Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Joko Haryanto
"Bencana (disaster) adalah gangguan serius yang melampaui kemampuan perusahaan untuk menanggulanginya, hanya dengan menggunakan sumber dayanya sendiri. Dampak yang ditimbulkan dari terjadinya bencana ini antara lain kerusakan sarana prasarana,kehilangan data,terganggunya fungsi utama organisasi,sampai dengan kehilangan nyawa. PT. Lautan Otsuka Chemical sebagai sebuah perusahaan kimia yang berada di kawasan industri kimia/petrokimia di Cilegon berpotensi menimbulkan bencana karena aktifitas produksinya menggunakan bahan berbahaya dan beracun misalnya amonia dan chlorin.
Peristiwa peledakan yang menimbulkan kerusakan alat dan luka-luka di PT. Lautan Otsuka pada tahun 2009 yang pernah terjadi dulu, harus membuat kita semua semakin waspada. Kejadian itu mengingatkan, betapa rawan proses produksi yang yang ada di PT. Lautan Otsuka Chemical therhadap potensi becca naindustri kimia Tanpa kewaspadaan sejak dini, bukan tidak mungkin peristiwa ledakan terjadi lagi, mungkin saja di tempat ?tempat lain Setiap pengelola industri seharusnya mulai melengkapi sistem tanggap darurat industri sehingga ketika sewaktu-waktu terjadi kecelakaan yang tidak diharapkan bisa segera diantisipasi, termasuk kesiapan masyarakat di sekitarnya ketika perlu evakuasi. Sikap waspada tidak ada salahnya untuk selalu diingatkan secara terus-menerus. Ini mengingat seiring pertumbuhan industri yang pesat.
Saat ini Gresik telah mengaplikasikan system tanggap darurat yang lebih dikenal dengan APELL(Awarenes And Preparedness for Emergencies at Local Level). Untuk mengetahui tentang kesiapan Gresik menghadapi bencana industri, diperlukan evaluasi tanggap darurat industri yang selama ini telah berjalan. Salahsatu model yang dipergunakan untuk mengevaluasi tanggap darurat industri adalah model SCAR (State Capability Assesment for Readiness). Dengan pengumpulan data primer berupa metode kuesioner yang berisikan seperangkat check list/ daftar pertanyaan maka model SCAR dipakai sebagai alat untuk mengevaluasi system tanggap darurat yang selama ini diaplikasikan di Gresik. Didukung dengan data sekunder berupa studi literature tentang hal-hal yang berhubungan dengan kecelakaan industri serta observasi dilapangan maka penelitian menfokuskan pada pelaksanaan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31242
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sisharyono
"Kecelakaan yang diakibatkan oleh pekerjaan banyak terjadi diberbagai sektor industri, terutama sektor industri yang mempunyai resiko yang sangat tinggi diantaranya sektor industri M1GAS. Bila kecelakaan kerja terjadi, kerugian-kerugian akan diperoleh baik oleh pengusaha maupun bagi peketja. Bagi pengusaha, bila kecelakaan kerja terjadi akan berdampak pada citra perusahaan yang akan memburuk, kepercayaan dari pihak luar maupun pemegang saham (slake holder) akan menurun dan kemungkinan akan berakibat bangkrutnya perusahaan karena kehi1angan keperecayaan. Bagi pekerja, bila kecelakaan kerja tetjadi akan berdampak kehilangan sebagian atau beberapa artggota tubuhntya atau berakibat cacat permanen dan bisa juga dapat menghilangkan nyawa bagi sipekerja sendiri serta dapat pula kehilangan mata pencahariannya.
Berbagai usaha telah dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi kecelakaan kerja oleh perusahaan baik yang bersifat aktif maupun pasif. Yang bersifat aktif adalah dengan melibatkan pekerja untuk berperan aktif melaksanakan program yang telah ditetapkan perusahaan sehingga perilaku pekerja akan berubah menjadi perilaku aman dan akan selalu mengikuti prosedur kerja yang telah ditetapkan perusa.haan. Sedangkan yang bersifat pasif adalah dengan menyediakan peralatan pencegahan keeelakaan agar tidak terjadi eskalasi yang lebih besar bila kecelakaan kerja terjadi. Dalam hal mencegah atau mengurangi kecelakaan kerja, PT ABC mewajibkan setiap aktifitas yang dilakukan dilingkungan perusahaan harus menggunakan surat ijin kerja yang disebut dengan Safe System of Work (SSOW).
