Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Marifat Waisaleh
"ABSTRAK
Thesis ini mendiskusikan tentang implementasi kebijakan pada pendidikan anak usia dini di Kecamatan Tajur Halang, Bogor.Pendidikan Usia Dini adalah suatu program kebijakan yang dicanangkan oleh Pemerintah Pusat yang didukung oleh Pemerintah Daerah melaui instansi terkait dalam mengimplementasikan kebijakan tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dalam menerapkan kebijakan PAUD agar dapat meningkatkan dan mempermudah akses pendidikan tersebut bagi masyarakatnya serta menggali lebih jauh bagaimana upaya para pengelola sekolah PAUD dalam meningkatkan akses mutu layanannya terhadap masyarakat serta melihat kontribusi para orang tua murid dalam meningkatkan performa layanan bagi kemajuan sekolah PAUD.
Hasil penelitian ini menerangkan bahwa masih terdapatnya kelemahan dalam impementasi kebijakan yang dimulai dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor hingga ketingkat yang lebih rendah yaitu UPTP Kecamatan Tajur Halang. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kompetensi dari pelaksana kebijakan, penyelenggara PAUD hingga pada tutornya.

ABSTRACT
This thesis discusses about the implementation of a policy on early childhood education in the district of Tajur Halang, Bogor. Early Childhood Education (ECE) is a program policies promulgated by the Central Government which is supported by the local government through the related institutions for implementing the policy.
The aims of this research is to describe the factors whose had related with efforts of local government to implementing the early childhood policies in order to increase and facilitate the access of early education for wider segment of community, plus to explore the efforts to the early childhood school management in improving the quality of services to the communities. This study also wish to describe the parents contribution in improving the performance of services to the advancement early childhood school.
The results of this research are found weakness in the implementation of policy begins from the top of the local government until the lower level that is UPTP District of Tajur Halang.
This weakness arises due to lack of competence and capacity from the human resources in local government, school managers and the tutor of early childhood education."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T42807
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Antonius
"ABSTRAK
Pemekaran wilayah nerupakan trend baru yang mengiringi implementasi
kebijakan pembentukan daerah otonom baru dan sebagai salah satu jawaban atas
berbagai persoalan yang muncul dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di
Indonesia. Implementasi kebijakan tersebut mengarah pada upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Namun, persoalan pelik muncul dalam implementasi
kebijakannya karena kepentingan yang melatarbelakangi pemekaran wilayah
seringkali tidak jelas apakah berupa kepentingan jangka panjang yang konstruktif
atau kepentingan jangka pendek yang justru destruktif. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh faktor kebijakan, organisasi dan lingkungan terhadap
keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan daerah otonom baru. Kemudian, untuk
menggambarkan model persamaan struktural hubungan yang sesuai antara' ketiga
faktor determinan tersebut dan pengaruhnya terhadap keberhasilan penyelenggaraan
pemerintahan daerah otonom baru.
Penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif dan desain evaluasi
implementasi kebijakan. Unit analisisnya iaiah pegawai yang mewakili organisasi
pemerintah daerah otonom baru di Propinsi Gorontalo. Data dikumpulkan dengan
menggunakan teknik observasi, angket dan wawancara mendalam. Data yang
terkumpul dan dianalis dengan menggunakan SEM {Structural Equation Modeling) dan
dengan memakai perangkat lunak LISREL {Linear Structural Relationship).
Keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan daerah otonom baru diukur
berdasarkan pemenuhan tujuh prakondisi daerah otonom: lembaga perwakilan yang
mendukung terciptanya ikiim demokrasi dan pembelajaran politik rakyat berbasis
partisipasi masyarakat lokal; manajemen urusan daerah dilakukan secara optimal;
kelembagaan pemerintah daerah terbangun berdasarkan kewenangan, kebutuhan^
kemampuan yang dimiliki; supervisi dan monitoring dilakukan sebagai dasar penilaian
hasil pembangunan daerah; manajemen pelayanan publik dasar yang terlaksana
secara efislen, efektif, ekonomis dan akuntabel; tersedia personalia yang dibutuhkan
untuk mendukung kelancaran tugas pemerintah daerah dan tersedia sumber
keuangan yang cukup untuk membiayai pembangunan daerah.
