Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arie Fikri
"Skripsi ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat imbal hasil surat utang negara pemerintah republik Indonesia dalam valuta asing. Hal ini didasari karena yield surat utang negara atau obligasi pemerintah memberikan gambaran dengan baik atas tinggi rendahnya risiko gagal bayar pihak penerbit utang, dalam hal ini pemerintah, untuk melakukan pembayaran bunga serta pokok utang pada waktu yang telah ditetapkan. Penelitian ini menggunakan sampel data obligasi pemerintah Indonesia seri INDO?15 dengan periode April 2005 sampai dengan September 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari variabel PDB, rasio utang luar negeri terhadap PDB, tingkat inflasi, cadangan devisa, volatilitas indeks S&P 500, 30-Days Fed Fund Futures, dan volatilitas 30- Days Fed Fund Futures terhadap besarnya yield obligasi pemerintah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa cadangan devisa dalam bentuk rasio cadangan devisa terhadap PDB memberikan pengaruh dan arah yang signifikan terhadap besarnya yield obligasi pemerintah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan pemerintah dalam merumuskan rekomendasi yang tepat agar besarnya yield obligasi pemerintah berada pada kisaran yang relatif wajar serta menjadi landasan bagi pemerintah dalam rangka menentukan waktu yang tepat untuk menerbitkan obligasinya.

This thesis examines influences of factors that affecting Indonesian government bond yield in foreign currency. This is based on the government bond yield reflects the level of default risk on the debt issuer, in this case is the Indonesian government, to make payments of interest and principal amount at the predetermined time. This study uses sample data from Indonesian government bonds series INDO?15 period April 2005 to September 2012.
This study aims to determine the influence of Gross Domestic Product (GDP), the ratio of foreign debt to GDP, inflation rate, foreign reserves, volatility of S&P 500 indexes, 30- Days Fed Fund Futures, and volatility of 30-Days Fed Funds Futures toward the proxy of government bond yield.
Results of this research shows that foreign reserves in the ratio of foreign reserve to GDP provides the ability to significantly influence and correlate with the amount of government bond yield. Results of this research are expected to be a consideration in formulating proper government recommendations, so that the government bond yields are relatively at a reasonable price range and being the basis for the government in order to determine the appropriate time to issue bonds.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S44403
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusumo Adi Wibowo
"Karya ilmiah ini mempunyai tujuan untuk menilai pengaruh kepemilikan asing dan peranan market size dan trading volume terhadap volatilitas yield. Penelitian dilakukan dengan data bulanan Surat Utang Negara seri Fixed Rate dan Obligasi Ritel Indonesia mulai 2009:1- 2014:12 dan dianalisis dengan regresi panel data menggunakan SUR dan metode Fixed Effect GLS.
Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa variabel kepemilikan asing meningkatkan volatilitas yield. Peneliti juga menganalisis dampak aktivitas trading sebagai proxy likuiditas ketika berinteraksi kepemilikan asing. Sejalan dengan search based theory yang menyatakan bahwa semakin meningkatnya instrumen likuiditas dapat memperlemah volatilitas, di dalam riset ini ditemukan bahwa dampak positif volatilitas yang ditimbulkan oleh adanya kepemilikan asing akan lebih rendah pada SUN dengan market size dan trading volume yang lebih tinggi.

This paper aims to evaluate impact of foreign ownership and role of market size and trading volume on yield volatility. This research is conducted using monthly data of Fixed Rate Government Bonds and Retail Government Bonds from 2009 1 to 2014 12 and analyzed with SUR model and Fixed Effect GLS estimator.
