Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abdul Chalik Masulili
"ABSTRAK
Jenis penelitian ini adalah studi kasus kontrol untuk meIihat hubungan periiaku pengelola dan pengecer hidran dengan kontaminasi air hidran yang diterima konsumen dan secara deskriptif diiakukan pendalaman tentang keadaan hidran hidran di kecamatan Tambora.
Hasil penelitian ini ternyata (a) ada hubungan pengetahuan pengelola hidran dengan kontaminasi air hidran yang diterima konsumen; (b) tidak ada hubungan antara
sikap pengelola, pengetahuan pengecer, sikap pengecer dan perbuatan/tindakan pengelola dan pengecer terhadap kontaminasi air hidran yang diterima konsumen.
Dari hasil pendalaman mengenai keadaan hidran hidran di Kecamatan Tambora didapati: (a) kwalitas bakteriologik air PAM di kecamatan Tambora baik; (b) 58,06% kwalitas bakteriologik air hidran yang diterima konsumen mengala-
mi kontaminasi; (C) beberapa karakteristik fisik bak hidran di kecamatan Tambora belum memenuhi syarat yang layak untuk mencegah terjadinya kontaminasi.
Disarankan perlunya usaha usaha pencegahan dan pengawasan kontaminasi melalui pengetatan kriteria kelayakan perijinan pengoperasian hiran, kriteria perijinan
pendirian hidran dan peningkatan penyuluhan penyuluhan kepada pengelola, pengecer dan masyarakat konsumen air hidran.

"
1986
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzi Syarif
"Kota Tangerang adalah salah satu daerab yang berbatasan langsung dengan Jakarta dengan laju pertumbuban penduduk yang cukup tingg; mempunyai potensi kerentanan terhadap transmisi penyakit HIV / AIDS, mengingat potensi dan daya tarik Kota Tangerang sebagai daerah penyangga Ibu Kota Negara RJ dan sebagai; daerah Industri. Kasus peredaran dan pemakaian narkotika di wilayah Tangerang meningkat tajam, rata~rata meningkat hampir 100 persen per tahun.
Penelitian ini melihat faktor yang berhubungan dengan perilaku berisiko tertular HIV/AIDS pada remaja peduli HlV/AIDS di Kecamatan Ciledug Kota Tangerang yang sebagian anggotanya adalah pengguna/mantan pengguna narkoba dan terdapat juga penderita HIVIAIDS positif yang tergabung di bawah pembinaan Yayasan Pelita Ilmu bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Tangerang. Perilaku konsumsi narkoba berisiko adalah remaja yang mengkonsurnsi narkoba dengan menggunakan jarum suntik (injecting drug user) secara berganti pakai.
Disain penetitian cross sectional pada 206 responden remaja berusia 15-24 tahun yang berperilaku menggunakan narkoba suntik melalui wawancara langsung dengan berpedoman pada kuesioner, Karakterisitk remaja yang dimaksud adalah meliputi karakteristik pribadi (pengetahuan tentang HIV/AIDS,jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, status ekonomi~ posisi urutan dalam keluarga, status orang tua, dengan siapa tinggal), lingkungan sosial (keterpaparan pargaulan dengan pengguna narkoba, pola asuh orang tua, lingkungan tempat tinggal) dan karakteristik budaya. (masyarakat fanatisme .gama, daerah pendatang/campur, kegiatan di luar rumah).
Hasil analisis bivanat dengan chi square menunjukkan ada 8 (delapan) vanabel yang berhubungan erat (p < O.05) dengan perilaku pengguna narkoba berisiko yaitu tingkat pengetahuan, umur~ tingkat pendidikan, status ekonomi, status orang tua, pola asub orang tua, lingkungan tempat tinggal dan kegiatan di luar rumah. Hasil uji multivariat menunjukkan bahwa model terbentuk oleh variabel tingkat pengetahan, sosial ekonomi dan pola asuh. Hasil penelitian menunjukkan 55.3 %berisiko tertular H1VlAIDS. Remaja pengguna narkoba suntik yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang, mempunyal risiko 6,9 kali dibandingkan yang mempunyai tingkat pengetahuan baik, Remaja pengguna narkoba suntik yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi (SMU) rnempunyai risiko 5 kali dibandingkan yang mempunyal tingkat pendidikan rnenengah (5 SMU). Remaja pengguna narkoba suntik yang mendapalkan pola asuh damokrasi mempunyai risiko 5,3 kali dibandingkan mendapatkan pola asuh otoriter. Variabel yang paling dominan berhubungan dengan perilaku pengguna narkoba suntik berisiko adalah tingkat pengetahuan.
Dari hasil penelitian ini perlu ditingkatkan program surveilans perilaku kesehatan atau Risk Behavioral Surveillance Survey (BSS) pada remaja pengguna narkoba suntik yang komunitasnya udah jelas, misalnya di Iingkungan Lembaga Permasyarakatan (LP) Pemuda dan komunltas remaj. penYalahguna narkoba yang bergabung dalam Yayasan Pedull AIDS. Bagi Pemerintah Daerah Kota Tangerang berkoordinasi dengan KPAD (Komisi Penanggulangan AIDS Daerah) membuat regulasi kewajiban bagi seko1ah-sekolah tingkat meneogah (SLTP ke alas) untuk melakukan tes bebas narkoba secara periodik, misalnya setiap 6 (enam) bulan. Sedangkan bagi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) selaln melakukan penyuluhan Secara periodik tentang bahaya penyalahgunaan narkoba.

