Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chrysanti Dwi Sarika
"Saat ini dengan sistem sekolah ‘full day school’ maka anak-anak mendapatkan materi pelajaran lebih banyak dari pada anak-anak dengan sistem sekolah konvensional. Sehingga mereka perlu mcmbawa buku-buku dan perlengkapan lainnya Icbih banyak, dengan kata lain beban tas sekolah (Backpack) mereka menjadi Iebih berat. Beban yang berat pada punggung dapat memicu masalah kelainan tulang beiakang yang dimulai dengan terjadinya postur janggal yang dapat mengganggu kesehatan dan penampilan pada anak-anak.Dan dari laporan wali murid ditemukan 4 anak dcngan usia 11-16 tahun dinyatakan positifmcndcrita kelainan tulang belakang skoliosis fungsional dan kyphosis. Tujuan penelitian ini adalah mengevaiuasi pemakajan backpack pada siswa siswi SD-SMP di Lazuardi GIS terhadap risiko terjadinya kelainan tulang belakang yang dimulai dengan teijadinya postur janggal .
Disain penelitian dan subyek: merupakan jenis penelitian desluiptif dengan pendckatan cross sectional. Sampel penelitian adalah 72 siswa SD-SMP Lazuardi dan backpack yang mereka gunakan. Pengukuran data mengunakan timbangan berat badan, mctcran, kamera digital dan kuesioner. Data yang dihasilkan diolah sehingga mcnghasilkan suatu nilai dalam bentuk kategorik. Analisa data dilakukan seoara univariat dan bivariat dengan chi square dan t independen serta analisa kualitatif.
Hasil penelitian ditemukan rata-rata berat ransel dari keseluruhan responden adalah 9% dari berat tubuh mereka dan 33.3% dari responden membawa beban dengan rata-rata lebih dari 10%, 55,6% dari responden menggunakan tas dengan dimensi yang baik, 83.3% membawa backpack dengan tidak baik.
Kesimpulan dari penelitian ini diperoleh bahwa kornbinasi beban backpack dan atau dimensi backpack yang tidak baik dengan cara membawa backpack yang tidak baik pada sebagian besar siswa-siswi SD-SMP di Lazuardi GIS Cinere berisiko merubah postur normalnya menjadi janggal dan hal ini meningkatkan risiko terjadinya kelainan pada tulang belakang mereka.

Lazuardi GIS is a Full Day School , which implement 5 day school with long hours study at school, with this system, children need to bring more books and other requirement. In other word, the children carry heavier backpack load which is suspected exceed recommendation limit for children (10% or body weight). Heavy loading ofthe opioo, improper use of backpack and bacpack dimension may induce postural changcs,which increase the risk of spinal disorder.And from parents report, there are 4 children 11-17 years old, suffering skoliosis and kyphosis. Aim:To Evaluate the risk of backpack use which cause a risk of spinal disorder, begin with postural changes among the children in long term.
Study Design; This research is a survey research with cross sectional approach. The sample of research are 72 students of SD-SMP Lazuardi GIS and their backpack. The data is collected using, weight scale, meter, digital camera dan questioner. The data was processed and as a result it showed in categoric form, then was analyzed univariantly and bivariantly.
Results ; It is found that, the average weight of backpack is 9% body weight and 33.3% of respondent carried backpack load with average weight more than 10% of body weight, the variant of position or the way he students carry their backpack are as follow, 55.6% of respondents carrying with a good backpack dimension, 83.3% respondent carries backpack improperly..
Conclusion, this study End that Combination of heavy backpack and or bad backpack dimension and the way of the most elementary and junior high school student in Lazuardi GIS Cinere, carry the backpack create a postural changes and increase the risk of spinal disorder.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T33821
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Laurent Renato
"ABSTRACT
Penelitian ini membahas tentang penilaian risiko keselamatan kerja pada pembuatan produk berbahan dasar baja ringan di PT Bumi Lancang Kuning Pusaka (BLKP) Pekanbaru tahun 2014. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tingkat risiko pada kegiatan di area produksi. Identifikasi bahaya dilakukan menggunakan Job Safety Analysis. Penilaian risiko dilakukan berdasarkan kriteria Fine yaitu nilai risiko berasal dari perkalian probability, consequence, dan exposure. Hasil penelitian menemukan 4 jenis bahaya di tempat kerja yaitu bahaya mekanik, fisik, psikososial, dan perilaku. Terdapat 4 risiko dengan kategori very high, 5 risiko kategori priority 1, 8 risiko kategori substantial, 2 risiko kategori priority 1, dan 2 risiko kategori acceptable pada penilaian risiko dengan mempertimbangkan pengendalian yang sudah ada di perusahaan. Setelah diberikan rekomendasi pengendalian ada 15 risiko diestimasi masuk kategori acceptable, 5 kategori priority 3, dan 1 kategori substantial.

