Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Intan Maulani
Abstrak :
Akses dan pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan hal yang urgen bagi semua orang di dunia ini. Namun kenyataannya, orang tuli menghadapi berbagai hambatan dalam mengakses pelayanan kesehatan yang akhirnya berdampak kepada pemanfaatan pelayanan kesehatan mereka. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan antara persepsi orang tuli terhadap akses pelayanan kesehatan. Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Responden penelitian ini sebanyak 100 orang tuli yang dipilih secara purposive sampling. Instrumen penelitian ini terdiri atas tiga bagian yaitu data demografi, akses pelayanan kesehatan, dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Hasil uji Chi-square menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi orang tuli terhadap akses pelayanan kesehatan (p=0,732). Meskipun tidak ada hubungan diantara keduanya, namun hasil uji Chi Square menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara acceptability dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan (p=0,001). Penelitian ini merekomendasikan institusi pendidikan untuk menerapkan pelatihan dan mata kuliah yang dapat mempromosikan akses dan pemanfataan pelayanan kesehatan.
Access and utilization of health care are urgent for everyone in the world. But in reality, deaf people face various obstacles in accessing health services which have an impact on the utilization of their health services. The purpose of this study was to identify the correlation between the perceptions of deaf people to health care access with health care utilization. The design of this study used a descriptive analytic design with cross sectional approach. The respondents of this study were 100 deaf people who were selected by purposive sampling. The instrument of this study consisted of three parts, there is demographic data, access to health care, and health care utilization. Chi-square test results showed no significant correlation between the perceptions of deaf people to health care access with health care utilization (p=0.732). Although there is no correlation between the two, the Chi Square test results state that there is a significant correlation between acceptability and health care utilization (p=0.001). This study recommends educational institutions to implement training and courses that can promote access and health care utilization.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satriyo Wiguno
Abstrak :
ABSTRAK
Rumah sakit menyediakan pelayanan kesehatan selama 24 jam. Perawat sebagai bagian terpenting dari pelayanan kesehatan perlu memenuhi pelayanan 24 jam tersebut melalui kerja shift. Namun, perawat kerja shift lebih memiliki risiko penurunan kualitas tidur dibanding non-shift, yang dapat berdampak pada penurunan performa/kinerja. Penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kualitas tidur antara perawat kerja shift dan non-shift. Desain penelitian ini adalah deskriptif komparatif dengan pendekatan potong lintang yang melibatkan 162 perawat di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor, yang dipilih dengan proportional random sampling. Data demografi diambil melalui kuesioner A, kerja shift melalui kuesioner B dan kualitas tidur melalui kuesioner C The Pittsburgh Scale Quality Index. Hasil analisis statistik menunjukkan proporsi kualitas tidur buruk pada perawat yang bekerja shift 35.2 lebih tinggi dibandingkan pada perawat yang bekerja non-shift 10.5 . Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam kualitas tidur antara perawat yang bekerja shift dan non-shift x2 161 = 5.205; p = .023 Kesimpulan dalam penelitian ini terdapat perbedaan kualitas tidur antara perawat kerja shift dan non-shift di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor. Saran bagi manajemen dan keperawatan rumah sakit, untuk membuat kebijakan pengaturan jadwal kerja yang meminimalkan penurunan kualitas tidur dan peningkatan kualitas tidur seperti kebijakan napping.
ABSTRAK
Hospitals provide a 24 hour health services. Nurses as an integral part of health services at the hospital need to work in shifts in order to deliver uninterrupted nursing care. Nevertheless, shift work nurses have a higher risk of sleep deprivation than non shift, which may have an impact on performance degradation. This research aimed to identify the difference of sleep quality between shift and non shift work nurses. The design of this study was a comparative descriptive with cross sectional approach involving 162 nurses in RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor, selected by proportional random sampling. Demographic data were collected through questionnaire A, shift work through questionnaire B and sleep quality through Questionnaire C The Pittsburgh Scale Quality Index. The result of statistical analysis showed that the proportion of poor sleep quality in shift nurses 35.2 was higher than in non shift nurses 10.5 . Further analysis showed that there were significant differences in sleep quality between shift and non shift nurses x2 161 5.205 p .023 . Our study concluded the significant difference of sleep quality between shift and non shift working nurses at RSUD Tanjung Selor. This study suggested hospital and nursing management to create policy work schedule arrangements that could improve sleep quality. This study also suggested the development of policy with respect to napping for shift nurses.
