Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohammad Fikry Al Akrom
Abstrak :
Malnutrisi merupakan kontributor tunggal dan terbesar tingginya morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. WHO mengestimasikan bahwa 45% kematian balita disebabkan karena masalah kekurangan gizi. Pada tahun 2018, wasting (salah satu bentuk kekurangan gizi) menempati peringkat kedua penyebab kematian pada balita di dunia. Di Indonesia, wasting masih menjadi masalah kesehatan yang serius, dengan prevalensi kasus sebesar 10,2%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian gizi kurang (wasting) pada balita usia 0-59 bulan di Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Indonesia Family Life Survey (IFLS) ke-5 tahun 2014. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan desain studi cross-sectional. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 587 balita yang menjadi responden IFLS 5. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi kejadian wasting pada balita adalah 9,71%. Hasil uji statistik chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan (p≤0,05) antara riwayat penyakit infeksi dan status pekerjaan ibu dengan kejadian wasting pada balita. Perhitungan derajat asosiasi menggunakan prevalence odds ratio (POR), menunjukkan bahwa peluang kejadian wasting lebih tinggi pada balita berumur 0-23 bulan (POR=1,70), berjenis kelamin laki-laki (POR=1,48), memiliki riwayat penyakit infeksi (POR=2,37), tidak diberikan ASI eksklusif (POR=1,15), diberikan MP-ASI pada waktu < 6 bulan (POR=1,57), memiliki riwayat BBLR (POR=1,66), memiliki ayah berpendidikan rendah (POR=1,09), ibu yang bekerja (POR=1,93), dan ayah yang tidak bekerja (POR=1,04). Oleh karena itu, diperlukan upaya bersama antara pembuat kebijakan/program dan masyarakat untuk dapat memberikan intervensi dan tatalaksana yang tepat terhadap balita yang mengalami wasting, serta memberikan edukasi faktor risiko wasting kepada keluarga balita (khususnya yang mengasuh balita) dan masyarakat. ......Malnutrition is the single largest contributor to high morbidity and mortality worldwide. The WHO estimates that 45% of under-five deaths are due to malnutrition. In 2018, wasting (a form of malnutrition) ranked as the second leading cause of death among children under five in the world. In Indonesia, wasting remains a serious public health problem, with a prevalence rate of 10.2%. This study aims to determine the factors associated with the incidence of wasting among children under the age of 0-59 months in East Java Province. This study used secondary data from the 5th Indonesia Family Life Survey (IFLS) in 2014. This study used a quantitative approach, with a cross-sectional study design. The number of samples used in this study was 587 toddlers who were part of IFLS 5 respondents. The results showed the prevalence of wasting in toddlers was 9.71%. The results of the chi-square statistical test showed that there was an association (p≤0.05) between the history of infectious diseases and mother's employment status with the incidence of wasting in toddlers. The degree of association calculation using the prevalence odds ratio (POR), showed that the odds of wasting was higher in children aged 0-23 months (POR = 1.70), being male (POR = 1.48), had a history of infectious diseases (POR = 2, 37), not exclusively breastfed (POR=1.15), given complementary food at <6 months (POR=1.57), had a history of LBW/low birth weight (POR=1.66), had a father with low education (POR=1.09), a working mother (POR=1.93), and a non-working father (POR=1.04). Therefore, joint efforts between policy and programme makers with the community are needed to be able to provide appropriate interventions and treatment for toddlers who experience wasting, as well as educate the risk factors for wasting to families of toddlers (especially those who took care for toddlers) and the community.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Astuti
Abstrak :
ABSTRACT
Puskesmas Kota Depok menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah PPK-BLUD sejak tahun 2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelayanan Puskesmas di Kota Depok sebelum dan setelah penerapan PPK-BLUD. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan rancangan studi kasus yang bersifat deskriptif. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan telaah dokumen pada empat Puskesmas Kota Depok. Hasil menunjukkan adanya perbedaan pada input sumber daya manusia, anggaran, fasilitas , proses perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan, pelaporan dan pertanggungjawaban , output penilaian kinerja puskesmas dan indeks kepuasan masyarakat Puskesmas Kota Depok sebelum dan setelah diterapkan PPK-BLUD. BLUD UPT Puskesmas memiliki kewenangan untuk penerimaan pegawai non PNS, pengadaan barang/jasa, dan pengelolaan pendapatan BLUD secara langsung. Perencanaan dan penganggaran mengacu Rencana Strategis Bisnis RSB dan berbentuk Rencana Bisnis Anggaran RBA BLUD UPT Puskesmas. Pelaksanaan kegiatan Puskesmas sesuai dengan perencanaan yang sudah disahkan. Laporan keuangan BLUD UPT Puskesmas dibuat sesuai Standar Akuntansi Pemerintah SAP dan Standar Akuntansi Keuangan SAK . PPK-BLUD Puskesmas Kota Depok memberikan fleksibilitas dalam penambahan sumber daya manusia, fasilitas, anggaran. Sumber daya yang memadai menunjang pelaksanaan kegiatan dan pelayanan Puskesmas sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan Puskesmas.
