marketing supplement and vitamin products at Apotek Kimia Farma 143 Margonda. Based on the results od the implementation of the marketing mix strategy that has been carried out, it is known that the supplement and vitamin products that have been sold during this task period as many as seven products with a sales turnover of Rp, 1,970,325.00. It can be conclude that the marketing mix strategy is quite effective in increasing sales turnover, where by applying four elements of the marketing mix which include the 4Ps, namely product, price, promotion, and place.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Kurnia Azzahra
Abstrak :
Pelayanan Kefarmasian adalah pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien terkait sediaan farmasi dengan tujuan untuk memperoleh hasil yang pasti guna meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelaksanaan pelayanan kefarmasian dapat dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan, salah satunya adalah Apotek. Apotek merupakan suatu jenis bisnis eceran (retail) yang tidak lepas dari kegiatan pemasaran, salah satunya penjualan vitamin dan suplemen. Salah satu upaya untuk meningkatkan jumlah konsumen dalam membeli suplemen dan vitamin maka harus dilakukan pemasaran terhadap produk farmasi dengan menerapkan strategi pemasaran yang baik. Strategi pemasaran yang digunakan pada tugas khusus ini adalah bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran adalah sekumpulan kegiatan yang saling berhubungan, disusun dengan tujuan untuk mengetahui kebutuhan konsumen, mengembangkan barang yang dibutuhkan, menentukan harganya, mendistribusikan, dan mempromosikannya. Metode yang digunakan pada tugas khusus ini adalah secara non eksperimental yaitu deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan secara deskriptif normatif untuk mencari kesesuaian antara teori pemasaran farmasi dengan penerapan strategi bauran pemasaran pada pemasaran produk suplemen dan vitamin di Apotek Kimia Farma 143 Margonda. Berdasarkan hasil penerapan strategi bauran pemasaran yang telah dilakukan, diketahui bahwa produk suplemen dan vitamin yang telah terjual selama periode tugas khusus ini yaitu sebanyak tujuh (7) produk dengan omset penjualan Rp1.970.325,00. Dapat dikatakan strategi bauran pemasaran cukup efektif meningkatkan omset penjualan, dimana dengan menerapkan empat elemen bauran pemasaran yang meliputi 4P yaitu product (produk), price (harga), promotion (promosi), dan place (tempat). ......Pharmaceutical care are direct and responsible services to patients related to pharmaceutical dosage form with the aim of obtaining definite results to improve the quality of life of patients. The implementation of pharmaceutical care can be carried out in health service facilities, on of which is a pharmacy. Pharmacy is a type of retail business that cannot be separated from marketing activites, one of which is the sale of vitamins and supplements. One effort to increase the number of consumers in buying supplements and vitamins must be done marketing of pharmaceutical products by implementing a good marketing strategy. The marketing strategy used on this task is the marketing mix. The marketing mix is a set of interconnected activities, structured with the aim of working the needs of consumers, developing the goods needed, determining their prices, distributing and promoting them. The method used on this task is non experimental, namely qualitative dexcriptive by using a normative descriptive approach to find compatibility between pharmaceutical marketing theory and the application of marketing mix strategies in marketing supplement and vitamin products at Apotek Kimia Farma 143 Margonda. Based on the results od the implementation of the marketing mix strategy that has been carried out, it is known that the supplement and vitamin products that have been sold during this task period as many as seven products with a sales turnover of Rp, 1,970,325.00. It can be conclude that the marketing mix strategy is quite effective in increasing sales turnover, where by applying four elements of the marketing mix which include the 4Ps, namely product, price, promotion, and place.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Husmiati
