Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 42 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Napitupulu, Albertus
"Skripsi ini membahas mengenai bentuk dan gaya bangunan pada masa kolonial Belanda. Obyek penelitian ini adalah Gereja GPIB Bethel yang terletak di jalan Wastukencana No.1, Bandung. Metode penelitian dilakukan dengan cara membandingkan komponen struktural dan ornamental yang ada pada Gereja Bethel dengan bangunan yang ada di Eropa dan Nusantara. Berdasarkan hasil analisis, terdapat beberapa macam gaya yang dipadukan pada bangunan ini. Perpaduan antara gaya Eropa dan Nusantara dikenal juga pada masa itu sebagai arsitektur Indis. Maka sebagai hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa Gereja Bethel merupakan salah satu bangunan bergaya Indis.

Focus of this undergraduate thesis is about form and style of building from the Dutch colonial period. Object of this research is the GPIB Bethel Church which located at Jalan Wastukencana No.1, Bandung. Method used in this research is component comparison, such as structural and ornament components, of the GPIB Bethel Church with buildings of similar period in Nusantara and Europe as well. Analysis result indicated that some different style are being applied on the GPIB Bethel Church. In architecture, this kind of unification style between European building and traditional or vernacular building is known as Indische-stijl architecture. This reseach concluded that the GPIB Bethel Church is indicated as one of Indische-stijl building."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S11960
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cheviano Eduardo Alputila
"Gereja Santa Perawan Maria (GSPM), yang dibangun tahun 1896, merupakan bangunan untuk ibadah umat Katolik yang tertua di Kota Bogor, dan dapat dikatakan mewakili sejarah penyebaran agama Katolik di Kota Bogor. Berdasarkan pembabakan periodisasi perkembangan arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia, akhir abad 19 merupakan periode ketika gaya Neo-Klasik banyak diterapkan pada bangunan-bangunan terutama pada bangunan-bangunan publik. Neo-Klasisme adalah paham dalam arsitektur bangunan Eropa yang mengulang secara utuh atau dominan suatu gaya pada jaman arsitektur klasik Eropa. Objek dalam penelitian ini adalah GSPM yang terletak di jalan Kapten Muslihat No.22, Bogor. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui gaya arsitektur yang diterapkan pada GSPM. Penelitian ini dibatasi hanya pada gaya bangunan Gereja dan hal-hal lain yang berkenaan dengan bentuk dan ragam hias GSPM. Penelitian ini menunjukkan bahwa gaya arsitektur Gotik sangat dominan diaplikasikan pada GSPM, atau dengan kata lain GSPM merupakan bangunan bergaya Neo-Gotik.

Santa Perawan Maria Church (GSPM) was built in 1896, and is the oldest Catholic church in Bogor that is still existed until now. It could be said that this church represents the spreading of Catholic religion in Bogor. Based on the chronology of Dutch Colonial architecture in Indonesia, end of 19th century was the period when Neo-Classism was strongly applied on public buildings. Neo-Classic is an architectural style which tried to bring back the glory of old classic European architectural style but in a more flexible way. Object of this research is the GSPM which is located at Jalan Kapten Muslihat No.22, Bogor. Aim of this research is to identify the architectural style applied in GSPM, particularly on the formal aspect and decoration or ornamentation as well. This result of this research shows that Gothic architectural style are very strong applied on GSPM, or in other words it can be said that GSPM is a Neo-Gothic building."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S11424
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Ricky Meinson Binsar
"Minanga Sipakko merupakan salah satu situs prasejarah terpenting di Indonesia. Di situs ini ditemukan berbagai alat-alat litik, alat tulang, sisa fauna, sisa pembakaran, dan pecahan tembikar. Penelitian oleh Puslitbang Arkenas tahun 2004, 2005, dan 2007 di Minanga Sipakko menemukan sejumlah pecahan tembikar polos dan berhias. Tembikar berhias yang ditemukan berjumlah 326 pecahan. Metode penelitian yang dipakai adalah analisis khusus (specific analysis), yang mencakup aspek motif hias dan teknik hias. Berdasarkan analisis, motif hias tembikar Minanga Sipakko terdiri dari motif-motif geometris seperti garis, segitiga, setengah lingkaran, lingkaran, empat persegi panjang, belah ketupat, dan titik; sedangkan teknik hias yang digunakan adalah teknik gores, gabungan gores tekan, tekan, cukil, dan tusuk. Dalam kaitannya dengan tembikar tradisi Sa Huynh-Kalanay, tembikar Minanga Sipakko menunjukkan kemiripan motif hiasnya dengan berbagai bentuk penggambaran. Kemiripan tersebut tidak terlepas dari persebaran tradisi Sa Huynh-Kalanay di Asia Tenggara yang dibawa oleh petutur Austronesia ke Indonesia dan Minanga Sipakko khususnya.