Tangerang city is one of area bordered with Jakarta. With a high rapid growth of citizen, Tangerang is potential place as epidemic transmission of HIV/AlDS. It is because Tangerang has a potential and function as a support city of Jakarta and as industrial area. The drug dealer and drug user cases in Tangerang is sharply increasing, on average a hundred percent a year.
This research is conducted to view the: connecting factor with risky behavior infected AIDS among young people who concerns with AIDS at Ciledug Tangerang. Those members are not only users and ex user but also an HIV positive. They are under Yayasan Pelita llmu which cooperated with health department. The risky drug user behavior is the Injected Drug User (IOU) young people who use drugs in turns.
The cross sectional research design with 206 young people respondents on age range 15~24 years old with behavior IDU is conducted by the writer. The writer uses direct interview with the respondent along with questioner. The risky drug user behaviour infected by AIDS meant covers: personal characteristic (their knowledge about HlV/AlDS, gender, age, educational level, economic status, position in family, parents status, whom he or she lived with), social environment (friendship with drug users, parenting models, neighborhood) and cultural characteristic (religious fanatism society, creole area, outdoor activity).
The result of bivariat analysis with chi-square shows there are eight close connected variables (p < 0.05) with the risky drug user behavior those are level of knowledge. age, educational level, economic status, parenting status, parenting model, social environment and outdoor activity. Multivariate test result shows that the models are formed by knowledge level. economic social. and parenting model. It shows that 55,3 percent are risked infected by HIV/AIDS The young people by Injected drugs users with low knowledge of HlV/AIDS have risk 6,9 times than young people who have better knowledge. The young people by Injected drugs users with high education level (high school) have five time risk than they who have lower education (:5 high school). The young people injected drugs users with democratic parenting model have risk 5,3 times than with otoriter parenting model the most dominant variable of injected drugs users behavior with risk is knowledge level.
This research result with the surveillance health behavior program or risk behavior surveillance survei (BSS) among injected young people which a1ready known community is needed to be increased, the 'example among young people prisoner. young people drugs users community that united in AlDS care foundation. For Tangerang city government need to coordinate the local comission of AIDS tackling to make strick regulation for junior and high sehool to hold free drugs: test periodically~ for example every six months. While for institution of independence society (LSM) always do health promotion about the dangerous of drugs users periodically.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T32028
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trini Nurwati
"Dosen sebagai tenaga pengajar dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dosen sebagai bagian dari proses belajar mengajar dan dosen sebagai individu. Sebagai bagian dari proses belajar mengajar dituntut untuk menjadi tenaga profesional pendidikan dengan segala kompetensi yang dipersyaratkan, termasuk didalamnya mampu mengelola proses belajar mengajar dengan balk. Sebagai seorang individu dosen tak lepas dari adanya faktor-faktor yang akan selalu berbeda antara yang satu dengan yang lain. Faktor-faktor tersebut meliputi umur, jenis kelimin, latar belakang pendidikan, pelatihan yang pernah diikuti, akta mengajar yang pernah diikuti, pengalaman mengajar dan beban mengajarnya.
Sesuai dengan tugas dan peranannya seorang dosen harus mempunyai kompetensi mengajar sehingga menghasilkan lulusan yang bermutu, handal dan profesional. Para dosen akademi keperawatan swasta juga memiliki berbagai keanekaragaman faktor-faktor yang dimilikinya dan berdasarkan hasil wawancara dan catatan hasil ujian semesteran MK 105, MK 213, MK 217, MK 320 temyata masih banyak mahasiswa yang memperoleh nilai di bawah nilai kelulusan sehingga harus ikut ujian ulang (her). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan inforrnasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kompetensi mengajar dosen akademi keperawatan swasta di kota Bandung.
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan desain cross sectional . Lokasi penelitian adalah di Bandung, di Akper Borromeus, Akper Bhakti Kencana, Akper Bidara mukti dan Akper Achmad Yani. Pola penelitian ini tidak dilakukan pengambilan sampel karena semua dosen yang mengajar 4 mata kuliah keahlian sebanyak 75 orang dijadikan responden. Pengumpulan data primer dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada dosen yang mengajar MK 105, MK 213, MK 217, dan MK 320 clan kepada mahasiswa tahun ke I, II, III yang terpilih untuk melakukan penilaian kompetensi mengajar dosen . Analisis data terdki dari analisis univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil penelitian menunjukkan 62,7% dosen memiliki kompetensi mengajar cukup baik. Dari basil analisis bivariat diketahui latar belakang pendidikan dengan nilai p value = 0,020, beban mengajar dengan nilai p value = 0,030 dan umur dengan nilai p value = 0,020 mempunyai hubungan bermakna dengan kornpetensi mengajar. Hasil analisis multivariat dengan regresi logistik menunjukkan hanya latar belakang pendidikan yang berhubungan bermakna dengan kompetensi mengajar dengan nilai OR 4,88 setelah dikontrol oleh variabel akta mengajar, beban mengajar, dan umur.
