Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tattys Miranti Hedyana
Abstrak :
Analisa biaya adalah suatu analisa yang dilakukan terhadap biaya-biaya yang telah dìkeluarkan perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya. Analisa biaya diperlukan oleh setiap perusahaan, selain untuk mengetahui perilaku biaya selama perusahaan beroperasi, juga untuk dimanfaatkan sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan, perencanaan, pengendalian usaha, dan penetapan harga jual produk. Analisa biaya dapat dilakukan dengan berbagai metode sesuai dengiin kebutuhan perusahaan. antara lain metode analisa biaya-volume-laba, metode analisa biaya diferensial. metode komparatif, metode alokasi biaya, dan lain-lain. Dalam perusahaan asuransi jiwa, analisa biaya dapat juga dilakukan untuk menentukan asumsi biaya yang digunakan dalam penentuan tarif premi suatu produk huni serta untuk memvalidasi asumsi biaya yang digunakan dalam tarif premi produk yang sedang dipasarkan. Penentuan asumsi biaya untuk produk baru yang sesual dengan karakteristik perusahaan sangat penting dilakukan, untuk menjamin agar premi yang dikenakan memadai untuk memenuhi kewajiban kepada pemegang polis dan untuk menutup biaya yang dikeluarkan produk tersebut. Validasi asumsi biaya juga diperlukan untuk menilai apakah asumsi tersebut masih layak atau tidak jika dibandingkan dengan kondisi saat ini, mengingat asumsi blaya, seperti halnya asumsi lainnya, digunakan untuk jangka waktu yang relatif panjang. Untuk tujuan tersebut, analisa biaya dapat dilakukan dengan menggunakan metode alokasi biaya, dimana transaksi-transaksi biaya yang secara normal dicatat berdasarkan akun dan pusat biaya. dialokasikan ke dalam bidang usaha dan/atau fungsi kerja. Dalam proses pengalokasian terdapat 4 metode alokasi yang dapat digunakan, yaitu:
1. alokas Iangsung (direct allocation)
2. alokasi berdasarkan kegiatan (activity-based allocation)
3. alokasi berdasarkan indeks (index-based allocation)
4. alokasi dengan penyesuaian (judgmental allocation). Pemilihan metode yang akan digunakan dalam proses pengalokasian tergantung pada struktur pencatatan biaya yang dimiliki perusahaan dan imaginasi masing-masing analis. Dalam suatu proses pengalokasian, dapat digunakan lebih dari satu metode yang berbeda untuk fungsi atau jenis bìaya yang berbeda. Dengan menggunakan metode alokasi biaya akan diperoleh hasil analisa, yang selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan asumsì biaya dalam penetapan tarif premi untuk procluk baru dan untuk memvalidasi asumsi biaya yang digunakan dalam tarif premi produk yang sedang dipasarkan. Berdasarkan struktur biaya pada tarif premi, biaya diaiokasìkan berdasarkan biaya tahun pertam.a (first year) dan tahun-tahun berikutnya (renewal). Biaya-biaya tersebut didistribusikan menurut jumlah uang pertanggungan, jumlah polis, dan persentase premi. Proses pendistribusian biaya ini disesuaikan berdasarkan pengalaman dan karakteristik perusahaan, khususnya dalam penentuan persentase distribusi. Metodologi ini dapat menghasilkan analisa biaya yang lebih akurat dan terperinci, karena biaya lebih dialokasikan berdasarkan kegiatan yang berkaitan dengan produk tersebut. Namun demikian. metode ini masih bergantung pada subyektivitas dan adjustment dan analis, sehingga basil yang diperoleh dapat bervariasi. Dalam studi kasus dengan rnenggunakan data dan perusahaan PT Asuransi Jiwa ABC. hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa asumsi yang dihasilkan berdasarkan metodologi ini mendekati asumsi yang digunakan oleh perusahaan asuransi jiwa ABC dalam tarif preminya.