The estimations show that the model generates significant and positive coefficient of foreign ownership variable hence it lowers the yield volatility. I also analyze the impact of trading activities as proxies for liquidity when interacting with foreign ownership. The search based theory reveals that increasing market liquidity instruments reduces volatility. In line with the theory the positive impact of foreign ownership on the yield volatility will be lower for higher government bond's market size and trading volume.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T45489
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakhrul Aufa
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak dari quantitative easing terhadap pasar keuangan Indonesia khususnya volatilitas dari yield surat berharga pemerintah. Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa kebijakan quantitative easing di Amerika Serikat terbukti berpengaruh terhadap volatilitas surat utang negara Indonesia. Berdasarkan hasil estimasi GARCH 1 1 ditemukan bahwa sebelum quantitative easing variabel yang mempengaruhi volatilitas SUN Indonesia justru adalah pasar saham Amerika Serikat yang dicerminkan oleh variabel Return S P 500 dan volatility index VIX Index namun setelah dilakukannya QE oleh The Fed variabel yang signifikan berpengaruh adalah variabel US Treasury 2 tahun US Treasury 10 tahun dan spread yield US treasury 2 tahun dan 10 tahun.
Selain itu juga ditemukan bahwa volatilitas yield SUN Indonesia mengalami penurunan paska dilakukannya QE oleh The Fed. Penurunan tersebut merupakan dampak positif dari dilakukannya QE sebab dengan penurunan tersebut Pemerintah Indonesia dapat menerbitkan surat utang dengan biaya yang lebih murah.

This research is attempted to find the impact of the quantitative easing to the Indonesian financial market especially the volatility of the Indonesian Government Securities yield. Based on the research, quantitative easing policy in the United States proved to affect the volatility of yield of Indonesia Government Bond. Based on GARCH (1,1) model it is found that before quantitative easing was done by the Fed variables that affect the volatility SUN Indonesia came from the US stock market that was reflected by the S&P 500 return and the volatility index (VIX Index), but after doing QE by the Fed, the variables that significantly influence is 2-years US Treasury, and the 10-years US Treasury, and spreads between 2 years and 10 years US Treasury.
Moreover, it is also found that the volatility of Indonesian government securities yield has decreased after doing QE by the Fed. The decline is a positive impact of the QE, because with the decline Indonesian government may issue debt securities with a cheaper cost.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dahlia Ervina
"[ABSTRAK
Tesis ini mempelajari natur dari pengaruh surprise berita makroekonomi
domestik dan global terhadap imbal hasil dan volatilitas imbal hasil Surat Utang
Negara (SUN) Indonesia dengan menggunakan harga transaksi harian SUN di
pasar perdagangan sekunder. Penelitian dilakukan pada semua seri SUN
benchmark pada periode 2010-2014.
Saya menemukan bahwa baik berita makroekonomi domestik maupun
global mempengaruhi imbal hasil dan volatilitas imbal hasil SUN secara
signifikan di pasar perdagangan sekunder dengan cara dan periode waktu yang
berbeda. Selain itu ditemukan bahwa persistensi pengaruh pada volatilitas imbal
hasil tidak berlarut-larut dan lebih cepat dibandingkan negara berkembang lain.

ABSTRACT
This research studies the nature about influence of domestic and global
macroeconomic news surprise on returns and returns volatility of Surat Utang
Negara (SUN) Indonesia using daily price of secondary market of SUN. This
research use all series of SUN benchmark for the period of 2010-2014.
I find that both domestic and global macroeconomic news surprises have
significant influence on returns and returns volatility of SUN Indonesia with
different manner and time period. I also find that the impact to the persistence of
the returns volatility is not widen and is short compared to other emerging
countries, This research studies the nature about influence of domestic and global
macroeconomic news surprise on returns and returns volatility of Surat Utang
Negara (SUN) Indonesia using daily price of secondary market of SUN. This
research use all series of SUN benchmark for the period of 2010-2014.