Abstrak :
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan global terutama di negara berkembang. Di Indonesia angka kesakitan ISPA menempati urutan pertama. Demikian pula pada jemaah haji Indonesia. selama menjalani ibadah haji di Arab Saudi. Berdasarkan hasil laporan pelayanan kesehatan haji Indonesia di Arab Saudi, proporsi kunjungan kesakitan ISPA mencapai 51.18% (tahun 2000) dan 59.37 % (tahun 2001) yang, merupakan angka kunjungan kesakitan tertinggi dibandingkan penyakit lain. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh makanan tambahan ganggang biru hijau (Food Suplemen Spirulina) terhadap kejadian kesakitan ISPA pada jemaah haji kelompok terbang (kloter) 54 - JKG DKI Jakarta selama pelaksanaan haji di Arab Saudi tahun 2002. Desain penelitian adalah randomized controlled trial double blind dengan penentuan kelompok penelitian (perlakuan dan kontrol) dilakukan secara acak berstrata dari 250 responden terpilih. Jumlah sampel diperoleh dari 430 orang calon responden sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah sampel yang dapat dianalisis sebanyak 189 responden (96.43% dari sampel minimal = 196) dengan rincian kelompok perlakuan 94 orang dan kelompok kontrol 95 orang, kekuatan (power) penelitian 86.8%. Hasil analisis randomisasi menunjukkan kelompok perlakuan sebanding (komparabilitas) dengan kelompok kontrol. Berdasarkan keseluruhan proses analisis, dari enam variabel yang diduga kemungkinan mempengaruhi tindakan perlakuan dan kejadian ISPA hanya variabel vitamin yang memberi efek terhadap Spirulina dengan hasil uji homogenitas diperoleh nilai p < 0.001. Dan berdasarkan hasil analisis akhir diperoleh bahwa apabila seorang jemaah haji kloter 54 - JKG DKI Jakarta tidak mengkonsumsi Spirulina dan vitamin selama melaksanakan ibadah haji mempunyai risiko untuk menderita ISPA sebesar dua kali dibandingkan mereka yang mengkonsumsi keduanya. Apabila jemaah haji mengkonsumsi vitamin saja, maka akan mempunyai risiko untuk menderita ISPA sebesar tiga perlima kali (RR F 0.61, 95% CI = 0.26 - 1.43) atau akan memperoleh perlindungan sebesar satu setengah kali dibandingkan mereka yang tidak mengkonsumsi keduanya. Sedangkan apabila jemaah haji hanya mengkonsumsi Spirulina saja, maka akan mempunyai risiko menderita ISPA sebesar setengah kali (RR = 0.51, 95% CI = 0.35 - 0.75) atau akan memperoleh perlindungan sebesar dua kali untuk tidak menderita ISPA dibandingkan dengan mereka yang tidak mengkonsumsi Spiru/ina dan vitamin. Tetapi bila seorang jemaah haji kloter 54 - JKG DKI Jakarta mengkonsumsi Spirulina dan vitamin ternyata mempunyai risiko tiga perlima kali untuk menderita ISPA dibanding mereka yang tidak mengkonsumsi keduanya atau hampir tidak berbeda dengan apabila jemaah haji hanya mengkonsumsi vitamin saja, namun tidak berpengaruh bermakna karena nilai rentang RR dengan 95% confiden interval melampui nilai 0 (RR = 0.56, dengan 95% CI = 0.28 -1,12). Sehingga berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara mengkonsumsi makanan tambahan ganggang biru hijau (food suplemen Spirulina) terhadap kejadian kesakitan 1SPA. Untuk menunjang program upaya peningkatan pelayanan kesehatan terhadap haji Indonesia di tanah air dan di Arab Saudi, maka makanan tambahan Spirulina dapat diberikan kepada calon jemaah haji dengan karakteristik yang sama dengan kloter 54 - JKG DKI Jakarta atau jemaah haji Indonesia lainnya secara hati-hati. Spirulina yang diberikan kepada jemaah haji kloter 54 - JKG DKI Jakarta merupakan makanan tambahan yang tinggi protein dan mengandung komponen lain yang sesuai dengan kebutuhan gizi jemaah haji dalam mengimbangi kondisi lingkungan Arab Saudi yang tidak bersahabat dengan mobilitas dan aktifitas ibadah yang tinggi dalam waktu yang terbatas. Disamping itu, masih perlu dilakukan penelitian yang lebih representatif dan luas untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tunggal dan efek samping pemberian Spirulina tidak hanya pada jemaah haji, tetapi juga terhadap masyarakat luas.
