Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 61 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Akip
Abstrak :
Perusahaan peserta Jamsostek yang menunggak iuran banyak dikarenakan kenakalan (delinquency), mismanajemen dan faktor eksternal yang tidak mendukung. Oleh karena itu diperlukan identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Account Receivable turnover yang optimal dan untuk melihat sejauh mana efisiensi dan efektifitas dalam pelaksanaan pengelolaan dan penagihan piutang iuran perusahaan pada PT. Jamsostek (Persero) khususnya Kantor Cabang Gatot Subroto. Kerangka implementasi pengelolaan dan penagihan piutang iuran berada dalam lingkup strategi perusahaan. Analisis SWOT yang dimulai dengan menganalisis lingkungan eksternal maupun internal perusahaan dipergunakan untuk mendapatkan strategi yang tepat bagi perusahaan, untuk menentukan strategi apa yang akan digunakan oleh PT. Jamsostek (Persero) khususnya cabang Gatot Subroto dalam penyelesaian piutang iuran perusahaan Program Jamsostek. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan bantuan data pendukung yang bersifat kuantitatif dengan teknik pengumpulan data primer dan data sekunder, selain itu dilakukan pula wawancara dan kuesioner dengan pihak-pihak yang terkait langsung dengan Program Jamsostek, seperti petugas perusahaan yang ikut Program Jamsostek, Kepala Kantor Cabang, Kepala Bidang Pemasaran dan Petugas Lapangan (Account Officer) PT. Jamsostek (Persero) Cabang Gatot Subroto. Hasil analisis SWOT matrix PT. Jamsostek (Persero) khususnya Cabang Gatot Subroto menunjukkan pada posisi kuadran 2 yaitu dalam posisi stabil, strategi korporasi yang sesuai adalah "selective maintenance" artinya aktivitas yang harus dilakukan bersifat preventif secara selektif dan kehati-hatian, disamping itu pencatatan keuangan dan penyajian data keuangan harus tepat waktu dan akurat (real time.) dan untuk memperkecil piutang iuran perusahaan dilakukan dengan usaha administrasi dan usaha manajerial.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T481
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aam Bastaman
Abstrak :
Industri Direct selling - multilevel marketing (MLM) telah menunjukkan pertumbuhan yang sangat cepat, terutama dalam dekade tahun 80-an, dan terutama di Indonesia dalam dekade tahun 90-an. Sebagai sebuah industri, direct selling (termasuk multilevel marketing) memberikan potensi peluang usaha alternatif yang cukup menjanjikan bagi masyarakat.
Berdasarkan catatan World Federation of Direct Selling Association (1989; 8), terdapat sekitar 30 juta orang di seluruh dunia terlibat dalam aktifitas bisnis direct selling sebagai distributor independen. Sedangkan industri ini mencatat penjualan lebih dari 80 Milyar dollar Amerika dalam tahun 1999.
Mengingat pentingnya peranan industri direct selling, terutama dalam menciptakan lapangan kerja alternatif, maka penulis tertarik meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja penjualan pada perusahaan direct selling - multilevel marketing multinasional di Indonesia, dengan mengambil studi kasus di PT. Amindoway Indonesia, Jakarta.
Dalam penelitian ini dibahas mengenai: I. Kinerja penjualan Amway di Asia Pasifik, 2. Posisi penjualan Amway di Indonesia dibandingkan dengan kinerja penjualan Amway di beberapa negara Asia Pasifik, 3. Pengaruh Program Insentif (Peluang Bisnis), Promosi, Kualitas Produk, Pimpinan Distributor/UpLine Sponsor, Jaminan Kepuasan 100%, Keyakinan pada Bisnis Amway dan Faktor Penjualan Eceran (variabel-variabel X, baik secara individual maupun secara bersama-sama) terhadap kinerja penjualan (variabel Y), dengan menggunakan koefisien korelasi Spearman dan model single regression dan multiple regression.
Sampel sebanyak 50 orang diambil dengan menggunakan simple random sample dan sekitar 20,000 populasi distributor Amway yang aktif di Jakarta.