ABSTRACT
Primary Health Care Puskesmas of Depok have implemented Financial Management Pattern PPK BLUD since 2017. This study aims to know the description of Puskesmas in Depok service before and after implementing PPK BLUD. This research used qualitative research design with descriptive case study. Data were collected through in depth interviews and document review at four Primary Health Care in Kota Depok. The results show differences in inputs human resources, budget, facilities , processes planning and budgeting, implementing, reporting and accountability , output performance appraisal of puskesmas and community satisfaction index Puskesmas Kota Depok before and after implementing PPK BLUD. BLUD UPT Puskesmas have the authority on acceptance non civil servants, procurement of goods services, and direct management of BLUD revenue. Planning and budgeting refers to the Business Strategic Plan RSB and in the form of Business Plan Budget RBA BLUD UPT Puskesmas. The Implementation of Puskesmas activities accordance to the approved planning. The financial report of BLUD UPT Puskesmas was made with Government Accounting Standards SAP and Financial Accounting Standards SAK . PPK BLUD Puskesmas Depok provides flexibility in the addition of human resources, facilities, budget. Sufficient resources support to the implementation of activities and services so that can improve the quality of Primary Health Care services.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tasya Caesarena Pertiwi
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rujukan rawat jalan kasus non spesialistik di Puskesmas Beji dan Puskesmas Depok Jaya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan menggunakan data primer berupa wawancara mendalam, dan data sekunder dengan telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Puskesmas Beji dan Puskesmas Depok Jaya memiliki rasio rujukan rawat jalan kasus non spesialistik yang optimal yaitu sebesar 0 , hal ini disebabkan karena dokter di kedua puskesmas memiliki kesadaran tinggi untuk memberikan rujukan sesuai indikasi, dan terdapat feedback dari BPJS terkait dengan capaian rasio rujukan rawat jalan kasus non spesialistik. Dokter di Puskesmas Beji dan Puskesmas Depok Jaya memiliki keterampilan dan pengetahuan yang baik serta memiliki lama kerja sebagai dokter yang cukup panjang. Jumlah dokter di Puskesmas Beji dan Puskesmas Depok Jaya masih belum cukup sesuai dengan analisis beban kerja. Pelatihan dibutuhkan oleh dokter non PNS. Peralatan di kedua puskesmas masih kurang lengkap. Obat di kedua puskesmas sudah lengkap namun terkadang terjadi kekosongan obat.
ABSTRACT
This study aims to analyze non specialist referral cases at Beji Puskesmas and Puskesmas Depok Jaya.This study uses a qualitative approach, by using secondary data from primary care and in depth interviews. The results of this study found that Puskesmas Beji and Puskesmas Depok Jaya have good non specialist referral ratio, which is 0 . This due to doctors in both puskesmas have high awareness to give referrals according to patient rsquo s diagnosis, and there is Feedback from BPJS related to the achievement of non specialist referral ratio. Doctors at Puskesmas Beji and Puskesmas Depok Jaya have good skills and knowledge, and have long working period as a doctors. Amount of doctors at Puskesmas Beji and Puskesmas Depok Jaya is still not ideal.Training is required by non civil servant physicians. Equipment at both puskesmas is still incomplete. The medicine in both puskesmas is complete but sometimes the medicine vacuum occurs.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joses Felix Sendow
Abstrak :
Ibu hamil merupakan kelompok yang rentan terinfeksi Covid-19. Tren Angka Kematian Ibu akibat Covid-19 terus meningkat setiap tahun. Vaksin Covid-19 sebagai tindakan preventif yang terbukti aman untuk menghindari risiko penyakit Covid-19. Penerimaan vaksin Covid-19 pada ibu hamil masih tergolong rendah. Penelitian ini bertujun untuk mengetahui apa saja determinan yang memengaruhi peneriman vaksin Covid-19 pada ibu hamil di berbagai negara. Metode digunakan yaitu panduan PRISMA Extension untuk scoping review (PRISMA-ScR) yaitu mengidentifikasi literatur secara komprehensif tentang topik penelitian dari berbagai sumber. Database online berasal dari PubMed, Google Scholar, Springelink, dan Science Direct. Literasi dibatasi pada artikel yang meneliti setelah vaksin Covid-19 direkomendasikan bagi ibu hamil. Data diekstraksi disintesis dengan pendekatan naratif dan hasilnya direpresentasikan secara grafis dengan gambar dan angka yang sesuai tabel. Pencarian artikel didapatkan 38 artikel yang terpilih. Terdapat 17 determinan penerimaan vaksin Covid-19 pada ibu hamil