Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abdul Mujib Arijuddin
"Penggunaan kosmetik saat ini bagi perempuan muslim menjadi sebuah kebutuhan untuk meningkatkan kepercayaan diri, namun perlu diperhatikan bagi Wanita muslim adalah produk yang digunakan harus halal, tetapi saat ini masih banyak konsumen muslim yang lebih memilih merek kosmetik tanpa label halal dengan alasan brand popular dan bersedia membayar mahal demi sebuah kualitas. Di Sisi lain banyak juga konsumen muslim yang meragukan kehalalan produk kosmetik yang diproduksi oleh non-muslim serta negara non-Muslim. Pada sisi produsen juga dalam lima tahun terakhir menurut data dari MUI dan BPOM hanya 19% produk kosmetik yang beredar di Indonesia yang sudah tersertifikasi halal. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk melihat fenomena brand switching behavior pada konsumen muslim terhadap produk kosmetik berlabel halal. Desain penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan data kuesioner pada sampel 347 responden. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan SEM-PLS. Hasil dari penelitian ini menunjukkan, pada push factor variabel product safety memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap brand switching behavior, variabel low quality memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap brand switching behavior, dan variabel pricing problem memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan. Kemudian pada pull factor variabel percieved value memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap brand switching behavior, variabel brand image memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap brand switching behavior, dan variabel promosi iklan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap brand switching behavior, dan pada mooring factor variabel religiusitas memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap brand switching behavior, dan variabel subjective norms memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap brand switching behavior.

The current use of cosmetics for Muslim women is necessary to increase self-confidence, but what must be considered for Muslim women is that the products used must be halal. However, many Muslim consumers currently prefer cosmetic brands without a halal label because the brand is famous and willing to pay. Expensive for quality. On the other hand, many Muslim consumers doubt the haleness of cosmetic products produced by non-Muslims and non-Muslim countries. On the producer's side, in the last five years, according to data from the MUI and BPOM, only 19% of cosmetic products circulating in Indonesia have been halal certified. So this study aims to look at brand-switching behavior among Muslim consumers toward cosmetic products labeled halal. The research design is a quantitative study using questionnaire data from 347 respondents. Research data were analyzed using SEM-PLS. The results of this study indicate that the push factor variable product safety has a positive and significant influence on brand switching behavior, low-quality variables have a positive and significant influence on brand switching behavior, and the pricing problem variable has a negative and insignificant effect. Then on the pull factor, the variable perceived value has a positive and significant influence on brand switching behavior, the brand image variable has a positive and significant influence on brand switching behavior, and the advertising promotion variable has a positive and significant influence on brand switching behavior, and on the mooring factor the religiosity variable has a positive and significant effect on brand switching behavior, and the subjective norms variable has a positive and insignificant influence on brand switching behavior."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erasto Akbar Adjie
"Pandemi COVID-19 telah memicu pergeseran kebiasaan belanja obat-obatan masyarakat dunia, termasuk Indonesia, dari apotek fisik ke platform daring seperti electronic marketplace (e-marketplace) atau electronic pharmacy (e-pharmacy). Namun, peristiwa-peristiwa yang telah lalu menunjukkan bahwa berbelanja obat melalui e-marketplace tidak selalu terjamin kualitas dan keamanannya, apalagi mengingat sifat obat sebagai produk berisiko tinggi (high-risk product). Berangkat dari isu tersebut, penelitian ini ingin mempelajari faktor-faktor yang dapat membuat masyarakat Indonesia mau beralih ke e-pharmacy yang dapat menawarkan proses dan produk yang lebih aman. Untuk meneliti hal tersebut, penulis menggunakan teori Push-Pull-Mooring dan DeLone and McLean IS Success Model. Data penelitian ini dikumpulkan melalui kuesioner yang diisi oleh 778 responden dan wawancara dengan tiga puluh narasumber. Data kuantitatif diolah dengan PLS-SEM, sedangkan data kualitatif diolah dengan content analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa push factor, pull factor, dan mooring factor berpengaruh terhadap switching intention ke e-pharmacy, yang kemudian berpengaruh terhadap switching behavior. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak e-marketplace dalam memberikan kualitas dan keamanan yang diharapkan oleh penggunanya, regulator agar dapat menekankan regulasi yang lebih ketat, dan e-pharmacy dalam memperkuat fitur yang menjadi nilai lebih dari e-marketplace.

