Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iftita Rahmi
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara Implicit Theory of Intelligence dan Goal-Orientation yang dimilki oleh siswa kelas tujuh Sekolah Menengah Pertama. Pengukuran implicit theory of intelligence menggunakan alat ukur personal conception of intelligence (Faria & Fontaine, 1997) yang telah diadaptasi oleh peneliti. Pengukuran goal-orientation menggunakan alat ukur goal-orientation yang dikembangkan Ames dan Archer (1988) dan telah diadaptasi oleh Murdaningtyas (2006) serta peneliti sendiri. Partisipan penelitian ini berjumlah 75 orang siswa sekolah menengah pertama. Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan positif yang signifikan antara incremental theory of intelligence dan mastery goal-orientation (r = 0,549 l.o.s 0,01), dan juga terdapat hubungan negatif yang signifikan antara entity theory of intelligence dan mastery goal-orientation (r = -0,264 l.o.s 0,05). Artinya, semakin tinggi incremental theory of intelligence yang dimiliki seseorang, maka semakin tinggi ia menampilkan mastery goal-orientation, dan semakin tinggi entity theory of intelligence yang dimiliki seseorang, akan semakin rendah ia menampilkan mastery goal-orientation. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, untuk dapat mengembangkan mastery goal-orientation, siswa hendaknya mengembangkan incremental theory of intelligence sejak dini terutama ketika memasuki Sekolah Menengah.

This research was conducted to find the correlation between implicit theory of intelligence and goal-orientation among grade seven students. Implicit theory of intelligence was measured using a modified instrument named personal conception of intelligence (Faria & Fontaine, 1997). Goal-orientation was measured using a modified instrument which developed from Ames and Archer (1988) by Murdaningtyas (2006) and researcher. Participants of this study is 75 junior high school students. This study indicates a significant positive relationship between the incremental theory of intelligence and mastery goal-orientation (r = 0.549 l.o.s. 0.01), and a significant negative correlation between the static conception of intelligence and mastery goal-orientation (r = -0.264 l.o.s. 0.05). That is, the higher the incremental theory of intelligence one’s own, the higher showing mastery goal-orientation, and the higher the static conception of intelligence one’s own, the lower showing mastery goal-orientation. Based on these results, in order to develop a mastery goal-orientation, students should develop a incremental theory of intelligence from an early age, especially when entering high school."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45335
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Reza Fahlevi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara teacher efficacy dan perencanaan instruksional pada guru sekolah dasar negeri yang ada di Jakarta. Pengukuran teacher efficacy menggunakan alat ukur Teacher’s Sense of Efficacy Scale (TSES) (Tschanen-Moran, Hoy & Hoy, 1998), dan pengukuran perencanaan instruksional menggunakan alat ukur yang dibuat berdasarkan teori perencanaan dan persiapan dari Cole dan Chan (1986). Partisipan penelitian ini berjumlah 57 orang guru sekolah dasar negeri di Jakarta.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara teacher efficacy dengan perencanaan instruksional pada guru sekolah dasar negeri di Jakarta (r = 0.387; p = 0.003, signifikan pada los 0.01). Artinya, semakin tinggi teacher efficacy yang dimiliki seorang guru, maka semakin tinggi pula perencanaan instruksionalnya. Selain itu, hasil tambahan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan mean skor teacher efficacy dan perencanaan instruksional berdasarkan data demografis partisipan.

