Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 75 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Filla Nazillah
"Meskipun telah ada undang-undang yang menjamin kelangsungan hidup warga negara, sebagaimana tercantum dalam UU no. 8 tahun 2016, ancaman kekerasan seksual terhadap individu dengan disabilitas masih terus terjadi. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan tentang sejauh mana kepastian perlindungan terhadap kelompok penyandang disabilitas dapat tercapai. Dalam konteks ini, tantangan utama melibatkan ketidakmampuan anak-anak dengan disabilitas dalam melindungi diri serta menjunjung hak-hak mereka. Ketidaksetaraan yang terjadi dapat mengakibatkan diskriminasi ganda terhadap anak-anak disabilitas, di mana hak-hak mereka terkait tubuh, pikiran, suara, pendidikan, dan lainnya diabaikan. Ketidaksetaraan ini menggambarkan bahwa anak-anak dengan disabilitas tidak memiliki ruang yang memadai untuk mengakui martabat mereka sebagai sesama manusia. Oleh karena itu, kasus ini menyoroti perlunya anak-anak dengan disabilitas mendapatkan peluang yang setara dalam hal hak-hak dan keadilan di bawah perlindungan negara. Dalam kajian ini, pendekatan teori keadilan John Rawls serta capabilities approach dari Martha Nussbaum dan Amartya Sen digunakan bersama dengan metode analisis konseptual dan refleksi kritis. Tujuan utamanya adalah merumuskan langkah-langkah preventif bagi negara Indonesia, sebagai suatu perspektif baru dalam memahami pengaruh fundamental kuasa negara sebagai landasan sentral untuk mencapai hak-hak dan keadilan yang merata dan bebas, terutama bagi individu dengan disabilitas.

Even though there are laws that guarantee the survival of citizens, as stated in Law no. 8 of 2016, the threat of sexual violence against individuals with disabilities still continues to occur. This phenomenon raises questions about the extent to which guaranteed protection for groups of people with disabilities can be achieved. In this context, the main challenge involves the inability of children with disabilities to protect themselves and uphold their rights. The inequality that occurs can result in double discrimination against children with disabilities, where their rights regarding body, mind, voice, education, and others are ignored. This inequality illustrates that children with disabilities do not have adequate space to recognize their dignity as fellow human beings. Therefore, this case highlights the need for children with disabilities to have equal opportunities in terms of rights and justice under state protection. In this study, John Rawls' justice theory approach and the capabilities approach of Martha Nussbaum and Amartya Sen are used together with conceptual analysis and critical reflection methods. The main objective is to formulate preventive measures for the Indonesian state, as a new perspective in understanding the fundamental influence of state power as a central foundation for achieving equal and free rights and justice, especially for individuals with disabilities."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Haekal Pradifa Furqon
"Tesis ini membahas kosmologi Ibn Thufail yang bersifat holistik yang memuat relasi integral manusia-alam-Tuhan dan kaitannya dengan krisis lingkungan hidup. Dewasa ini, kerusakan alam menjadi latar belakang faktual kehidupan. Krisis tersebut dilatari oleh tercerabutnya alam dari keutuhannya yang luhur oleh kerangka kosmologi modern yang mendesakralisasi nilai spiritual-metafisis menjadi hanya objek kuantifikasi dan materi yang kering. Dengan demikian, dibutuhkan resakralisasi keutuhan pandangan kosmologi. Kosmologi Ibn Thufail membentangkan gagasan tentang semesta yang padu. Alam dan manusia merupakan bagian dari satu kesatuan dan interalsi integral yang memancar dari Wujud Niscaya. Mengelaborasi hermeneutika Gadamer sebagai metode penelitiannya, tesis ini mengiksplisitkan secara interpretatif-elaboratif temuan penelitian berupa konstruksi pandangan ekosofi dari bangunan kosmologi Ibn Thufail, yang memuat nilai-nilai ekologis seperti kesatuan (tawḥīd) semesta, providensialitas segenap wujud, teleologi semesta yang menandakan nilai atau ‘maksud’ setiap eksistensi, serta alam sebagai epifani divinitas. Alam dipandang sebagai yang menghidupi. Manusia bereksistensi bersama alam. Alam adalah guru. Kesadaran dan kedirian manusia berproses di dalam dan bersamanya. Ibn Thufail membawa nilai tersebut tidak hanya secara teoretis melainkan menawarkan alternatif praksis melalui konsep etika yang disebut tiga mimesis, yang masing-masingnya mencirikan relasi pada setiap entitas semesta, yakni diri, alam dan Tuhan serta memuat disposisi pada konservasi lingkungan.