The effect of Food Supplement Spirulina on the phenomenon of Acute Respiratory Infection to the Haj Pilgrimage of Flight Group 54 -JKG of Jakarta of the year 2002Acute Respiratory Tract Infection (ARI) has been a global health problem particularly in developing countries. In Indonesia ARI takes the first sequence of illness. So as for the Indonesian haj collective pilgrimage during their haj ritual performance in Saudi Arabia, the proportion of ARI illness visit reached rate, 51.18 % (in 2000) and .59.37 % (in 2001) which formed the highest illness visit compared to other illness. This research was done to find out the effect of Food Supplement Spirulina to the ARI illness of the haj pilgrimage of flight group 54 - JKG of Jakarta during the haj pilgrim operational in Saudi Arabia in the year 2002. Research group determination (treatment and control) were taken randomly level from 250 persons out of 430 persons of prospective respondent. The number of samples which could be analyzed were 189 respondents (96.43 % of the minimum sample = 196) as specified that the treated group were 94 persons and controlled group were 95 persons, the research power was 86.8 %. The result of randomized analysis indicated the treated group was comparable with controlled group. Based on the whole analysis process of the six variables that were suspected had the probable influenced the treatment and AR.1 event only the vitamin variable which caused effect to Spirulina with homogeneity test the value p < 0.001. And based on the final research analysis it was obtained that if a haj pilgrimage of flight group 54 - JKG of Jakarta has not consumed Spirulina and vitamin during his ha ritual performance would have the risk of suffering from ARI two times compared to those who have consumed both Spirulina and vitamin. If the haj pilgrimage consumed only vitamin, there was the probability of risk of suffering from ARI to the rate of three upon five (3I5) times (RR = 0.61, 95% CI = 0.26 - 1.43) or would gain one and half times protection compared to those who have not consumed both Spirulina and vitamin. Whereas if a haj pilgrimage has consumed only Spirulina, would have the probable risk of suffering from ARI a half time (RR = 0.51, 95% CI = 0.35 - 0.75) or would gain two times protection of not suffering from ARI compared to those who have not consumed Spirulina and vitamin. But if a haj pilgrimage of flight group 54 - JKG of half time (RR - 0.51, 95% CI = 0.35 - 0.75) or would gain two times protection of not suffering from ARI compared to those who have not consumed Spirulina and vitamin. But if a haj pilgrimage of flight group 54 - JIG of Jakarta has consumed Spirulina and vitamin apparently had the risk of three upon five (315) times of suffering from ARI compared to those who have not consumed both Spirulina and vitamin or almost not different from if the haj pilgrimage has consumed only vitamin, yet has not have senseful influence because of the stretching value RR with 95% confidence interval exceed the value 0 (RR = 0,56, by 95% CI = 0.28 - 1.12). Therefore based on the result of this research it could be concluded that there is a significant effect between consuming the food supplement Spirulina upon the ARI illness. In supporting the establishment program in the effort of improving the Indonesian haj health service in Indonesia and Saudi Arabia, the food supplement Spirulina is regarded to be reasonable to be carefully given to the prospective haj pilgrimage with the similar characteristic to the haj pilgrimage of flight group 54 - JKG of Jakarta or other Indonesian haj pilgrimage. Spirulina which was given to the haj pilgrimage flight group 54 - JKG of Jakarta is a food supplement with high protein and contains other components, which is suitable for the body nutrient in matching with the unpleasant environment condition of Saudi Arabia with mobility and heavy activities of ha ritual performance in the very limited time. Beside representative and extensive research is necessary to be operated to realize how great is the single influence and the side effect of supplying the Spirulina not only to the haj pilgrimage, but also to the public.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T2744