Minanga Sipakko is one of the most important prehistoric site in Indonesia. Various of lithic tools, bone tools, faunal remains, firing remains, and potsherds are found in this site. Research conducted by the Research and Development Center of National Archaeology in years 2004, 2005, and 2007 yielded many fragments of decorated and undecorated potsherds. This undergraduate thesis is about identifying various motives of the decorated potsherds mentioned above, which all are of 326 pieces. Specific analysis is used to identify the decoration motives and the techniques applied, and the result shows that the Minanga Sipakko potteries are decorated with various motives which are geometricals, such as lines, triangle, semi circle, circle, rectangular, diamond, and dots; and the techniques used are incised, excised, and combination of incised and impressed, and puncture techniques. In relation with the Sa Huynh-Kalanay pottery tradition, the Minanga Sipakko potteries shows similarity the Sa Huynh-Kalanay pottery either in the motives or the design. This similarity is very possible as the result of the spreading of the Sa Huynh-Kalanay tradition in Southeast Asia brought by the Austronesian speaking-people to Indonesia in general, and Minanga Sipakko particularly."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S12058
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rinno Widianto
"Skripsi ini membahas mengenai perkembangan gaya bangunan kolonial awal abad 20 di Indonesia. Penelitian dilakukan terhadap Gereja Koinonia yang terletak di wilayah Meester Cornelis Jatinegara. Bangunan ini merupakan bangunan yang masih terpelihara keasliannya, walaupun ada beberapa perbaikan dan penggantian pada komponen-komponen bangunan yang mengalami kerusakan akan tetapi hal tersebut tidak sampai merubah bentuk asli bangunan. Tujuan penelitian ini hádala mengungkap perkembangan gaya bangunan dan ragam hias yang ada di Gereja Koinonia. Hasil analisis menunjukan bahwa perkembangan bentuk gaya bangunan dan ragam hias yang terdapat di Gereja Koinonia memiliki kemiripan dengan bentuk gaya bangunan dan ragam hias yang berkembang di Eropa.

This undergraduate thesis is about the development of Dutch colonial building in Indonesia in early 20th century. Data used for this research is the Koinonia Church which is located in the Meester Cornelis Jatinegara, particularly the architectural style and ornaments applied to the building. The building of Koinonia Church still preserving its origin eventhough some of the building components had been renovated. Result of this research shows that the architectural style and ornaments of the Koinonia Church is similar with the development that occurred in Europe, and that there in no dominant component in both style and art."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S11974
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rosaeny Handayani
"Skripsi ini membahas mengenai beragam bentuk yang ada pada nisan-nisan di Museum Taman Prasasti. Nisan-nisan tersebut diklasifikasikakan berdasarkan bentuk-bentuknya sehingga akan didapati bentuk-bentuk apa saja yang ada pada nisan. Selain membahas mengenai bentuk-bentuk nisan, nisan-nisan tersebut juga dilihat berdasarkan ragam hias dan letak inskripsi pada nisan. Berikutnya, ragam hias dan penempatan inskripsi dikaitkan dengan penempatan pada nisan-nisan tersebut.