This thesis discusses Ibn Ṭufayl's holistic cosmology and contains the integral humanity-nature-God relationship and its relation to environmental crisis. Today, the destruction of nature becomes the factual background of life. The crisis is driven by the nature uprooted from its sublime wholeness by a modern cosmological framework that desecrates spiritual-metaphysical values into mere objects of quantification and dry matter. Therefore, it takes the sacredness of the wholeness of the cosmological view back. Ibn Ṭufayl's cosmology presents the idea of a solid universe or cosmos. Nature and man are part of one integral unicity and interaction that radiate from the Necessary Existent. Elaborating on Gadamer’s hermeneutics as the research method, this thesis interpretively and elaboratively explicitizes the findings of the research in the form of the construction of the ecosophical view of Ibn Ṭufayl's cosmology, which contains ecological values such as universal unicity (tawḥīd), providence of all forms, teleology of the cosmos that signifies the value or 'intention' of each existence, as well as nature as an epiphany of divinity. Nature is seen as life-giver. Human has existence with nature. Nature is the teacher. Consciousness and selfness of human are processed in and with it.  Ibn Ṭufayl carries these values not only theoretically, but he also offers praxis alternative through an ethical concept called three mimesis, each of which characterizes relationships in each entity of the universe, namely self, nature and God and contains a disposition on environmental conservation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dianali Pitasari
"Anak menjadi pembahasan utama dalam penulisan skripsi ini, dengan mengangkat kekerasan terhadap anak sebagai bentuk nyata dari permasalahan yang terjadi dalam relasi antara anak dengan orang dewasa/orang tua, terutama di dalam relasi yang bersifat paternalistik. Konsep anak yang diusung oleh Locke akan dijadikan sebagai fondasi utama dalam memahami anak sebagai subyek yang masih berkembang dan bagaimana peran orang tua di dalam masa perkembangannya dengan menjadikan akal sebagai acuan dari kedewasaan.

Child become the main discussion in this thesis, by raising issue about violence against children as a tangible form of the problem that occur in relations between children and adults/parents, especially in relation that are paternalistic. The concept of the child that Locke propose will be the foundation in understanding child as a subject who is still developing and becoming and the important role of parent in the process of development by making reason as a reference to maturity. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hario Susanto
"Rumusan keadilan selama ini begitu identik sebagai yang monumental, yang selalu dapat ditunjuk oleh subjek dengan pendasaran pada asumsi keberadaan sensus communis. Asumsi tersebut telah membuat konsepsi keadilan mengeksklusi kesadaran perseptual subjek seperti yang dilakukan oleh kerangka utiliatarianisme, intuisionisme, dan kontraktarianisme. Penelitian ini mencoba menunjukan bagaimana keadilan yang monumental tidak dapat dipertahankan lagi melalui tawaran Derrida tentang keadilan, sehingga keadilan dapat dipahami sebagai integritasnya dengan kesadaran perseptual subjek sebagai ketegangan yang tanpa henti dan dapat terus hadir walaupun tidak pernah dalam kepenuhan, keadilan momentual. Dengan sasaran memberikan pemahaman yang komprehensif akan momen keadilan maka diharapkan dapat memberikan kecukupan ruang untuk dinamika keadilan itu sendiri menghindari kekerasan pada subjek akibat stagnansinya.

