Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
James Paul Arthur Awuy
"Kajian ini mengangkat eksplorasi sistem operasi narasi atmosfer mimpi sebagai basis dalam perancangan arsitektur. Melalui eksplorasi sistem operasi ruang mimpi yang diposisikan sebagai ruang mimesis dan ruang realitas, ruang menjadi tidak terbatas hanya pada ruang nyata yang kita alami saat ini, tetapi juga ruang yang hadir dalam bentuk lain seperti ruang mimpi. Dengan adanya kehadiran ruang mimpi yang bersinggungan dengan ruang realita, kajian ini bertujuan untuk melihat kembali posisi arsitektur sebagai ruang mimesis, sebuah penciptaan terhadap kehadiran sesungguhnya. Dalam perancangan ini, penelusuran dilakukan terhadap berbagai kemungkinan berbagai karakteristik fragmen, sistem operasi, serta anatomi ruang mimpi dan ruang realita. Eksplorasi tersebut menunjukkan bahwa arsitektur dapat hadir sebagai sebuah pemrograman eksploratif yang menghasilkan konstelasi atmosfer. Flutterblink, Nigphira, Stagruel dan Luno, dan Reveclop menjadi konstelasi atmosfer yang memperlihatkan hasil koreografi kehadiran dan ketidakhadiran dari berbagai fragmen elemen maupun cara kerja yang mempunyai sifat meniru. Fragmen digunakan untuk menggambarkan secara sengaja karakteristik koeksistensi antara ruang mimpi dengan ruang realita. Demiourgos hadir sebagai arsitektur secara integral sebagai medium dari sistem operasi yang ada dan berkontribusi terhadap penjelajahan naratif. mencerminkan sebuah relasi keterhubungan melalui operasi eksploratif sistem ruang untuk mewujudkan atmosfer.
This study explores the narrative operating system of dream-like atmospheres as a basis for architectural design. By exploring the operating system of dream spaces positioned as mimetic spaces and real spaces, the concept of space expands beyond the physical spaces we currently experience, encompassing spaces that exist in other forms, such as dream spaces. By incorporating the presence of dream spaces that intersect with reality, this study aims to reexamine the position of architecture as mimetic spaces, creations of true presence. In this design process, various characteristics of fragments, operating systems, and the anatomy of dream spaces and real spaces are explored. This exploration reveals that architecture can function as an exploratory programming that generates a constellation of atmospheres. Flutterblink, Nigphira, Stagruel and Luno, and Reveclop form constellations of atmospheres that demonstrate the choreography of the presence and absence of various fragmented elements and imitative processes. Fragments are intentionally used to depict the coexistence characteristics between dream spaces and real spaces. Demiourgos is presented as an integral architectural medium, serving as the platform for the existing operating system and contributing to the narrative exploration. It reflects an interconnected relationship through the exploratory operations of the spatial system to create atmospheres."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Adinda Khoerunnisa Ratnasari Puteri Setiabudi
"Kajian perancangan ini menggunakan proses fermentasi pada limbah makanan sebagai basis dari perancangan arsitektur yang berkelanjutan. Dengan kajian ini, saya berusaha untuk menantang hierarki yang kerap memisahkan elemen subnatural berupa limbah makanan dari sistem produksi dan konsumsi makanan. Untuk menantang pemahaman mengenai hierarki terkait proses makanan, berarti untuk meletakkan aspek natural (makanan) dan subnatural (limbah makanan) secara sejajar dan berhimpitan. Ambrosia hadir sebagai sebuah upaya untuk menjalin sistem produksi dan konsumsi makanan dengan limbah makanan yang menyusun lanskap Bumi. Melalui tiga distrik, Mycostria, Marenus dan Frigus, limbah makanan tersebut akan diproses dengan basis fermentasi yang spesifik terhadap lokasi distrik tersebut, menjadi material infrastruktur sistemnya dengan bahan dasar limbah makanan. Dalam prosesnya, arsitektur dan makanan tidak hanya berkembang bersama lagi, tetapi juga memiliki hubungan sebab akibat yang penting untuk keberlanjutan siklus produksi dan konsumsi makanan.