2017
S66788
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Nelly Lastiar
Abstrak :
ABSTRAK
Perawatan mulut merupakan salah satu intervensi keperawatan di ruang perawatan intensif untuk mencegah infeksi pneumonia nosokomial dan prioritas utama pada pasien dengan ventilator. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sikap dan praktik perawatan mulut pasien dengan ventilator di ruang perawatan intensif Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan tehnik total sampling yang melibatkan 96 perawat intensif RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 86 perawat memiliki sikap positif , 53 perawat menggunakan instrumen pengkajian, 68 perawat melakukan pengkajian 1-3 kali sehari, 75 perawat menempatkan perawatan mulut sebagai prioritas tinggi, 51 perawat melakukan perawatan mulut 1-3 kali sehari, 90 perawat menggunakan sikat gigi dan pasta gigi 1-3 kali sehari. Hambatan utama yang dihadapi perawat dalam melakukan perawatan mulut yaitu takut terjadi aspirasi, waktu yang tersedia tidak cukup serta ada ETT di rongga mulut. Penelitian ini menyarankan bahwa perlunya dukungan dari manajemen rumah sakit untuk mensosialisasikan SOP serta memfasilitasi pelatihan untuk meningkatkan kualitas perawat dalam perawatan mulut.
ABSTRACT
Oral care is one of the nursing interventions due to prevent pneumonia nosocomial infection and as a top priority for patients with ventilators. The study is to determine the description of nurse rsquo s attitude and perception of oral care practice of patients with ventilators in the intensive care unit of National Cardiac Center Harapan Kita. This is a descriptive study with total sampling technique which is involving 96 intensive nurses of National Cardiac Center Harapan Kita.. The results of study showed that 86 of the nurses have positive attitudes, 53 were use assessment instrument, 68 were performed 1 3 times daily assessments, 75 were put oral care as a top priority, 51 were performe oral care 1 3 times a day , 90 of nurses use toothbrush and toothpaste 1 3 times a day. The main problem in performing oral care are due to aspiration, timing and the presence of ETT in the oral cavity. The support from hospital management to disseminate SOP and perform oral training for nurses are needed.
2017
S67549
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Lianasari
Abstrak :
Penyakit Jantung Koroner PJK adalah penyakit pada jantung yang terjadi karena otot jantung mengalami penurunan suplai darah. Kurangnya pengetahuan pasien mengenai faktor risiko penyakit jantung koroner berkaitan dengan terjadinya serangan jantung berulang yang akan berdampak pada meningkatnya biaya perawatan dan psikologis pasien yaitu depresi, bahkan dapat menyebabkan komplikasi ataupun kematian. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif komparatif dengan pendekatan cross- sectional. Sampel penelitian berjumlah 67 orang dengan diagnosis penyakit jantung koroner. Pengambilan sampel dengan metode non- probability sampling yaitu consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan faktor risiko penyakit jantung koroner dengan serangan jantung berulang p= 0,43, 0,05. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan faktor risiko penyakit jantung koroner dengan frekuensi serangan jantung berulang p=0,57, 0,05 . Penelitian ini merekomendasikan pemberian edukasi yang disertai dengan motivasi kepada pasien untuk dapat mengubah perilaku sehingga memiliki kesadaran yang tinggi untuk mengontrol faktor risiko dengan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari agar terhindar dari serangan jantung berulang. ......Coronary Artery Disease (CAD) is a disease caused by an imbalance between blood supply and heart muscle oxygen demand. Insufficient knowledge about risk factors contributing to CAD is associated with higher recurrence of heart attack, causing the rise of the hospitalitation cost, depression, others complications even death. This study employed comparative descriptive design with cross sectional method, involving a consecutive sample of 67 patients with CAD as their primary diagnosis. Our study showed that there was no relationship between knowledge of CAD risk factors with the recurrence of heart attacks p 0,43, 0,05. Similarly, the study revealed that there was no relationship between risk factors for coronary heart disease and the frequency of heart attack's recurrence p 0,57 0,05 . This study suggested nurses to provide health education along with continuous and effective motivation in order to help patients controlling their risk factors in order to avoid the recurrence of heart attack.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S68824