di berbagai negara antara lain: pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, informasi yang beredar mengenasi vaksin, keamanan dan efektivitas vaksin, efek samping vaksin, minggu kehamilan, ras, usia, telah mendapatkan vaksin sebelumnya, riwayat penyakit, risiko kehamilan, pendapatan, daerah tempat tinggal, rekomendasi tenaga kesehatan, kepercayaan terhadap pemerintah serta tenaga kesehatan dan dukungan pasangan atau keluarga atau teman. Beberapa keterbatasan penelitian pada artikel yang dipilih yaitu pemilihan besar sampel, bias seleksi, pengambilan data secara online, instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang dikelola sendiri yang rentan terhadap bias respon, survei menggunakan survei anonim. Faktor yang mendasari penerimaan vaksin Covid-19 pada ibu hamil sangat kompleks dan spesifik konteks, bervariasi sepanjang waktu, variabel sosio-demografis sangat berperan didalamnya. Pemerintah bisa menggunakan strategi yang disesuaikan dengan budaya dan sosio-psikologis untuk meningkatkan penerimaan cakupan vaksinasi Covid-19 pada ibu hamil. ......Pregnant women are a vulnerable group to Covid-19 infection. The trend of maternal mortality due to Covid-19 continues to increase every year. The Covid-19 vaccine is a preventive measure that has been proven safe to avoid the risk of Covid-19 disease. Acceptance of the Covid-19 vaccine in pregnant women is still relatively low. This study aims to find out what are the determinants that affect the acceptance of the Covid-19 vaccine in pregnant women in various countries. The method used is the PRISMA Extension guide for scoping review (PRISMA-ScR), which is to comprehensively identify literature on research topics from various sources. Online databases came from PubMed, Google Scholar, Springelink, and Science Direct. Literacy was limited to articles that examined after the Covid-19 vaccine was recommended for pregnant women. Extracted data were synthesized with a narrative approach and the results were represented graphically with figures and numbers corresponding to the table. The article search obtained 38 selected articles. There are 17 determinants of Covid-19 vaccine acceptance in pregnant women in various countries including: knowledge, education, occupation, information circulating about vaccines, vaccine safety and effectiveness, vaccine side effects, weeks of pregnancy, race, age, having received a previous vaccine, disease history, pregnancy risk, income, area of residence, health worker recommendations, trust in government and health workers and support from spouses or family or friends. Some research limitations in the selected articles are the selection of sample size, selection bias, online data collection, research instruments using self-administered questionnaires that are prone to response bias, surveys using anonymous surveys. The factors underlying the acceptance of the Covid-19 vaccine in pregnant women are complex and context-specific, varying over time, socio-demographic variables play a role. The government can use culturally and socio-psychologically tailored strategies to increase acceptance of Covid-19 vaccination coverage in pregnant wome
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadia Shafa Angelika Hareni
Abstrak :
Remaja dan kaum muda di negara berkembang, khususnya di Asia dan Afrika, masih menghadapi hambatan dalam mengakses pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi remaja dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan reproduksi dengan menggunakan scoping review. Pencarian literatur studi dilakukan dengan menggunakan Pubmed, EBSCOhost, Embase dan Scopus dan jumlah studi yang ditemukan sebanyak 22 studi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan reproduksi di wilayah Asia dan Afrika masih menunjukkan persentase yang cukup rendah. Berbagai faktor memengaruhi remaja dalam memanfaatkan layanan kesehatan reproduksi diantaranya faktor demografi dan budaya yang terdiri dari usia, jenis kelamin dan norma gender, status perkawinan, status hidup remaja, dan etnis; faktor sosioekonomi yang meliputi tingkat pendidikan remaja, orang tua dan pasangan serta pendapatan; faktor individu yang terdiri dari pengetahuan, sikap, persepsi, komunikasi dan diskusi dengan orang tua, teman sebaya, pasangan dan petugas kesehatan, partisipasi dalam peer education, riwayat hubungan seksual, riwayat masalah kesehatan reproduksi, faktor sosiokultural dan psikobudaya; dan faktor sistem pelayanan kesehatan yang meliputi sistem kesehatan, jarak terhadap fasilitas kesehatan dan ketersediaan layanan. ......Adolescents and young people in developing countries, especially in Asia and Africa, still face barriers to accessing sexual and