Disarankan kepada Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan agar membuat suatu kebijakan bagi tenaga pengajar yang akan mengikuti pendidikan lanjut harus relevan dengan bidang keahliannya. Bagi Kanwil Depkes Propinsi agar melakukan pembinaan intensif kepada, institusi swasta. Bagi pimpinan Akademi Keperawatan agar disusun suatu program untuk meningkatkan kompetensi mengajar dengan menambah penguasaan pengetahuan/bahan pengajaran melalui pendidikan lanjut, pelatihan bidang studi dan pendidikan akta mengajar. Bagi dosen akademi keperawatan agar berusaha meningkatkan kompetensi mengajarnya melalui pendidikan lanjut, pendidikan akta mengajar atau latihan mengajar sendiri. Bagi peneliti lain agar diadakan penelitian sejenis dengan cakupan populasi yang lebih leas dan variabel penelitian yang lebih banyak.
Daftar Pustaka : 40 (1974 -1999)

Factors Related to Lecturer's Teaching Competence in Teaching Expertise Subject at Private Nurse Academy, Bandung, 2000Lecture as a teaching instructor can be seen from two dimensions, i.e. lecturer as a part of teaching-learning interaction and as an individual. As a part of teaching-learning interaction, lecturer is demanded to be a professional educator with all competence required, including teaching-learning management. As an individual, lecturer depends on some factors which differ from one another such as age, gender, education background, training, teaching certificate (AKTA), teaching experience and his/her teaching load.
A lecturer has to have teaching competence in order to bear high quality, reliable and professional graduates. Lecturers at private nurse academy also have various factors and based on interview and semester-test result of MK 105, MK 213, MK 217, MK 320 turned out that many students had. scores below passing grades. Therefore they have to makeup exam. Moreover this research has objective to obtain information about some factors related to lecturer's teaching competence at private nurse academy in Bandung.
The research were carried out in Bandung at Akper Borromeus, Akper Bhakti Kencana, Akper Bidara Mukti, and Akper Achmad Yani by using cross sectional design. This research didn't take sample for there are 75 respondents who teach four expertise subjects. Primary data is carried out by givings questioners to lecturers who teach MK 105, MK 213, MK 217, and MX 320 and to students from first, second and third year who are chosen to evaluate lecturer's teaching competence.
Analysis is carried out with univariat to find out frequency distribution. Bivariat analysis with simple logistics regression to find out the relation between independent variable and dependent variable; and confounding variable and dependent variable. Multivariat analysis with logistic regression to find out at the sometime some independent variables and confounding variables which is estimated influence dependent variable.
The result showed 62,7% lecturers have good teaching competence. The result of bivariat analysis was found out education background with score p value = 0.020; teaching load with score p value = 0,030 and age with score p value = 0.020 had correlation with teaching competence. The result of multivariat analysis with logistic regression was found out education background had correlation with teaching competense with score Odds Ratio or OR 4.88 after controlled by teaching certificate variable (AKTA), teaching load and age.
Based on the result of this research, we suggest the Center for Education for Health Personnel (Pusdiknakes) make a policy for teaching staffs who are going to take further education should be relevant to their competencies. Provincial Health Department (Kanwil Depkes) should give intensive assistance to private institutions especially for quantity and qualification of permanent and part-time teaching staffs. Nurse academy director should design programs to increase teaching competence by adding the mastery of knowledge/teaching material through further education, subject material training. Lecturer at nurse academy should try to upgrade his/her teaching competence through further education or self-practice teaching. Other researchers should carry out similar research in the future with larger respondents and variables.
References : 40 (1974 -1999)"
2000
T5142
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Basaku Veronica
"Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika serta Zat Adiktif lainnya (Narkoba) dewasa ini telah mencapai situasi yang mengkhawatirkan sehingga menjadi masalah nasional yang sangal mendesak dan memperihatinkan karena korban penyalahgunaan Narkoba cenderung meningkat dan sebagian besar berpendidikan SMU dan berusia sekitar 15 sampai dengan 24 tahun. Penyalahgunaan Narkoba adalah merupakan penyakit endemik dalam masyarakat modern, merupakan penyakit yang berulang kali kambuh (43,9%) dan memerlukan upaya penanggulangan secara universal baik dari segi prevensi, terapi maupun rehabilitasi.
Penelitian ini merupakan analisis data primer yang dikumpulkan dari lima SMU Negeri Wilayah Jakarta Timur, dengan rancangan penelitian "Case Control" terhadap 370 kasus penyalahguna Narkoba dan 1480 kontrol bukan penyalahguna Narkoba.