ABSTRACT
This research discusses the occupational safety risk assessment in the manufacturing of light gauge steel products at PT Bumi Lancang Kuning Pusaka (BLKP) Pekanbaru 2014. The aim of this research is to define the level of risk of the activities in the production area. Hazard was identified using Job Safety Analysis (JSA). Risk assessment was conducted using Fine criteria. Level of risk was the function of the multiplication of probability, consequence, and exposure (R=PxCxE). This results found that there are 4 hazards in the workplace, they are mechanical hazard, physical hazard, psychosocial hazard, and behaviroal hazard. The assessment of existing risks showed that there are 4 risks ranked as very high, 5 are priority 1 risks, 8 are substantial risks, 2 are priority 3 risks, and 2 are acceptable risks. The recommendations of control were given based on the existing risk and risk categories were estimated changed into 15 acceptable risks, 5 priority 3 risks, and 1 subtantial risk."
2014
S55948
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggit Paramitha
"Aktivitas pekerjaan perajin ukiran batu dalam proses produksinya memiliki bahaya ergonomi yang dapat berisiko terjadinya Musculoskeletal Disorders (MSDs) terkait dengan postur janggal dalam durasi lama, gerakan berulang dan rutin dilakukan setiap hari. Penelitian dilakukan pada proses kerja perajin ukiran batu di Duta Alam, Jakarta Selatan tahun 2014 bertujuan untuk menilai tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) dan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) menggunakan Nordic Body Map. Hasil penelitian didapatkan tingkat risiko ergonomi pada pekerjaan perajin yaitu risiko sedang sebanyak 6 aktivitas kerja dan tingkat risiko tinggi sebanyak 8 aktivitas kerja dari 14 aktivitas pekerjaan yang ada.
Dari hasil kuesioner dan nordic body map diketahui keluhan MSDs yang paling banyak dirasakan perajin pada pinggang bagian bawah dan pinggang bagian atas (92,9%). Keluhan yang dirasakan berupa pegal-pegal, sakit/nyeri, kaku, kejang/keram dan kesemutan. Selain risiko ergonomi, di dapatkan juga faktor lain yang memperberat keluhan MSDs yaitu karakteristik individu yang terdiri dari umur, jenis kelamin, masa kerja, jam kerja per hari, Indeks Massa Tubuh (IMT), kebiasaan merokok dan aktifitas fisik. Sebagian besar aktivitas kerja memiliki tingkat risiko ergonomi tinggi sehingga diperlukan segera tindakan perbaikan desain tempat kerja. Disarankan juga adanya pengaturan waktu kerja dan istirahat yang efisien bagi perajin.