reproductive health services. This study was conducted to identify factors that influence adolescents in the utilization of reproductive health services by using a scoping review. The literature search was performed using Pubmed, EBSCOhost, Embase and Scopus, and the number of studies found was 22 studies. The results showed that the utilization of reproductive health services in the Asian and African regions still showed a relatively low percentage. Various factors influence adolescents in utilizing reproductive health services, including demographic and cultural factors consisting of age, sex and gender norms, marital status, the living status of adolescents, and ethnicity; socioeconomic factors, including the education level of adolescents, parents and partners and income; individual factors consisting of knowledge, attitudes, perceptions, communication and discussion with parents, peers, partners and health workers, participation in peer education, history of sexual intercourse, history of reproductive health problems, socio-cultural and psycho-cultural factors; and health service system factors including health systems, distance to health facilities and service availability.
Depok: 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Rahmadian
Abstrak :
Kematian neonatal masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Berdasarkan data SDKI 2017, Angka Kematian Neonatal (AKN) di Indonesia masih tinggi yakni 15 per 1,000 kelahiran hidup dan belum mencapai target SDGs (<12 per 1.000 kelahiran hidup). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor risiko kematian neonatal yang paling berpengaruh di Indonesia. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional menggunakan data SDKI 2017 yang mencakup 11.153 kelahiran hidup anak terakhir dari tahun 2012-2017. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor risiko yang berhubungan secara signifikan dengan kematian neonatal adalah umur ibu <20 &>35 tahun (OR: 2,2; 95% CI: 1,21- 3,87), ibu yang bekerja (OR: 1,9; 95% CI: 1,03-3,36), tidak melakukan inisiasi menyusui dini (OR: 56,7; 95% CI: 24,6- 130,9), bayi dengan jenis kelamin laki-laki (OR: 2,6; 95% CI: 1,39- 4,81), berat badan lahir rendah (OR: 14; 95% CI: 7,85- 25,3), status kembar (OR: 9; 95% CI: 2,65- 30,7), penolong persalinan bukan dengan tenaga kesehatan (OR: 0,19; 95% CI: 0,04-0,84), dan tidak melakukan pemeriksaan kesehatan bayi baru lahir (OR: 5,2; 95% CI: 2,92- 9,26). Oleh karena itu, intervensi kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan kematian neonatal harus dikaitkan dengan karakteristik ibu dan bayi. Tenaga kesehatan diharapkan memahami sistem rujukan persalinan dan dapat melakukan rujukan dengan segera. Pelayanan kesehatan diharapkan mampu menyediakan perawatan kesehatan neonatal yang lengkap dan memadai.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gina Agniya Meilani
Abstrak :
Seiring meningkatnya populasi lansia baik di dunia maupun di Indonesia maka kebutuhan akses ke pelayanan kesehatan dasar seperti posyandu lansia perlu diupayakan. Kota Depok termasuk salah satu wilayah di Provinsi Jawa Barat yang mengalami kenaikan jumlah lansia, serta wilayah kerja Puskesmas Pancoran Mas merupakan salah satu wilayah di Kota Depok yang memiliki jumlah posyandu lansia aktif terbanyak. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menggali informasi lebih dalam mengenai kegiatan posyandu lansia saat pandemi Covid-19 dilihat dari segi input, process, hingga output-nya. Informan pada penelitian ini adalah kepala puskesmas, penanggung jawab posyandu lansia, petugas posyandu lansia serta lansia di wilayah kerja Puskesmas Pancoran Mas Depok. Pemilihan informan penelitian secara purposive. Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan pada komponen input, yaitu rusaknya alat kesehatan, serta perubahan kebijakan pada komponen proses, yaitu kegiatan posyandu lansia dihentikan sementara selama pandemi dan beralih menjadi kunjungan lansia terbatas oleh kader. Sehingga output posyandu lansia tidak tercapainya cakupan lansia yang mendapat skrining kesehatan dan akibatnya lansia tidak mendapatkan pelayanan dasar yang sudah menjadi haknya. Oleh sebab itu, disarankan kepada pemegang program untuk memperbaiki sistem dan kebijkan kegiatan posyandu lansia untuk mencapai target sasaran dan terwujudnya lansia sejahtera. ......The increase in the elder population in the world and Indonesia made access to elderly posyandu needed to be pursued. Depok is one area in West Java Province that has an increasing number of elderly people, meanwhile, the working area of ​​the Pancoran Mas Health Center is one of the areas in Depok that has the highest number of active elderly posyandu. This research is qualitative