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T2587
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggrahesti
Abstrak :
Penetapan premi asuransi yang wajar harus dibuat dengan melakukan evaluasi data Pengalaman masa lalu. Salah salu 1ata peqgaJatnn mna lalu yang perlu dievaluasi dalah data Pengalaman klaim. Penghitungan yang tepat dan total klaim yang terjadi, yang terdiri dan kiaim yang telah dibayar dan cadangan klaim, perlu dilakukan sebagsi dasar dan pembuatan tarif untuk penode yang akan datang. Di sini peran aktuaris sangat penting yaitu dalam hal penghitungan cadangan klaim/kerugian (loss reservlng) dan pembuatan tarif (ratemaklng). Dalam penetapan cadangan, perlu diperhatikan keterlamban dari pembayaran klaim. Keterlambatan pelaporan dan pembayaran klaim merupakan salah satu sebab perluya ketersediaan cadangan kiaim IBNR (Incurred But Not Reported) yang cukup memadai untuk memenuhi kewajiban di masa datang. Salah satu cara untuk mengestimasi cadangan kiaim IBNR adalah dengan menggunakan credibility theory. Credibility merupakan suatu konsep yang mendasari berkembangnya ilmu aktuaria dalam industri asuransi kerugian. Dalam perkembangannya, credibility untuk cadangan kiaim IBNR menjadi penting karena beberapa faktor yang menjadi pertimbangan untuk pengambilan keputusan manajemen perusahaan. Cadangan yang cukup tinggi akan menyulitkan pembuatan tarif, oleh bagian produkdi (product pricing), tarif yang tinggi akan susah dijual; oleh CEO, profit yang diharapkan tidak akan tercapai; oleh pemerintah, pajak yang kecil akan dipertanyakan. Sebaliknya jika dibuat rendah, maka dikhawatirkan tidak akan cukup memenuhi kewajiban di masa datang. Dalam karya akhir ini, penentuan estimasi cadangan klaim IBNR dengan credibility theory dilakukan dengan metode yang dikemukakan oleh De Vylder [1982]. Penelitian dilakukan pada PT Asuransi Kerugian XYZ yang merupakan salah satu market leader di industri asurasi kerugian Indonesia. Dengan menggunakan credibility theory, dapat diperoleh hasil estimasi cadangan klaim IBNR dengan tingkat kewajaran yang lebih baik dibandingkan dengan metode pencadangan lainnya sehingga dapat digunakan untuk kepentingan strategis perusahaan di masa yang akan datang.
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T477
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Jatmika Nurahsid
Abstrak :
ABSTRAK
Asuransi jiwa adalah suatu pertanggungan yang menyediakan maslahat tertentu untuk ahli waris yang ditunjuk oleh pemegang polis setelah pemegang polis atau tertanggung meninggal duma, atau untuk pemegang polis atau tertanggung apabila pemegang polis atau tertanggung masih hidup pada saat masa pertanggungan asuransi berakhir.