I find that both domestic and global macroeconomic news surprises have
significant influence on returns and returns volatility of SUN Indonesia with
different manner and time period. I also find that the impact to the persistence of
the returns volatility is not widen and is short compared to other emerging
countries]"
2015
T42748
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Audri Muhammad Fajar
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume transaksi SUN di pasar sekunder. Hasil penelitian membuktikan bahwa on-the-run-status benchmark status dan nominal oustanding SUN berkorelasi positif terhadap volume transaksi SUN di pasar sekunder, sementara tenor dan usia seasonedness / age memiliki korelasi negatif terhadap volume transaksi SUN di pasar sekunder.Penelitian juga menemukan bahwa SUN benchmark memiliki volume transaksi 1.72 kali lebih tinggi dibandingkan dengan volume obligasi non-benchmark, koefisien tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Obligasi Pemerintah Jerman dan Perancis yang masing-masing memiliki koefisien sebesar 0.69 dan 0.59 Ejsing dan Sihvonen, 2009 . Tingginya koefisien tersebut terindikasi disebabkan oleh 2 hal: 1 Pemerintah Indonesia hanya menetapkan 1 set seri SUN Benchmark dalam satu tahun, berbeda halnya dengan obligasi pemerintah Perancis / Jerman yang dapat mengganti set obligasi benchmark beberapa kali dalam satu tahun sehingga mengurangi konsentrasi penerbitan pada satu obligasi, dan 2 Dampak dari kebijakan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 134 / PMK.08 / 2013 mengenai dealer utama, dimana dealer utama diwajibkan untuk melaksanakan perdagangan jual atau beli SUN paling kurang 2,00 dua perseratus dari total volume perdagangan transaksi SUN.

This research examined factors affecting transaction volume of Indonesian Government Bonds SUN . This paper demonstrated that transaction volume of particular SUN series at the secondary market has positive correlation with on the run status benchmark status and outstanding, while in the other hand, transaction volume has negative correlation with Age and Tenor of SUN.In particular, this research discovered that benchmark status has a significant impact to transaction volume, which in SUN, benchmark status increased transaction volume by 1.72 times higher than the non benchmark SUN. This coefficient is greatly higher than German France Government Bonds with only 0.69 and 0.59 Ejsing dan Sihvonen, 2009 . The possible causes of such difference are 1 Indonesian Government only issue 1 set of benchmark bonds series year, while German France Government Bonds might change the set of benchmark bonds series more than 1 times a year. 2 Particular implication of regulation implemented by Indonesian Government PMK no.134 PMK.08 2013 which oblige primary dealers to trade benchmark series SUN with a minimum transaction volume of 2 from the total SUN benchmark series transaction volume in the secondary market."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T48286
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmanul Yusuf Mugiharto
"Dalam mendukung perekonomian di negara berkembang, khususnya di 5 negara ASEAN, Obligasi Pemerintah merupakan salah satu instrumen pembiayaan utama untuk pembangunan. Obligasi Pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) terbagi menjadi 2 jenis yaitu bersifar konvensional disebut Surat Utang Negara (SUN) dan bersifat syariah disebut Surat Berharga Syariah Negara (SBSN/Sukuk). Peran investor dalam penerbitan SBN berpengaruh terhadap perkembangan dan pendalaman pasar keuangan yang ditentukan berdasarkan besaran yield SBN baik SUN maupun Sukuk. Besaran yield SBN mempengaruhi pola perilaku investor baik secara rasional maupun irasional dalam memutuskan berinvestasi dihubungkan dengan kondisi pasar SBN di negara lain. Pola perilaku investor yang irasional disebut herd investor. Dalam penelitian ini ingin mengetahui dan menganalisa pola perilaku herd investor di pasar SBN pada 5 negara ASEAN yang dihubungkan dengan kondisi SBN di Emerging Market Asia dan US Treasury dikaitkan krisis ekonomi, ratings, serta adanya penghargaan maupun kritikan. Pendeteksian pola perilaku herd investor menggunakan metode Cross-Sectional Absolute Deviation (CSAD) diterapkan pertama kali oleh Chang, Cheng, Khorana (2000). Sebagian besar penelitian sebelumnya menganalisa herd investor di pasar saham, sementara tidak banyak penelitian di pasar obligasi. Salah satu penelitian di pasar obligasi, dilakukan oleh Galariotis, et al (2015) di pasar obligasi Uni Eropa dengan data cleanprice 10Year Government Bonds Benchmark dengan menghubungkan krisis ekonomi serta makroekonomi