Kebljakan, organisasi dan lingkungan implementasi kebijakan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan daerah
otonom bam. Kebijakan diwakill oleh aspek kesesualan tujuan kebijakan, konsistensi
dan kejelasan isi kebijakan, jenis manfaat yang dihasilkan, efektivitas penyampaian
dan perubahan yang ten'adi melalui implementasi kebijakan. Kemudian, organisasi
diwakili oleh adanya tugas pokok dan fungsi yang jelas untuk dilaksanakan oleh
instansi pemerintah daerah; kegiatan intra dan antar unit organisasi pemerintah
daerah terkoordinasi dan sinkron satu sama lain; adanya struktur organisasi yang
mewadahi dan mencirikan dinamika kegiatan yang dilakukan; sistem kepegawaian
yang didasarkan pada kecakapan dan keahlian; sistem kompensasi yang berbasis
kinerja serta tersedia sarana dan prasarana yang mendukung kelancaran tugas
pemerintah. Kemudian, lingkungan diwakili oleh aspek kerjasama antar lembaga
secara horizontal dan vertikal; hubungan sosial yang solid; budaya organisasi sebagai
perekat yang menyatukan langkah pemerintah daerah; aspek politik lokal yang berciri
demokratis berbasis partisipasi masyarakat; potensi sumber daya alam yang
dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan daerah; kepemimpinan berdasarkan
hati nurani dan partisipasi lembaga mitra untuk memacu akselerasi pembangunan
daerah. Selanjutnya, pemodelan persamaan struktural hubungan antara faktor
kebijakan, organisasi dan lingkungan serta pengaruh ketiga faktor tersebut terhadap
keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan daerah otonom baru menunjukkan nilai
probabilitas signifikansi 0,99943 (p > 0.05). Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara matriks kovarian model teoritik dengan matriks kovarian data.
Implikasi teoritis penelitian ini menguatkan perpaduan elemen dalam model
implementasi kebijakan sebagai proses politik dan administrasi, model kesesualan,
model linier dan model interaktif. Efek sinergisnya, terdapat dimensi baru bernama
"dimensi infrastruktur" implementasi kebijakan yang sekaligus menguatkan konstruksi
model deskriptif sistem determinan implementasi kebijakan yang dihasilkan. Tiga
dimensi dalam model sistem determinan implementasi kebijakan melengkapi dimensi
model implementasi kebijakan yang ada, khususnya terhadap model proses politik
dan administrasi yang hanya meliputi dimensi isi kebijakan dan dimensi konteks
implementasi. Secara metodologis, penelitian ini mendukung kesesualan aplikasi
pendekatan analisis pemodelan persamaan struktural dalam menjelaskan pengaruh
kebijakan, organisasi dan lingkungan terhadap keberhasilan penyelenggaraan
pemerintahan daerah otonom baru. Keberhasilan tersebut didasarkan pada
pemenuhan prakondisi daerah otonom menjadi fondasi untuk menerapkan konsep
pemerintahan yang berwirausaha berbasis inovasi kelembagaan.
Berdasarkan konstruk teoritis (tesis) dan realitas di lapang (anti tesis) diperoleh
hasil analisis faktor konfirmatori (sintesis) pemikiran ilmiah mengenai keberhasilan
penyelenggaraan pemerintahan daerah otonom yang didukung dengan infrastruktur
yang kondusif bagi pelaksanaan kebijakan dalam konteks pemerintah daerah.
Keberhasilan tersebut didasarkan pada pemenuhan ketujuh prakondisinya yang
dipengaruhi oleh faktor yang saling berhubungan antara isi (kebijakan), infrastruktur
(organisasi) dan konteks (lingkungan) implementasi kebijakan. Implikasi kebijakannya
adalah stakeholders kebijakan perlu mencermati kondisi aktual daerahnya agar
sinyalemen bahwa pemekaran sebagai derita bagi sang induk dan nestapa bagi rakyat
miskin di daerah otonom baru tidak menjadi pengalaman buruk yang berulang hanya
untuk kepentingan politik atau ajang perburuan jabatan bagi pihak tertentu di daerah.

ABSTRACT
"Regional Pemekaran" (proliferation of the regions) is a new trend that
conveyed implementation policy of establishment new regional autonomy and it also
answered various problems appeared in administering the local government in
Indonesia. Implementation policy mentioned has been directed on ultimate cause,
which efforts to improve people welfareness. Nevertheless, often times obstacles set
to emerge in implementing the policy due to interests in relevance to the motif of
Regional Pemekaran would be intended for constructive long term objectives or
merely temporarily yet unpopular. This research aimed to analyze the influence factor
of policy, organization, and environment on successful in administering the new
regional autonomy. Furthermore, the research also design a model equation on
structural relation between said three determined factors and its influence on
successful to oversee the new regional government.