Kinerja perusahaan asuransi jiwa seperti umumnya kinerja perusahaan-perusahaan sektor industri latnnya dapat dilihat pada laporan keuangan yang dikeluarkan. Untuk meningkatkan minat masyarakat umum khusunya para investor dan pemegang saham terhadap perkembangan industri asuransi jiwa, malca unsur-unsur yang ada dalam laporan keuangan perlu dibuat dengan mengacu pada kondisi saat ini, sehingga laporan keuangan yang dihasilkan menggambarkan kondisi realistis perusahaan.

Cadangan premi merupakan salah satu unsur terpenting dalam laporan keuangan perusahaan asuransi jiwa. Cadangan premi adalah cadangan wajib yang harus dibentuk oleh perusahaan asuransi jiwa untuk membayar inanfaat yang telah diperjanjikan kepada pemegang polis dimasa yang akan datang. Cadangari premi merupakan unsur terbesar di dalam total kewajiban (liabilities) yang terdapat dalam neraca perusahaan asuransi jiwa. Cadangan teknis lainnya yang dibentuk oleh perusahaan asuransi jiwa adalah cadangan kiaim (Claim Reserve) termasuk Incurred But Not Reported (IBNR) Reserve.

Pembentukan cadangan premi yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan asuransi jiwa di Indonesia termasuk perusahaan yang telah go public didasarkan pada metoda Statutory Reserve yaitu metoda pembentukan cadangan premi yang telah ditetapkan oleh Pemerintah dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 48IIKMLO17/1999, yang akan menghasilkan cadangan premi yang umumnya lebih besar dan kondisi pada saat cadangan premi dibentuk. Hal ini berdampak pada tìngkat solvabilitas dan tingkat profitabilitas perusah asuransi jiwa yg tidak mencerminkan kon?itisi yaiìg sebenarnya.

Untuk mengatasi hal tersebut maka untuk kepentingan investor dan pemegang saham perusahaan asuransi jiwa perlu membentuk cadangan premi yang mendekati kondlisi sebenarnya dengan menggunakan metoda Generaly Accepted Accounting Principles Reserve (GAAP Reserve). Pembentukan cadangan premi dengan sistem ini menggunakan asumsi asumsi yang lebih moderat dan mendekati kondisi going concern, sehingga cadangan premi yang dihasilkan memberikan gambaran yang realistis mengenai kewajiban perusahaan terhadap pemegang polis.

Di Indonesia ketentuan-ketentuan mengenai pembentukan cadangan premi dengan GMP Reserve belum ditetapkan. Oleh karena itu dalam karya akhir ini dibentuk cadangan premi dengan menggunakan US GAAP Reserve. Pembentukan cadangan premi dengan metoda ini menggunakan asumsi-asumsi berdasarkan perkiraan terbaik aktuaris (Best Estimate Assumption) yang disesualkan dengan kondisi pada saat pembentukan eadangan premi. Asuxnsi-asumsi ini disesuaikan dengan menggunakan Provision Adverse Deviation (PAD).

Untuk membandingkan hasil perhitungan cadangan premi berdasarkan metoda ini dengan cadangan premi berdasarkan Statutory Reserve digimakan produk asuransi jiwa berjangka kombinasi yang berasal dan sebuali penisahaan asuransi jiwa. Produk tersebut menggunakan mata uang Dollar Arnerika Serikat dan mempunyai 3 jangka waktu asuransi yaitu jangka waktu 12 tahun yang berisikan 116 peinegang polis, jangka waktu 15 tahun sebanyak 41 pemegang polis, dan j angka waktu 18 tahun sebayak 60 pemegang polis.

Dengan menggunakan asumsi terbaik (Best Estimate) maka GAAP Reserve yang dibentuk untuk jangka waktu asuransi 12 tahun, 15 tahun dan 18 tahun adalah sebesar US$ 219.704,50, USS 53.567,96, dan US$ 59.534,40. Sedangkan cadangan premi yang dibentuk dengan menggunakan Statutory Reserve untuk produk asuransi dwiguna tersebut a4alah untuk jangka waktu asuransi 12 tahun, 15 tahun dan 18 tahun sebesar US$ 332.652,12, uss 101.859,61, dan US$ 120.696,30.

Perbedaan ini terutama disebabkan karena asumsi-asumsi yang digunakan dalam Statutory Reserve berlaku sepanjang masa asuransi dan jauh lebih konservatif dibandingkan dengan asumsi-asumsi berdasarkan perkiraan terbaik aktuaris yang digunakan dalam GAAP Reserve.

Mengingat perkembangan perekonomian yang semakin cepat dan sangat sulit untuk diprediksi dalam jangka panjang, Pemerintah kiranya perlu mengkaji kembali dasar penggunaan asumsi secara flat dalam perhitungan cadangan premi dengan metoda Statutory Reserve.
2002
T5091
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Untung Afandi
Abstrak :
ABSTRAK
Industri asuransi adalah salah satu industri ]asa keuangan yang perkembangannya sangat ditentukan oleh kepercayaan masyarakat. Tingkat kepercayaan ini berkaitan erat dengat kesehatan perusahaan asuransi. Alat ukur dari tingkat kesehatan ini diantaranya adalah tingkat kecukupan dari aktiva yang diperkenankan terhadap kewajiban yang dimiliki perusahaan. Dalam literatur manajemen keuangan, ketidakmampuan perusahaan memenuhi kewajibannya disebut financial distress.