The focus of this undergraduate thesis is about the various of the shape of the gravestones in Museum Taman Prasasti, Jakarta. These gravestones are classified based on their shape. Therefore, it will be found the shape of the gravestones. Besides shape, the ornamentals and the position of the inscription in the gravestone are concerned. And then, the ornamentals and the position of the inscription are are connected with the gravestones."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S11896
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Stephany Efflina
"Skripsi ini tentang kesesuaian penggunaan feng shui pada bangunan Kelenteng Tanjung Kait dan Cileungsi dengan lingkungan sekitar kelenteng. Lingkungan di sekitar Kelenteng Tanjung Kait adalah lingkungan pantai, sedangkan Kelenteng Cileungsi adalah lingkungan dataran tinggi (pedalaman). Feng Shui digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan aturan feng shui diterapkan secara ketat di lokasi kedua kelenteng yang berbeda satu sama lain. Hasil penelitian ini menunjukkan aturan feng shui masih banyak diterapkan, namun apabila terdapat keterbatasan sehingga tidak dapat diterapkan, hal ini dapat ditangkal dengan penggunaan simbol-simbol sehingga pengaruh buruk dapat dihindari.

This undergraduate thesis is about the adjustments of feng shui at Tanjung Kait and Cileungsi Temple with their surroundings. The surroundings of Tanjung Kait temple is a coast range, whereas in Cileungsi temple is hills range. Feng shui is used as a reference in this research. The main goal of this research is to find out if feng shui is applied strictly on both temples locations. The result of this research shows feng shui is applied, but if limitations are found it can be rejected by using certain symbols so bad influences can be avoided."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S12016
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fachry Badry
"Tembikar sebagai salah satu bentuk data arkeologi, hampir selalu ditemukan dalam penelitian-penelitian arkeologi di berbagai tempat di dunia, termasuk Indonesia. Hal ini tidaklah mengherankan mengenai tembikar merupakan benda yang paling dekat dengan manusia di dalam segala ativitasnya serta mempunyai peran yang penting dalam kehidupan manusia masa lalu dalam kurun waktu yang cukup lama. Hal ini dimungkinkan karena tembikar merupakan barang kebutuhan manusia yang relatif murah, mudah dibuat, sederhana bentuknya dan fungsional. Tembikar merupakan salah satu unsur kebudayaan yang paling bersifat universal. Bahkan seorang pakar arkeologi mengatakan bahwa tembikar adalah asalnya arkeologi. Tembikar sebagai suatu bentuk data arkeologi yang penting artinya dapat dipelajari dari berbagai segi. Studi topologi yang memusatkan perhatian pada segi artefak. Misalnya, dapat menggambarkan cita rasa keindahan serta kepandaian teknologi masyarakat pembudaya. Sementara bentuk dan kegunaan tembikar akan menjelaskan aktifitas dan kebiasaan masyarakat pemakainya. Penyusunan skripsi yang diberi judul Tembikar dari Situs Mahmud Badaruddin Palembang: Sebuah Kajian teknologi ini merupakan studi teknologi yang mencoba mengungkapkan aspek-aspek teknologis tembikar melalui analisis petrologi yang sifatnya destruktif. Melalui analisis petrologi tersebut dapat diketahui hal-hal seperti komposisi bahan, kandungan air, tingkat kekerasan, serta kondisi tekstur. Bahan dasar tanah liat yang dipakai untuk membuat tembikar dari Situs Mahmud Badaruddin Palembang bersifat sangat plastis terbukti dari jumlah kandungan pasir sebagai bahan pencampur yang jauh lebih besar dibandingkan bahan dasarnya. Secara rata-rata perbandingan komposisi antar bahan dasar dan bahan pencampur adalah 27.50% dan 72.50%. selain itu kondisi kandungan airnya cukup tinggi maupun bahan mengalami pembakaran."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S11834