This study conducted based on quantitative analysis method and design
evaluation on implementing policy. The unit analysis was represented by employee in
the organization of new local autonomy government in Gorontalo Province. Data
gathered was using observation technique, questionnaire, and in-depth interview.
Data collected was then analyzed with SEM (Structural Equation Modelling) and
availed by LISREL (Linear Structural Relationship) instrument.
Successful administering the new regional autonomy government measured
by completing seven regional autonomy pre-requisites, namely: representative
institution in support to establish democracy climate and lessons learnt society based
on civic iocal participatory, optimized regional management for internal affair,
institutionalized local government based on authority, need, and capacity, supervision
and monitoring as a base tool to assess regional development, management for
public service delivery implied effectively, efficiently, economically, and accountable,
competent personnel to support the administer local government, and availability
funding for regional development.
Policy, organization, and environment to implement the policy have been
positively influenced and significant on successful overseeing new autonomy of
regional government. Policy represented by relevant aspect on objective policy,
consistency and clarity of policy, output for beneficiary, effectivity in processing and
adjustment that occurred through implementation of the policy. In addition,
organization represented by main task and clear function to be implemented by
regional government institution; intra activity and inter unit organization of local
government coordinated and synchronized between another. Availability of
organization structure that coping and characterized their dynamic activity; personnel
system based on competencies; compensation system based on performance and
availability infrastructure that support the tasks for the government. Moreover,
environment embodied by aspect of cooperation between institution in horizontal and
vertical; solid social relation, organization culture to reunite into vision of local
government. Local political aspect characterized by democratize based on civil
participation. Cultivated potential of natural resource for local purpose. Additionally,
modeling equation relationship between factor policy, organization, and environment
and its influence on successful managing new autonomy local government has shown
probability significant value 0.99943 (p > 0.05). This means that there were no
significant differences between matrix Covarian theoretical model and Covarian matrix
data.
Theoretical implication from the research strengthened combination element
in model implementation policy as political and administration process, relevance
model, linier model, and interactive model. And its synergize effect, accessibility of
new dimension with so called " infrastructure dimension" implementation policy that
apparently strengthening the descriptive model determined system as a result of
implementation policy findings. Three dimension in system model determining policy
implementation complemented on current model implementation policy, especially
political and administration process model that only covered the dimension of policy
content and dimension of policy context. Methodologically, this research supported
relevant application on approach to analyze modeling structure in explaining policy
influence, organization, and environment for successful administering new autonomy
regional government. Successful mentioned above were basically due to fulfillment of
prerequisites of new regional autonomy as foundation to imply a concept of
entrepreneurial government based on institutional innovation.
Based on theoretical construct (thesis) and reality (anti thesis) obtained the
result of confirmatory analytical factor (synthesis) research on successful
administering regional autonomy government supported by conducive infrastructure
for policy implementation in regional government context. Implication of the policy
that policy stakeholders need to assess actual local condition in order to detect that
pemekaran caused suffer for holding and misery for poor people in new regional
autonomy would not duplicate as bad experience only for politic interest or chasing
position for certain parties in the region."