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Fitriani
Abstrak :
ABSTRAK
Perawat memiliki peran penting dalam menjaga keselamatan pasien dari efek samping transfusi darah. Namun, di Indonesia masih sangat sedikit penelitian mengenai prosedur transfusi yang dilakukan oleh perawat. Tujuan: hubungan pengetahuan perawat dengan kelengkapan pemberian transfusi yang dilakukan. Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik proportional random dan consecutive sampling dan didapatkan 106 perawat yang bekerja di ruang rawat inap pasien dewasa. Pengambilan data menggunakan kuesioner yang dikembangkan sendiri oleh peniliti dengan jumlah soal 46. Data dianalisis dengan uji korelasi pearson. Hasil: nilai pengetahuan perawat 15,59 SD= 2.77 dan kelengkapan pemberian transfusi 42,19 SD= 3.82 tergolong cukup dan terdapat hubungan yang signifikan di antara keduanya p = 0,049, alfa = 0,05. Hubungan tersebut bersifat positif meskipun keeratannya sangat lemah r =192. Kesimpulan: perlu adanya peningkatan pengetahuan untuk meningkatkan kelengkapan pemberian transfusi darah yang dilakukan perawat. Peningkatan pengetahuan dapat diberikan melalui pelatihan dan evaluasi secara berkala.
ABSTRACT
Background Nurses have a vital role in maintain patient safety from the side effects of blood transfusion. However, there is very little studies on transfusion procedures conducted by nurses in Indonesia. Aim to determine the relation between knowledge and completeness of blood transfusion administration. Methods This study applied correlative analytical with cross sectional design approach and sample technique used is proportional random and consecutive sampling and obtained 106 nurses who work in adult hospitalization. The data were collected using questionnaires developed by the researcher with 46 questions. Data was analyzed using Pearson correlation test. Result a mean knowledge score of 15,59 SD 2.77 and completeness of transfusion 42.19 SD 3.82 are fair and there is significant relationship between variables p value 0,049, 0,05. The relationship is positive despite its very weakness r 192 . Conclusions Increased knowledge is needed to improve the completeness of blood transfusion conducted by nurses. Increased knowledge can be provided through regular training and evaluation.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Dinar Mustika
Abstrak :
ABSTRAK
Nyeri Punggung Bawah NPB merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang paling sering dikeluhkan oleh pekerja, termasuk perawat. Studi juga menyebutkan bahwa prevalensi NPB tinggi pada mahasiswa keperawatan. Salah satu penyebab terjadinya NPB adalah kesalahan posisi saat melakukan tindakan keperawatan ergonomi tidak sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan praktik ergonomi terhadap risiko kejadian NPB pada mahasiswa profesi keperawatan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif-analitik pendekatan cross-sectional dengan melibatkan 140 responden yang diambil melalui teknik non probability sampling, berupa convenience sampling. Pengukuran tingkat pengetahuan dan praktik ergonomi menggunakan kuesioner modifikasi dari penelitian Oksyrana di tahun 2016, sedangkan variabel risiko kejadian nyeri punggung bawah menggunakan kuesioner baku yaitu The rebro Musculoskeletal Screening Questionnaire MSQ. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan risiko kejadian nyeri punggung bawah NPB p= 0,058, serta terdapat hubungan antara praktik ergonomi dan risiko kejadian NPB p= 0,006. Penelitian ini merekomendasikan mahasiswa profesi keperawatan untuk melakukan praktik ergonomi yang sesuai dalam tindakan keperawatan sebagai upaya preventif untuk menurunkan risiko gangguan muskuloskeletal, khususnya nyeri punggung bawah, sehingga pelayanan kesehatan dan keperawatan dapat lebih optimal.