This manuscript aims to explore the fermentation process in food waste as a basis for designing a sustainable architecture. Through this study, I attempt to reexamine the hierarchical separation commonly observed between natural elements, such as food, and subnatural elements, namely food waste, within the food consumption and production system. Therefore, I recognize the importance of repositioning the natural (food) and subnatural (food waste) aspects on an equal and interrelated footing. Ambrosia emerges as an architectural design that intertwines the food production and consumption system with food waste, shaping a new Earth landscape. By exploring the fermentation process of food waste and studying typology-anti typology, the world of food will be arranged into three districts: Mycostria, Marenus, and Frigus. The food waste will be processed using specific fermentation methods tailored to each district’s location, thereby utilizing food waste as the primary material for the infrastructure system. Throughout this process, architecture and food not only evolve together but also construct a cause-and-effect relationship that is crucial for the sustainability of the food production and consumption cycle."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Dimas Ananda Setiawan
"Kajian ini mengangkat proses dan siklus yang terjadi pada unsur dan senyawa kimia esensial bagi manusia dan bumi sebagai basis dalam merancang arsitektur. Saya menelusuri dan mendalami jejaring proses yang mungkin terbentuk dari keseluruhan proses dan siklus pada unsur dan senyawa kimia esensial bagi manusia dan bumi, dengan sumber daya utama yang berupa manusia dan sisa peradabannya. Jika selama ini arsitektur cenderung dipahami sebagai salah satu alat bagi manusia untuk memenuhi kebutuhannya sebagai entitas paling 'superior' dengan alam sebagai sumber penggeraknya, perancangan ini akan menempatkan manusia sebagai entitas yang setara dengan materi alam lainnya. Anthropo-chine hadir sebagai sebuah bentuk arsitektur yang diprogram dengan basis konstelasi unsur dan senyawa kimia. Arsitektur ini hadir untuk menjaga eksistensi manusia dan merestorasi alam di tengah-tengah krisis sumber daya di masa depan. Posisi manusia sebagai materi dengan konstelasi unsur dan senyawa kimia dan relasinya dengan entitas lainnya akan berubah. Tiga sistem utama dikembangkan melalui penelusuran akan proses dan siklus senyawa kimia esensial yang menyusun makhluk hidup, yaitu the pre-living machine, the living machine, dan the post-living machine. Masing-masing sistem ini menempatkan manusia sebagai objek yang diolah, subjek yang mengolah dan diolah, dan kembali menjadi objek yang diekstrak untuk merestorasi alam dan kehidupan yang ada. Melalui penelusuran proses dan siklus unsur senyawa kimia sebagai basis dari Anthropo-chine, arsitektur memiliki potensi yang hampir tidak terbatas, khususnya secara aktif menghubungkan semua entitas dalam berbagai situasi ekosistem yang ada.
This study explores the processes and cycles that occur in the essential chemical elements and compounds for humans and the Earth as a basis for designing architecture. I delve into and study the interconnected processes that may arise from the overall processes and cycles of essential chemical elements and compounds for humans and the Earth, with the main resources being humans and the remnants of their civilization. While architecture has traditionally been understood as a tool for humans to meet their needs as the most ‘superior’ entity, with nature as its driving force, this design places humans on an equal footing with other natural materials. Anthropo-chine emerges as a form of architecture programmed based on the constellation of chemical elements and compounds. This architecture aims to preserve human existence and restore nature in the midst of future resource crises. The position of humans as material with a constellation of chemical elements and compounds and their relationship with other entities will change. Three main systems are developed through the exploration of the processes and cycles of essential chemical compounds that make up living organisms: the pre-living machine, the living machine, and the post-living machine. Each system positions humans as the object being processed, the subject processing and being processed, and then becoming the object that is extracted to restore the existing environment and life. By tracing the processes and cycles of chemical elements as the basis of Anthropo-chine, architecture has almost unlimited potential, particularly in actively connecting all entities in various ecosystem situations."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Clara Jessica Setiawan
"Kajian ini mengajukan sebuah ide mengenai tempat tinggal manusia yang bergerak dan bisa beradaptasi, namun tidak merusak lingkungan dan mampu menjaga kualitas lingkungan tetap baik, sebagai sebuah respon dan persiapan akan berbagai macam kemungkinan perubahan di ekosistem yang dapat atau tidak dapat diprediksi, dan bagaimana manusia bisa terpengaruh dari perubahan tersebut. Bumi yang memiliki kemungkinan untuk semakin memburuk, memaksa manusia untuk keluar dari kota, mencari tempat tinggal baru dan mengaplikasikan gaya hidup baru. Namun, seiring dengan manusia yang turut serta dalam perubahan alam, manusia juga ingin mengambil bagian dalam memperbaiki bumi dengan menyediakan sistem pemulihan di dalam setiap “rumah” yang ada dengan setiap sistem di dalam rumah tersebut memiliki fungsi masing-masing. Untuk langkah mempersiapkan diri dengan berbagai macam kemungkinan ekosistem yang bisa memburuk, kemampuan benda untuk bergerak hadir untuk membantunya berpindah ke berbagai ekosistem dan unsur adaptif untuk memastikan ketersediaan oksigen dan air bagi manusia di dalam ruang. Perancangan ini didorong dengan memahami berbagai kemungkinan kondisi ekosistem dan bagaimana menyikapinya, mengeksplorasi kehidupan digital dan mempelajari bagaimana tumbuhan, hewan dan manusia beradaptasi dan bergerak di berbagai biota.