The COVID-19 pandemic has triggered a shift in the medicine purchasing behaviors of the world's population, including Indonesia, from physical pharmacies to online platforms such as electronic marketplaces (e-marketplaces) or electronic pharmacies (e-pharmacy). However, shopping for drugs through e-marketplaces does not always guarantee quality and safety, especially given the nature of drugs as high-risk products. Departing from this issue, this research wants to study the factors that can motivate Indonesian people to switch to e-pharmacy which can offer safer processes and products. We use the Push-Pull-Mooring theory and the DeLone and McLean IS Success Model. We collected 778 respondents’ data and interviewed thirty respondents. The quantitative data obtained was processed by PLS-SEM, while the qualitative data was processed by content analysis. This research shows that push factors, pull factors, and mooring factors influence switching intentions to e-pharmacy, which in turn affects actual switching behavior. The results of this study are expected to provide valuable insights for e-marketplaces in delivering the quality and security expected by their users, regulators to emphasize regulations for e-marketplaces, and e-pharmacy to strengthen features that are added value over e-marketplaces.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raihan Rizqi Muhtadiin
"Pandemi COVID-19 telah memicu pergeseran kebiasaan belanja obat-obatan masyarakat dunia, termasuk Indonesia, ke platform daring seperti electronic marketplace (e-marketplace) atau electronic pharmacy (e pharmacy). Namun, peristiwa-peristiwa yang telah lalu menunjukkan bahwa berbelanja obat melalui e-marketplace tidak selalu terjamin kualitas dan keamanannya, apalagi obat adalah produk berisiko tinggi (high risk product). Berangkat dari isu tersebut, penelitian ini ingin mempelajari faktor-faktor yang dapat membuat masyarakat Indonesia mau beralih ke e-pharmacy yang dikelola langsung oleh pihak kefarmasian sehingga dapat menawarkan proses dan produk yang lebih aman. Untuk meneliti hal tersebut, penulis menggunakan teori Push Pull-Mooring dan DeLone and McLean IS Success Model. Data dalam penelitian ini dikumpulkan secara kuantitatif melalui kuesioner yang diisi oleh 778 responden dan kualitatif melalui wawancara dengan tiga puluh narasumber. Data kuantitatif yang diperoleh diolah dengan PLS-SEM, sedangkan data kualitatif diolah dengan content analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa push factor, pull factor, dan mooring factor berpengaruh terhadap switching intention ke e-pharmacy, yang kemudian berpengaruh terhadap switching behavior. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak e-marketplace dalam memberikan kualitas dan keamanan yang diharapkan oleh penggunanya, regulator agar dapat menekankan regulasi yang lebih ketat di e-marketplace, dan e-pharmacy agar dapat memperkuat fitur yang menjadi nilai lebih dari e-marketplace.