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Utami
Abstrak :
Seiring dengan meningkatnya prevalensi penyakit degeneratif, khususnya Penyakit Kardiovaskuler ( PKV) di Indonesia, berkembang pula pemasaran global bermacam - macam suplemen makanan. Hal yang penting diperhatikan konsumen suplemen makanan adalah memahami cara penggunaannya yang benar. Mereka perlu memperoleh petunjuk dari ahli tentang manfaat suplemen, bagaimana pengaturannya dalam makanan sehari - hari, serta perilaku sehat yang menunjang agar manfaat suplemen lebih efektif. Salah satu suplemen yang beredar di Kotamadya Bandung 1998 adalah suplemen dengan komposisi utama omega -3. Berdasarkan pengamatan, pemasaran multi level marketing (MLM) berhasil menjaring konsumen yang leas. Pada pemasaran ini konsumen memperoleh bimbingan dan konsultasi pemahaman penggunaan suplemen, dengan demikian diasumsikan bahwa konsumen memiliki pengetahuan gizi yang memadai. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi pengaruh pengetahuan gizi terhadap penggunaan suplemen omega - 3, setelah dikontrol oleh faktor -pendapatan, tingkat konsumsi lemak, kebiasaan olahraga dan merokok. Penelitian ini menggunakan rancangan kasus kontrol marching umur dan jenis kelamin, dengan sampel 91 pasang responden. Pengolahan data menggunakan program Epi Info 6 dan Stata 4. Analisis yang dilakukan meliputi analisis univariat, bivariat dan stratifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan gizi baik mempunyai kemungkinan 5,18 kali menggunakan suplemen omega-3 dibandingkan dengan responden dengan pengetahuan gizi kurang. Pengaruh pengetahuan ini menurun menjadi 4,24 kali setelah dikontrol oleh tingkat pendidikan . Demikian pula pengaruh pengetahuan gizi menurun dari 5,18 kali menjadi 4,71 kali setelah dikontrol oleh kebiasaan olahraga . Nampaknya cars pemasararan MLM pads lokasi penelitian, menjadi faktor penentu baiknya pengetahuan gizi responden. Pemasaran dengan MLM sebaiknya melibatkan tenaga ahli dalam operasional sehari ? hari. Hal ini merupakan salah satu perlindungan kepada konsumen, dan meningkatkan efektifitas suplemen omega - 3, serta menghindari kesan bahwa pemasaran ini hanya bersifat bisnis semata. Penyuluhan yang terns - menerus dan berkesinambungan perlu menjadi program utama pada perusahan distributor suplemen omega - 3. Efektifitas manfaat suplemen omega -3 serta studi kualitatif pads penggunaan suplemen omega-3 dapat menjadi lanjutan penelitian yang telah dilakukan. ......Effect of Nutrition Knowledge on Health Food Supplement of Omega-3 in Dislipidemia cases in the Municipality of Bandung Year 1998The Coronary Heart Disease (CHD) as one of the masnifestation of degenerative diseases tends to increase in prevalence year by year. Accordingly, there is also an improved market share of health foods. Considering that the consumers should be able to understand how to use appropriately those health foods, they should obtain accurate and adequate instructions about health foods including their advantages and disadvantages, purposes on daily consumption and healthy behavior toward effective treatment from health and nutrition specialist. One of the health foods, that has already been in the Bandung market in 1998 consisted omega-3. Based on a survey, a multi Ievel marketing ( MLM ) has been able to coup wider consumer. Through this marketing channel consumers obtained effective guidance and counseling to consume and its assumed that they obtained proper nutrition knowledge. This research has a main purpose to obtain effect of nutrition knowledge to use health food omega-3 controlled by several confounding factors such as occupation, education, salary, level of fat consumption, exercise and smoke behavior. It used a case - control design by mathing in age and sex of 91 pair of respondents. Data were analysed through Epi-Info 6 and Stata 4. It is conducted through univariate, bivariate and stratification analyse. Finding showed respondents who have better nutrition knowledge have 5.18 times to use omega-3 supplement compare to the low one. This effect decreased to 4.24 times after controlled by education. Furthermore, when association controlled by exercise behavior, the use of omega-3 