Berdasarkan data-data yang diperoleh, yang kemudian diolah dengan menggunakan Cox Proportional Hazard Model didapat model financial distress perusahaan asuransi jiwa sampel sebagai berikut:

h(tl z) = ho(t). exp( a ROA + b ROE + c HIPPN + d PASET + e KPPB+ f AIPKW)

dimana: ho(t)= Peluang terjadinya financial distress tanpa mempertimbangkan kovariat. Besar ho(t) tergantung dari waktu yang diminta, yaitu: ho(1 )=0.645, ho(2)=0.55, ho(3)=0, ho(4)=0.25, ho(5)=ho(6)=0 dan ho(7)=1. Sedangkan nilai koefisien masing-masing kovariat adalah: a= -69.1775; b = -12.9318; c = -7.9089; d = -2.52S5; e = 103.8258; dan f= 9.3043.

Daya tahan (survival time) perusahaan asuransi jiwa yang menjadi sampel pada studi ini dalam menghadapi.financial distress ternyata kurang baik. Rata-rata perusahaan asuransi jiwa tersehut memiliki daya tahan hidup selama 2.04 tahun Nilai yang begitu kecil ini menyiratkan bahwa perusahaan asuransi jiwa yang menjadi sampel begitu lemah daya tahan hidupnya. Sementara itu bila kita perhatikan sebarannya, perusahaan asuransi jiwa paling lama bertahan hidup hanya selama 7 tahun. Nilai 7 tahun 1m sebenamya dipengaruhi oleh lamanya waktu pengamatan yang hanya 7 tahun, yaitu dari tahun 1992 hingga 1999.

Secara rinci daya tahan hidup (tanpa mempertimbangkan kovariat) perusahaan asuransi jiwa antara 1-2 tahun sebesar 35.5%, antara 2-4 tahun sebesar 16.1 %, antara 4-7 tahun sebesar 12.1% dan perusahaan yang bertahan lebih dari 7 tahun sebanyak 0%.

Dari model di atas diketahui bahwa rasio laba bersih per aset (ROA), rasio laba bersih per ekuitas (ROE), rasio hasil investasi dengan premi neto (HPPN), dan pertumbuhan aset (PASET) memiliki hubungan negatif dengan hazard rate. Ini berarti bahwa semakin besar nilai rasio tersebut, maka semakin kecil peluang perusahaan tersebut menghadapi financial distress. Sedangkan, rasio antara besamya klaim dengan premi bruto (KPPB) dan rasio an tara aktiva lancar dengan kewajiban (ALPKW) bemilai positif Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar rasio-rasio ini semakin besar pula peluang suatu perusahaan mengalami financial distress atau dengan kata lain daya tahan perusahaan tersebut semakin kecil.
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luly Budian
Abstrak :
ABSTRAK
Pertumbuhan usaha asuransi dan meningkatnya kualitas pennintaan asuransi saat ini dari masyarakat menutut setiap perusahaan asuransi untuk dapat melakukan strategi-strategi usaha untuk mempertahankan atau berusaha meningkatkan kemampuannya. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan produk asuransi kerugian yang selama ini bersifat jangka pendek dan memberikan penggantian total ataupun sebagian kerugian yang timbul jika suatu peistiwa terjadi pada obyek yang diasuransikan, sedangkan premi yang dibayarkan tidak akan dikembalikan bila tidak terjadi kerugian selama masa pertanggungan.

Beberapa negara maju seperti Jepang telah mengembangkan produk asuransi kerugian jangka panjang bernilai investasi. :Karakteristik dari asuransi kerugian jangka panjang dengan nilai investasi ini adalah memberikan manfaat berupa nilai tunai pada akhir periode pertanggungan selain jaminan seperti yang diberikan pada asuransi kerugian konvensional pada umumnya.