The COVID-19 pandemic has sparked a global shift in medicine purchasing behaviors, including Indonesia, from physical pharmacies to online platforms like electronic marketplace (e-marketplace) or electronic pharmacy (e pharmacy). However, past events raise concerns about the quality and safety of medicines acquired through e-marketplaces, given the high-risk nature of medicines. This research delves into the factors driving Indonesians to switch from e-marketplace, which is a multipurpose platform, to e-pharmacy which is a platform more specialized in selling medicines and managed directly by pharmacy professionals. Using the Push-Pull-Mooring theory and the DeLone and McLean IS Success Model, 778 survey respondents were gathered as quantitative data and thirty interview respondents were gathered as qualitative data. Quantitative data was processed using PLS SEM, while qualitative data was analyzed through content analysis to further confirm findings from quantitative data analysis. Our findings reveal that push factors, pull factors, and mooring factors significantly influence the intention to switch to e-pharmacy, which subsequently affects actual switching behavior. These insights are valuable for e-marketplaces in improving user satisfaction and safety, for regulators in enforcing stricter e-commerce regulations, and for e-pharmacies in augmenting their unique features over e-marketplaces.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anella Prisdayanti Damanik
"Aplikasi MuTrans yang diluncurkan pada Oktober 2020 oleh Pemerintah Kota Tebing Tinggi melalui Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu wujud dari pemanfaatan teknologi digital untuk membantu memulihkan perekonomian di Kota Tebing Tinggi, khususnya bagi para penyedia jasa transportasi becak motor dan pelaku UMKM di Kota Tebing Tinggi. Selain itu, peluncuran aplikasi ini juga sebagai salah satu bentuk pewujudan misi Diskominfo untuk menjadikan Kota Tebing Tinggi menjadi Smart City dengan memanfaatkan sumber daya berbasis kearifan lokal. Namun, hingga Januari 2022 jumlah pengguna aplikasi MuTrans hanya 1.897 pengguna dan tidak memenuhi target awal pengguna yang ditetapkan oleh Diskominfo. Rendahnya jumlah pengguna aplikasi MuTrans menunjukkan kurangnya penerimaan masyarakat terhadap aplikasi MuTrans yang diluncurkan oleh Pemerintah Kota melalui Diskominfo. Berdasarkan hal tersebut, digunakan kerangka kerja Push Pull Mooring (PPM) yang membentuk model penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi niat pengguna untuk beralih dari menggunakan layanan becak motor secara konvensional ke layanan aplikasi MuTrans. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik CB-SEM dengan alat bantu AMOS 21 pada 214 data yang berhasil dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner online. Dari 10 hipotesis yang diuji dalam penelitian ini, sebanyak 6 hipotesis diterima dan 4 hipotesis ditolak. Faktor – faktor yang memengaruhi niat pengguna untuk beralih menggunakan aplikasi MuTrans yaitu Perceived Seacrh Effort, Subjective Norm, dan Perceived Ease of Use. System Quality diketahui menjadi faktor yang memengaruhi pengguna secara tidak langsung. Berdasarkan faktor-faktor tersebut juga dihasilkan rekomendasi praktis yang dapat digunakan oleh Diskominfo sebagai acuan dalam pengembangan aplikasi MuTrans ke depannya.

The MuTrans application which was launched in October 2020 by the Tebing Tinggi City Government through the Tebing Tinggi City Communications and Information Office (Diskominfo) is a manifestation of the use of digital technology to assist economic discovery in Tebing Tinggi City, especially for motorcycle rickshaw service providers and actors MSMEs in Tebing Tinggi City. In addition, the launch of this application is also a realization of Diskominfo's mission to turn Tebing Tinggi City into a Smart City by utilizing local wisdom-based resources. However, until January 2022 the number of users of the MuTrans application was only 1,897 users and did not meet the initial user target set by Diskominfo. The low number of users of the MuTrans application shows the lack of public acceptance of the MuTrans application launched by the City Government through Diskominfo. Based on this, the Push Pull Mooring (PPM) framework is used which forms a research model to determine the factors that influence users' intentions to switch from using conventional motorized tricycles to MuTrans application services. Data processing was carried out using the CB-SEM technique with the AMOS 21 tool on 214 data that had been collected using an online questionnaire. Of the 10 hypotheses tested in this study, 6 were accepted and 4 were rejected. – the factors that influence the user's intention to switch to using the MuTrans application are Perceived Search Effort, Subjective Norm, and Perceived Ease of Use. System quality is known to be a factor that affects users indirectly. Based on these factors, recommendations were also produced that could be used by Diskominfo as a reference in developing the MuTrans application."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yoel Zakhary Indraputra
"Penelitian terdahulu telah meneliti pengaruh efek push-pull-mooring yang mendorong niat beralih individu ke platform pendidikan non-formal. Dikarenakan faktor keuangan dan kegunaan diabaikan, penelitian ini akan menambahkan faktor perceived price dan perceived usefulness. Data diperoleh melalui survei daring di Indonesia dengan 370 responden dan dianalisis menggunakan pemodelan persamaan covariance-based (CB-SEM). Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh tidak langsung antara faktor perceived price dan perceived usefulness terhadap niat beralih individu. Temuan pada penelitian ini bertujuan untuk membantu penyedia platform pendidikan mengembangkan layanan yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Faktor-faktor lainnya yang membantu meningkatkan niat beralih ke edukasi online non-formal akan dijelaskan dalam kerangka push-pull-mooring.