decrease from 5.18 times to 4.71 times. As a result, sems that multi level marketing could be also a factor influencing respondents to have better nutrition knowledge. Finally, MLM encourages people to include health and nutrition specialist in daily operational. It has also purposes of directly providing assistance and protecting consumers, increasing effective omega-3 consumption and avoiding an image profit oriented. Sustainable nutrition education, also could be a priority program in the company distributoring omega-3. Studies in efficaly of omega-3 supplement in individual and exploring the rationale on using the supplement might be done in the future.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T9575
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nyoman Sekarsari
Abstrak :
Tujuan: Mengetahui efek pemberian suplemen vitamin A penderita DVA dalam meningkatkan fungsi sensitivitas kontras, pemeriksaan sensitivitas kontras dapat menjadi alat deteksi penderita DVA dan perbedaan dosis vitamin A mengakibatkan peningkatan fungsi sensitivitas kontras. Metode: Merupakan penelitian uji klinis tersamar ganda pada anak usia 6-9 tahun yang sudah dapat membaca di desa Suwug Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng,, Bali. Pengambilan subyek penelitian berdasarkan kadar vitamin A serum yang menurun (0,35-<0,70 µmol/lt) dan pemeriksaan sensitivitas kontras (<1,75 log unit). Pemberian suplemen vitamin A dibagi menjadi 2 kelompok yaitu dosis 200.000 IU dan 100.000 IU pada hari 1,2,14. Evaluasi kadar serum vitamin A dilakukan pada hari ke-21 dan sensitivitas kontras pada hari ke-8,9, dan 21. Hasil: Sejumlah 36 (19%) anak dari 190 anak SD menderita DVA subklinis dengan sensitivitas kontras menurun. Pemeriksaan sensitivitas kontras sangat sensitive untuk diagnosa DVA subklinis (100%) terapi tidak begitu spesifik (80,5%). Didapatkan hubungan yang bermakna (p=0,00) antara sensitivitas kontras dengan kadar serum vitamin A dan didapatkan hubungan korelasi yang positif. Efek suplemen vitamin A terhadap kadar serum vitamin A dan sensitivitas kontras bermakna (p=0,00) dan tidak didapatkan perbedaan percepatan peningkatan fungsi sensitivitas kontras antar dua kelompok (p<0,05). Kesimpulan: Pemberian suplemen vitamin A dapat meningkatkan fungsi sensitivitas kontras, dengan dosis 100.000 IU sudah mencukupi terapi penderita DVA subklinis. Pemeriksaan sensitivitas kontras merupakan alat yang sensitif untuk menditeksi DVA subkluus.
Purpose: To evaluate the effect of vitamin A supplementation in increasing contrast sensitivity function of vitamin A deficiency patients. Contrast sensitivity examination can be used as a tool to detect vitamin A deficiency and the vitamin A dose variation can accelerate of sensitivity contrast function increase. Method: The study is double blind clinical trial conducted in elementary school able to read students, aged between 6-9 years old in Suwug village, Sawan, Buleleng, district of Bali. Subject were collected based upon decreased of vitamin A serum level (0,35-<0,70 µmol/lt) and decrease function of contrast sensitivity (<1,75 log unit). The intervention of vitamin A supplementation is divided into 2 doses, 200.000 IU and 100,000 IU in day 1,2 and 14. On day 21 vitamin A serum level were evaluated and contrast sensitivity on day 8.9.21. Result: Thirty six (19%) students from 190 were detected to be subclinical vitamin A deficiency with decreasing contrast sensitivity function. Contrast sensitivity is very sensitive to diagnose subclinical vitamin A deficiency (100%) but quite sensitive (80,5%). There was positive significant correlation (p=0,00) between contrast sensitivity with vitamin A serum level. The effects of vitamin A supplementation on vitamin A serum level and contrast sensitivity were significant (p=0,00). There were no difference in acceleration of contrast sensitivity increase between two groups (p<0.05). Conclusion: Vitamin A supplementation may increase contrast sensitivity function with 100.000 IU dose is enough for subclinical vitamin A deficiency therapy. Contrast sensitivity examination is a sensitive tool to detect subclinical vitamin A deficiency patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>