aiming to dig information about elderly posyandu activity during the Covid-19 pandemic in terms of input, process, and output. Informants in this study were the head of the public health center, the person in charge of elderly posyandu, her staff, and the elderly there. Informants were selected purposively. The results showed the change in input components, like medical device damage, also policy changes like suspending the elderly posyandu activities temporarily during the pandemic and switching to limited elderly visits by cadres in the process. Thus the elderly posyandu output does not reach its goal for receiver health screening and resulting the elderly do not get their rights for basic services. Therefore, parties involved are suggested to improve the system and policies for elderly posyandu activities to achieve the targets and realization of prosperous elderly.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isnaeni Retno Miranti
Abstrak :
Latar belakang: Anemia masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan masyarakat, khususnya adalah berkaitan dengan permasalahan gizi. Berdasarkan data tahun 2018, prevalensi anemia remaja putri di Jawa Barat adalah 41,93%. Anemia remaja putri di tingkat provinsi Jawa Barat masuk ke dalam kategori berat (≥40%). Menurut data dari Profil Kesehatan Kota Depok tahun 2017 menyebutkan sebesar 34,5% remaja putri di Kota Depok mengalami anemia. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap terhadap upaya pencegahan anemia yang dilakukan oleh remaja putri di Kota Depok tahun 2022. Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan metode kuantitatif serta menggunakan data primer yang dikumpulkan oleh 520 responden. Hasil: Sebagian besar responden memiliki pengetahuan dan sikap yang baik, sedangkan sebagian responden memiliki perilaku yang kurang baik terhadap perilaku pencegahan anemia. Pengetahuan tentang penyebab anemia dan upaya pencegahannya memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku konsumsi makanan sedangkan pengetahuan dasar, gejala dan tanda, penyebab, dan pencegahan anemia memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku konsumsi TTD. Semua variabel sikap juga memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku pencegahan anemia. Kesimpulan: Sebagian besar remaja putri telah memiliki pengetahuan dan sikap yang baik terhadap upaya pencegahan anemia, namun sebagian besar remaja putri masih memiliki perilaku yang kurang baik terhadap perilaku pencegahan anemia. ......Background: anemia is still the one of public health problems, especially it related to nutritional problem. Basen on 2018 data, the prevalence of anemia among adolescent female in west java is 41,93%. Anemia among adolescent female at provincial level in west java is in the severe category. According to data from Depok City Health Profile 2017, 34,5% adolescent female in Depok city are anemia. Objective: the purpose of this study is to describe knowledge and attitude toward anemia prevention by adolescent female in Depok City in 2022. Methods: this study using cross sectional design with quantitative methods and use primary data collected by 520 respondents. Results: most of respondents have good knowledge and attitude. But most of respondents have poor attitudes towards anemia prevention behavior. Knowledge about causes of anemia and it’s prevention efforts have a significant relationship with food consumption behavior while basic knowledge, symptoms and signs, causes, prevention of anemia have a significant relationship with the consumption behavior of iron supplementation. All attitude variables also have a significant relationship with anemia prevention behavior. Conclusion: most adolescent female have good knowledge and attitude toward anemia prevention, but most adolescent female still have poor behavior toward anemia prevention behavior.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhaa Aditya Kautsar Murti
Abstrak :
Latar belakang: Angka penggunaan kondom di kalangan remaja laki-laki ketika melakukan hubungan seksual pertama kali sangatlah rendah, padahal perilaku saat hubungan seks pertama kali ini dapat membentuk perilaku seksual di masa depan. Hal ini membuat prevalensi Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) dan Infeksi Menular Seksual (IMS) di kalangan remaja sangatlah tinggi. Maka dari itu, penting untuk mengetahui faktor apa yang mendorong remaja untuk menggunakan kondom ketika melakukan hubungan seksual pertama kali. Metode: Penelitian ini menggunakan data SDKI KRR 2017 dengan jumlah sampel sebesar 1.127 remaja yang terbagi menjadi 377 remaja milenial dan 750 remaja gen Z. Variabel dependen penelitian ini adalah penggunaan kondom ketika melakukan