Pada karya akhir ini penulis mencoba mengembangkan suatu produk asuranst kecelakaan diri dengan nilai investasi dengan manfaat berupa penggantian jika terjadi kerugian pada masa pertanggungan. Karakteristik jenis asuransi ini memiliki loss ratio yang dapat di prediksi dan pemilihan produk kecelakaan diri ini didasarkan pada proses underwriting yang lebih mudah dibandingkan jenis asuransi kerugian lainnya. Produk yang dirancang dengan menggunakan teknik aktuaria ini diimplementasikan pada portofolio asuransi kecelakaan diri perusahaan asuransi PT. Asuransi ABC .

Berdasarkan basil simulasi yang dilakukan diketahui bahwa asumsi investment return 10% pertahun dan tingkat bunga aktuaria 7% merupakan asumsi yang cukup wajar digunakan dan dapat memberikan manfaat lebih kepada pemegang polis disbanding produk asuransi kerugian konvensional. Selain itu premi yang dikenakan kepada pemegang polis akan semakin rendah dengan semakin panjangnya periode pertangungan.

Pelaksanaan produk seperti ini harus didukung oleh pemerintah yang menjadi dasar pelaksanaan usaha asuransi kerugian, mengingat peraturan pemerintah yang berlaku saat ini hanya membatasi pemasaran produk asuransi kerugian yang memberikan manfaat berupa penggantian dan tidak memungkin pemberian manfaat investasi.
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Made Dany Pratiwi Bagiada
Abstrak :
Industri asuransi saat ini berkembang dengan pesat, seiring dengan makin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk berasuransi. Hal ini didukung pula dengan adanya potensi pasar di Indonesia yang cukup besar, dimana jumlah penduduk. yang besar memberikan peluang yang juga besar bagi perkembangan industri ini di masa datang. Perkembangan industri asuransi di Indonesia dapat dilihat dalam kurun waktu 5 tahun belakangan ini, dimana perkembangan premi bruto mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 26,08 % dan total kekayaan Industri asuransi mengalami pertumbuhan rata-rata 16,9 %.

Untuk mendukung kelangsungan usahanya, perusahaan asuransi memperhatikan eksposure dari perkembangan usaha terhadap tingkat kesehatan keuangannya. Salah satu indikator kesehatan keuangan perusahaan asuransi adalah dengan melihat loss ratio perusahaan. Loss ratio yang cukup stabil akan mendorong perusahaan asuransi untuk dapat mengelola risiko dan mengembangkan usahanya. Salah satu upaya untuk menstabilkan loss ratiovadalah dengan cara melakukan pemindahan risiko kepada perusahaan reasuransi melalui mekanisme reasuransi.

Secara umum dapat dikatakan bahwa laju kenaikan beban klaim cenderung lebih tinggi daripada laju kenaikan pendapatan premi. Hal ini disebabkan oleh karena perusahaan asuransi tidak dapat dengan leluasa menetapkan preminya. Untuk itu perlu kiranya dilakukan analisa trend terhadap laju pertumbuhan loss ratio dan menentukan proyeksinya. Analisa trend deret berkala terbadap loss ratio dilakukan dengan model peramalan kuantitatif linier, kuadrat dan eksponensial. Dari ketiga model tersebut dilakukan penghitungan Mean Absolute Deviation (MAD) untuk menentukan model peramalan yang terbaik. Dengan menambahkan beberapa asumsi yang diperlukan, maka basil proyeksi loss ratio dapat dipergunakan untuk menghitung proyeksi basil underwriting bersih pada berbagai metoda reasuransi.

Pada perusabaan asuransi kerugian PT. ABC mekanisme reasuransi dengan metoda quota share digunakan pada asuransi kendaraan bermotor. Berdasarkan data tahun 1997 sampai dengan 2002 dan ditambahkan beberapa asumsi, maka dapat dilakukan perhitungan basil underwriting bersih-nya untuk membandingkan ke-empat metoda reasuransi yaitu : quota share, surplus, excess of loss dan stop loss. Dari basil perhitungan yang dilakukan dan basil analisa dari berbagai tolok ukur maka metoda excess of loss dianggap metoda reasuransi yang paling baik dan cocok untuk asuransi kendaraan bermotor PT. ABC.