ABSTRACT
Low Back Pain LBP, one of musculoskeletal disorders, is that often complained by nurses and nursing students. Some studies proved a high prevalence of LBP complaints by nursing students. LBP can be caused by position error inappropriate ergonomics when performing nursing interventions. This study aimed to determine the relationship between the level of knowledge and practice of ergonomics to the risk of NPB incidence among nursing students in the nursing profession. This cross sectional study used descriptive analytic design, involving 140 respondents selected through non probability sampling technique, in the form of convenience sampling. The knowledge level and ergonomic practice was measured using modification questionnaire from previous research conducted by Oksyrana in 2016, whereas the risk variable of low back pain occurrence was measured using The rebro Musculoskeletal Screening Questionnaire MSQ. The result of the study showed that there was no correlation between knowledge level and risk of lower back pain NPB p 0,058, and there was a correlation between ergonomic practice and the risk of NPB events p 0,006. This study recommended nursing students to perform good practice of ergonomics in nursing interventions as a preventive measure to reduce the risk of musculoskeletal disorders, especially LBP, so that nursing and health services can be more optimal.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Anggreyani
Abstrak :
ABSTRAK
Merawat anak berkebutuhan khusus lebih kompleks dari pada anak normal, sehingga orang tua lebih rentan terhadap stres dan membutuhkan dukungan sosial dari keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan stres pola asuh pada orang tua anak berkebutuhan khusus. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif analitik cross-sectional yang melibatkan 85 orang tua siswa di Sekolah Luar Biasa Kota Depok melalui metode purposive sampling dengan pendekatan convenience sampling. Pengukuran dukungan sosial keluarga menggunakan kuesioner Dukungan Sosial Keluarga yang dimodifikasi, sedangkan untuk variabel stres parenting menggunakan kuesioner standar Parental Stress Scale (PSS). Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan stres pengasuhan, yaitu jika semakin tinggi dukungan sosial keluarga maka semakin rendah stres pengasuhan yang dialami oleh orang tua (r = -0,419; p <0,0001; CI 95% ). Penelitian ini merekomendasikan pemberian edukasi dan konseling kepada orang tua mengenai tumbuh kembang anak, serta masalah yang mungkin timbul selama menjadi parenting dan strategi efektif bagi orang tua untuk mengatasi stres.
ABSTRACT
Caring for children with special needs is more complex than normal children, so that parents are more vulnerable to stress and need social support from family. This study aims to determine the relationship between family social support and parenting stress in parents of children with special needs. This study used a cross-sectional analytic descriptive study design involving 85 parents of students at the Depok City Special School through a purposive sampling method with a convenience sampling approach. Measurement of family social support used a modified Family Social Support questionnaire, while for parenting stress variables used the standard Parental Stress Scale (PSS) questionnaire. The results of the analysis showed that there was a significant relationship between family social support and parenting stress, namely if the higher the family social support, the lower the parenting stress experienced by parents (r = -0.419; p <0.0001; 95% CI). This study recommends providing education and counseling to parents regarding children's growth and development, as well as problems that may arise during parenting and effective strategies for parents to deal with stress.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Veri Suprianto
Abstrak :
Faktor spiritualitas merupakan faktor yang krusial dalam memengaruhi kualitas hidup pasien Tuberkulosis resisten obat (TB-RO), selain faktor fisik, psikologi, sosial, dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat spiritualitas dengan kualitas hidup pasien TB-RO. Penelitian deskriptif komparatif dengan pendekatan potong lintang ini melibatkan 134 pasien poliklinik TB-RO di Rumah Sakit Paru dr. M. Goenawan Partowidigdo Cisarua yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Tingkat spiritualitas diukur dengan kuesioner WHO-SRPB dan kualitas hidup diukur dengan WHOQOL BREF. Hasil uji Chi Square menunjukkan ada hubungan antara tingkat spiritualitas dan kualitas hidup pada pasien TB-RO (x2 = 26,435; p<0,001). Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa responden dengan tingkat spiritualitas rendah berisiko 7,988 kali memiliki kualitas hidup rendah.Faktor lain yang juga berhubungan dengan kualitas hidup pasien TB-RO yaitu dengan usia (x2 = 5,468 ; p = 0,019) ; jenis kelamin (x2 = 38,311; p<0,001), status pernikahan (x2 = 6,269; p = 0,012), penghasilan keluarga (x2 = 23,141; p<0,001), riwayat merokok masa lalu (x2 = 41,909; p<0,001). Penelitian ini merekomendasikan bidang keperawatan untuk menyusun Standar Operasional Prosedur mengenai pemberian asuhan keperawatan spiritual dan perawat diharapkan dapat melibatkan keluarga untuk meningkatkan kualitas hidup pasien TB-RO.