Formulation of justice has been very identical to something which is monumental, which has always been able to be referred by subject based on presupposition of the sensus communis. That presupposition has excluded the subject's perseptual consciousness by the justice conception, just like the utilitarianism, intuisionism, and contractarianism have done. This research tries to demonstrate how monumental jutice can no longer be preserved through Derrida's offer about justice, thus justice can be understood as its integrity with the subject's perceptual conciousness as the unstoppable stress and will be always present eventhough it has never been the fully one, which is the momentual justice. The aim of this research is to give a comprehensive understanding of the moment of justice. The author expect that this research can give enough locus for the dynamic of justice itself to prevent the violence on the subject which is caused by its stagnancy."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43170
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Adis Setiawan Ali
"Dalam Eksistensialisme, manusia digerakan oleh pilihan-pilihan atas kehendaknya. Gabriel Marcel menjelaskan bagaimana pilihan-pilihan itu selalu berada dalam dua tatanan, yaitu being dan having. Dalam being, pilihan-pilihan yang diambil dapat membentuk sebuah cinta kasih, sementara having hanya untuk melihat yang lain sebatas fungsi. Adanya harapan di dalam diri manusia membedakan dua tatanan tersebut. Harapan itu muncul dalam suatu relasi intersubjektivitas. Harapan untuk terlibat dalam kebersamaan, kebersalingan, dan cinta, bukan hanya pemenuhan hasrat. Harapan mampu menghidupi relasi cinta sebagai sebuah misteri, bukan bentuk problem yang perlu diselesaikan. Skripsi ini menggunakan pemikiran Marcel sebagai pisau untuk membedah film One Day, terutama mengenai perjalanan Emma dan Dexter yang merepresentasikan suatu relasi intersubjektivitas mengenai cinta dan harapan dalam menuju eksistensinya.

In Existentialism, individual rsquo s driven by the choices of her will. Gabriel Marcel explains how those choices are always existing in two states, those are being and having. In state of being, the choices that was made can form love, while in the state of having, the choices are only seeing the other limited functions. Hope differs these to state. This hope appears in an intersubjectivity relation. The hope to engage in togetherness, involvement, and love, not just the fulfillment of desire. Hope could sustain a loving relationship as a mystery, not a form of problem that need to be resolved. This undergraduate thesis used Marcel thought of as a tool to dissect the movie lsquo One Day rsquo , especially in the story of Emma and Dexter which represents an intersubjectivity relation about love and hope in towards existence."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S69927
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Arif
"Bunuh diri merupakan diskursus sepanjang zaman dalam kehidupan manusia. Menilik sejarah, sebut saja seperti kaum stoa, tradisi Seppuku di Jepang, dan yang paling baru peledakan diri para teroris merupakan sebagian contoh yang menunjukkan bahwa bunuh diri terus dilakukan. Kendati nilai-nilai kemanusiaan terus berubah sepanjang zaman, tapi bunuh diri tetap menjadi sebuah tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehidupan lebih cepat. Albert Camus mempertanyaan bunuh diri sebagai sebuah tindakan yang dipilih manusia. Pertanyaan itu memiliki keterkaitan dengan konsep eksistensialisme. Sehingga pemaknaan bunuh diri pun hanya sebatas problem eksistensilis-filosofis. Di sinilah letak persoalan bunuh diri pada masa kini. Pada kenyataannya, di zaman sekarang bunuh diri bukan lagi hanya persoalan eksistensialis-filosofis. Ada sesuatu yang melebihi hal itu, tindakan bom bunuh diri dapat dijadikan contoh. Bunuh diri adalah persoalan kemanusiaan. Maka, dengan tetap berpijak pada pemikiran Albert Camus, akan dijelaskan mengenai perluasan pemahaman bunuh diri sebagai sebuah tindakan mengingkari humanitas.