Berdasarkan basil perhitungan proyeksi underwriting bersih dengan proyeksi loss ratio pada asuransi kendaraan bermotor PT. ABC diketahui bahwa pilihan terhadap metoda excess of loss sebagai metoda reasuransi tetap lebih baik dan cocok untuk asuransi kendaraan bermotor PT. ABC daripada metoda quota share.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T10417
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky Hambali
Abstrak :
Gempa bumi dapat menimbulkan kerugian material yang cukup signifikan. Besar kecilnya kerugian material yang terjadi ditentukan oleh intensìtas gempa itu sendiri, kualitas struktur bangunan, kondisi geoteknik dimana bangunan berada dan nilai ekonomis dari bangunan-bangunan di daerah yang terkena gempa. Pada tahun 2000 di sebuah seminar Professor MT Zen pakar gempa bumi dan Institut Teknologi Bandung memperlihatkan kemungkinan bagaimana suatu gempa dangkal di Selat Sunda dapat menimbulkan kerugian material yang besar di propinsi Banten, Jawa Barat dan DKI Jakarta: Salah satu cara untuk meminimalkan kerugian jika gempa terjadi adalah dengan mengalihkan risiko kemungkinan kerugian ke perusahaan asuransi berupa penutupan asuransi kerugian atas risiko gempa bumi. Dewan Asuransi Indonesia (DAI) pada tahun 1996 telah mengeluarkan Polis Standar Gempa Bumi Indonesia dimana penutupan nsiko gempa bumi dilakukan secara tersendiri dan tidak berhubungan dengan risiko kebakaran pada umumnya. Selain itu DM juga telah mengeluarkan daftar tarip premi untuk risíko kerusakan akibat gempa bumi. Salah satu kegunaan dengan adanya daftar tarip premi ini, bahwa daftar tarip premi dimaksud dapat dijadikan acuan perusahaan asurunsi dalam penentuan tarip. DAI juga mengharapkan adanya daftar tersebut dapat menghindarkan persaingan yang tidak sehat antar perusahaan asuransi serta standardisasi syarat-syarat pertanggungan. Sebelum tahun 1996 banyak perusahaan asuransi memberikan cuma - cuina penutupan risiko gempa sebagai perluasan dan penutupan risiko kebakaran sebegai dampak dari persarngan bisnis asuransi kerugian dalam memperebutkan market share yang lebih besar. Dengan menggunakan dasar-dasar (teori probabilitas bersyarat), fungsi eksponential Possion sebagai penyederhanaan periode ulang suatu gempa merusak dan tabel-tabel yang disiapkan oleh Prof. Whitman dkk dari MIT (Massachusets Institute of Technology) sebagai penyederhanaan tingkat rata-rata kerusakan yang timbul di suatu bangunan akibat adanya sebuah gempa merusak, dan dengan data gempa merusak yang diperoleh dari Pusat Gempa Nasional Sub Bidang Analisa Geofisika Badan Meeorologi dan Geofisika, dapat ditentukan faktor frekuensi rata rata terjadinya gempa merusak dan faktor severity kerusakan rata-rata. Kajian juga hanya dilakukan untuk wilayah 3 dan 4 menurut Peraturan Perancanaan Tahan Gempa Indonesia untuk gedung 1983 mengingat di wilayuh 3 dan 4 tersebut terletak kota-kota yang memiIiki gedung-gedung dengan nilai ekonomis tinngi yang berarti memiliki tingkat potensi kerugian yang tinggi pula. Expected toss yang terjadi dapat ditentukan setelah faktor frekuensi rata-rata gempa besar terjadi dan faktor kerusakan rata-rata (severIty) di suatu bangunan akibat adanya sebuah gempa diketahui, Expected Loss merupakari hasil perkaIian antara faktor frekuensi dan faktor severly. Berdasafkan hash perhitungan penulis diperoleh tarip premi untuk wilayah 3 dan 4 yang tidak terlalu berbeda dngan tarip yang dikeluarkan DAI tanpa menggunakan loading factor.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T2592
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library