Penelitian bertujuan untuk menganaIisa pelaksanaan program Safe System of Work (SSOW) terhadap indikator keselamatan kerja dan menganalisa pelaksanaan Safe System of Work (SOW) pada setiap tahapan. Penelitian ini dilakukan dengan study evaluasi dengan metode pendekatan kualitatif terhadap orang yang terlibat dalam pelaksanaan atau pembuatan surat ijin kerja ditinjau dari segi Input-Proses-Output.
Hasil penelitian didapatkan dari segi Input didapatkan pemahaman program SSOW adalah sangat baik, ini terlihat dimana 100% orang yang terlibat program ini telah mengikuti training dan 97.1% telah memahami dan mengerti tentang program SSOW. Dari segi Proses didapatkan pada awal tahun dimana pemenuhannya sangat bagus lalu menurun pada bulan April menjadi bagus dan naik kembaIi ketingkat sangat bagus pada bulan Mei dan Juni, karena pelaksanaan audit sudah menjadi pekerjaan rutin sehingga menjadi beban bagi para pekerja. Sedangkan pada segi output, dilihat dari kasus kecelakaan kerja pada tahun 2007 dan 2008 jumlahnya sama yakni 17 kasus, tetapi bila dilihat dari frequency rate pada tahun 2008 terlihat menurun dibanding tahun 2007 yaitu dari 0.31 menjadi 0.19.
Untuk mencegah atau mengurangi kecelakaan kerja perlu dilakukan audit pelaksanaan SSOW oleh auditor yang benar-benar mengerti bagaimana mengaudit secara benar dan memahami prosedur dengan balk sena pelaksana.an audit tidak dilakukan setiap hari agar basil audit merupakan basil nyata pelaksanaan SSOW dilapangan bukan hanya rutinitas pekerjaan dan tidak membebani pekerja.

Many occupational accidents occurred in various industrial sectors, especially in industrial that has a high potential risk such as oil and gas industry. When accident happened, losses will be obtained both by company and for workers. When accident happened, will affecting to deteriorate the company image, loss of trusty from partnership and stake holder and possibility bankrupt of the company cause by loss of trust. When accident happened will be affected to the employee such as injury, permanent disability or fatality and also they will lose their job.
Various efforts have been done by company to eliminate or reduce the accident both, active and passive. For active by entangled the workers to be active implemented the company program and followed the working procedure with the result behavior of the workers become safe behavior, whereas the passive character by putting the preventive or safety equipments in order to prevent the accident to be escalated. In order of preventing or reducing of the accident, any job activities in area PT ABC have to use permit to work called with Safe System of Work (SSOW).
The aim of research is to analyze the implementation of program Safe System of Work (SSOW) to safe working indicator and to analyze the implementation of program Safe System of Work (SSOW) in each step. This research is conducted by study evaluation with qualitative method approached to the personnel involved in implementation and making permit to work evaluated from Input-Process-Output aspect.
The input aspect research result for the understanding program of Safe System of Work (SSOW) is very good, it's seen 100% program involver have attended training and 97.1% have comprehended and understand concerning program of Safe System of Work (SSOW). On process aspect, at beginning of the year the accomplishment is very good then going down to good on April and returned back to very good in May and June. Whereas on output aspect, on the year 2007 and 2008 the number cases of occupational accident same i.e. 17 cases, but the frequency rate reduced on 2008 compared with 2007 from 0.31 to 0.19.