Hasil analisis bivariat dari sejumlah variabel independen terhadap penyalahgunaan Narkoba menunjukkan bahwa variabel kesibukan ayah & Ibu, hubungan interpersonal dengan ayah & ibu pengawasan orang tua, status orang tua, pengetahuan tentang Narkoba, sikap terhadap upaya penanggulangan Narkoba serta pengaruh bergaul dengan teman penyalahguna Narkoba mempunya hubungan yang signifikan ( p value < 0,05).
Analisa multivariat regresi logistik dengan variabel dependen penyalahgunaan Narkoba yang bertahan dalam model, sehingga diperoleh faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap penyalahgunaan Narkoba adalah hubungan interpersonal dengan ayah & ibu, kegiatan ibu pengawasan orang tua serta bergaul dengan teman penyalahguna Narkoba ( peer group).

The Effect of Several Factor to Drug Abuse in Five Senior High School in Jakarta Timur Drug abuse is a community health problem in modem society. Today, this advantag problem had spread in senior high school and they need a special intervention in preventive theurapeutics, and rehabilitation.
This research is a case control design. The primary data had collecting in five senior hig school in Jakarta Timur. The number of subject research is 370 case and 1480 control.
The results of bivariate analysis had indicated that the parent activity; the interperson relationship between son and his parent; the parent controlling; the parent states; knowledge ar, attitudes about the drug; and the pair group are shown significance effect at 95% confidenc intervals.
With binary logistic regression analysis, we found that determinant factor of drug abu: problem in senior high school are the interpersonal relationship between son and his parent; t] parent activity; and the pair group.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T9142
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sjarifah Salmah
"Bagi remaja kelompok usia 10 - 19 tahun, pendidikan kesehatan reproduksi merupakan pendekatan awal yang bersifat preventif. Pendekatan ini dilakukan dengan harapan agar remaja dapat menyayangi dan memelihara kesehatan reproduksinya, sehingga mereka terhindar dari hal-hal yang berhubungan dengan antara lain kehamilan pada usia muda dan akibat yang ditimbulkannya. Komsumsi gizi yang mencukupi, menjadikan remaja secara biologis lebih cepat tumbuh dibandingkan tahun-tahun yang lalu. Pengaruh arus globalisasi dan rasa ingin tahu yang menonjol perlu mendapat jawaban yang benar, agar mereka tidak salah menghadapi tantangan kebutuhan biologis yang meronta dalam pertumbuhannya. Jenis penelitian ini adalah eksperimen lapangan dengan desain dasar "non equivalent control group" dan diubah menjadi "modified control group" agar sesuai dengan tujuan penelitian. Analisis statistik dilakukan dengan uji univariat dan bivariat.
Hasil penelitian : 1. Pengetahuan responden meningkat secara bermakna pada kedua metode. 2. Perubahan sikap hanya terjadi pada metode ceramah. 3. Metode ceramah lebih efektif meningkatkan pengetahuan responden. 4. Pendidikan dan pekerjaan ibu/bapak responden tidak tampak banyak berperan/berkontribusi dalam memberikan pengetahuan kesehatan reproduksi kepada anak remajanya.
Kesimpulan : Kedua metode dapat meningkatkan pengetahuan responden, namun metode ceramah lebih efektif meningkatkan pengetahuan dibandingkan metode simulasi; Kedua metode tidak berpengaruh kepada retensi memori responden.
Saran : Agar remaja menyayangi dan memelihara kesehatan reproduksinya, maka pengetahuan tentang alat reproduksi pria dan wanita, hormon dan fungsinya, dan pola reproduksi sehat perlu diberikan pada siswa kelas II ke atas.;The effect of Game and Lecture Methods on the Reproduction Health EducationFor the teenagers of 10 - 19 years of age, reproduction health education is one of the preventive approaches to the sex related problems.

The objective of this approach is to make the teen-agers care and maintain their reproduction health, so that they will be prevented from facing certain problem such as young woman pregnancy and its related consequences. As the result of consuming nutritious food, the teen-agers can physically grow faster than those of the previous years. Their feeling of curiosity in sexual issues in addition to the influence of globalization upon them should be tackled in a correct manner so that they will be able to cope with their biological needs positively during the course of their growth. Statistical analysis is applied by using univariate and bivariate examinations.
The results of the research : 1. The respondents improves significantly after the application of the two methods, 2. The lecture method is, however, more effective in improving the knowledge of the respondent, 3. The alteration of attitude exists in the lecture method, 4. There is no indication that the professions and educational background of the parents have influenced the improvement of the knowledge on the reproduction health of their children.
Conclusion : The two methods can improve the knowledge of the respondent. The lecture method is however, more effective than the simulation method. The two method have no significant influence for the retention of the respondents' memories.