Job activities stone artisans in the production process has ergonomic hazard that could have risk the occurence of Muskuloskeletal Disorders (MSDs) associated with awkward posture with long-duration, repetitive movements and routine activity. The study was conducted on the working process of stone artisans in Duta Alam, South Jakarta in 2014 to assess the level of ergonomic risk based methods Rapid Entire Body Assessment (REBA) and Musculoskeletal Disorders (MSDs) using Nordic Body Map. From the results on the occupational risk levels obtained medium risk 6 work activities and high risk 8 work activities of 14 processes the work activities.
The results of the questionnaire and nordic body map is known complaint MSDs that be perceived stone artisans to low back and upper back (92.9%). The complaints is stifness, painful, tingling, andspasms. In addition toergonomic risk, other factors also found that complaints aggravate MSDs risk factors consists of individual characteristic consisting of age, length of service, hours worked, body mass index, smoking habit, and physical activities. Most of the work activities have a high level of ergonomic risk that required immediate corrective action design of the workplace. In addition, suggested of regulating working and rest time efficient for crafter.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56013
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cesie Nadia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja. Jenis penelitian bersifat deskriptif analitik dengan disain studi cross sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 58 pekerja di gerbang tol Cililitan PT. Jasa Marga cabang CTC yang dibatasi inklusi dan eksklusi. Pengambilan data dilakukan dengan kuesioner, data sekunder, observasi, dan pengukuran denyut nadi. Hasil penelitian didapatkan 56,9% pekerja mengalami kelelahan tingkat ringan dan 43,1% mengalami kelelahan tingkat sedang. Variabel yang diteliti yaitu durasi kerja, pola shift kerja, beban kerja, waktu istirahat, lama tidur, kondisi kesehatan, dan gambaran workstation. Hasil analisis bivariat didapatkan ada hubungan signifikan antara beban kerja, waktu istirahat, dan lama tidur dengan kelelahan kerja. Disarankan untuk pihak perusahaan melakukan fatigue management guna mencegah dampak dari timbulnya kelelahan.

This study aims to determine the relationship factors that may influence the occurrence fatigue at work. Types of research is descriptive analytical with cross sectional study design. The sample in this study amounts to 58 workers at the toll collectors Cililitan gate PT. Jasa Marga CTC branch office that restricted inclusion and exclusion. Data were collected by questionnaires, secondary data, observation, and pulse measurement. The results showed that 56.9% of workers experienced low fatigue level and 43.1% experienced moderate fatigue level. The variable are duration of work, work shift patterns, work load, rest periods, length of sleep, health condition, and workstations. Results of bivariate analysis found there is significant relationship between work load, rest periods, and length of sleep with fatigue at work. Recommended for the company is created fatigue management in order to prevent the impact of the onset of fatigue."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Wulandari Cahyaningtyas
"ABSTRAK
Pengemudi kendara sewa dan antar jemput karyawan memiliki faktor risiko
kelelahan. PT. X belum memiliki program pengendalian kelelahan. Kelelahan
pengemudi bisa menyebabkan penyakit akibat kerja ataupun kecelakaan kerja.
Penelitian ini dilakukan dengan desain kualitatif untuk melihat gambaran
kelelahan serta faktor risiko pada pengemudi kendara sewa dan antar jemput
karyawan PT. X pada tahun 2011. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pengemudi mengalami kelelahan ringan dan sedang. Faktor yang berperan pada
pengemudi antar jemput adalah waktu tidur dan shift kerja, pada pengemudi
kendara sewa adalah durasi kerja.

ABSTRACT
Rental car and employees shuttle car drivers at PT. X have risk factors of fatigue.
PT. X hasn’t had program fatigue management. Driver fatigue may cause
occupational health and accident. This study was conducted with qualitative
design to see the overview of fatigue and its risk factors at rental car and
employees shuttle car drivers year 2011. The result of this study indicate that the
driver suffered mild or moderate fatigue. Factors which could lead to fatigue in
employees shuttle car drivers are quantity of sleep and workshift, and in rental car
drivers is work duration."
2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Lathifia
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai sistem tanggap darurat di Rumah Sakit UI pada fase sebelum, saat, dan setelah terjadi keadaan darurat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan sistem tanggap darurat di Rumah Sakit UI berdasarkan WHO Hospital Emergency Response Checklist (2011). Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penulis melakukan analisis data menggunakan metode in depth analysis melalui wawancara yang dilakukan secara online dan telaah dokumen terkait Sistem Tanggap Darurat di Rumah Sakit UI. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa presentase kesesuaian sistem tanggap darurat di Rumah Sakit UI berdasarkan WHO Hospital Emergency Response Checklist (2011) adalah sebesar 56% telah terpenuhi, 29% masih dalam proses pemenuhan (terpenuhi sebagian), dan 15% diantaranya perlu dilakukan peninjauan (tertunda). Hal ini menunjukkan bahwa Rumah Sakit UI sudah baik dalam menerapkan WHO Hospital Emergency Response Checklist (2011). Meskipun hasilnya telah baik, namun pihak rumah sakit perlu meninjau dan meningkatkan perencanaan terkait sistem tanggap darurat di rumah sakit yang lebih komprehensif.