Spirituality are a crucial factor in influencing the quality of life of Multiple drug-resistant tuberculosis patients (MDR-TB), in addition to physical, psychological, social, and environmental factors.This study aimed to determine the relationship between the spirituality level and the quality of life of MDR-TB patients in the MDR TB clinics at dr. M. Goenawan Partowidigdo Lungs Hospital. This study used a comparative descriptive with a cross sectional design approach with a sample of 134 patient and use the purposive sampling technique. The study employed the WHO-SRPB questionnaire to determine the patient's spirituality level, and WHOQOL BREF to determine the patient's quality of life. The results of the study showed a significant relationship between the spirituality level and quality of life (x2 = 26.435; p = 0.001); respondents with low spirituality levels are at a risk of 7.988 times more likely to have low quality of life. Other factors that are also related to the quality of life of TB-RO patients are age (x2 = 5,468 ; p = 0,019); gender (x2 = 38,311; p = 0,001); mariage status (x2 = 6,269; p = 0,012); family income (x2 = 23,141; p = 0,001), past smoking history (x2 = 41,909; p = 0,001). This study recommends the Manager of nursing to develop Operational Standards Procedures regarding the provision of spiritual nursing care and nurses are expected to involve families to improve the quality of life of TB-RO patients.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Mulia Sari
Abstrak :
Terbatasnya waktu respon, penurunan daya tahan tubuh, serta banyaknya prosedur invasif yang dilakukan perawat kepada pasien menjadi penyebab tingginya risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan di instalasi gawat darurat dan ruang perawatan intensif. Insiden infeksi terkait pelayanan kesehatan dapat dicegah dan dihindari melalui penerapan kepatuhan kewaspadaan standar. Namun, tingkat kepatuhan kewaspadaan standar pada perawat masih tergolong rendah. Perilaku kepatuhan kewaspadaan standar pada perawat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor demografi, predisposisi, pemungkin, dan penguat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan kewaspadaan standar pada perawat. Desain riset menggunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini melibatkan 100 perawat ruang perawatan intensif dan IGD yang dipilih dengan menggunakan metode convenience sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Nilai kepatuhan kewaspadaan standar perawat relatif cukup rendah yaitu sebesar 54.66 (SD = 4.68) atau sekitar 67.89 persen dari total nilai kepatuhan tertinggi. Hasil penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa usia (p = 0.939), lama bekerja (p = 0.564), jenis kelamin (p = 0.064), tingkat pendidikan (p = 0.870), unit kerja (p = 0.078), jenjang karir (p = 0.919), pelatihan (p = 0.065), pengetahuan (p = 0.137), sikap (p = 0.738), ketersediaan fasilitas (p = 0.810), standar prosedur operasional (p = 0.229), dan dukungan atasan (p = 0.436) tidak memiliki hubungan yang bermakna. Hanya efikasi diri (p = 0.009) yang memiliki hubungan yang bermakna dengan kepatuhan kewaspadaan standar. Penelitian ini menyimpulkan bahwa efikasi diri merupakan faktor yang esensial untuk meningkatkan kepatuhan kewaspadaan standar. Hasil penelitian ini merekomendasikan rumah sakit untuk menyelenggarakan atau menggiatkan program atau aktivitas yang mampu meningkatkan efikasi diri perawat agar tingkat kepatuhan kewaspadaan standar perawat dapat meningkat. ......The limited response time, decreased immune system, and many invasive procedures performed by nurses to the patient are responsible for the high risk of healtcare-associated infections (HAIs) in the emergency and intensive care units. The incidence of HAIs can be prevented and avoided through compliance on standard precautions. However, the level of nurses compliance on standard precautions is still low. The compliance on standar precautions can be influenced by several factors, such as demographic, predisposing, enabling, and reinforcing factors. This study aimed to identify factors affecting nurses compliance on standard precautions.  