Suggestion : In order that the teenagers can care and maintain their reproduction health, it is suggested that the knowledge on the male and female reproduction organs, hormones and their functions, as well as healthy reproduction patterns be taught to the students of the second or higher grades of the secondary high schools.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baidarsyah Osman
"ABSTRAK
Diketahui bahwa penyakit diare terutama pada balita masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan, penyediaan air bersih, keadaan gizi balita, dan penyakit infeksi yang menyertai diare, serta masalah pendidikan dan keadaan sosio-ekonomi orang tua balita. Beberapa Cara untuk penyediaan air bersih sampai kerumah-rumah ialah antara lain dengan mengadakan sumur gali, sumur pompa tangan dan perpipaan. Di Kotamadya Bogor, walaupun ada Perusahaan Daerah Air Minum yang menyediakan air bersih untuk penduduk perkotaan dengan air ledeng, namun masih banyak masyarakat menggunakan sumur gali (sebanyak 8871 buah) sebagai sumber air minumnya karena tidak perlu membayar retribusi pada pemerintah daerah. Sedangkan cakupannya baru 49,7 % . Adanya cakupan yang rendah ini menunjukan adanya masalah yang berkaitan dengan pengelolaan atau manajemen kegiatan kaporisasi.
Bila manajemen kegiatan kaporisasi ini dapat diperbaiki tentu Baja cakupan penyediaan air bersih akan dapat lebih diperluas lagi dan diharapkan akan menberikan kontribusi yang lebih bermakna dalam penekanan kasus diare di Kotamadya Bogor.
Penelitian ini menggunakan pendekatan siklus pemecahan masalah (problem solving cycle), yakni memotret kegiatan manajemen saat ini dan kemudian membandingkannya dengan manajemen yang seharusnya. Bila ada terdapat kesenjangan manajemen baik dalam komponen input, proses ataupun output, maka akan dicarikan alternatif pemecahannya untuk disarankan kepada administrator kegiatan yang dalam hal ini ialah pihak petugas Dinas Kesehatan Dati II Kotamadya Bogor.
Hasil temuan penelitian tahun 1992 yang diperoleh (cakupan sumur gall yang telah diberi kaporit) jauh lebih besar dari laporan evaluasi petugas. Namun pemahaman petugas dan masyarakat pengguna kaporit tentang manfaat kaporit masih belum optimal. Kesimpulannya ialah bahwa manajemen kegiatan kaporisasi di kotamadya Bogor masih lemah dan perlu ditingkatkan lagi.
Sehubungan dengan hal tersebut maka peneliti perlu mengajukan saran kepada pihak Dinas kesehatan Dati II Kotamadya Bogor untuk perbaikan sebagai berikut:
Agar kegiatan kaporisasi dapat didokumentasi dengan baik. Perlunya dilakukan pendidikan latihan sambil jalan (on the job trainning) bagi petugas yang terkait dalain pengelolaan kegiatan kaporisasi, yaitu sanitarian tingkat Dati II dan tingkat puskesmas.
Pihak dinas Kesehatan Dati II Kotamadya Bogor harus mempertahankan keadaan peran serta masyarakat yang sudah tinggi ini dengan memberikan ganjaran misalnya berupa pemberian sertifikat atau pakaian seragam sebagai penghargaan.
Pihak Dinas Kesehatan Dati II haruslah membuat fungsi pengawasan / pengendalian lebih efektif, dengan cara melakukan supervisi dan bimbingan teknis lebih sering.

ABSTRACT
One of the health problem in developing countries is diarrhea disease, especially in under-five children. This problem related to environment sanitation, water supply, under-five nutritional status, infectious diseases superimposed by diarrhea, and low education & socio-economic status. Water resources to houses can be from wells, pumps, and water pipe supply system. Although water pipe supply is exist in Kodya Bogor, but there are 6871 wells used by households in Kodya Bogor. The performance of the chlorination was only 49,7 % in 1982.
The low performance activity program is related to management of the activity. Improvement of many managerial aspects can improve the coverage of save water.
This research applied problem solving cycle approach, and to portrait current management and compare it to the actual situation. Any gap in input, process and output factors will then be discussed its problem. solving alternatives.
This study found that problem achievement in 1992 reported by health provider was much lower then proportion of households use chlorination for their wells (48,7 & versus 83 X). This can be explained that feedback mechanism need to be improved. Data showed that health center staff never reported their activities. Other possible explanation of the high coverage is the high participation of community through Posyandu activities.
Based on the results, this study proposed recommendations, as follows: Perfect documentation of chlorination activities.
District health office should provide on-the-job training to hygienist at district & sub district levels to improve their management skills & capacities.
District health office must maintain the current coverage and reach the unleash by giving the community cadres (Posyandu staff) incentives such as certificate or uniform as rewarding. District health office must do the controlling more effective by doing frequent and continuous supervisions.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pane, Erlinawati
"Pembuangan kotoran manusia yang tidak memenuhi syarnt keschatan berperan langsung dalam meningkntnyn insiden penyalkil-penyaldit infeksi, seperti diare, kecacingan, dan lain-lain. Salah satu indikator Perilalu Hidup Bersih dan Sehat (PHIBS) adalah penggunaan jamban schat. Secara nasional persentase rumah tangga yang menggunakan jamban sehat sebesar 39 %, dipernkotaan (60 %) jauh lebih tinggi dibanding perdesaan (23 %). Penggunaan jamban merupalan salah satu prioritas masalah keschatan di perdesaan temasuk Desa Suknmuri yang berada di wilayah
Kabupaien Bckasi, dimana hanya 19,8 % rumah tangga yang memiliki jamban.