Hasil penelitian ini menunjukkan faktor Program Promosi memberikan pengaruh yang kecil (tidak signifikan) terhadap kinerja penjualan, faktor Kualitas Produk memberikan pengaruh yang signifikan, faktor Jaminan Kepuasan 100% relatif memberikan pengaruh, faktor Pimpinan Distributor memberikan pengaruh yang kurang signifikan, faktor Insentif (Peluang Bisnis) memberikan pengaruh, faktor Penjualan Eceran juga kurang memberikan pengaruh.
Secara keseluruhan faktor-faktor yang memberi pengaruh terbesar terhadap kinerja penjualan adalah faktor Kualitas Produk, program Insentif (Peluang Bisnis) dan Jaminan Kepuasan 100%.
Coefficient of Multiple Correlation diantara variabel-variabel X dan Y tersebut sebesar 0.6627 (66.27%), yang berarti pengaruh variabel-variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) sebesar 66.27%.
Saran kepada perusahaan untuk lebih fokus terhadap ketiga variabel yang mempengaruhi kinerja penjualan tersebut, yaitu Kualitas Produk, Program Insentif (Peluang Bisnis) dan Jaminan Kepuasan 100%.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T1040
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Gushka
Abstrak :
Unit Informasi Wilayah Pertambangan Direktorat Jenderal Geologi Sumber Daya Mineral menggunakan sistem informasi yang berbasiskan geografi dalam menata administrasi peta-peta yang selama ini tersebar dalam bentuk lembaran yang tidak seragam menjadi bentuk rupa digital. Manfaat menggunakan sistem tersebut diantaranya, dapat mempersingkat waktu dan proses dalam pengelolaan KK (Kontrak Karya), PKP2B (Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Batubara) dan KP (Kuasa Pertambangan), mempermudah koordinasi dan integrasi data kewiiayahan serta informasi terkait lainnya, karena bereferensi geografis dengan sistem koordinat yang berlaku secara global. Sehingga pengguna jasa dapat mengoptimalkan sumberdaya informasi yang terdapat pada unit untuk kepentingan investasi di sektor pertambangan mineral dan batubara. Faktor yang mempengaruhi Kepuasan Pengguna Jasa Unit Informasi Wilayah Pertambangan, namun demikian keseluruhan dimensi pelayanan jasa Tangibility, Reliability, Responsiveness, Assurance dan Empathy, dapat diandalkan sebagai alat untuk menganalisa pelayanan jasa (Zeithaml,Valerie A.,et.at,1990). Dimensi tersebut cukup bermanfaat digunakan sebagai pisau analisis dalam menganalisa dan memperbaiki Kepuasan Pengguna Jasa Informasi Wilayah Pertambangan. Hasil analisis penelitian mengindikasikan, bahwa indikator rasa aman,bebas risiko terhadap kualitas informasi dalam dimensi Assurance berperan dalam menunjang kepuasan, dengan skor kepuasan tertinggi. Sedangkan pada kelompok sampel bahan galian mineral dan batubara, terdapat perbedaan tingkat kepuasan yang cukup signifikan, terutama sekali terhadap indikator sikap simpatik petugas, pelayanan pencetakan peta, ketanggapan petugas, kesiapan melayani, pemutakhiran data, knowledge petugas, perangkat sistem dan informasi serta kualitas informasi. Pada kelompok sampel tahapan kegiatan penambangan, terdapat perbedaan yang yang cukup signifikan terutama sekali terhadap indikator perangkat sistem informasi dan terhadap penerimaan personal yang mengindikasikan tahapan penyelidikan umum dan eksplorasi mempunyai tingkat kepuasan lebih baik, erat kaitannya dengan pencadangan wilayah. Pada kelompok sampel jenis ijin juga terdapat indikasi yang cukup ekstrim perbedaan tingkat kepuasannya seperti yang ditunjukkan oleh hasil analisis Uji Anova terhadap indikator pelayanan pencetakan peta, kesiapan melayani dan kualitas informasi. Secara keseluruhan dari dimensi pelayanan tersebut dimensi Assurance menunjukkan tingkat kepuasan tertinggi dan dimensi Responsiveness menunjukkan tingkat kepuasan yang paling rendah. Hasil analisis faktor dengan teknik principal components analysis mengkonfirmasikan kembali faktor yang mempengaruhi kualitas