To prevent or reduce occupational accident, require SSOW audit to be conducted by competent auditor, comprehend procedure and the audit not be conducted every day in order to get the audit result is reality implementation of Safe System of Work (MOW) on the field not merely routine tasks do not encumber of the worker.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, 2008
T33915
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Yulianto
"Sistem rencana tanggap darurat dibuat untuk merespon terjadinya emergensi evakuasi medis (Medivae) yang terjadi di tempat kerja guna memperkecil akibat yang lebih parah atau serius dari suatu kasus kecelakaan kerja maupun sakit keras secara cepat, tepat, benar dan akurat.
Penelitian bertujuan untuk mengukur sejauh mana kesiapan implementasi sistem rencana tanggap darurat sehingga dapat diimplementasikan secara benar, efektif dan efisien bagi pekerja maupun perusahaan. Penelitian ini termasuk penelitian analisis deskriptif dengan disain studi evaluasi terhadap kesiapan implementasi sistem respon emergensi untuk menghadapi evakuasi medis (Medivae) di Kilang LNG Tangguh Papua yang dilakukan pada awal sampai pertengahan 2007.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari kedelapan elemen emergensi respon ditemukan bahwa sistem komunikasi menempati tingkat kelayakan tertinggi (85,2 % = sangat layak), disusul Organisasi dan jalur komando di urutan kedua (82,9 % = sangat layak) dan kelayakan terendah ditemukan pada elemen transportasi laut (59,0 = tidak layak).
Direkomendasikan untuk meningkatkan fasilitas transportasi pendukung evakuasi medis terutama transportasi laut, dan perlunya sosialisasi sistem emergensi respon yang lebih intensif kepada seluruh karyawan serta perlunya menyediakan jadwal rutin simulasi dan latihan emergensi evakuasi medis untuk diimplementasikan secara konsisten.

Emergency response plan was developed to response the Medical Evacuation (Medivac) at work site to minimize the impact or severity of accident or illness properly, quickly, accurately and correctly.
The purpose of this research is to measure the readiness of implementation ERP system correctly, effective and efficient for workers, Type of this research is descriptive analysis by designed of evaluation study on implementation the emergency responce plan to handle medical evacuation plan at LNG Tangguh Papua since early 2007 until mid 2007.
The conclusion of this research are communication system is the highest element on readiness(85,2%), followed by evacuation response and command line system (82,9%). Air and marine transportation is the lowest level of readiness (59,0%).
Rekomendation has been given to improve communication of the emergency response plan for all workers, develop reguler drill and excercise for at workers consistantly, and provide medical doctor specialist on site clinic.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T21197
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sialagan, Togar Robin
"Banyak perusahaan berupaya menampilkan kinerja Keselamatan dan Keschatan Kerja dan Lindung Lingkungan {K3LL) sebaik mungkin. Selain untuk meningkatkan produktivitas, peningkatan kinerja K3LL juga merupakan implementasi tanggung jawab perusahaan untuk memberikan perlindungan atas keselamatan dan kesehatan pekerjanya seperti yang telah diamanatkan dalam UU Rl no.1 tahun 1970.
Dari berbagai studi kecelakaan ditemukan bahwa perilaku manusia memegang peranan penting pada terjadinya suatu kecelakaan (Heinrich ct. aL, 1980; Bird dan Germain, 1990; Wiegmann dan Shappell, 1977; Reason dan Maddox,1999). Adapun desain penelitian adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional dari 3l respondcn pekerja di PTEGS dengan menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan analisis statistik univariat dan bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan ada korelasi bermakna antara faktor pengetahuan, faktor motivasi, faktor persepsi, faktor peran rekan kerja, faktor peran penyelia pada perilaku aman di PTEGS tahun 2008 dan juga dikctahui 94% responden termasuk kategori baik dan 6% responden termasuk kategori kurang baik. Semua faktor yang diteliti berkategori baik sangat dominan (antara 87% 90%). hasil uji chi-square diketahui bahwa seluruh responden yang berkategori baik atas pengetahuan, motivasi, persepsi, peran rekan kerja dan peran penyelia juga berperilaku aman baik.