2007
D726
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danu Patria
"Usaha industri tradisional telah menjadi perhatian nasional dan internasional dengan perkembangan wacana industri sustainability (berkelanjutan). Akan tetapi, dalam kenyataannya perkembangan usaha ini tidak selalu mengarah pada model usaha berkelanjutan yang lebih baik dari para pelaku yang ada di dalamnya. Riset ini menampilkan gambaran dilema livelihood pada industri tradisional furnitur Jepara – Indonesia. Fenomena khusus yang terjadi di Jepara adalah kemampuannya untuk bertahan dalam kompetisi dunia usaha modern, dan juga secara menakjubkan menggapai pasar furnitur global. Di lain hal, Jepara secara mayoritas tetap bertahan dengan metode produksi tradisional. Dalam perhatian ini, studi kualitatif phenomenology dilaksanakan di kota Jepara, Jawa Tengah – Indonesia. Studi dilakukan pada industri tradisional furnitur rumah tangga, dengan para pelaku usaha dan pekerja didalamnya yang terdiri dari 12 orang partisipan, dan terbagi dalam 4 kategori usaha. Investigasi dalam penelitian ini dilakukan melalui wawancara mendalam dengan teknik semi structured interview. Riset ini mendeskripsikan tekanan (pressure) lokal, regional dan internasional yang berakibat implikasi unsustainable yang cukup besar. Implikasi berkisar dari kurangnya campur tangan pemerintah, pendapatan yang tidak memadai, persaingan yang tidak sehat dengan sebagian perusahaan asing yang secara legal dan ilegal berdiri di Jepara, dan yang paling substansial adalah hilangnya karakter keterampilan seni ukir di Jepara sendiri. Industri furnitur ukir tradisional Jepara di satu sisi, memiliki warisan sejarah keterampilan budaya ukir, bersama dengan ribuan orang yang bergantung pada jenis mata pencaharian ini (livelihood), dan harus tetap bertahan baik dalam skala pasar lokal ataupun global. Pada akhirnya, industry furniture tradisional Jepara ini menerapkan model perkembangan industri “Low Road” untuk menahan pengaruh tekanan (pressure) lokal dan internasional, yang kemudian secara bertahap berubah, dan melakukan manuver strategis untuk menyesuaikan prosedur dan peraturan kebijakan yang ada guna mempertahankan mayoritas praktik informal dari para pelaku usaha, dan utamanya untuk mempertahankan mata pencaharian produksi furnitur tradisional yang sudah berlangsung secara turun temurun

Traditional industry sustainability has been the focus and interest of local and international study. However, current traditional industry developments may not always indicate better progressive sustainable achievements. This research presenting an epic rural traditional industry dilemma of livelihood, focusing at traditional industry Jepara – Indonesia. Distinct significance phenomenon at Indonesian - Jepara traditional rural furniture industry is in its ability to survive current modern business competition while remarkably prosper for global furniture market. Meanwhile, this industry and its people have been largely remains with traditional method of production. In concern to this, a qualitative phenomenology study had been conducted at Jepara city, Central Java- Indonesia, in a range of home-based furniture, adjoining with business owners and workers involved. A total of 12 participants and 4 main categories of business are investigated. This research deployed in-depth interview using a semi-structured interview. The study depicting pressure of local, regional and international which further result major unsustainable implications. Implications span from the absence of government assistance, income insufficiencies, unfair rivalries with partial foreign firms legally and illegally stands at Jepara, and in most substantial is the loss of carving craftmanship skills character within. The pressures at Jepara is related to the main feature of historical carving craftmanship inheritance, which determined to many thousands of livelihood reliance people contained. This rural furniture cluster industry is obviously needed to sustain both domestically and internationally, despite this research reveals many problems and implications. Eventually, Jepara furniture industry people have to undertake "low road" survival to withstand pressures, and at the same time transform and maneuvering current international rules and regulations on timber trade products. Inevitably, Jepara small furniture firms need to operate informally, in order to continue their cultural industry legacy which formerly passed for many generations."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andria Saptyasari
"ABSTRAK
Jumlah anak autis di Indonesia terus meningkat tahun 2010 1: 300 dan
tahun 2015 di setiap 250 kelahiran ada 1 anak yang lahir autis. Anak autis masih
dianggap sebagai pihak ketiga (third party) sekaligus stressor bagi keluarga.
Kestabilan kondisi keluarga seperti ini sulit untuk dicapai sebab ada sebuah
uncertainty (ketidakpastian) kapan kondisi ini akan berakhir dan memang tidak
ada jaminan kapan anak autis akan menjadi mandiri. Inilah yang memicu
ketegangan hubungan spouse maupun parenting dalam hubungan segitiga
(triangle relationship). Sehingga penelitian ini ingin memaparkan pola dialektika
hubungan interpersonal dalam keluarga dengan anak autis dan melihat bagaimana
mereka menegosiasikan kontradiksi tersebut dalam mencapai suasana yang
kondusif (harmonis) di sistem keluarganya. Relational dialectics theory
digunakan untuk menjelaskan kontradiksi dan dialektika hubungan interpersonal
ini. Metode Interpretative Phenomenologycal Analysis digunakan untuk melihat
pola dialektika keluarga autis dari penuturan pengalaman masing-masing anggota
keluarga non autis.