Previous studies have examined the influence of the push-pull-mooring effect on individuals' intentions to switch to non-formal educational platforms. Since financial and usability factors have been overlooked, this study will add perceived price and perceived usefulness factors. Data was obtained through an online survey in Indonesia with 370 respondents and analyzed using covariance-based structural equation modeling (CBSEM). The results of the study show an indirect influence between perceived price and perceived usefulness factors on individuals' switching intentions. The findings of this study aim to assist non-formal education platform providers in developing services that meet user needs. Other factors that help increase switching intentions to non-formal online education will be explained within the push-pull-mooring framework."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sanitianing Anggraini
"Perilaku peralihan produk bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan pemilik kendaraan menjadi hal yang penting bagi penyedia bahan bakar. Persaingan bisnis National Oil Company (NOC) yang melibatkan penyedia asing menjadi menarik untuk dikaji perilaku switchingnya. Untuk mengisi kesenjangan akademis, penelitian ini berfokus pada pemikiran logis yang diterapkan pada konsep teoritis push, pull, dan mooring (PPM). Nasionalisme yang menjadi salah satu faktor tambatan penting untuk menilai sejauh mana sensitivitas dalam upaya menahan pelanggan untuk berpindah dan juga fasilitas sebagai faktor penariknya. Data yang digunakan adalah data time series longitudinal dan sebanyak 139 orang mengisi kuesioner online berskala 6 likert dengan 293 data masukan dan dianalisis menggunakan sistem dinamik. Diagram causal loop disusun berdasarkan konteks penelitian untuk melihat polaritas antar variabel pada setiap faktor dan menjadi dasar hipotesis dinamis. Temuan melalui penelitian ini mengkonfirmasi perilaku peralihan pada kondisi yang ada dibandingkan dengan sensitivitas skenario untuk menjawab hipotesis dinamika. Kerangka kerja push-pull-mooring dapat berguna dalam system dynamics untuk mengidentifikasi perilaku peralihan antara empat penyedia. Temuan penelitian ini memberikan implikasi tersirat terhadap strategi kompetitif penyedia bahan bakar.