Suicide is a discourse throughout the ages in human life. Tracing the history, there are some examples that show suicide still exist, let says the stoic from early ages, Seppuku tradition in Japan, and terrorist who blew up themselves. Despite values of humanity keep changing throughout the ages, suicide is still the alternative choices to end live faster. Albert Camus questioning suicide as an action that choices in human life. This question is related to his existentilism concept. So that, the values of suicide just be the existentialism problem. This is the problem of suicide in the contemporary era. In fact, in the contemporary era, suicide is not just existentialist problem, there is something beyond, suicide bombing for example. Suicide is humanity problem. Through the thought of Albert Camus, it will be explained about expansion suicide as a disavowal of humanity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S67955
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A.A. Bagus Pratama Putra
"ABSTRAK
Demokrasi mengakui individu setara dalam politik dan liberalisme, dengan gagasan individualisme normatif, mengakui individu setara dengan individu lainnya sebagai sesama individu, membuat kedua nampak bertentangan. Namun, kedua teori tersebut tetap digabungkan menjadi satu dan menciptakan sistem pemerintahan yang kita kenal dengan Demokrasi liberal. Dengan menggunakan pandangan Norberto Bobbio, tulisan ini mencoba menjelaskan keselarasan demokrasi dan liberalisme.

ABSTRACT<>br>
Democracy acknowledged invidual are equal in political value and liberalism, with the idea of normative individualism, acknowledged individual are equal with each other, so it makes this two theories seems contradictive. However, these two theories were combined and created a new sistem that we knew as Liberalism Democracy. With Norberto Bobbio rsquo s thought, this study trying to explain the harmony of these contradictive theories."
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hisyam Ikhtiar Mulia
"Penelitian ini berusaha menggambarkan bagaimana situasi dan kondisi ekonomi-politik kontemporer bergulir. Realitas ekonomi politik kontemporer dianggap mengalami perubahan besar-besaran. Lebih tepatnya, realitas ekonomi-politik telah memasuki paradigma baru dimana informasi dan komunikasi menjadi variable sentral di dalamnya. Penelitian ini mengambil kasus freeware, suatu teknologi yang berakar dari penciptaan komputer dan internet di abad ke-20, untuk menjustifikasi bahwa realitas sosial-ekonomi-politik kontemporer bergulir seperti gambaran Antonio Negri dan Michael Hardt. Hal ini terkait dengan keberadaan kapitalisme postmodern yang berupa Empire, terjadinya produksi biopolitis sebagai corak produksi kontemporer, keberadaan immaterial labor, eksploitasi pada masyarakat secara menyeluruh di level global, hingga Multitude yang dianggap mampu melakukan perlawanan. Keseluruhan rangkaian fenomena tersebut dianggap terjustifikasi dengan keberadaan freeware. Freeware dianggap mengandung sendi-sendi kapitalisme postmodern, khususnya menyoal informatisasi dan komunikasi.

This research is trying to explain how the contemporary political economic reality works. The contemporary political economic reality is assumed to have been totally transformed. Specifically, political economic reality has turned into a new paradigm which information and communication become the central variable in it. This research takes freeware, a technology which rooted from the discovery of computer and internet on the 20th Century, to justify that the contemporary political social economic reality woks as how Antonio Negri and Michael Hardt explain it. This is related to the existence of postmodern capitalism which formed as Empire, the existence of biopolitical production as a form of contemporary production, the existence of immaterial labor, the exploitation which happened totally to the social reality on global level, also Multitude which was born internally and oppose the Empire itself. The totality of theat combination will be explained as justifiable to the exsistence of freeware. Freeware is justified containting those principle of poatmodern capitalism, especially when it comes to the exploitation of information."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Haekal
"ABSTRAK
Skripsi ini merupakan penelitian kualitatif mengenai urgensi teknologi manual di era teknomatisasi. Di era teknomatisasi, perkembangan teknologi yang berawal dari manual menuju otomatis menyisakan pertanyaan mengenai peran manusia dan kemampuannya dalam mengontrol teknologi. Ketidakmampuan teknologi modern memberikan kontrol penuh merupakan konsekuensi dari teknologi automatic. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan gagasan Jacques Ellul untuk memberikan distingsi karakteristik antara teknologi manual dengan automatic. Dengan begitu, kita mampu memahami apa saja kekurangan dari kedua bentuk teknologi tersebut. Sebagai pisau analisis, penulis menggunakan metode fenomenologi untuk membedah karakteristik dari kedua bentuk tersebut dan relasinya dengan manusia. Sebagai manusia yang sudah terlahir dalam situasi modern, individu cenderung bergantung pada teknologi. Kebergantungan tersebut berdampak pada degradsasi skill manusia untuk mengontrol teknologi. Oleh karena itu, teknologi manual menjadi penting di era teknomatisasi seperti saat ini agar kemampuannya tidak musnah akibat teknologi.