This paper proposes the idea of moving and adaptive living space for humans that is harmless and keeps the earth’s good qualities, as a response and preparation to various changes in ecosystems that are predictable to unpredictably and how humans could be involved in that shifting. The earth that is possible to become worsen have pursue human to leave the cities, find new place for live and applying new lifestyle. However, as humans are participating throughout the changes, they also want to take a part in repairing earth by providing a restoration system inside the space with each bubble having their own specific function. In the case of preparation, movement elements are present to help it in moving to various ecosystems and adaptive elements to ensure oxygen and water availability for humans inside the space. This design is driven by understanding various possibilities of ecosystem conditions and how to respond to them, exploring digital life and learning how plants, animals and humans adapt and move in various biota."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Alifya Zahratun Nisa
"Studi ini didasarkan pada tumbuhan dan hewan, khususnya insinyur ekosistem yang memiliki dampak besar dalam membangun dunia kita melalui hubungan simbiosis. Kehadiran teknologi akan mengubah apa yang sebelumnya kita ketahui tentang apa yang pernah kita sebut alam. Pengetahuan tentang arsitektur yang kita tahu memisahkan diri dari alam yang kita bicarakan menyebabkan fragmen pada hubungan kita. Isolasi di dunia yang berpusat pada manusia akan berdampak pada fragmentasi makhluk lain yang menyebabkan kehancuran di dunia. Oleh karena itu, teknologi harus digunakan untuk memperjuangkan alam, bukan melawannya.
Menerapkan konsep simbiosis ke dalam arsitektur untuk melihat bagaimana arsitektur dapat menjadi mediasi terhadap subjeknya yang membawa manfaat mereka dan bergabung ke dalam siklusnya dan berintegrasi ke dalam proses alaminya. Teknologi akan berintegrasi dengan alam menyebabkan perubahan hubungan dan perilaku antara insinyur ekosistem, hewan lain dan lingkungannya.Mediasi diwujudkan melalui penilaian situasi, lingkungan, subjek dan sumber daya yang tersedia yang mempengaruhi cara intervensi diprogram secara khusus. Metode ini menunjukkan bahwa kolaborasi adalah kunci untuk kelangsungan hidup.
The study is based upon plants and animals, specifically ecosystem engineers that have a big impact in constructing our world through symbiotic relationships. The presence of technology will change what we previously knew about what we once called nature. The knowledge of architecture that we know is splitting ourselves from the nature that we speak of causing a fragment to our relationship. Isolation in a human centric world will have an impact on fragmentation of other beings causing destruction in the world. Hence, technology must be used to fight for nature not against it.Implementing symbiotic concepts into architecture to see how can architecture become a mediation towards its subjects which brings about their benefits and merge into its cycle and integrate into its natural processes. Technology will integrate with nature causing changes in the relationship and behavior between ecosystem engineers, other animals and their environment. The mediation is realized through the assessment of the situation, environment, subjects and available resources which influences the way interventions are programmed specifically. The method suggests that collaboration is a key to the continuity of life."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Ladifta Arindra Chandra
"Kajian perancangan ini bertujuan memaparkan proses eksplorasi terhadap memori terkait dengan bau (odour-linked memories) untuk mengkonstruksi arsitektur yang puitis melalui sebuah proses reproduksi imaginatif. Kajian ini melihat bahwa bau sebagai pemicu memori berperan kuat sebagai sebuah substansi pembentuk arsitektur yang puitis, bergerak dari arsitektur yang menekankan pada visual. Perancangan ini melihat bagaimana satu pemicu bau bisa menciptakan lintasan bau dan memori yang hadir diantaranya sehingga bisa dilakukan eksplorasi terhadap fragmentasi memori berbasis bau. Operasi pembentukan ruang pada arsitektur ini juga tidak hanya mempertimbangkan karakternya yang puitis, tetapi juga mengambil esensi dari majas puisi yang biasa digunakan dalam merangkai kata-kata. Rangkaian fragmentasi ruang memori yang sudah terkonstruksi disusun berdasarkan majas puisi akan menghasilkan bau yang berbeda dari bau awal sehingga tercipta pengalaman bau yang baru dan puitis. Konsep ini menghadirkan dunia virtual yang bisa dikunjungi dan sistem yang bekerja sebagaimana memori dalam bentuk bau bisa disimpan, dicampur, diekstraksi, dan ditarik kembali. Sistem dari dunia memori bau ini menjadi dasar bagaimana memori bisa disimpan dalam bentuk bau hingga divisualisasikan kembali menjadi bentuk yang puitis. Perancangan ini menunjukkan bahwa arsitektur tidak hanya terbentuk dari lintasan bau sebagai substansi, tetapi juga membentuk lintasan puitis dan sebuah puisi spasial dari sistem dunia memori bau.