The switching behavior of fuel products to meet the needs of vehicle owners become critical for fuel providers. Business competition for the National Oil Company (NOC) involving foreign providers becomes interesting to examine switching behavior. To fill an academic gap, this study focuses on logical thinking which is applied to the theoretical concepts of push, pull, and mooring (PPM). Nationalism which is one of the mooring factors is important to assess the extent of sensitivity in an effort to restrain customers from switching and also facilities as the pull factor. The data used is longitudinal time series data and as many as 139 people filled out a 6 Likert-scale online questionnaire with 293 input data and analyzed using system dynamics. Causal loop diagrams are prepared based on the research context to see the polarity between variables in each factor and become the basis for dynamic hypotheses. The findings through this study confirm the switching behavior on the existing conditions compared with the sensitivity by scenarios to answer the dynamics hypotheses. The push-pull-mooring framework can be useful in system dynamics to identified switching behavior between four providers. These research findings offer imply implications for the competitive strategy of fuel providers."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathania Calista
"Pandemi COVID-19 telah memicu pergeseran kebiasaan belanja obat-obatan masyarakat dunia, termasuk Indonesia, dari apotek fisik ke platform daring seperti electronic marketplace (e-marketplace) atau electronic pharmacy (e-pharmacy). Namun, peristiwa-peristiwa yang telah lalu menunjukkan bahwa berbelanja obat melalui e-marketplace tidak selalu terjamin kualitas dan keamanannya, apalagi mengingat sifat obat sebagai produk berisiko tinggi (high-risk product). Berangkat dari isu tersebut, penelitian ini ingin mempelajari faktor-faktor yang dapat membuat masyarakat Indonesia mau beralih ke e-pharmacy yang dapat menawarkan proses dan produk yang lebih aman. Untuk meneliti hal tersebut, penulis menggunakan teori Push-Pull-Mooring dan DeLone and McLean IS Success Model. Data penelitian ini dikumpulkan melalui kuesioner yang diisi oleh 778 responden dan wawancara dengan tiga puluh narasumber. Data kuantitatif diolah dengan PLS-SEM, sedangkan data kualitatif diolah dengan content analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa push factor, pull factor, dan mooring factor berpengaruh terhadap switching intention ke e-pharmacy, yang kemudian berpengaruh terhadap switching behavior. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak e-marketplace dalam memberikan kualitas dan keamanan yang diharapkan oleh penggunanya, regulator agar dapat menekankan regulasi yang lebih ketat, dan e-pharmacy dalam memperkuat fitur yang menjadi nilai lebih dari e-marketplace.

The COVID-19 pandemic has triggered a shift in the medicine purchasing behaviors of the world's population, including Indonesia, from physical pharmacies to online platforms such as electronic marketplaces (e-marketplaces) or electronic pharmacies (e-pharmacy). However, shopping for drugs through e-marketplaces does not always guarantee quality and safety, especially given the nature of drugs as high-risk products. Departing from this issue, this research wants to study the factors that can motivate Indonesian people to switch to e-pharmacy which can offer safer processes and products. We use the Push-Pull-Mooring theory and the DeLone and McLean IS Success Model. We collected 778 respondents’ data and interviewed thirty respondents. The quantitative data obtained was processed by PLS-SEM, while the qualitative data was processed by content analysis. This research shows that push factors, pull factors, and mooring factors influence switching intentions to e-pharmacy, which in turn affects actual switching behavior. The results of this study are expected to provide valuable insights for e-marketplaces in delivering the quality and security expected by their users, regulators to emphasize regulations for e-marketplaces, and e-pharmacy to strengthen features that are added value over e-marketplaces.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Wong
"Berkembangnya tren Hallyu wave yang semakin pesat secara global membuat pertumbuhan kelompok penggemar (fanbase) juga semakin cepat. Digitalisasi teknologi mampu menciptakan fandom community platform untuk memfasilitasi penggemar dan idola dalam satu ruang digital sehingga memudahkan proses interaksi, contohnya Weverse. Weverse merupakan salah satu aplikasi fandom community platform yang memiliki model bisnis berbasis langganan berbayar, yang mengubah pengguna menjadi membership dalam suatu komunitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor push, pull, dan mooring yang memengaruhi niat pengguna langganan aplikasi Weverse dari gratis ke berbayar. Teori yang digunakan pada penelitian adalah teori Consumer Switching Behavior (CSB) dan menggunakan pendekatan Push-Pull-Mooring (PPM) sebagai salah satu kerangka kerja yang dikenal untuk meneliti switching intention. Penelitian memiliki 153 responden valid yang setidaknya pernah berlangganan satu kali pada komunitas Weverse. Dengan menggunakan mix method dan analisis dengan PLS-SEM, ditemukan bahwa alternative attractiveness, low satisfaction, dan social influence berpengaruh secara positif terhadap switching intention. Sementara itu, content richness, perceived exclusivity, fanaticism, functional deprivation, dan switching cost tidak berpengaruh pada switching intention. Dari temuan tersebut, penelitian ini berkontribusi dalam mengisi celah penelitian terkait analisis penggunaan layanan fandom community platform khususnya Weverse, yang belum pernah diteliti sebelumnya. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pihak Weverse untuk mengevaluasi layanan mereka sehingga semakin banyak pengguna yang beralih dari langganan gratis ke berbayar (membership).