Many companies do many ways to enhance their Health, Environment (HSE) performances. TI1ese are also to show their commitments to provide the safety protection of their workers and to show their compliances with the act no.l year 1970 of Republic of Indonesia. Based on several accidents' studies found that human behavior. take the important role in the accident occurrences (Heinrich et. L, 1990; Wicgmnun and Shappdl, 1977; Rcnson and Maddox, 1999).
Based on above findings and the company commitment maintain the high HSE performance, the writer do analyzing the contributing factors to safety behavior. For this purpose , the writer used descriptive analytic with cross sectional approach. The Writer collected the data from 31 respondent of PT EGS workers by structured questionaires. The data analysed use unvariate analysis and bivariate analysis.
The result showed that all contributing factors (knowledge, motivation, perception, role of coworkers, and role of supervisors) had significant correlation with safety behavior at PT. EGS Indonesia in the year of 2008. Besides that it's known that 94% respondents categorized as good and 6% respondent categorized as poor good. The percentages of respondents categorized as good were very dominant (between 87% 90%). By using the chi-square tcest known that all respondents who have good category in the contributing factors also do safety behavior. Hopefully the results of this research could be contributed to the enhancement of the safety behavior and HSE performances at PT EGS."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T32021
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Angga Hadi Nugraha
"Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis persepsi risiko kecelakaan pada operator dan pengawas di PT Adaro Indoonesia berdasarkan paradigma psikometrik. Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 229 orang yang terdiri dari 122 operator dan 107 pengawas. Penelitian yang dilakukan dengan dua metode, yaitu menggunakan kuesioner persepsi risiko berdasarkan paradigma psikometrik (kuantitatif) dan wawancara yang ditujukan kepada para operator dan pengawas (kualitatif). Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa persepsi secara umum responden masih kurang baik. Apabila ditinjau berdasarkan jabatan, persepsi risiko operator sudah baik, sedangkan persepsi risiko pengawas masih kurang baik. Apabila ditinjau berdasarkan perusahaan tempat responden bekerja, persepsi risiko responden yang berasal dari RA dan SIS sudah baik. Sebaliknya, persepsi risiko responden yang berasal dari PAMA dan BUMA masih kurang. Berdasarkan hasil penelitian, perusahaan diharapkan menciptakan dan meningkatkan program-program yang efektif untuk meningkatkan persepsi dan awareness terhadap risiko pekerja.
The core aim of the present study is to analyze risk perception of accident among operators and group leader in PT Adaro Indonesia based on psychometric paradigm. Number of involved samples are 229 workers. They consist of 122 operators and 107 group leader. This study is conducted by questionnaire survey and interviews. The result showed that risk perception of samples are low. Based on their occupation, operator?s risk perception are good but risk perception of supervisors are low. According to company, the result showed that samples came from RA and SIS has good risk perception. Contrast with samples came from PAMA and BUMA, their risk perception are low From the result, company should create and develop effective programs to increase risk perception of workers and their awareness."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T39279
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahendra Duta Apriono
"Industri petrokimia memiliki potensi bahaya kebakaran dan ledakan, terutama terkait dengan tangki penyimpanan bahan kimia. Penelitian ini bertujuan menganalisis risiko kebakaran dan ledakan pada tangki bola bertekanan tinggi yang menyimpan propilena, serta dampak kebocoran dan potensi kebakaran atau ledakan terhadap dua perusahaan tetangga di utara dan timur laut, serta masyarakat di timur laut. Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan analisis dan deskriptif. Untuk instrumen penelitian yang digunakan adalah DOW’S Fire and Explosion Index untuk mengukur tingkat risiko bahaya dan radius pajanan. Sedangkan pemodelan zona ancaman menggunakan ALOHA Hasil DOW'S FEI menunjukkan indeks risiko unit proses sebesar 115.38 (kategori intermediate) dengan radius paparan 29.07 meter yang mencakup tiga tangki berdekatan. Pemodelan ALOHA menunjukkan bahwa diameter kebocoran yang lebih besar memiliki dampak lebih luas, kebocoran gas beracun dengan diameter 150 mm dapat menyebabkan paparan 41 kali lebih jauh dibandingkan diameter 3 mm, sementara kebocoran gas mudah terbakar dapat mencapai 39.2 kali lebih jauh. Kebocoran yang menyebabkan ledakan dapat memecahkan kaca pada jarak 1.3 km, radiasi termal dari kebakaran dapat menyebabkan kematian pada jarak 122 meter dan luka bakar derajat 2 pada 181 meter, dan ledakan BLEVE dengan frekuensi kejadian 1 x 10-6 dapat menyebabkan dampak mematikan hingga 1.4 km. Kesimpulannya, tangki bertekanan tinggi yang menyimpan propilena memiliki risiko kebakaran intermediate dengan dampak yang luas. Diperlukan manajemen keselamatan proses dan manajemen integritas aset yang baik untuk mencegah kecelakaan besar.