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Udin Human
"Berangkat dari pengamatan terhadap peta-peta dan data sejarah yang ada, penulis berasumsi bahwa Banten nampaknnya pernah roemiliki sarana pertahanan berupa tembok kota. Penelitian ini dimaksudkan sebagai upaya melacak keberadaan tembok kota sebagaimana yang pernah tampak pada peta-peta kuna tentang Banten. Mengingat penelitian ini berorientasi untuk memeperoleh kejelasan masalah tembok kota secara khusus, maka penelitian difokuskan pada tembok kota yang pernah diekskavasi oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (PUSLITARKENAS) dan Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Ekskavasi tersebut dilakukan tahun 1985-1988. Kecuali itu dalam melengkapi analisisnya, penulis melakukan ekskavasi berupa kotak uji untuk menelusuri bagian struktur tembok kota yang belum terungkap pada penelitian sebelumnya. Landasan hipotetis yang digunakan dalam ekskavasi tersebut adalah deskripsi peta tahun 1659 dan catatan V.I. van de Wall, sedangkan penelitian-penelitian sebelumnya digunakan sebagai landasan operasional dalam menentukan lokasi kotak uji Melalui penelitiannya penulis. membuktikan kebenaran bahwa di Banten Lama terdapat tembok yang berbentuk zig-zag dan lurus dengan masing-masing ciri teknologinya. Perkiraan umur tembok kota tersebut sekitar 115 tahun. Secara lebih pasti umur ini dapat ditentukan dengan merujuk peta tahun 1596, sehingga perkiraan umur menjadi sekitar 89 tahun. Peta tahun 1659 menunjukkan adanya tembok yang berbentuk lurus, berarti umur tembok berbentuk zig-zag di misi Utara sekitar 63 tahun, sedangkan tembok yang berbentuk lurus bertahan selama 28 tahun hingga tahun 1685. Penulis juga mencatat bahwa penyertaan pagar keliling sebagai tembok kota telah dikenal sejak awal-awal Masehi, bahkan lebih awal lagi. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa pagar keliling merupakan gejala umum, yang berguna untuk mempersiapkan pertahanan dan perlindungan di berbagai tempat. Dengan membedakan kota-kota di Jawa abad ke 16-19 secara geografis menjadi kota pantai dan kota pedalaman menunjukkan bahwa pagar keliling atau tembok kota selalu terdapat pada kota pantai, sedangkan pada kola pedalaman tembok tersebut mengelilingi istana atau keraton. Terdapatnya tembok kota pada kota pantai merupakan alasan untuk mempersiapkan pertahanan kota yang memadai, karena keletakkan kota yang lebih terbuka dari arah laut"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S11418
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Engelbertus Kastiarto
"Bangsa Belanda yang datang ke Batavia ternyata masih membawa cara-cara hidup di tanah leluhurnya yang diterapkan di Batavia. Mereka membangun peristirahatan dan saluran air serupa seperti di negaranya. Selain itu mereka dengan lambang-lambang (Coasts of Arms, yang merupakan tradisi dari Eropa selama abad-abad pertengahan. Lambang-lambang yang terdapat pada nisan kubur Belanda abad 17-18 M itu menunjukkan keanekaragaman dalam bentuk-bentuk penggambaran dan menyiratkan pelbagai aspek kehidupan pemiliknya. Hal tersebut merupakan latar belakang permasalahan skripsi ini yang mengolah 42 buah lambang dari 40 buah nisan kubur Belanda abad 17-18 M yang tersebar di tiga lokasi yaitu di museum Taman Prasasti Museum Wayang dan gereja Sion