Hasil penelitian menunjukkan terjadi ketidakseimbangan dalam pola
hubungan interpersonal keluarga dengan anak autis yang memiliki sistem tertutup
tetapi bukan berarti mengarah ke centrifugal karena tergantung pada autistic
child background, personal background, family background dan beliefs
background seperti respon cepat ?bangkit? (resilience) dari kesedihan, menerima
dengan ikhlas, bersyukur, pasrah ketika usaha sudah maksimal, tidak
menyalahkan diri sendiri ataupun pasangan, semua respon tersebut lebih
mengarahkan ke keharmonisan (centripetal) antar individu dalam keluarga dengan
anak autis. Budaya patriarki masih terlihat di mana bapak berkorban finansial
sedangkan ibu berkorban tenaga. Menariknya, walaupun ibu mengeluarkan tenaga
yang besar untuk anak autisnya tetapi ketika bapak hanya memberikan sedikit
perhatian terhadap ibu dengan mengajak jalan/makan, menonton bioskop berdua
ataupun mengucapkan ?tidak usah bangun terlalu pagi untuk memasak? karena
bapak tahu lelahnya ibu, hal itu mampu ?meluruhkan? beban berat dan
?menentramkan? perasaan ibu yang seharian mengurus anak autisnya

ABSTRACT
Number of children with autism in Indonesia continues to increase with the trend
in 2010. 1:300 and 2015 in every 250 births there was one autistic child born.
Children with autism are still regarded as a third party once the stressor for
families. The stability of autistic family are difficult to be achieved because there
is an uncertainty such as when these conditions will end and there is no guarantee
when the autistic child will become independent. These conditions cause tension
in spouse or parenting relationships or in the triangular relationship. Thus, this
study aims to expose the pattern of interpersonal relationships dialectic in families
with an autistic child and see how they negotiate the contradiction in achieving a
conducive atmosphere (harmony) in the family system. Relational Dialectics
Theory is used to explain the contradictions and their dialectics. Interpretative
Phenomenologycal Analysis is used to see a pattern of relational dialectic in
autism families from the non-autistic family members? narrative about their
experience.
The results showed there was imbalance relationships pattern in closed family
system with autistic child but it did not mean that it was centrifugal because it
depends on autistic child background, personal background, family background
and beliefs background such as rapid response to resilience, accept willingly, be
grateful, be resigned when efforts have the maximum, do not blame yourself or
your partner, all the responses are more directed to harmony (centripetal) among
individuals in families with an autistic child. Patriarchal culture is still visible
where the father is more sacrifice financially while the mother sacrifices
physically. Interestingly, although mothers expend so much time and energy to
her autistic child, but when the father paid little attention to the mother by taking
the road/dining together, watch the movie or just saying the words "do not have to
get up too early to cook" because father knows how exhausted mother is, it has
been able to "shed" a heavy burden and to "pacify" the mother feeling taking care
of children with autism all day."
2016
D2192
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darmin Tuwu
"ABSTRAK
Penelitian ini tentang bagaimana spiritualitas dapat meningkatkan kualitas
governance dalam pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di Kota
Kendari. Pendekatan penelitian yang dipergunakan adalah induktif kualitatif dan
strategi penelitiannya adalah studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan proses
implementasi PPM berjalan melalui tahapan-tahapan: sosialisasi, pendataan warga
kaya dan miskin, penjualan profil, penandatanganan akte, dan tahap persaudaraan
madani. Bentuk pemberdayaan utamanya difokuskan pada aspek pekerjaan,
perumahan, pendidikan, dan bimbingan spiritual sehingga PPM dapat
berkontribusi dalam meningkatkan kualitas hidup (quality of life) dan kondisi
kesejahteraan sosial (social welfare) keluarga miskin. Faktor-faktor pemungkin
(enabling factors) keberhasilan PPM di samping disebabkan oleh karena agama
dan kepercayaan juga disebabkan oleh nilai-nilai kemanusiaan, kesamaan
pekerjaan, sosial kapital, dan budaya tolong menolong. Persaudaraan madani
sebagai kekhasan pemerintah merupakan cerminan dari tata kelola pemerintahan
yang baik (good spirituality governance) sehingga terbuka kemungkinan PPM
direplikasi di daerah/kota lain.

ABSTRACT
This research is about how spirituality can improve the quality of
governance in the implementation of poverty reduction programs in Kendari city.