informasi. Penelitian ini menggunakan data harian yield 10Year SUN periode Januari 2007 - Oktober 2020 dan data harian yield 10Year Sukuk periode Januari 2013 - Oktober 2020. Dengan metode CSAD, ingin mengetahui keterkaitan antara pengembalian yield SUN dan yield Sukuk dengan yield Emerging Market Asia dan US Treasury dikaitkan krisis ekonomi, ratings SBN, adanya penghargaan dan kritikan terhadap perilaku herd investor. Selain itu, ingin mengetahui hubungan antara SUN dan Sukuk di pasar SBN serta peran Pemerintah Indonesia dalam menghadapi perilaku herd investor. Hasil penelitian menyebutkan bahwa yield Emerging Market Asia kondisi normal dan yield squared Emerging Market Asia dikaitkan krisis ekonomi serta yield squared 10Year US Treasury dikaitkan dengan ratings SUN menunjukan hubungan negatif dan signifikan mempengaruhi pengembalian yield SUN, maka hal ini mengidentifikasikan terjadinya pola perilaku herd investor. Sedangkan, pada yield Sukuk terjadi herd investor hanya pada saat yield Emerging Market Asia kondisi normal. Adanya faktor kepemimpinan yang ditunjukan melalui variabel penghargaan dan kritikan baik pada SUN maupun Sukuk tidak terjadi herd investor. Hubungan antara SUN dan Sukuk menunjukan bahwa termasuk komplementer (melengkapi) dan bukan sebagai substitusi (pengganti) di pasar SBN. Selain itu, Peran Pemerintah dalam menyikapi perilaku herd investor dengan menggunakan pendekatan analisis SWOT menentukan strategi strength-opportunities (SO) sebagai strategi yang paling tepat dalam kebijakan penerbitan SBN.

In supporting economies in developing countries, especially in 5 ASEAN countries, Government Securities are one of the main financing instruments for development. Government Securities (SBN) are divided into 2 types, namely conventional ones called Government Bonds (SUN) and Islamic bonds called Government Sharia Securities (SBSN/Sukuk). The role of investors in the issuance of SBN has an effect on the development and deepening of the financial market which is determined based on the amount of yield on both SUN and Sukuk. The amount of yield SBN affects the behaviour patterns of investors both rationally and irrationally in deciding to invest in relation to SBN market conditions in other countries. Irrational patterns of investor behaviour are called herd investors. This study wanted to find out and analyzed the patterns of herd investor behaviour in the SBN market in 5 ASEAN countries which were related to the condition of SBN in the Asian Emerging Market and US Treasury in relation to the economic crisis, ratings, as well as the existence of awards and criticism. Detection of herd investor behaviour patterns using the Cross-Sectional Absolute Deviation (CSAD) method which was first applied by Chang, Cheng, Khorana (2000). Most of the previous studies analyzed herd investors in the stock market, while there was not much research on the bond market. One of the studies on the bond market, conducted by Galariotis, et al (2015) on the EU bond market, uses the 10Year Government Bonds Benchmark clean price data by linking the economic crisis and macroeconomic information. This research uses daily data on yield of 10Year SUN for the period January 2007 - October 2020 and daily data on yield of 10Year Sukuk for the period January 2013 - October 2020. Using the CSAD method, we want to know the relationship between the yield on SUN and yield Sukuk with the yield on Emerging Market Asia and US Treasury. related to the economic crisis, SBN ratings, appreciation and criticism of herd investors behaviour. Apart from that, he wanted to know the relationship between SUN and Sukuk on the SBN market and the role of the Indonesian Government in dealing with herd investor behaviour. The result states that yield in Emerging Market in Asia is normal and yield squared in Emerging Market in Asia is associated with the economic crisis and yield squared of 10Year US Treasury associated with SUN ratings shows a negative and significant relationship affecting the return on yield SUN, so this identifies a pattern of herd investor behaviour. Meanwhile, the yield of Sukuk occurred only when the yield on Emerging Market Asia was normal. There is a leadership factor that is shown through the variable appreciation and criticism for both SUN and Sukuk, there is no herd investors. The relationship between SUN and Sukuk shows that it is complementary (complementary) and not a substitute (substitute) in the SBN market. In addition, the Government role in responding to herd investor behaviour by using the SWOT analysis approach determines the strength-opportunities (SO) strategy as the most appropriate strategy in the SBN issuance policy."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Putrianda