The purpose of this research is to investigate the correlation between teacher efficacy and instructional planning among elementary school teachers in Jakarta. Teacher efficacy was measured using Teacher’s Sense of Efficacy Scale (TSES) (Tschanen-Moran, Hoy & Hoy, 1998), and instructional planning was measured using an instrument that being constructed based on Cole and Chan’s planning and preparation theory (1986). The participants of this research are 57 elementary school teachers in Jakarta.
The main result of this research shown that there is a positively significant correlation between teacher efficacy and instructional planning among elementary teachers in Jakarta (r = 0.387; p = 0.003, signicant at the 0.01 level). It means, the higher teacher’s efficacy, the higher on their instructional planning. As an additional result, this research shown that there is no differences in mean score teacher efficacy and instructional planning based on participant’s demographic data.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S44599
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azza Maulydia
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan pemilihan strategi coping pada generasi tua dan generasi muda yang mengalami emosi malu dan emosi bersalah. Dalam mengukur coping, digunakan alat ukur The Brief COPE oleh Carver (1997). Jumlah sampel penelitian berjumlah 126 orang dengan rincian 63 generasi tua dan 63 generasi muda. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan pengalaman dalam memilih strategi coping yang signifikan antara generasi tua dan generasi muda yang mengalami emosi malu dan emosi bersalah. Adapun berdasarkan analisis rata-rata jenis coping, generasi tua dan generasi muda yang mengalami emosi malu maupun bersalah, tidak ada perbedaan yang signifikan antara penggunaan problem-focused coping dibandingkan emotion-focused coping. Pada coping emosi malu, terdapat perbedaan yang signifikan pada subskala self-distraction. Pada coping emosi bersalah, terdapat perbedaan yang signifikan pada subskala seeking of instrumental support, self-distraction, humor dan religion.

This research was conducted to see the difference of experience in choosing coping strategies toward shame and guilt between old generation and young generation who experiencing shame and guilt. Coping strategies were measured using The Brief COPE by Carver (1997). Total subject in this research are 126 sample, 63 old generation and 63 young generation. Result obtained indicated that there is no significant difference on experience in choosing coping strategies between old generation and young generation who experiencing shame and guilt. Based on tipe of coping, result obtained that there is no significant difference in problem-focused coping and emotion-focused coping between old generation and young generation who experience shame and guilt. Based on coping subscales toward shame, result obtained that there is significant difference in self-distraction subscale. Based on coping subscales toward guilt, result obtained that there is significant difference in seeking of instrumental support, self-distraction, humor and religion subscales."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47142
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vidya Syaka Diara
"Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang menganut budaya kolektivis. Pada masyarakat bersifat kolektif, budaya malu lebih dikembangkan. Seiring dengan terjadinya globalisasi, terlihat pudarnya budaya malu pada perilaku yang ditampilkan oleh masyarakat, dan juga munculnya budaya baru yang diserap dari budaya barat, yaitu budaya bersalah. Peneliti ingin melihat apakah terdapat perbedaan pada emosi malu dan emosi bersalah yang ditinjau dari situasi pemicunya, pada generasi tua, yang pada masa mudanya belum banyak terpapar oleh budaya barat, dengan generasi muda sekarang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif pada 63 responden generasi tua dan 61 responden genrasi muda melalui teknik non-probability sampling. Alat ukur yang digunakan diadaptasi dari TOSCA-3 untuk mengukur emosi malu dan emosi bersalah ketika menghadapi situasi tertentu.
Dari penelitian ini ditemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada emosi malu dan emosi bersalah antara generasi tua dan generasi muda ditinjau dari situasi yang berkaitan dengan diri, keluarga dan pekerjaan, namun perbedaan pada emosi malu antara generasi tua dan generasi muda ditinjau dari situasi yang berkaitan dengan pekerjaan tidak signifikan.

The Indonesian society is a society that embraces collective culture. Shame culture is more developed in collective culture. With the occurrence of globalization, a fading of shame culture in behavior of the society can be seen as well as the emergence of a new culture adapted from the west, known as guilt culture. The aim of this study is to see if there is a significant difference of shame and guilt between the old generation, who have not been exposed too much by western culture, and the young generation based on eliciting situations.
This study uses quantitative method and involves 63 respondents from the old generation and 61 respondents from the young generation. The respondents were chosen using the non-probability sampling technique. The scale used to measure shame and guilt when facing certain situations was adapted from TOSCA-3.
The results of this study show that there is a significant difference of shame and guilt between the old and young generations based on situations related to the self, family and friendship but there is not a significant difference of shame between the old and young generations based on situations related to work.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47035
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Yolanda Barlian
"Penelitian mengenai emosi malu dan emosi bersalah masih sangat terbatas jumlahnya, terutama di Indonesia. Indonesia dikenal sebagai negara dengan budaya kolektivis yang menekankan pada emosi malu, sementara akibat pengaruh globalisasi, budaya individualis mulai masuk ke masyarakat dan membuat budaya malu semakin pudar. Dalam penelitian ini akan dilihat mengenai perbedaan emosi malu dan emosi bersalah pada generasi tua dan generasi muda di Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif pada 63 responden generasi tua dan 61 responden generasi muda melalui teknik non-probability sampling dengan alat ukur TOSCA-3 untuk mengukur emosi malu dan emosi bersalah saat menghadapi situasi tertentu. Dari penelitian ini, ditemukan perbedaan yang signifikan pada emosi malu dan emosi bersalah antara generasi tua dan muda, dan ditemukan juga perbedaan yang signifikan antara emosi malu dan emosi bersalah pada masing-masing generasi.