The rapid growth of the global Hallyu wave trend has led to an accelerated expansion of fan bases. Technological digitalization has enabled the creation of fandom community platforms to facilitate fans and idols in a digital space, easing the interaction process, exemplified by platforms like Weverse. Weverse is one such fandom community application with a subscription-based business model, transforming users into members of a community. This research aims to identify the push, pull, and mooring factors influencing users' intention to switch from free to paid subscriptions on the Weverse app. The Consumer Switching Behavior (CSB) theory is employed, utilizing the Push-Pull-Mooring (PPM) approach as a framework known for investigating switching intention. The study involves 153 valid respondents who have subscribed at least once to the Weverse community. Through a mixed-method approach and analysis using Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM), it was found that alternative attractiveness, low satisfaction, and social influence positively influence switching intention. Meanwhile, content richness, perceived exclusivity, fanaticism, functional deprivation, and switching costs do not impact switching intention. From these findings, this research contributes to filling research gaps related to analyzing the use of fandom community platform services, especially Weverse, which has never been researched before. Apart from that, it is also hoped that this research can contribute to Weverse evaluating its services so that more users switch from free to paid subscriptions (membership)."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrea Debora Narulita
"Layanan e-wallet telah mengalami pertumbuhan yang signifikan di Indonesia selama sembilan tahun terakhir dan menjadi tren yang berkembang pesat. E-Wallet memungkinkan pengguna untuk melakukan transaksi online tanpa perlu menggunakan uang tunai atau kartu fisik dengan hanya melakukan autentikasi pembayaran menggunakan PIN. Sebagai sistem yang paling banyak digunakan oleh masyarakat saat ini untuk memenuhi kebutuhan transaksi dan pembayaran secara digital, e-wallet menghadapi isu keamanan dan privasi data dari PIN dengan membuat metode autentikasi biometrik. Meskipun begitu, belum banyak pengguna yang beralih menggunakan biometrik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang menjadi pengaruh atas niat pengguna dalam beralih menggunakan biometrik (switching intention) di dalam autentikasi pembayaran e-wallet. Pengumpulan data dilakukan dengan melalui wawancara terhadap 15 narasumber dan survei terhadap 441 responden. Pengolahan data kualitatif menggunakan metode grounded theory. Sementara itu, pengolahan data kuantitatif menggunakan metode partial least squares structural equation modeling (PLS-SEM). Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa system reliability, secure comfortability dari faktor pull berpengaruh signifikan terhadap persepsi pengguna terkait manfaat biometrik (perceived usefulness). Sementara itu, perceived inconvenience dan perceived vulnerability dari faktor push tidak berpengaruh. Selanjutnya, variabel facilitating conditions, habit, social influence, dan perceived usefulness berpengaruh signifikan terhadap switching intention sementara personal innovativeness tidak. Terakhir, niat beralih pengguna berpengaruh terhadap sikap berpindah pengguna. Temuan ini diharapkan dapat membantu platform e-wallet dalam merancang strategi yang efektif untuk meningkatkan fitur biometrik dalam autentikasi pembayaran e-wallet.