sistem informasi seperti kualitas sistem,kualitas informasi dan kualitas jasa (DeLone & Mc Lean;1993), yang implisit didalamnya kepuasan pengguna jasa informasi wilayah dimensi Tangibility, Reliability, Responsiveness, Assurance dan Empathy. Terbentuknya 3 faktor baru hasil konfirmasi tersebut adalah: Faktor 1 yang terbentuk dinamakan Kualitas Sistem (dimensi Tangibility dan Assurance), berkaitan dengan perangkat keras dan perangkat lunak yang mendukung sistem GIS pada UPIWP. Faktor 2 yang terbentuk dinamakan Kualitas Informasi (dimensi Responsiveness, Empathy dan Assurance) lebih kearah kelengkapan layer-layer data spatial dan a spatial, kualitas informasi sangat mendukung tingkat kepuasan pengguna jasa yang menginginkan informasi yang cepat, realtime dan akurat. Faktor 3 yang terbentuk dinamakan Kualitas Jasa (dimensi Reliability dan Assurance) yang erat kaitannya dengan pelayanan yang mudah, mudah, cepat dan transparan yang mampu menarik minat untuk berinvestasi dalam industri pertambangan mineral dan batubara di Indonesia.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T1960
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Singgih Hardjanto
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menguji Pengaruh Budaya Perusahaan terhadap Produktivitas Kerja Karyawan di Lingkungan PT. ASKRINDO - Jakarta. Dengan menganalisis kelemahan dan kekuatan dari setiap faktor - faktor organisasi di harapkan dapat mempengaruhi secara positif produktivitas karyawan. Penelitian ini mengajukan dua buah hipotesis, hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Tujuannya untuk mengetahui bahwa terdapat atau tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara budaya perusahaan dan produktivitas karyawan. Untuk menguji hipotesis asosiatif ini, metode yang dipakai adalah "Pearson Product Moment Correlation, dimana teknik statistik yang dipakai adalah korelasi ganda, persial dan regresi ganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan parsial antara budaya perusahaan terhadap produktivitas kerja karyawan mempunyai angka korelasi sebesar r = 0,671 pada tarap signifikansi 0,000. Sedangkan masing - masing faktor budaya perusahaan mempengaruhi produktivitas kerja karyawan sebesar, faktor struktur organisasi memiliki angka korelasi sebesar r = 0,557, faktor strategi organisasi memiliki angka korelasi sebesar r = 0,702, faktor sistem organisasi memiliki angka korelasi sebesar r = 0,604, faktor SDM memiliki angka korelasi sebesar r =0,654, faktor gaya kepemimpinan memiliki angka korelasi sebesar r = 0,732, dan faktor nilai - nilai .bersama memiliki angka korelasi r = 0,666. Dari hasil analisis regresi didapatkan hasil nilai F = 83,592 pada taraf signifikansi 0,000 serta R2 = 0,901. Hal ini berarti produktivitas kerja karyawan dikontribusikan oleh persepsi terhadap faktor - faktor budaya perusahaan sebesar 90,10%, sisanya 9,90% ditentukan oleh faktor lainnya. Dengan memasukkan variabel kontrol yaitu jenjang pendidikan sebagai variabel babas, maka didapatkan F untuk jenjang pendidikan Sarjana Muda sebesar 0,895, F untuk jenjang pendidikan Sarjana sebesar 15,256, dan F untuk jenjang pendidikan Magister sebesar 0 pada taraf signifikansi 0,000 dan nilai R untuk Sarjana Muda sebesar 0,969, nilai R untuk Sarjana sebesar 0,772 dan nilai R untuk Magister 1,000. Hal ini menunjukkan bahwa variable faktor - faktor budaya perusahaan dari tiap - tiap jenjang pendidikan Sarjana Muda mempunyai produktivitas kerja sebesar 96,90% sedangkan sisanya sebesar 3,10% ditentukan oleh faktor lain, jenjang pendidikan Sarjana mempunyai produktivitas kerja sebesar 77,20% dan sisanya sebesar 22,80% ditentukan oleh faktor lain, dan jenjang pendidikan Magister mempunyai produktivitas kerja sebesar 100% dan tidak memiliki pengaruh lain.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T2349
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arlo B. Haryono