Study about shame and guilt has not been conducted many times, especially in Indonesia. Indonesia is known with its collectivist culture which emphasizes shame among its people. Because of globalization, people started to show individualism, makes the shame culture decreased. This study wanted to find out the difference of shame and guilt in old and young generation, using quantitative approach on 63 old generation respondents and 61 young generation respondents using non-probability sampling technique. TOSCA-3 was used to measure shame and guilt in certain situation. Based on the results, this study found that there was a significant difference in shame and guilt between old and young generation, and there was also a significant difference between shame and guilt in each generation."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46931
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifda Humaira
"Pandemi COVID-19 telah membawa dampak yang besar dan berkepanjangan pada berbagai aspek, termasuk pada aspek akademis, khususnya pada mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara depresi dan conscientiousness dengan prestasi akademis mahasiswa. Partisipan penelitian berjumlah 146 mahasiswa Universitas Indonesia dalam rentang usia 19-24 tahun yang berasal dari angkatan 2020-2022. Alat ukur yang digunakan adalah Hopkins Symptom Check List-25 untuk depresi dan Mini IPIP untuk conscientiousness. Teknik analisis yang digunakan adalah korelasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa depresi dan conscientiousness tidak berkorelasi dengan prestasi akademis. Penelitian ini mengusulkan adanya peran yang lebih signifikan pada faktor lain yang dapat memengaruhi prestasi akademis mahasiswa.

COVID-19 pandemic has brought a long-lasting impact in a lot of aspects, including college student’s academic aspect. This research aims to see the correlation of depression and conscientiousness to student’s academic achievement. A total of 146 participants were gathered, with age ranging from 19-24 years old and were Universitas Indonesia students from the year 2020-2022. Hopkins Symptom Check List-25 was used to measure depression and Mini-IPIP was used to measure conscientiousness. Results showed that depression and conscientiousness did not have a significant correlation to academic achievement. This research suggests that other factors might have a greater significance in academic achievement."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Fabiola Serepina Lalu
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara empati dengan emosi malu dan emosi bersalah pada remaja. Partisipan dalam penelitian ini adalah 494 siswa Sekolah Menengah Atas di daerah Jakarta. Penelitian kuantitatif ini menggunakan Interpersonal Reactivity Index (Davis, 1983) untuk mengukur empati dan Test of Self-Conscious Affect 3 (Tangney, Dearing, Wagner, dan Gramzow, 2000) untuk mengukur emosi malu dan emosi bersalah. Kedua alat ukur ini direvisi kembali untuk disesuaikan dengan konteks remaja. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya korelasi yang positif signifikan antara empati dengan emosi malu dan emosi bersalah pada remaja. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa remaja lebih cenderung merasakan emosi bersalah dibandingkan dengan emosi malu saat gagal memenuhi standar sosial.

This study aimed to determine the correlation of empathy with shame emotion and guilt emotion among adolescent. The participants of this study are 494 students in senior high school in Jakarta. This quantitative study used Interpersonal Reactivity Index (Davis, 1983) to measure empathy and Test of Self-Conscious Affect 3 (Tangney, Dearing, Wagner, and Gramzow, 2000) to measure shame emotion and guilt emotion. Both of these measuring instruments had been revised to adjust the adolescent context. The results of this study showed the existence of positive and significant correlation between empathy with shame emotion and guilt emotion among adolescent. The results also showed that adolescent are more likely to feel guilt emotion rather than shame emotion when failing to meet social standards.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55801
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Audita Zahra
"Transisi dari sekolah menengah atas ke perguruan tinggi dan metode pembelajaran yang kerap berubah akibat pandemi berpotensi memengaruhi prestasi mahasiswa tahun pertama.  Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran penyesuaian diri sebagai mediator pada hubungan antara persepsi dukungan sosial dan prestasi akademis. Partisipan penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Indonesia tahun pertama. Teknik analisis korelasi dan mediasi digunakan dalam penelitian ini dan hasil analisis menunjukkan bahwa penyesuaian diri dapat memediasi secara penuh (full or complete mediation) hubungan persepsi dukungan sosial dan prestasi akademis. Pihak universitas diharapkan dapat memfasilitasi dukungan yang membantu peningkatan penyesuaian diri dan prestasi akademis.