"Saat ini dunia pasar modal dan investasi makin marak diminati oleh masyarakat. Selain diminati oleh masyarakat, perusahaan juga semakin gencar mencari investor untuk pembiayaan perusahaannya. Salah satu produk pasar modal yang saat ini sedang naik daun ialah Perpetual Bond, yang mana adalah sebuah surat utang yang tidak memiliki batas waktu dan jatuh tempo sampai dengan adanya opsi tebus (call option) oleh penerbit. Perpetual Bond dikategorikan sebagai produk pasar modal yang hybrid karena karakternya yang merupakan surat utang yang dianggap sebagai ekuitas. Perpetual Bond dinilai menjanjikan bagi permodalan perusahaan-perusahaan besar khususnya perusahaan infrastruktur karena Perpetual Bond ini tidak akan menaikan Debt Equity Ratio (DER) perusahaan. Akan tetapi, untuk Perpetual Bond ini belum memiliki Peraturan khusus terhadapnya, yang mana membuat ketidakpastian hukum pada pelaksanaannya. Sedangkan dalam hal emiten gagal bayar, maka untuk perlindungan investor Perpetual Bond tidak kuat. Hal ini menimbulkan isu mengenai eksistensi pengaturan Perpetual Bond di Indonesia dan perlindungan investor pada saat adanya gagal bayar atau pailit dari penerbut. Untuk itu pada penelitian ini, digunakan metode yuridis-normatif yang mana penulis menganalisis ketersedian pengaturan dan perlindungan investor pada Perpetual Bond. Setelah adanya penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa belum ada pengaturan mengenai Perpetual Bond beserta perlindungan investornya. Untuk itu, disarakan untuk Otoritas Jasa Keuangan untuk membuat peraturan mengenai Perpetual Bond dan juga menguatkan perlindungan Investor Perpetual Bond.

Currently, the world of capital markets and investment is increasingly in demand by the public. In addition to being in demand by the public, the company is also increasingly seeking investors to finance its company. One of the capital market products that is currently on the rise is the Perpetual Bond, which is a debt bond that has no time limit and matures until there is a call option by the issuer. Perpetual Bond is categorized as a hybrid capital market product because of its character which is debt securities which are considered as equity. Perpetual Bonds are considered promising for the capital of large companies, especially infrastructure companies because this Perpetual Bond will not increase the company's Debt Equation Ratio (DER). However, this Perpetual Bond does not yet have a special regulation against it, which creates legal uncertainty in its implementation. Meanwhile, in the event that the issuer fails to pay, the Perpetual Bond investor protection is not strong. This raises the issue of the existence of perpetual bond arrangements in Indonesia and the protection of investors in the event of default or bankruptcy of the issuer. For this reason, in this study, the juridical-normative method is used in which the author analyzes the availability of regulation and investor protection in Perpetual Bonds. After the research has been conducted, it can be concluded that there is no regulation regarding Perpetual Bonds and their investor protection. For this reason, it is recommended for the Financial Services Authority to make regulations regarding Perpetual Bonds and also strengthen the protection of Perpetual Bond Investors. "
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeremia Timotius Pujosaputro
"Investasi pada instrumen surat utang negara (SUN) di Indonesia memiliki perkembangan yang cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Dependensi APBN terhadap SUN yang naik serta partisipasi investor yang meningkat dari tahun ke tahun menjustifikasi hal tersebut. Pemahaman yang lebih komprehensif mengenai SUN serta faktor apa saja yang mempengaruhi pergerakan imbal hasilnya dapat menambah perspektif bagi pemerintah dan investor. Penelitian ini mencoba mencari hubungan jangka pendek dan jangka panjang antara imbal hasil SUN 10 tahun dengan inflasi, suku bunga, nilai tukar, pergerakan imbal hasil surat utang Amerika bertenor 10 tahun, serta instrumen derivatif credit default swap (CDS) bertenor 5 tahun dalam rentang waktu 2015-2021 dengan menggunakan metode regresi vector error correction model. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa suku bunga, inflasi, imbal hasil US Treasury bertenor 10 tahun dan instrumen CDS memiliki hubungan yang signifikan dan positif terhadap pergerakan imbal hasil SUN dalam jangka pendek dan panjang. Sementara, nilai tukar memiliki hubungan yang signifikan positif dalam jangka pendek namun berhubungan negatif dalam jangka panjang.