ABSTRACT

This research analyzes about emergency response system at University of Indonesia Hospital in pre disaster phase, on disaster phase, and after disaster phase. The purpose of this study is to analyze the implementation of the emergency response system implementation in University of Indonesia Hospital based on WHO Hospital Emergency Response Checklist (2011). This research uses the descriptive method with a qualitative approach. The author analyzes the data using in-depth analysis by online interview and documents analysis about emergency response system at University of Indonesia Hospital. From this study, it can be concluded that the percentage conformity of the emergency response system implementation based on WHO Hospital Emergency Response Checklist (2011) is 56% completed, 29% in progress, and 15% due for review. This shows that University of Indonesia Hospital has a good implementation of WHO Hospital Emergency Response Checklist (2011). Although the result is good, but the company is required to review and improve the emergency response system planning to be more comprehensive."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Varla Nur Afifah
"Skripsi ini membahas mengenai manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja yang dilakukan pada divisi dekorasi yang terdapat di PT. Lucky Indah Keramik, Cimanggis diawali dengan mengidentifikasi hazard dan risiko yang ada ditempat kerja dilanjutkan dengan menilai basic risk, existing risk, dan predictive risk. Penelitian ini adalah penelitian semi kualitatif dengan menggunakan metode matematika Fine yang disesuaikan dengan lingkungan kerja. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ditemukan bahwa 36 jenis risiko keselamatan dan kesehatan kerja yang berhasil diturunkan nilai risiko hingga mencapai nilai risiko yang dapat diterima melalui rekomendasi pengendalian yang diberikan.

This thesis discusses the management of occupational safety and health risks carried out in the decoration division at PT. Lucky Indah Keramik, Cimanggis begins by identifying hazards and risks in the workplace followed by assessing basic risk, existing risk, and predictive risk. This research is a semi-qualitative study using Fine mathematical methods that are adapted to the work environment. Based on the results of research that has been conducted, it was found that 36 types of occupational safety and health risks that were successfully reduced by the risk value until it reached an acceptable risk value through the control recommendations given."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Ciptapratama
"Unsafe Act merupakan salah satu penyebab insiden yang secara langsung terjadi, hal ini dikarenakan Unsafe Act termasuk kedalam kegagalan aktif. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan menjelaskan kejadian unsafe act berdasarkan faktor-faktor prakondisi dan berdasarkan model HFACS-MI. Variabel yang diteliti adalah Unsafe Act meliputi Errors dan Violations. Sedangkan Precondition of unsafe act meliputi Environment Factors, Condition of Operators, dan Personnel factors. Setiap variabe diklasifikasikan berdasarkan penyebab insiden ke dalam indikator-indikator yang berkontibusi terhadap insiden. Pengklasifikasian tersebut dilakukan dengan menganalisis kronologi insiden, faktor penyebab langsung dan tidak langsung insiden yang terdapat pada laporan investigasi insiden serta membandingkan dengan model HumanFactors Analysis And Classification System-Mining Industry(HFACS-MI). Analisis Insiden Unsafe Act dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif yang digunakan untuk melihat persentase terjadinya insiden pada masing-masing variabel.

Unsafe act is one of the direct causes of incident, because it included into active failure. Therefore, the purpose of this research is to explain unsafe act incident based on precondition factors and using HFACS-MI model. Variables studied include Environment Factors, Condition of Operators, and Personnel Factors. Each variables is classified based on causes of incident into indicators that contributed to the incident. Classification is conducted by analyzing chronology of the incident, direct and indirect causes of incident reported on investigation report and comparing it with Human Factors Analysis and Classification System-Mining Industry (HFACS-MI). Analysis of unsafe act incident is conducted with quantitative method to observe the incident percentage in each variable."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agil Helien Puspita
"Tekanan panas merupakan salah satu faktor fisik yang berpengaruh terhadap produktivitas, performa kerja, juga berpotensi menimbulkan berbagai keluhan kesehatan (heat strain) bagi pekerja di area produksi pelumas Jakarta PT Pertamina (Persero). Penelitian dilakukan pada 122 pekerja menggunakan desain studi cross sectional.
Hasil penelitian menunjukkan semua responden mengalami keluhan akibat pajanan panas dengan mayoritas keluhan ringan (73.8%) dan pengukuran menggunakan Thermal Environment Monitor menunjukkan bahwa secara umum temperatur di area produksi pelumas melebihi nilai ambang batas yang diperkenankan. Oleh karena itu, diperlukan upaya pengendalian kondisi temperatur lingkungan kerja sampai batas yang dapat diterima pekerja untuk meminimalisasi risiko keluhan yang dirasakan.