Abstrak :
Badan Pertimbangan Tabungan Perumahan Pegawai Negeri Sipil (BAPERTARUM-PNS) dibentuk untuk mengelola tabungan perumahan Pegawai Negeri Sipil. Badan tersebut dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden, sebagai institusi yang diposisikan sebagai "badan usaha" dipercaya oleh pemerintah untuk mengemban tantangan profesionalisme dan kreatifitas personil dalam pengembangan dana melalui kebijakan diversifikasi investasi. Langkah untuk menghasilkan laba dari portofolio guna mewujudkan peningkatan kesejahteraan PNS untuk memiliki rumah yang layak huni. Pemupukan dana pada BAPERTARUM-PNS yang digunakan selain untuk penyaluran dalam bentuk bantuan perumahan seharusnya juga dapat digunakan untuk pengembangan dana dalam rangka optimalisasi pendapatan. Peranan pengelolaan dana yang profesional didalam menentukan kebijakan investasi pada investasi yang telah terencana agar dapat memberikan pendapatan yang maksimal dan risiko seminimal mungkin sangat diperlukan bagi BAPERTARUM-PNS. Hasil Penelitian ini menunjukan:
  • Pengelolaan dana dalam pengembangan dana BAPERTARUM-PNS periode yang lalu belum optimal.
  • Kurang tersedianya Sumber Daya Manusia di bidang usaha pengembangan dana.
Kondisi tersebut berakibat pada hasil investasi yang belum maximal dikarenakan belum adanya upaya diversifikasi investasi pada posisi akhir tahun 2000. Penempatan pada pasar uang mencapai 93,6 % sedangkan realisasi penempatan pada pasar modal (obligasi,fixed income) baik pengelolaan langsung maupun melalui perusahaan manajemen investasi hanya mencapai 6,4 %. Hal tersebut juga dikarenakan masih terbatasnya kualitas karyawan didalam pengelolaan investasi. Dalam pencapaian optimalisasi pendapatan tersebut perlu adanya upaya peningkatan kerjasama kemitraan dalam pengelolaan dana dengan para Fund Manager yang profesional. Perusahaan yang menawarkan jasa pengelolaan yang komprehensif dan disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat risiko investasi yang dapat diterima. Kerjasama tersebut baik dalam jenis pengelolaan yang diberikan dengan pengelolaan penuh sepanjang sejalan dengan kebijakan investasi yang disepakati maupun dalam wadah Reksadana yang dipilih oleh BAPERTARUM-PNS dari kebijakan investasi yang telah ada.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T2388
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budhi Harmanto
Abstrak :
Tesis ini berjudul Analisis Kebijakan Penyaluran Tenaga Kerja Indonesia (TKI] Dan Pelayanan Pengurusan Paspor Ke Timur Tengah. Rumusan permasalahan yang diajukan adalah sebagai berikut : (a). Proses penyaluran TKI ke Timur Tengah sering terbentur oleh kebijakan pemerintah yang kurang tepat sehingga bagaimana analisis kebijakan yang berkaitan dengan penyaluran TKI ke Timur Tengah ?; (b). Faktor-faktor pelayanan apa saja dalam pengurusan paspor yang menentukan tingkat kepuasan pelayanan pada Kantor Unit Khusus Imigrasi ?; (c) Apa keinginan dan harapan masyarakat (PJTKI&TKI) dalam pengurusan paspor pada Kantor Unit Khusus Imigrasi ?; dan (d) Bagaimana tingkat pemahaman masyarakat (PJTKI&TKI) terhadap proses pembuatan paspor ? dan bagaimana Kantor Unit Khusus Imigrasi menentukan skala prioritas pembenahan ?. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif (analisis kebijakan penyaluran Tenaga Kerja Indonesia) dan Metode Kuantitatif (dengan menggunakan analisis mean score, analisis faktor dan regresi berganda). Dalam analisis kebijakan penyaluran tenaga kerja ke Timur Tengah pihak Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi dirasakan kurang melakukan langkah-langkah koordinasi, komunikasi, dan tanggap terhadap perubahan eksternal yang berkaitan dalam pembuatan kebijakan, sehingga kegiatan penyaluran TKI menjadi terganggu. Sementara dari analisis mean score terhadap pelayanan pengurusan paspor yang dilakukan Kantor