Investment on Indonesian Government 10-year Bonds has had significant improvement in the last few years. The phenomenon has been justified not just by the increase of dependency of the state budget in relation to government bonds, but also the increase of participants investing in government bonds every year. A comprehensive understandment on government bonds and factors affecting their yield can give a perspective to the government and the investors. This paper examines the short-term and long-term relationship of inflation, BI rate, exchange rate, US treasury yield, and 5-year credit default swap on bonds yield from 2015-2021 period using vector error correction model. BI Rate, inflation, 10-year US Treasury Yield and CDS instrument shows positive and significant relationship towards SUN in short-term and long-term. Exchange rate shows positive and significant relationship on short-term, but shows negative and significant relationship on the long-term."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulyanto
"Keputusan Pemerintahan untuk menerbitkan Obligasi Negara Ritel (ORI) pada pertengahan tahun 2006 lalu merupakan salah satu kebijakan moneter yang dikeluarkan dalam rangka menutupi "Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)" yang tidak lain merupakan bentuk lain dari Surat Utang Negara (SUN) yang dijual secara Ritel kepada Publik. Hubungan hukum yang terjadi antara pihak-pihak terkait dalam transaksi Obligasi Negara Retail (ORI), bisa dilihat berdasarkan hak dan kewajiban yang dimiliki oleh lembaga-lembaga atau organ-organ yang terlibat pada saat terjadinya transaksi ORI. Organ-organ yang terlibat dalam transaksi di pasar perdana meliputi Pemerintah, Bank Indonesia (central registry), Agen Penjual dan Investor. Sedangkan di pasar sekunder, selain organ-organ yang terlibat di pasar perdana ada juga organ-organ lainnya, yang meliputi Bursa Efek Surabaya (BES), Perusahaan Efek, serta Bank Lembaga Kustodian yang merupakan subregistry dari Bank Indonesia. Sedangkan dukungan hukum bisnis terkait dengan kebijakan penerbitan Obligasi Negara Ritel (ORI) oleh pemerintah, meliputi berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait langsung dengan kebijakan tersebut, diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia (Revisi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999). Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (Revisi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992) serta Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan. Dukungan hukum bisnis yang cukup baik terhadap penerbitan Obligasi Negara Ritel (ORI) merupakan salah satu faktor pendukung kesuksesan penjualan ORI baik itu di pasar perdana maupun di pasar sekunder Oleh karena itu, Pemerintah selaku regulator hendaknya terus memperbaiki dan menambah regulasi-regulasi yang terkait dengan keberhasilan ORI sebagai benchmark investasi masyarakat individual pada umumnya."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T17018
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deasy Prasetyo Utami
"Penelitian ini menguji pengaruh mekanisme corporate governance terhadap peringkat surat utang yang diterbitkan oleh perusahaan di Indonesia yang bergerak pada sektor industri perbankan dan keuangan. Tata kelola perusahaan dilihat dari segi efektivitas peran organ dewan komisaris dan komite audit yang dinilai menggunakan checklist scoring. Komponen yang dinilai terdiri atas segi independensi, aktivitas, ukuran, dan kompetensi.
Penelitian ini menggunakan peringkat surat utang yang dikeluarkan PT Pefindo sebagai lembaga pemeringkat. Berdasarkan sampel perusahaan tahun 2010-2015 sebanyak 130 observasi, hasil pengujian dari model ordererd logit menunjukkan terdapat hubungan positif signifikan peringkat surat utang dengan tata kelola perusahaan.

This research examined the effect of corporate governance mechanism on the firms bond rating in Indonesia, specifically on banking and financial industries. The corporate governance viewed in terms of board of commissioners and audit committee's effectiveness then assessment based on questions checklist scoring. Scoring components consisted of independence, activity, size, and competence.
This study used bond rating issued by PT Pefindo as a rating agency. Based on sample of 130 firm-year during 2010-2015, the results of ordered logit model showed strong evidence for a positive relationship between bond rating and corporate governance.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S66320
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>