di Jakarta. Adapun tujuan penelitian ini adalah (1) klarifikasi bentuk-bentuk penggambaran unsur-unsur pengisi dan penghias lambang serta pengisi perisai dan unsur lambang lain pada lambang-lambang tersebut, (2) mengungkapkan kecenderungan pemakain bentuk-bentuk penggambaran lambang pada belbagai kelompok profesi/pekerjaan/jabatan masyarakat Belanda di Jakarta, (3) mengungkapkan latar belakang pembuatan setiap lambang. Tujuan penelitian yang pertama dicapai dengan memilah lambang-lambang tersebut berdasarkan unsur pengisi lambang, unsur penghias lambang, unsur pengisi perisai dan unsur lambang lain. Tujuan kedua dicapai dengan menggabungkan pengelompokkan inskripsi berdasarkan profesi/jabaran/pekerjaan yang dimiliki para pemilik lambang dnegan hasil-hasil pengidentifikasian bentuk penggambaran. Tujuan penelitian yang terakhir dicapai dengan mengkaitkan bentuk-bentuk penggambaran lambang dengan faktor-faktor seperti nama dan profesi pemiliki lambang. Dari hasil kajian terhadap lambang tersebut, dapat diidentifikasikan berbagai macam bentuk penggambaran dengan variasinga masing-masing seperti binatang, tumbuh-tumbuhan, unsur alam dan lain-lain. Terungkap pula adanya kecenderungan-kecenderungan untuk menggunakan bentuk bentuk penggambaran yang berkaitan dengan profesi pemiliki lambang serta adanya latar belakang tertentu yang melatari bentuk-bentuk penggambaran tersebut"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S11817
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmaya Kinardi
"Gua Braholo adalah salah satu gua yang terdapat di Situs Prasejarah Pegunungan Seribu bagian barat yang kaya akan tinggalan budaya manusia. Sisa_-sisa. hewan yang ditemukan di daerah berasosiasi dengan artefak litik, abu pembakaran, dan sisa tumbuhan dalam lapisan human yang tebal. Salah satu hal yang menarik adalah dijumpainya sisa Cercopithecidae dalam jumiah yang melimpah. Sisa-sisa Cercopithecidae ini berasosiasi dengan sisa hewan lain, sisa flora, arang, lapisan abu pembakaran, dan juga dengan limbah industri baik dari bahan tulang, batu, maupun moluska. Dan penghitungan 472 gigi bawah yang sisanya ditemukan di Situs Gua Braholo, dapat diketahui jumlah minimal individu (NMIc) Cercopithecidae sebanyak 80 individu yang terdiri dari 4 individu foetus, 2 individu infanta, 29 individu juvenil, 22 individu adult 1, 16 individu adult 2, 6 individu adult 3, dan 1 individu adult age. Sedangkan dari bentuk gigi, dapat diketahui bahwa famili Cercopithecidae. terdiri dari 2 kelompok, yaitu Cercopithecidae 1 dengan bentuk gigi lebih ramping dan memanjang secara mesio-distal dan Cercopithecidae 2 dengan bentuk gigi lebih tambun dan bulat secara bucco-lingual dan mesio-distal. Pada permukaan tulang Cercopithecidae terdapat jejak-jejak kultural yang ditinggalkan berupa pangkasan, striasi, lubang, upaman (permukaan yang halus) pada permukaan kortikal, serta jejak bakar. Dari jejak-jejak tersebut, dapat diasumsikan bahwa Cercopithecidae digunakan sebagai sumber pangan berupa jejak-jejak potong yang diduga merupakan akibat dari kegiatan pemrosesan hewan seperti pengulitan, pemisahan anggota tubuh, penyayatan untuk tujuan konsumsi dan penyimpanan, dan konsumsi sumsum tulang belakang (Binford, 1981:106). Selain itu, tulang Cercopithecidae juga diduga sebagai bahan dasar pembuatan alat tulang dilihat dari jejak-jejak berupa daerah pukul, pelubangan tulang, penggosokan permukaan tulang, usaha penajaman dan peruncingan tulang, serta jejak bakar."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S11958
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>