E-Wallet services have experienced significant growth in Indonesia over the past nine years, becoming a rapidly growing trend. E-Wallets allow users to perform online transactions without the need for cash or physical cards by simply authenticating payments using a PIN. As the most widely used system by the public today for fulfilling digital transaction and payment needs, e-wallets face data security and privacy issues related to pins by implementing biometric authentication methods. However, not many users have switched to using biometrics. This study aims to analyze the factors influencing users' intentions to switch to biometric authentication (switching intention) in e-wallet payment authentication. Data collection was conducted through interviews with 15 informants and surveys of 441 respondents. Qualitative data analysis was performed using grounded theory, while quantitative data analysis utilized partial least squares structural equation modeling (PLS-SEM). The results of the study indicate that system reliability and secure comfortability, from the pull factors, significantly affect users' perceptions of the usefulness of biometrics (perceived usefulness). Meanwhile, perceived inconvenience and perceived vulnerability, from the push factors, have no significant effect. Furthermore, the variables facilitating conditions, habit, social influence, and perceived usefulness significantly influence switching intention, while personal innovativeness does not. Finally, users' switching intention influences their switching behavior. These findings are expected to assist e-wallet platforms in designing effective strategies to enhance biometric features in e-wallet payment authentication."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atika Najla Febryani
"Layanan e-wallet telah mengalami pertumbuhan yang signifikan di Indonesia selama sembilan tahun terakhir dan menjadi tren yang berkembang pesat. E-Wallet memungkinkan pengguna untuk melakukan transaksi online tanpa perlu menggunakan uang tunai atau kartu fisik dengan hanya melakukan autentikasi pembayaran menggunakan PIN. Sebagai sistem yang paling banyak digunakan oleh masyarakat saat ini untuk memenuhi kebutuhan transaksi dan pembayaran secara digital, e-wallet menghadapi isu keamanan dan privasi data dari PIN dengan membuat metode autentikasi biometrik. Meskipun begitu, belum banyak pengguna yang beralih menggunakan biometrik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang menjadi pengaruh atas niat pengguna dalam beralih menggunakan biometrik (switching intention) di dalam autentikasi pembayaran e-wallet. Pengumpulan data dilakukan dengan melalui wawancara terhadap 15 narasumber dan survei terhadap 441 responden. Pengolahan data kualitatif menggunakan metode grounded theory. Sementara itu, pengolahan data kuantitatif menggunakan metode partial least squares structural equation modeling (PLS-SEM). Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa system reliability, secure comfortability dari faktor pull berpengaruh signifikan terhadap persepsi pengguna terkait manfaat biometrik (perceived usefulness). Sementara itu, perceived inconvenience dan perceived vulnerability dari faktor push tidak berpengaruh. Selanjutnya, variabel facilitating conditions, habit, social influence, dan perceived usefulness berpengaruh signifikan terhadap switching intention sementara personal innovativeness tidak. Terakhir, niat beralih pengguna berpengaruh terhadap sikap berpindah pengguna. Temuan ini diharapkan dapat membantu platform e-wallet dalam merancang strategi yang efektif untuk meningkatkan fitur biometrik dalam autentikasi pembayaran e-wallet.

E-Wallet services have experienced significant growth in Indonesia over the past nine years, becoming a rapidly growing trend. E-Wallets allow users to perform online transactions without the need for cash or physical cards by simply authenticating payments using a PIN. As the most widely used system by the public today for fulfilling digital transaction and payment needs, e-wallets face data security and privacy issues related to pins by implementing biometric authentication methods. However, not many users have switched to using biometrics. This study aims to analyze the factors influencing users' intentions to switch to biometric authentication (switching intention) in e-wallet payment authentication. Data collection was conducted through interviews with 15 informants and surveys of 441 respondents. Qualitative data analysis was performed using grounded theory, while quantitative data analysis utilized partial least squares structural equation modeling (PLS-SEM). The results of the study indicate that system reliability and secure comfortability, from the pull factors, significantly affect users' perceptions of the usefulness of biometrics (perceived usefulness). Meanwhile, perceived inconvenience and perceived vulnerability, from the push factors, have no significant effect. Furthermore, the variables facilitating conditions, habit, social influence, and perceived usefulness significantly influence switching intention, while personal innovativeness does not. Finally, users' switching intention influences their switching behavior. These findings are expected to assist e-wallet platforms in designing effective strategies to enhance biometric features in e-wallet payment authentication."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>