This study used descriptive correlation with cross sectional approach. The study involved 100 intensive care and emergency care nurses who were selected using convenience sampling method. Data were collected using questionnaires. The study revealed that the mean score of nurses compliance on standard precaution was 54.66 (SD = 4.68) or 67.89 percent of the total correct score. The results of the study, furthermore, showed that there was no significant correlation between age (p = 0.939), working experience (p = 0.564), gender (p = 0.064), level of education (p = 0.870), working unit (p = 0.078), level of career (p = 0.919), training (p = 0.065), knowledge (p = 0.137), attitude (p = 0.738), facility (p = 0.810), standard operational procedure (p = 0.229), managerial support (p = 0.436) with standard precaution compliance. Only self-efficacy showed significant correlation with standard precaution compliance (p = 0.009). The study concluded that self- efficacy could increase nurses compliance on standard precautions. The results of the study recommended the hospitals conducting programs or activities that may enhance nurses efficacy, because it can improve nurses compliance on standar precautions.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simamora, Purnama Christina
Abstrak :

Perawat yang mengalami alarm fatigue membahayakan keselamatan pasien karena dapat menyebabkan kematian sebagai dampak mengabaikan alarm kegawatdaruratan. Pengelolaan alarm dilakukan dengan manajemen kebisingan namun belum semua rumah sakit menerapkannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan manajemen kebisingan dengan alarm fatigue pada perawat di ruang perawatan intensif. Rancangan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional pada dua kelompok sampel yang dipilih dengan teknik total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai alarm fatigue lebih rendah di ruang intensif yang telah melaksanakan manajemen kebisingan dibandingkan yang belum menerapkan. Penerapan manajemen kebisingan hanya sebesar 38,3-62,75% dengan rerata tingkat alarm fatigue 29,387%. Faktor yang paling berpengaruh dengan alarm fatigue adalah jenis kelamin (perempuan lebih berisiko mengalami alarm fatigue). Semakin baik penerapan manajemen kebisingan area kamar pasien akan semakin menurunkan tingkat alarm fatigue perawat (p=0,001; r=-0,240). Pimpinan rumah sakit diharapkan dapat meningkatkan penerapan manajemen kebisingan area kamar pasien dan mengevaluasi penerapan manajemen keseluruhan dalam rangka mencegah alarm fatigue lebih dini pada perawat di ruang intensif.

 


Nurses who undergo alarm fatigue put patient safety at risk as it can lead to death as an impact of ignoring emergency alarms. Alarm management is implemented with noise management, but not all hospitals have done the same. This research aimed to identify the relationship between noise management and alarm fatigue on nurses at intensive care unit. The research design was quantitative research with cross sectional approach done in the two-sampled group`s selected using total sampling technique. The results of the research indicated that the alarms fatigue was lower in intensive care unit, which did implement the noise management than those, which did not. The implementation of noise management was only 38.3-62.75% with the average of alarm fatigue level of 29.387%.  The most influential factor with alarm fatigue was gender (women are more at risk of undergoing alarm fatigue). The better the implementation of noise management in patient`s room area, the lower the level of alarm fatigue on nurse will be (p=0.001; r = -0.240). Hospital leaders are expected to be able to improve the implementation of noise management in the patient`s room area and evaluate the implementation of overall management for the early prevention of alarm fatigue on nurses at intensive care unit.

 

Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T53306
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>