Tujuan penelitian ini adalab untuk mengetahul determinan perilaku keluarga terhadap penggunaan jamban di Desa Suamuni. Penclitian ini menggunalan desain cross-sectional. Sunpel adaldh ibu rumuh tangga yang mempunyai annk balita sebanyak 196 responden yaug dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2008. Pengumpulan data dilalcukan dengan wawancara langsung menggunakan kucsioncr.
Hasil penclitian menunjukkan bahwa hanya 46,4 % kcluarga yang menggunakan jamban, scdangkan yang tidak menggunakan jamban (53.6 %) unumnya menggunakan sungai (55,2 %) dan cmpang (38,1 %) sebagai saruna buang air besar. Analisis bivariat dengan uji statistik Chi Squore menunjuklan semua variabel yang dileliti nempunyai
hubungan bemakna, yaitu pendidikan, pengetahuan, sikap, kepemilikan jamban. kctersediaan sarana air bersih, pembinaan oleh petugas Puskesmas dan dukungan aparat
desa, kader Posyandu & LSM dengan perilaku kelunrga terhadap penggunaan jamnban.It has been lcnown that human wasto disposal which not meet bealth quirement will yield direct impact on clevating tho Incidences of various
ses, such as diamhez, worm infoction, and many more. One of ind Clean and Hcalthy Life Behavior (PHBS-Periaku Bersih dan Schat) is the utilization of hcalthy latine. National figure showed that only 399 houschold are using hcalthy latrine, which 60% in the city, which is very much higher compare to 23% in countryside or rural area. Latrine utilization is one of important health probiem in rural area as in Desa Sukamumi where is located under the area of Kabupaten Bekasi. There are only 19.89o of bousehold have its own latrine in Desa Sulamumi.
The purpose of the study is to cxplore the family bchavior determinant on latrine utilization at Desa Sukamumi, using cross sectional design. The sample is women who have child or children under five. Samplc is then comprises of 196 respondents. Data are collected from April to May 2008, using direct interview with a structured questionnaire.
Result showed that only 46.4% households are occupying latrine, and the restare using a river (55.2%) and pond (38.1%) to defecate. As bivariate analysis of Chi
Square test showed that all variables are statistically have significant relationship with family's behavior on latrine utilization. Those variables are: education,
knowledge, attitude, latrinc ownership, availability on clcan water, IEC from health provider of puskesmas, and support from village leader, posyandu cadres, and related."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sudirman Purawidjaja
"Menurut WHO dalam laporan Kesehatan Dunia 1997, ISPA merupakan masalah kesehatan yang besar terutama di negara berkembang. Kematian akibat ISPA, terutama Pneumonia sebesar 13,5% (1,5 juta) dari angka kematian total (11,1 Juta). Di Indonesia Angka kematian Pneumonia balita tersebut pada akhir Pelita V diperkirakan 6 per 1000 balita. Angka kematian Bayi di Kabupaten Bandung berdasarkan estimasi pada tahun 1998 adalah 46,11 per 1000 Kelahiran hidup.
Berkembangnya tingkat kesakitan dan kematian karena Pneumonia bisa dilihat dari kemampuan ibu memberi pertolongan dan perawatan penunjang baku, kemampuan keluarga membedakan derajat ISPA Bukan Pneumonia dan Pneumonia, membawa anak mereka lebih awal bagi pengobatan khusus ke tempat pelayanan kesehatan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan praktek penanganan ISPA oleh ibu di tingkat keluarga dengan kejadian Pneumonia balita di wilayah Puskesmas Kabupaten Bandung tahun 2000.
Jenis penelitian ini adalah kasus kontrol. Penelitian ini mengambil sampel 150 penderita Pneumonia pada balita yang datang ke Puskesmas dan berdomisili di wilayah Puskesmas Kabupaten Bandung sedangkan 150 kontrol adalah tetangga kasus yang sudah sembuh dari pneumonia dan Bukan Pneumonia. Alpha 0,05; Power of the test 80%. Data diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner pada ibu balita dan dilakukan observasi dengan cara pengukuran dan pengamatan untuk mendapatkan data ventilasi, kepadatan rumah. Entri data menggunakan Epi Info Versi 6.0, analisis data menggunakan Stata versi 6 dan Stata Trasfers. Analisis meliputi analisis univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil akhir analisis multivariat adalah bermaknanya hubungan praktek penanganan ISPA oleh ibu di tingkat keluarga dengan kejadian Pneumonia (cOR 2,87 ; 95% CI 1,42 - 5,79; p = 0,0027), setelah dikontrol dengan gizi balita, ekonomi keluarga hubungan tersebut tetap bermakia (aOR 2,32; 95% CI 1,09 - 4,94; p = 0,028) ), dan Population Attributable Risk(PAR) =99%. Variabel yang dimasukan dalam model akhir adalah, ekonomi keluarga dengan pertimbangan substantif diyakini dapat mengganggu hubungan praktek penanganan ISPA oleh ibu di tingkat keluarga terhadap kejadian Pneumonia. Pengaruh variabel utama dan kovariat secara bersama-sama adalah dengan persamaan Logit P(kejadian Pneumonia) = - 1,3658 + (0,7821)praktek penanganan ISPA oleh ibu di tingkat keluarga + (1,1005) ekonomi keluarga.