The petrochemical industry has potential fire and explosion hazards, particularly associated with chemical storage tanks. This study aims to analyze the risk of fire and explosion in a high-pressure spherical tank storing propylene, as well as the impact of leakage and potential fire or explosion on two neighboring companies to the north and northeast, as well as the community in the northeast. The research design is quantitative with an analytical and descriptive approach. The research instrument used was the DOW'S Fire and Explosion Index to measure the level of hazard risk and exposure radius. While modeling the threat zone using ALOHA. The DOW'S FEI results show a process unit risk index of 115.38 (intermediate category) with an exposure radius of 29.07 meters covering three adjacent tanks. ALOHA modeling shows that larger diameter leaks have a wider impact, a toxic gas leak with a diameter of 150 mm can cause exposure 41 times further than a diameter of 3 mm, while a flammable gas leak can reach 39.2 times further. Leaks that cause explosions can break glass at a distance of 1.3 km, thermal radiation from fires can cause death at 122 meters and 2nd degree burns at 181 meters, and BLEVE explosions with an event frequency of 1 x 10-6 can cause lethal impacts up to 1.4 km away. In conclusion, high-pressure tanks storing propylene have an intermediate fire risk with far-reaching impacts. Good process safety management and asset integrity management are required to prevent major accidents"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Jatmika
"Sebagian besar kasus kecelakaan besar yang terjadi di sektor minyak dan gas disebabkan oleh kurangnya/ketidaktahuan akan pengelolaan asset integrity. Pada tahun 2021-2022 terdapat lima kasus kecelakaan terkait aset integrity di PT X. Untuk menjawab hal ini, PT X membuat Asset Integrity Management System (AIMS). Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis AIMS di PT X berdasarkan konsep safety resilience. Manfaat penelitian yaitu memberikan perspektif implementasi safety resilience untuk menghadapi kejadian yang dapat diperkirakan atau tidak terduga seperti kegagalan pada aset di PT X. Penelitian ini merupakan penelitian semi kuantitatif dengan menggunakan desain studi analisis deskriptif, dan panduan analisis berdasarkan Resilience Analysis Grid. Unit analisis dalam penelitian ini mengambil dokumen terkait AIMS di PT X dan wawancara dengan stakeholder terkait AIMS di PT X. Hasil dari analisis empat faktor resilience pada AIMS di PT X adalah kemampuan respon (73,75%), kemampuan monitor (81,23%), kemampuan belajar (77,22%), dan kemampuan antisipasi (75,62%). Dari hasil tersebut, tingkat safety resilience pada AIMS sudah menuju level proactive dengan rata-rata sebesar 77%. Keterlibatan beberapa pihak, pembagian tanggung jawab yang jelas, dan penambahan indikator efektifitas AIMS, menjadi hal yang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan resilience pada AIMS di PT X.