Heat stress is one of physical factors that affect productivity, working performance, also potentialy caused various health problems (heat strain) for workers in PT Pertamina (Persero) Production Unit Jakarta - Lubricants. This study performed on 122 workers using cross sectional study design.
Result showed all respondents had complaints due to heat exposure with the majority of minor complaints (73.8%) and measurement using Thermal Environment Monitor showed in general, temperature at lubricants production area exceeds the permitted threshold value. Therefore, efforts are needed to control the temperature conditions of the working environment to acceptable limits of workers to minimize the perceived risk of complaints.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faudji
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kadar testosteron dan cortisol dalam darah akibat pajanan polutan di udara serta mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya.Jenis penelitian ini bersifat deskriptif analitik, metode cross sectional dengan analisis kuantitatif. Sampel penelitian adalah polisi lalu lintas (terpajan polutan) dan polisi yang bertugas di kantor (tidak terpajan polutan) DKI Jakarta, dengan besar sampel 30 polisi lalul intas dan 30 polisi yang bertugas di kantor. Data yang diperoleh selanjutnya diolah secara statistik menggunakan chisquare test.
Berdasarkan hasil penelitian, nilai rata-rata kadar testosteron dalam darah antara polisi lalu lintas (terpajan polutan) lebih tinggi yaitu 516,5133 dibandingkan nilai rata-rata kadar testosteron dalam darah pada polisi yang bertugas di kantor (tidak terpajan polutan) yaitu 472,77.Nilai rata-rata kadar cortisol dalam darah pada polisi lalu lintas (terpajan polutan) lebih tinggi yaitu 10,8883 dibandingkan nilai rata-rata kadar cortisol dalam darah pada polisi yang bertugas di kantor (tidak terpajan polutan) yaitu 10,5607.
Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel riwayat merokok, usia, jarak rumah ketempat kerja, jenis kendaraan yang digunakan indek smassa tubuh dengan kadar testosteron dan cortisol dengan nilai P.Value > 0,05. Meskipun tidak ada hubungan yang signifikan namun perlu dilakukan tindakan pencegahan berupa pengukuran kadar polutan di udara dan medical check-up untuk mengurangi dampak gangguan fungsi reproduksi jika terpajan polutan dalam waktu yang cukup lama.

This study aimed to describe levels of testosterone and cortisol in the blood due to exposure to pollutants in the air and to know what factors that influence it. This type of research is descriptive analytic, cross sectional methode with a quantitative analysis. The samples were traffic policemen (exposed to pollutants) and police on duty at the office (not exposed to pollutants) in Jakarta, with a large sample of 30 traffic policemen and 30 police on duty at the office. The data obtained were then processed statistically using the chisquare test.
Based on the results of the study, the mean testosterone levels in the blood between the traffic policemen (exposed to pollutants) is 516.5133 which is higher than the average levels of testosterone in the blood to the police on duty at the office (not exposed to pollutants) which is 472.77. The average value of cortisol levels in the blood at the traffic policemen (exposed to pollutants) is higher which is 10.8883 compared to the average levels of cortisol in the blood at the police on duty at the office (not exposed to pollutants) which is 10.5607.
There was no significant association between smoking history variables, age, distance from home to the workplace, type of vehicle used by the body mass index levels of testosterone and cortisol with P.Value value> 0.05. Although there is no significant relationship but precautions need to be done in the form of measured levels of pollutants in the air and medical check-up to reduce the impact ofreproductive dysfunction when exposed to pollutants in a long time.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>