Saran operasional antara lain peningkatan pengetahuan melalui penyuluhan dan pendidikan kesehatan bagi petugas, ibu balita dalam deteksi dini mengenai hal-hal yang berhubungan dengan ISPA atau Pneumonia.
Saran penelitian antara lain perlu dilakukan Riset Operational mengenai Pengembangan Kemitraan dengan LSM, Tokoh Agama. Perlu dilakukan Riset Operasional mengenai pengembangan media dan pesan untuk kegiatan komunikasi yang mudah dipahami, disukai oleh masyarakat.

The Relationship between Acute Respiratory Tract Infection (ARI) Handle Practice by Mother in the Family Level with Incidence of Under-five Children Pneumonia in Public Health Services Bandung District in Year 2000According to WHO (World Health Organization) in the world healthy report in 1997, Acute Respiratory Infection (ARI) was the biggest health problem especially in developing countries. The death from ARI, especially Pneumonia was 13,5% (1,5 million) from the total death rate (11,1 million). In Indonesia, under five children mortality rate from Pneumonia by the end of Five Year Development Plan was about 6 /1000 under five children. The infant mortality rate in Bandung District based on estimation in1998 was 46,11/1000 living birth.
The development of Pneumonia morbidity and mortality can be seen from the ability of mother to give a help and to take care of their to provide a standardized supporting maintenance, the family ability to distinguish ARI degree is Un Pneumonia and the Pneumonia, taking their children early to the special treatment in a health care centre. This research is done to discover the relationship between ARI handle practice in the family level with incidence of under five children Pneumonia Bandung District Public health service 2000. The type of this research is case control. The research took 150 sample under five children with Pneumonia coming to Public health service whose domiciles were in jurisdiction of Bandung District Public health service, while 150 control was the neighborhood cases whose recovery from Pneumonia and Un Pneumonia. Alfa 0,05, power of the test 80%. Data were taken from interview that we've don using questionnaires to under five mother and we've don also an observation by measurement and observation in order to obtain data on both ventilation and houses entity. Entry data used Epi Info version 6.0, while data analysis used Stata version 6, and Stata transfers. The analysis involved univariate, bivariate, multivariate analysis.
The final result of multivariate analysis is how significance the relationship between ARI handle practice by mother in the family level with the under five children Pneumonia incidence (cOR 2,87; 95% CI 1,42-5,79; p = 0,0027), after being controlled by under five children nutrien, the family financial, the relation is still significance (aOR 2,32; 955 CI 1,09-4,94; p = 0,028) and Population Attributable Risk (PAR) = 99%. The variable included in the final model is family financial with a substantive consideration, is able to confound he relationship between ARI handle practice by mother in family level to Pneumonia incidence. The main variable influence and the covariate collectively is Logit P (Pneumonia incidence) = -(-1,3558 + 0,7821( ARI handle practice by mother in family level) + 1,1005 (family financial).
The operational suggest that is the knowledge increase through the espionage and health education for the officer, under five children mother in detecting early anything related to ARI or Pneumonia.
The research suggest that is it's necessary to do the operational riset about partner development with Non Government Organization (NGO) and a religious Leader, media and massage development for the communication which is easy to understand and likeable for the community.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T5773
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tjie Anita Payapo
"Diabetes mellitus adalah penyakit sistemik kronik yang bersifat genetik dan dapat menimbulkan berbagai komplikasi pada berbagai organ tubuh termasuk kaki, yang diawali oleh gejala yang ringan seperti rasa baal hingga gejala yang serius seperti timbulnya gangren. Kejadien ini memberikan kerugian terutamabagi pasien dan keluarga, tenaga kesehatan maupun rumah sakit Selain hari rawat akan bertambah, perawatan di rumah sakit membutuhkan biaya yang tidak sedikit, dan tidak jarang pasien akan mengalami gangguan fungsi tubuh.
Guna mengantisipasi masalah tersebut, skink tahun 1993 telah dilakukan penyuluhan kesehatan oleh tim edukasi dari Sentral Informasi Diabetus dan Lipid di poliklinik Metabalilk Endokrin RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta Kegiatan mencakup penyuluhan kesehatan khususnya tentang cara perawatan kaki bagi semua pasien baru diabetes minimal satu kali dalam sebulan. Kegiatan merawat kaki merupakan suatu tindakan yang efisien dan efektif apabila dilakukan secara teratur.
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor-hktor yang ada didalam Model Keyakinan Kesehatan yang terdiri dari persepsi pasien ( kerentanan, keseriusan, manfaat, rintangan dan pendarong) tentang kaki diabetik dengan kepatuhan melakukan perawatan kaki.