hubungan seksual pertama kali yang dianalisis dengan kompleks sampel menggunakan kai kuadrat untuk analisis bivariat dan regresi logistik untuk multivariat. Hasil: Analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor dominan pada generasi milenial adalah penggunaan narkoba (p-value= 0,008; aOR= 3,442 (1,393—8,505)) dan pada generasi Z adalah jenis pasangan (p-value= 0,036; aOR= 4,109 (1,097—15,395)). Kesimpulan: Faktor dominan menunjukkan bahwa telah adanya remaja di populasi yang berisiko. Maka dari itu, intervensi dapat ditunjukkan kepada kelompok berisiko melalui edukasi. ......Background: The prevalence of condom use among male adolescents at first sex was notably low despite being an important factor that shapes future sexual behavior, causing the prevalence of unwanted pregnancy and sexually transmitted infections to be high. Therefore, addressing this issue in regards to what factors lead to condom use at first sex would be notably important. Methods: This research used IDHS Special 2017 dataset with sample number of 1,127 adolescents, 377 of them were millennials and 750 of them were gen Z. The dependent variable of this research was condom used at first. Analysis were conducted using chi square for bivariate analysis and logistic regression for multivariate analysis. Results: Multivariate analysis showed that the most influencing factor for millennials was drug use (p-value= 0,008; aOR= 3,442 (1,393—8,505)) and for generation Z was partner types (p-value= 0,036; aOR= 4,109 (1,097—15,395)). Conclusion: Multivariate analysis suggested that there were some proportions among adolescents that were at risk and therefore, intervention should be conducted to address them through education.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;Fakultas Teknik Universitas Indonesia;Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;Fakultas Teknik Universitas Indonesia;Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaitun
Abstrak :
Motivasi pemilihan makanan merupakan salah satu faktor penting karena dapat menentukan pola makan seseorang. Motivasi pemilihan makanan dapat membentuk intervensi yang efisien dan adaptif dalam memodifikasi kebiasaan makan untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan, terutama di kalangan pekerja yang merupakan hampir separuh populasi global untuk meningkatkan produktivitas mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi pemilihan makanan pada komunitas bike to work kota Depok. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Total responden pada penelitian ini yaitu 251 anggota komunitas bike to work kota Depok tahun 2024 dengan menggunakan cara total sampling. Hasil penelitian dengan menggunakan skala likert rentang 1-4 menunjukkan bahwa 8 dari 9 motivasi pemilihan makanan adalah hal yang penting bagi komunitas bike to work kota Depok tahun 2024 dengan rerata tertinggi yaitu pada motivasi kesehatan (mean= 3,45), susasana hati (mean= 3,34), dan kandungan alami (mean= 3,33). Sementara motivasi pemilihan makanan yang kurang penting bagi komunitasi bike to work Kota Depok yaitu perhatian etis (mean= 2,82). Selain itu, faktor usia, jenis kelamin, status pernikahan, pekerjaan, sosial ekonomi, pendidikan, dan tingkat stres memiliki hubungan yang bermakna (p-value <0,05) dengan motivasi pemilihan makanan pada komunitas bike to work kota Depok tahun 2024. ......Food choice motivation is an important factor because it can determine a person's eating patterns. Food choice motivation can form an efficient and adaptive intervention in modifying eating habits to maintain health and well-being, especially among workers who constitute almost half of the global population to increase their productivity. This study aims to determine the factors related to food choice motivation in the bike to work community in Depok city. This study is a quantitative study with a cross-sectional design. Total respondents in this study were 251 members of the Depok city bike to work community in 2024 with total sampling. The results of this study using a Likert scale ranging from 1-4 show that 8 out of 9 motivations for choosing food are important for the bike to work community in Depok city in 2024 with the highest mean being health motivation (mean= 3.45), mood (mean = 3.34), and natural content (mean= 3.33). Meanwhile, the motivation for choosing food that is less important for the bike to work community in Depok City is ethical concern (mean= 2.82). Age, gender, marital status, employment, socio-economics, education, and stress level have a significant relationship (p-value <0,05) with food choice motivation for the bike to work community in Depok city in 2024.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>