ABSTRACT
This undergraduate thesis is a qualitative research in the field of manual technology in the era of technomatization. In the era of technomatization, technology was evolving from manual to automatic and leave us the problem about human control and his role. The inability of modern technology to give us a full control is a consequences from automatic technology. In this study, the author use the Ellul rsquo s idea to distinguish about characteristic of technology, both are manual and automatic. Therefore, we are able to understand the deficiency of them. As an analysis, the author use the phenomenological method to dissect the form of both technology and it rsquo s relevance to human being. We are, as a human who was born in the modern situation tend to depend our life to the automatic form, so it rsquo s gave us an impact on human degradation skills to control technology fully. Therefore, manual technology now becomes important in the technological era, so human being will not lost his capability and skill to control it due to modern technology. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Baihaqi Musyafa
"Effective altruism (Altruisme efektif) yang diusung Peter Singer dalam upayanya mewujudkan dunia yang lebih baik melalui etika terapan memang mampu menarik perhatian dan mengubah cara pandang banyak orang. Terutama mengenai prinsipnya dalam bagaimana menggunakan asas utilitarian untuk memaksimalkan kegiatan berdonasi. Semangat utilitarian yang diaplikasikan di gerakan ini adalah rasionalisasi dan kalkulasi dalam berderma. Hal ini diharapkan dapat menjadikan kegiatan donasi sebagai sesuatu yang efektif dan paling menimbulkan dampak ke orang banyak. Namun, semangat dominasi rasio dalam tindakan moral ini memunculkan anggapan bahwa ada keharusan untuk meminggirkan emosi dalam keputusan etis. Padahal emosi tidak bisa dicabut begitu saja dalam suatu keputusan moral. Seperti apa yang diargumenkan oleh Hume dan Westermarck, emosi berperan penting dalam setiap tindakan moral dan juga dibuktikan dengan adanya bias-bias yang muncul dalam kegiatan beraltruis. Meniadakan emosi ini juga mempunyai dampak lain yaitu melahirkan pandangan moralitas yang sempit. Tulisan ini akan memperlihatkan bagaimana emosi terus berperan dalam keputusan moral serta apa yang dimaksud dengan moralitas yang sempit sebagai hasil dari dominasi rasionalisasi dan kalkulasi yang berlebihan di dalam altruisme efektif.

Peter Singers effective altruism (effective Altruism) in its efforts to create a better world through applied ethics is indeed able to attract attention and change the perspective of many people. Especially regarding the principle in how to use the utilitarian principle to maximize donation activities. The utilitarian concept that is applied in this movement is the rationalization and calculation in giving. This is expected to make donation activities as something that is effective and has the most impact on the people. However, this dominance of rationality in moral action raises the assumption that there is a necessity to marginalize emotions in ethical decisions. Though emotions cannot be revoked in a moral decision. As Hume and Westermarck argue, they always present in moral decisions and is proven by the existence of biases in the activities of the altruism. Eliminating this emotion also has another effect, namely giving birth to a narrow view of morality. This paper will show how emotions continue to play a role in moral decisions and what is meant by narrow morality as a result of the dominance of rationalization and excessive calculation in effective altruism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>