Unit Khusus Imigrasi dirasakan sudah termasuk cukup baik, terutama dalam hal kemudahan dalam pembayaran paspor serta kejelasan wawancara dan sidik jari. Adapun penyebab ketidaknyamanan yang dirasakan oleh TKI/PJTKI disebabkan penyediaan fasilitas yang belum memadai. Dari analisis regresi berganda menunjukkan terdapat hubungan timbal balik antara variabel tingkat kualitas pelayanan dengan variabel kemudahan proses pelayanan, variabel kepastian proses dan prosedur; variabel kelengkapan fasilitas yang menunjang proses pelayanan dan variabel kemudahan dan keramahan petugas. Untuk lebih terjalinnya kebijakan penyaluran TKI ke Timur Tengah yang terintegrasi maka diperlukan surat kesepakatan bersama (SKB) 4 menteri terkait yaitu : Menaker dan Transmigrasi, Menkumdang dan HAM, Menlu, dan Mendagri dan Otonomi Daerah, kemudian diwujudkan pembuatan kantor bersama untuk penyaluran Tenaga Kerja Indonesia khususnya ke Timur Tengah.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T2347
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satrio Budi Handoko
Abstrak :
Kualitas pelayanan konsultan berkaitan dengan kepuasan pengguna jasa konsultansi. Kualitas adalah keseluruhan ciri dari suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau yang tersirat. Pengguna jasa konsultansi akan menunjukkan kepuasannya terhadap jasa yang telah diterimanya. Menurut Kotler, (1998: 36) kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (hasil) suatu produk. Pelanggan akan merasa puas kalau harapan pelanggan terpenuhi dan merasa amat gembira kalau harapan pelanggan terlampaui. Untuk mengukur kualitas pelayanan konsultan dan harapan pengguna jasa konsultansi dengan mengembangkan kuesioner berdasarkan Derived dissatisfaction. Kuesioner disusun dengan metoda SERVQUAL dan dijabarkan dalam bentuk 10 (sepuluh) pertanyaan yang merupakan variabel-variabel dari kualitas pelayanan konsultan. Faktor-faktor ini dikembangkan dari 5 faktor utama kualitas pelayanan (tangible, reliability, responsiveness, assurance dan empathy) dari Zeithaml et. all. (1990: 25) dan ditambah 1 (satu) faktor yaitu recovery dari Gronnoos dalam Edvardsson, et.all., (1994 : 55). Responder dari perielitian ini sebanyak 65 orang. Responden ini adalah para pengguna jasa konsultansi yang secara langsung memperoleh bimbingan teknis dari konsultan pada proyek Manajemen Penelitian Pertanian (Agricultural Research Management), Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Analisis data dengan membandingkan antara harapan pengguna jasa konsultansi dengan hasil kualitas pelayanan konsultan. Untuk itu peneliti menggunakan analisis statistik guna mencari rata-rata (Means), Paired Sample T-Test. Hasil dari Paired Sample Test, menunjukkan bahwa variabel hasil kerja konsultan dari harapan pengguna jasa konsultansi sama dengan hasil kualitas pelayanan konsultan (Ho diterima) dengan nilai probabilitas < 0,05. Variabel lainnya yang masuk kategori ini adalah kesesuaian kebutuhan proyek, pemahaman kesulitan proyek, kemudahan untuk berkomunikasi dan iklim lingkungan kerja. Sedangkan Ho ditolak terdapat pada variabel-variabel penyelesaian pekerjaan, keahlian konsultan, kemampuan konsultan dan tanggungjawab konsultan. Faktor-faktor yang perlu menjadi prioritas utama dan harus dilaksanakan oleh konsultan agar dapat sesuai dengan harapan pengguna jasa konsultansi (proyek) adalah kepercayaan terhadap hasil kerja konsultan dan pemahaman kesulitan proyek. Sedangkan faktor-faktor yang perlu dipertahankan pelaksanaannya, karena sudah sesuai dengan harapan pengguna jasa konsultansi. Faktor-faktor tersebut adalah Penyelesaian pekerjaan, Pekerjaan sesuai kebutuhan, Sesuai bidang kebutuhan, Kemampuan konsultan yang andal, Kepercayaan terhadap kualifikasi konsultan, dan kompensasi kerugian proyek. Kemudahan dalam melakukan komunikasi dan memberikan iklim lingkungan kerja.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T2914