This design study aims to explain the process of exploring odour-linked memories to construct poetic architecture through a process of imaginative reproduction. This study sees that smell as a memory trigger plays a strong role as a substance that forms poetic architecture, moving from architecture that emphasises the visual. This design looks at how a single odour trigger can create a path of odours and the memory present between them so that exploration of odour-based memory fragmentation can be carried out. The operation of creating space in this architecture also not only takes into account its poetic character, but also takes the essence of the poetic figures of speech that are usually used in arranging words. The series of fragmentation of the memory space that has been constructed based on the figure of speech of poetry will produce a smell that is different from the initial smell, thereby creating a new and poetic smell experience. This concept presents a virtual world that can be visited and a system that works as memories in the form of smells can be stored, mixed, extracted and recalled. This system of the world of smell memory is the basis for how memories can be stored in the form of smells until they are visualised again into a poetic form. This design shows that architecture is not only formed from the trajectory of smell as a substance, but also forms a poetic trajectory and a spatial poetry from the world system of smell memory."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Fatiharla Imanisahda
"Studi eksplorasi perancangan ini bertujuan untuk melihat kembali posisi nothing dalam arsitektur, dari sebatas void menjadi basis untuk merancang. Dengan mempelajari bagaimana posisi nothing dalam konteks arsitektur berupa void, ruang kosong, dan negative space dalam memberikan definisi terhadap something berupa konteks pada ruang yang dipengaruhi oleh persepsi. Jika dalam merancang sebuah ruang konteks menjadi hal yang penting dalam mendefinisikan ruang, studi ini menerapkan metode desain yang tidak terikat pada konteks dan program. Dalam perancangan ini, void menjadi faktor utama yang digunakan dalam operasi merancang arsitektur. Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa basis dalam merancang arsitektur tidak selalu terikat pada hal fisik. Operasi ini terdiri dari proses mengidentifikasi bentuk void yang dimiliki oleh eksisting, mengklasifikasikan void berdasarkan kategori spasial, dan merumuskan potensi yang dimiliki oleh void tersebut dalam membentuk persepsi. Sehingga, ruang yang terdiri dari nothing dan tidak memiliki definisi menjadi ruang yang dapat digunakan sebagai apapun mengikuti persepsi pengguna. Dengan adanya studi ini, dapat membuktikan bahwa arsitektur yang dihasilkan dapat berasal dari nothingness, yaitu aspek yang seringkali terabaikan, tak terdefinisi, dan seringkali menjadi faktor yang dilihat sebagai hal sekunder sebagai basis dalam merancang untuk menciptakan potensi something yang tak terhingga. Sehingga, diharapkan melalui arsitektur berbasis void dapat merefleksikan kembali peran nothing dalam konteks arsitektur dapat membuka berbagai potensi dalam mendefinisikan ruang dan memiliki makna bagi penggunanya.