Most of the major accident cases that occur in the oil and gas sector are caused by the lack of/ignorance of asset integrity management. In 2021-2022 there were five cases of accidents related to asset integrity at PT X. To answer this, PT X created an Asset Integrity Management System (AIMS). The purpose of this research is to analyze AIMS at PT X based on the concept of safety resilience. The benefit of the research is to provide a perspective on the implementation of safety resilience to deal with predictable or unexpected events such as failures in assets at PT X. This research is semi-quantitative research using a descriptive analysis study design, and an analysis guide based on the Resilience Analysis Grid. The unit of analysis in this study took documents related to AIMS at PT X and interviews with stakeholders related to AIMS at PT X. The results of the analysis of the four resilience factors in AIMS at PT X are response capability (73.75%), monitoring capability (81.23%), learning capability (77.22%), and anticipation capability (75.62%). From these results, the level of safety resilience at AIMS has reached the proactive level with an average of 77%. The involvement of several parties, a clear division of responsibilities, and the addition of AIMS effectiveness indicators, are things that are needed to improve the resilience capabilities of AIMS at PT X."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edo Nur Yusuf
"Salah satu bentuk hazard adalah pola kerja/istirahat dan waktu kerja. Diklasifikasikan sebagai salah satu jenis hazard karena pola kerja berpotensi menimbulkan gangguan irama kerja dan istirahat pada manusia terutama pada pekerja shift malam. Sebagai salah satu akibat negatif dari pola kerja terutama pola shift, kelelahan kerja merupakan keluhan umum pada populasi pekerja. Hampir 20% dari populasi pekerja melaporkan gejala yang termasuk dalam kelelahan kerja . Sedangkan kelelahan kerja sendiri mempunyai efek negatif pada safety, kesehatan dan pembiayaan
Tujuan penelitian ini adalah untuk melindungi pekerja dari kelelahan dan sebagai deteksi dini serta untuk mengetahui hubungan antara tingkat kelelahan kerja dengan pola kerja/ istirahat, usia, lama bekerja, jenis pekerjaan dan indeks masa tubuh serta kondisi kesehatan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa persentase meningkat dari awal waktu kerja 10.3% dan diakhir waktu kerja menjadi 60.3% secara pengukuran menggunakan reaction time. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa kesehatan adalah factor yang berhubungan dengan kelelahan kerja, sedangkan faktor pola kerja, jumlah jam kerja, lama bekerja, jenis pekerjaan, usia dan indeks massa tubuh tidak berhubungan.
Desain penelitian ini adalah penelitian cross sectional dan pengukuran kelelahan dilakukan dengan menggunakan 2 metode yaitu subjective feeling fatigue dengan menggunakan kuesioner Fatigue Assesment Scale (FAS) dan alat pengukur kecepatan reaksi reaction time.
Perlunya dilakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai kelelahan kerja dengan mempertimbangkan faktor independen lain seperti faktor lingkungan dan tanggung jawab. Pemanfaatan waktu istirahat dengan baik, pengaturan waktu kerja, pengelolaan lingkungan kerja, program olah raga dan pemeriksaan kesehatan secara berkala merupakan usaha – usaha yang dapat dilakukan untuk penegelolaan keleleahan kerja di lokasi kerja.

One form of hazard is work/rest patterns and working time. Classified as a type of hazard because work patterns have the potential to cause disruption to work and rest rhythms in humans, especially night shift workers. As one of the negative consequences of work patterns, especially shift patterns, work fatigue is a common complaint among the working population. Nearly 20% of the working population reports symptoms that fall under work burnout. Meanwhile, work fatigue itself has a negative effect on safety, health and financing.
The aim of this research is to protect workers from fatigue and for early detection and to determine the relationship between the level of work fatigue and work/rest patterns, age, length of work, type of work and body mass index and health conditions.
The research results show that the percentage increased from the beginning of working time to 10.3% and at the end of working time to 60.3% as measured using reaction time. The research results also show that health is a factor that is related to work fatigue, while work pattern factors, number of working hours, length of work, type of work, age and body mass index are not related.
The design of this research is a cross sectional study and fatigue measurements are carried out using 2 methods, namely subjective feeling fatigue using the Fatigue Assessment Scale (FAS) questionnaire and a reaction time measuring tool.
Proper use of rest time, managing work time, managing the work environment, exercise programs and regular health checks are efforts that can be made to manage work fatigue at work sites.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library