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harmadi
Abstrak :
Dalam rangka peningkatan pelayanan publik di DKI Jakarta, khususnya pelayanan air minum, Pemda DKI Jakarta I PAM Jaya telah mengadakan kerjasama kemitraan (public- private partnership) dengan swasta. Kemitraan dilakukan sejak tahun 1997, yaitu dengan PT. Thames PAM Jaya (TPJ) untuk wilayah Timur Jakarta, dan dengan PT. Palyja, untuk wilayah Barat Jakarta, dengan batas fisik sungai Ciliwung, yang membelah dari Selatan ke Utara. Kerjasama dengan swasta merupakan salah satu terobosan bagi Pemda DKI Jakarta dalam mengantisipasi peningkatan kebutuhan sarana dan prasarana publik dalam rangka memberikan pelayanan kepada warga masyarakat serta mewujudkan kota Jakarta sebagai kota jasa dan pelayanan setara dengan kota-kota besar lainnya di dunia. Terdapat dua sisi kepentingan dalam kerjasama kemitraan antara pemerintah dengan swasta di sini, yaitu kepentingan pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat (bersifat sosial), dan di lain pihak kepentingan swasta yang berorientasi kepada keuntungan finansial (profit oriented). Peningkatan kinerja yang diharapkan dari kemitraan PAM Jaya dengan swasta ini dilihat dari 2 (dua) indikator utama yaitu aspek teknis dan pelayanan kepada masyarakat, yang keduanya saling berkaitan erat satu dengan lainnya. Penelitian aspek teknis mengemukakan data-data yang dicapai dari target teknis, sebelum dan sesudah kemitraan yang telah berjalan selama 3 tahun, yang mencakup kondisi-kondisi cakupan pelayanan, kapasitas produksi, kebocoran air, jumlah pelanggan dan kualitas air. Sedangkan penelitian aspek pelayanan berkaitan dengan kepuasan pelanggan, yaitu bagaimana kenyataan pelayanan yang diterima dibanding dengan harapan pelayanan yang didambakannya. Ringkasan hasil penelitian yang diperoleh adalah : (1) Pada aspek teknis, walaupun terdapat peningkatan kinerja aspek teknis dari sebelum kemitraan (akhir tahun 1997) , hingga akhir tahun 2000, namun apabila dibandingkan dengan target yang hendak dicapai terdapat adanya deviasi (kesenjangan) yang cukup signifikan. Dalam 3 tahun pertama kemitraan, dari seluruh kondisi indikator aspek teknis, tidak satupun yang mencapai target sebagaimana yang ditetapkan. (2) Pada aspek pelayanan, dari ke tiga faktor pelayanan yaitu : kualitas air, administrasi dan tarif, tidak satupun kinerja pelayanan yang kenyataannya sesuai dengan harapan pelanggan. Dibanding dengan sebelum dilaksanakannya kemitraan, kinerja pelayanan yang dirasakan pelanggan setelah kemitraan, terdapat kecenderungan semakin menurun. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa setelah 3 tahun kemitraan PAM Jaya dengan swasta, belum tercapainya kinerja pelayanan sebagaimana yang diharapkan. Hal ini disebabkan antara lain disamping faktor-faktor yang bersifat teknis, pada kemitraan tersebut, tidak terwujud suatu bentuk kerjasama saling komplementer, yang tetap menjaga independensi, serta adanya hubungan timbal balik dengan prinsip saling mempertukarkan sumber daya untuk mendapatkan keuntungan strategis, sebagaimana bentuk kerjasama dalam aliansi stratejik. Adanya perubahan budaya kerja dan budaya organisasi dari bentuk birokrasi pemerintahan kepada bentuk perusahaan swasta yang memerlukan sikap mental bagi karyawan eks PAM Jaya untuk dapat menyesuaikannya.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T2580
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indrie Haryani
Abstrak :
Penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui berapa besar pengaruh faktor motivator dan faktor Hygiene menurut teori Herzberg terhadap kepuasan kerja karyawan di PT. Summarecon Agung Tbk. Kemudian faktor-faktor apa saja yang signifikan dan tidak signifikan mempengaruhi kepuasan kerja, serta mengapa faktor-faktor tersebut signifikan ataupun tidak signifikan mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Untuk membahas masalah tersebut di atas, maka dilakukan penelitian, melalui studi kepustakaan dan studi lapangan. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data meliputi pengajuan daftar pertanyaan kepada 118 responden yang merupakan sampel, dan melakukan studi kedalaman dengan wawancara kepada beberapa kelompok karyawan. Untuk pengolahan data dan mendapatkan hasil penelitian, maka dilakukan analisis data dengan menggunakan program SPSS for Windows, dimana dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara faktor motivator dan faktor hygiene dengan kepuasan kerja karyawan, dengan koefisien korelasi sebesar 0,854. Kemudian kepuasan kerja di PT. Summarecon Agung Tbk sebesar 71,4 % dapat dijelaskan oleh variabel independent sebagai predictor, sedangkan selebihnya dipengaruhi oleh faktor atau sebab lain. Dari hasil penelitian ini, faktor motivator sama sekali tidak signifikan mempengaruhi kepuasan kerja, akan tetapi justru faktor hygiene yang signifikan mempengaruhi kepuasan kerja dan satu faktor variabel moderator signifikan mempengaruhi kepuasan kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan adalah : Gaji/Kompensasi, kondisi kerja, kebijakan perusahaan, mutu supervisi, hubungan interpersonal dan rangking/pangkat. Banyak alas an mengapa faktor motivator tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja dalam penelitian ini, maka disarankan agar PT. Summarecon Agung Tbk lebih memperhatikan faktor motivator di lingkungan kerjanya dan menyempurnakan faktor hygiene.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T2880
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pambudi Tyas Martopo
Abstrak :
Dalam situasi ketidakpastian di Indonesia yang sudah berlangsung sejak tahun 1997 sampai sekarang ini, banyak perusahaan yang berhenti beroperasi bahkan sampai gulung tikar, khususnya yang bergerak di bidang stamping parts. Akan tetapi ada juga yang tetap bertahan dan mulai bergerak kembali dengan berbagai usaha yang dilakukannya. Salah satu usaha yang dilakukan adalah mengubah strategi utamanya dengan melakukan Diversifikasi Produk/Jasa.

Ketika melakukan perubahan strategi ini, akan muncul banyak masalah , baik yang disebabkan oleh faktor internal maupun oleh faktor ekstemal atau hal lain yang tidak pernah disadari oleh pihak manajemen. Keadaan tersebut menjadi hal yang menarik untuk diteliti, yaitu sejauh manakah pihak manajemen melakukan perubahan dan beradaptasi terhadap perubahan tersebut serta meneliti apakah kebijakan strategi diversifikasi yang diputuskan oleh manajemen sudah benar dan cocok dengan kondisi internal perusahaan.

Dengan menggunakan analisis SWOT, Five Forces Porter dan AHP penulis melakukan penelitian terhadap permasalahan tersebut. SWOT memetakan Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman yang berada disekitar perusahaan, sedangkan dengan Five Forces Porter akan didapat posisi relatif perusahaan terhadap para pesaing dalam industri sejenis, dimana datanya diperoleh dengan melakukan pengamatan dan wawancara terbatas. Sedangkan AHP akan merupakan alat terakhir yang digunakan adalah hasil pengamatan para ahli yaitu yang se level atau satu level di atas penulis dalam struktur organisasi perusahaan. Namun dalam pengisian kuesioner tersebut penulis juga menyertakan pihak diluar perusahaan dalam industri yang sejenis dengan maksud agar didapat hasil yang lebih objektif.

Dari analisis yang dilakukan, diperoleh hasil penelitian yang menyatakan bahwa perusahaan sebenarnya tidak atau belum dalam kondisi untuk melakukan strategi diversifikasi, hal ini disebabkan oleh faktor internal yang masih lemah. Untuk itu disarankan agar perusahaan melakukan pembenahan internal secepatnya agar peluang yang sudah ada tidak hilang begitu saja.
T4728
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>