This exploratory design study aims to revisit the position of "nothing" in architecture, moving beyond merely being a void to becoming a foundational element for design. By examining how "nothing" in the context of architecture—as voids, empty spaces, and negative spaces—defines "something" in terms of spatial context influenced by perception, this study applies a design method unbound by traditional context and program constraints. In this design approach, voids are the primary factors used in architectural design operations. The objective is to demonstrate that the basis for designing architecture does not always have to be physical. This operation includes identifying the void forms present in existing structures, classifying these voids based on spatial categories, and formulating the potential these voids have in shaping perception. As a result, spaces consisting of "nothing" and lacking definition can become spaces usable for any purpose, following the user's perception. This study aims to prove that architecture can originate from nothingness—an often overlooked, undefined aspect typically considered secondary in design—to create infinite potential for "something." Through void-based architecture, this study hopes to reflect on the role of "nothing" in architectural contexts, unlocking various potentials in defining space and imparting meaningful experiences for users."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Alya Widha Aurellia
"Kajian perancangan tugas akhir ini mengeksplorasi peran perasaan dan emosi sebagai dasar utama dalam pembentukan spasial arsitektur sebagai akomodasi evolusi pikiran manusia. Jika diskusi arsitektur lebih menekankan fungsi fisik, struktur, dan estetika ruang, maka studi ini menempatkan eksplorasi fragmen perasaan dan emosi sebagai basis dari arsitektur di masa depan. Dalam skenario yang saya bangun, kesadaran kolektif tentang emosi, perasaan, dan energi spiritual menjadi signifikan. Pemahaman terhadap fragmen emosi manusia menjadi dasar bagi mekanisme operasi arsitektur yang menciptakan lanskap dan perangkat Emo-Genesis yang unik. Arsitektur Emo-Genesis Sebagai Lanskap Fragmen Emosi adalah program arsitektur eksperimental dalam studi desain yang didorong oleh interpretasi ruang dan objek pada tingkat personal. Studi ini menggunakan kumpulan pengalaman spasial dan objek yang membangkitkan perasaan kuat untuk pembentukan ruang hingga kehadiran materialisasi arsitekturnya. Dalam studi ini, arsitektur muncul sebagai demonstrasi pembentukan ruang berdasarkan operasi spekulatif pribadi sebagai metode untuk menciptakan impresi tempat yang unik dan bersifat kolektif.
This final project design study explores the role of feelings and emotions as the main basis in the spatial formation of architecture as an accommodation for the evolution of the human mind. If architectural discussions emphasize mainly the physical function, structure and aesthetics of space, this study positions the exploration of fragments of feelings and emotions as the basis for architecture in the future. In the constructed scenario, collective awareness of emotions, feelings, and spiritual energy became significant. Understanding fragments of human emotion becomes the basis for the operating mechanisms of architecture that create unique Emo-Genesis landscapes and devices. Emo-Genesis architecture as an emotional Fragments landscape is an experimental architectural program driven by the interpretation of space and objects on a personal level. This study employs a collection of spatial experiences and objects that evoke strong feelings for the formation of space and the presence of architectural materialization. In this study, architecture becomes a demonstration of space formation based on personal speculative operations as a method for creating unique and collective impressions of place."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Zalfa Nada Atsilah
"This study explores various spatial experiences based on sensory perception to evoke collective emotion, which triggers a collective ego. It explores the interaction between sensory perception and spatial experiences, highlighting the transformative potential of built environments on cognitive and emotional responses. The research posits that space functions not merely as a physical construct but as an active medium shaping identity and collective ego. Through self-observations, which are wandering body responses on various locations located in Jakarta which have ego manifestation, this study incorporates bodily sensory experiences and movement to build interaction with the environment. The study is followed by the reconstruction of spatial environments, influencing identity and ego, which is examined through speculative experiments with visual-tactile sensory constructions. This approach enables the creation of architectural environments that utilize texture, lighting, form, and color to collectively influence self-perception and emotional states. The emotional aspects of spatial experiences, driven by sensory stimuli, demonstrate how manipulating architectural environments can regulate collective self-perception and emotional responses by processing sensory information to guide behavioral outcomes.
Penelitian ini mengeksplorasi ragam pengalaman spasial berdasarkan indra dalam membangkitkan emosi yang memicu ego kolektif. Penelitian ini menelusuri interaksi antara persepsi sensorik dan pengalaman spasial dengan menyoroti potensi transformatif dari lingkungan binaan dalam membentuk respons kognitif dan emosional. Dengan menggabungkan pengalaman indrawi tubuh dan gerakan dalam interaksi dengan lingkungan, penelitian ini menyatakan bahwa ruang tidak hanya berfungsi sebagai. Melalui observasi diri, yang merupakan respons tubuh yang berkelana di berbagai lokasi di Jakarta yang memiliki manifestasi ego, penelitian ini menggabungkan pengalaman sensorik tubuh dan gerakan untuk membangun interaksi dengan lingkungan. Penelitian ini dilanjutkan dengan rekonstruksi lingkungan spasial yang memengaruhi identitas dan ego, yang ditelusuri melalui eksperimen spekulatif dengan konstruksi sensorik visual-taktil. Pendekatan ini memungkinkan penciptaan lingkungan arsitektur yang memanfaatkan tekstur, pencahayaan, bentuk, dan warna untuk secara kolektif memengaruhi persepsi diri dan keadaan emosional. Aspek emosional dari pengalaman spasial, yang didorong oleh rangsangan sensorik, menunjukkan bagaimana manipulasi lingkungan arsitektur dapat mengatur persepsi diri kolektif dan respons emosional dengan memproses informasi sensorik untuk membimbing hasil perilaku."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library