The research approach used is qualitative-inductive and research strategy is case
study. The results showed that the process of implementation program goes
through the stages: socialization, data collection rich and poor citizens, the sales
profile, the signing certificate, and the stage of Madani Brotherhood. Forms of
empowerment mainly focused on aspects of employment, housing, education, and
spiritual guidance so that the BMP can contribute to enhancing the quality of life
and the condition of social welfare poor family. Enabling factors the success of
the BMP beside caused by religion and faith are also caused by the values of
humanity, similarity jobs, social capital, and culture of mutual help. Madani
brotherhood as typical of the government is a reflection of the ?good spirituality
governance? so that brotherhood madani program can be replicated in other town
or cities"
2016
D2183
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigiro, Atnike Nova
"Dua puluh tahun sejak transisi politik Indonesia pada tahun 1998, kasus-kasus pelanggaran HAM berat yang terjadi pada masa Orde Baru belum dapat diselesaikan. Indonesia menghadapi situasi impunitas, sementara agenda keadilan transisi semakin hilang dari diskursus publik. Disertasi ini meneliti dan menganalisa bagaimana pendekatan advokasi yang dilakukan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat LSM dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Komnas HAM terhadap kebijakan Bantuan Medis dan Psikososial BMP Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban LPSK , tidak hanya memperbaiki prosedur dan pelaksanaan kebijakan BMP tetapi juga dapat mendorong kelanjutan agenda keadilan transisi di Indonesia. Penelitian ini menemukan bahwa kualitas pemulihan dari kebijakan BMP ditentukan oleh koherensi internal dan eksternal dari kebijakan tersebut. Advokasi yang dilakukan oleh LSM dan Komnas HAM terhadap kebijakan BMP telah menyentuh hal-hal yang menjadi masalah di dalam koherensi kebijakan BMP. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pendekatan ilmu kesejahteraan sosial tidak hanya bersifat komplementer terhadap pendekatan hukum dalam memandang korban dan hak-hak korban, melainkan justru memberikan perspektif baru dalam memandang fungsi kelembagaan LPSK dan Komnas HAM sebagai Lembaga Pelayanan Manusia.

Twenty year after Indonesia rsquo;s political transition in 1998, gross human rights violations that occurred during the New Order have not yet being settled. Indonesia is facing impunity, meanwhile the transitional justice agendas are disappearing from public discourse. This dissertation studies and analyses how the advocacy approach, which have been used by Non Governmental Organizations NGOs and the National Human Rights Commission of Indonesia Komnas HAM towards the Medical and Psychosocial Assistance rsquo;s policy BMP of the Victims and Witness Protection Agency LPSK , could not only improve the procedures and the implementation of BMP policy, but could also further drive the transitional justice agendas in Indonesia. This research found that the quality of reparation provided by BMP policy was determined by the internal and external coherence of the policy. Advocacy that were conducted by NGOs and Komnas HAM towards BMP policy have addressed the coherences of BMP policy. This research concludes that social welfare approach is not just a complementary to the legal approach in looking at the victims and the rights they are entitled. Instead, it gives new perspective in looking at the institutional role of LPSK and Komnas HAM as Human Service Organizations HSO ."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lusia Mangiwa
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis interaksi sub-sub sistem dalam sistem pra pemberangkatan calon pekerja migran perempuan. Bagaimana interaksi sub-sub sistem dalam sistem pra pemberangkatan sehingga calon pekera migran mengalami kerawanan sosial dalam mempersiapka dirinya untuk bekerja ke Malaysia. Untuk tujuan tersebut digunakan pendekatan kualitatif deskriftif. Kerangka teoritis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Teori Sistem (Analisis Ludwig Von Bertalanffy dan Mustakini). Penelitian ini kemudian menemukan bahwa secara umum, (1) hubungan diantara sub-sub sistem belum terkoordinasi dan terintegrasi, (2) manajemen pengelolaan pra pemberangkatan belum mengacu kepada SOP (standar operasional prosedur) yang telah ditetapkan oleh pemerintah, (3) belum adanya harmonisasi dalam implementasi dan sinergitas regulasi yang ada, (4) ego sektoral dari masing-masing instansi terkait masih dominan, dan (5) fungsi control dan taua pengawasan dari pemerintah belum mendukung.

This study aimed to analyze the interaction of sub-systems in the system of pre-departure prospective migrant workers. How the interaction of sub-systems in the system of pre-departure so that prospective migrant workers experienced social unrest in preparing him to work in Malaysia. For this purpose used a qualitative approach through case studies. The theoretical framework used in this research is Systems Theory (Analysis Ludwig Von Bertalanffy and Mustakini). The study then found that in general, (1) the relationship between sub-systems have not been coordinated, (2) management of pre-departure not refer to the SOP (standard operating procedure) that has been set by the government, (3) the absence of harmonization in the implementation and synergy with existing regulations, (4) the sectoral ego of each relevant agencies still dominant, and (5) the function of control of the government has not supported."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library