The transition from high school to college and the frequent changes in learning methods due to pandemic have the potential to affect academic achievement of first-year students. This study aims to examine the role of self-adjustment as a mediator in the relationship between perceived social support and academic achievement. The participants of this study were first-year University of Indonesia students. Pearson correlation and mediation analysis techniques were used in this study and the results showed that self-adjustment completely mediates the relationship between perceived social support and academic achievement. University is expected to facilitate support that helps improve students’ adjustment and academic achievement."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Belinda Adriani Ariyantoputri
"Hustle culture pada mahasiswa dapat memengarui tingkat kesejahteraan mereka. Secara khusus, mahasiswa berkewajiban menyelesaikan studi dengan baik dan membutuhkan ketersediaan dukungan sosial yang memadai. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran persepsi dukungan sosial dan prestasi akademis terhadap kepuasan hidup mahasiswa. Keseluruhan partisipan berjumlah 130 orang yang berusia 18–25 tahun (M = 21,03, SD = 1,034) dan merupakan mahasiswa aktif Universitas Indonesia. Variabel pada penelitian ini diukur menggunakan Satisfaction with Life Scale (SWLS), Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS), dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi dukungan sosial dan prestasi akademis secara bersama-sama berperan signifikan terhadap kepuasan hidup (R2 = 0,288, F(2, 127) = 25,624, p = 0,000). Perguruan tinggi diharapkan dapat membuat program yang memfasilitasi dukungan sosial sekaligus meningkatkan prestasi akademis mahasiswa.

Hustle culture among college students can influence their level of well-being. Specifically, college students must complete their studies well and they need adequate social support. This study aims to examine the role of perceived social support and academic achievement on students' life satisfaction. There are a total of 130 participants aged 18–25 (M = 21,03, SD = 1,034) who are active students at the University of Indonesia. Variables in this study were measured using Satisfaction with Life Scale (SWLS), Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS), and Grade Point Average (GPA). The results of the study indicate that perceived social support and academic achievement simultaneously contribute to life satisfaction (R2 = 0.288, F(2, 127) = 25.624, p = 0.000). Universities are encouraged to develop programs that facilitate students' social support while also enhancing their academic achievement."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carmenita Riswana Saputri
"Selama perkuliahan, mahasiswa menghadapi tekanan untuk meraih prestasi akademis tinggi, terlibat dalam organisasi, dan mempersiapkan karir masa depan. Hal ini dapat menimbulkan stres dan kecemasan yang pada akhirnya menurunkan prestasi akademis mereka. Disisi lain, persepsi dukungan sosial yang baik dapat meningkatkan prestasi akademis Penelitian ini akan mengkaji peran kecemasan dan persepsi dukungan sosial terhadap prestasi akademis mahasiswa dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil yang ditemukan adalah terdapat peran kecemasan dan persepsi dukungan sosial terhadap prestasi akademis mahasiswa (R² = 0,017, p<0,05). Penelitian ini menyarankan kepada orang tua dan teman untuk menciptakan lingkungan yang membantu mahasiswa.

During university, students face pressure to achieve high academic performance, get involved in organisations, and prepare for a future career. This can lead to stress and anxiety that ultimately reduce their academic performance. On the other hand, good social support perceptions can improve academic achievement. This study will examine the role of anxiety and perceived social support on student academic achievement using multiple regression analysis. The results found that there is a role of anxiety and perceived social support on student academic achievement (R² = 0.017, p<0.05). This study suggests to parents and friends to create an environment that helps students"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>