Penelitian ini dilakukan menggunakan disain cross sectional survei dengan responden pasien diabetes yang datang kontrol dan berobat ke polikinik Metabolik Endokrin. Sampel sebanyak 104 orang, pengumpulan data dilakukan dengan jalan wawancara dengan menggunakan pertanyaan terstruktur yang ada pada kuesioner serta observasi tanda- tanda fisik, untuk melihat tingkatan kepatuhan seseorang. Analisie statistik dilakukan dengan univariat, Kai Kuadrat untuk melihat hubungan variabel dependen dengan satu set variabel independen. Untuk mengetahui variabel independen yang paling berpengaruh serta variabel kontrol yang berperan sebagai confounder maka dilakukan uji multivariat regresi logistik.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara persepsi terhadap rintangan sehingga dapat dikatakan bahwa responden yang merasa mendapat sedikit rintangan dalam merawat kaki, 2,63 kali lebih patuh dari pada pasien yang menganggap akan menemui banyak rintangan dalam merawat kaki setelah dikontrol oleh variabel pengetahuan dan pekerjaan.
Sesuai dengan hasil penelitian ini, untuk meningkatkan kepatuhan pasien diabetes dalam merawat kaki, maka petugas kesehatan perlu untuk melakukan upaya-upaya untuk mengurangi rintangan yang dihadapi pasien dalam merawat kaki, antara lain menyusun jadual perawatan kaki sesuai dengan kegiatan pasien dan penambahan media audiovisual dalam ruang penyuluhan untuk mempermudah pemahaman pasien terhadap objek yang dilihat dan didengar oleh pasien.

Diabetes Mellitus is a chronic systemic disease which has a genetical character and can generate many complication at a few part of the body, including feet, that begin by simple symptom like parassthesia until a serious symptom like gangrene. This situation canted a loss especially to the patient and their family, health practitioner and also the hospital. On top of the treatment's day will increase in the hospital and unsparsely, patient will suffer body disfunction.
To overcome this problem, since 1993 health counseling has been performed by education team from Sentral Informasi Diabetes & Lipid at Metabolic Endocrine clinic of RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta The activity cover counseling education, specially the procedure of legs nursing to all new diabetic patients, minimal once a month Legs nursing activity is an efficient and effective action if applicated regularly.
Based on the legs nursing activity, this research is aimed to know the correlation between factors in Health Belief Model with patient perception ( susceptibility, seriousness, benefits, barriers and support) about the diabetic foot with their compliance to conduct legs nursing.
The research was conducted by cross sectional survey's design through participation of diabetic patient who came to have treatment at metabolic endocrine's clinic. The amount of the sample is 104 patients, the data is collected through interview based on questionnaire and observation of physical sign to measure the level of compliance.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1999
T5778
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramonasari Nazahar
"ABSTRAK
Tuberkulosis (TB) paru masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Perilaku kepatuhan/keteraturan berobat merupakan kunci utama dalam pemberantasan penyakit ini. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor yang mempunyai hubungan dengan perilaku kepatuhan berobat penderita TB paru.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempunyai hubungan dengan perilaku kepatuhan berobat penderita TB paru yang berobat di Poli Paru Rumah Sakit Persahabatan Jakarta. Penelitian dilaksanakan pada bulan September dan Oktober 1996. Desain penelitian adalah cross sectional. Populasi penelitian adalah semua penderita TB paru yang berobat pada bulan September dan Oktober; sedangkan sampel yang diambil berjumlah 128 orang, merupakan seluruh penderita TB paru yang berobat di Rumah Sakit Persahabatan Jakarta, yang mendapat pengobatan jangka pendek dengan paduan OAT dan sudah teratur datang korrtrol ulang sesuai anjuran dokter selam 3 sampai 5 bulan. Perilaku kepatuhan dibagi dalam dua kategori yaitu patuh dan kurang patuh dilihat dari tanggal kedatangan. Pengumpuian data dilakukan oleh peneliti sendiri dengan cara wawancara langsung dengan penderita TB paru, berpedoman pada kuesioner yang telah dibuat.
Hasil analisis univariat membuktikan bahwa sebanyak 81 orang (63,2%) kurang patuh berobat dan yang patuh berobat 47 orang (36,8 %). Hasil analisis bivariat terhadap B variabel bebas dengan variabel terikat, ternyata menghasilkan 2 variabel yang mempunyai hubungan bermakna (p <0,05). Pertama, yaitu antar variabel pengetahuan dengan perilaku kepatuhan berobat , nilai Odds Ratio 2,63 (95% CI:1,14-20,66 p=0,026), yang berarti bahwa diantara responden yang kurang patuh berobat ternyata mereka yang berpengetahuan kurang mengenai penyakit TB Paru akan berperilaku 2,6 kali lebih sering tidak datang kontrol ulang sesuai anjuran dokter dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan baik. Kedua, yaitu antara variabel jarak dengan perilaku kepatuhan berobat dengan nilai Odds Ratio= 2,74 (95%Ci: 1,19-6,33 p=0,014) menunjukkan bahwa diantara responden yang kurang patuh berobat ternyata mereka yang merasa jarak tempat berobatnya jauh, mempunyai kemungkinan 2,7 kali lebih sering tidak datang kontrol ulang sesuai anjuran dokter dibandingkan dengan responden yang merasa jarak tempat berobatnya dekat.
Hasil analisis multivariat dengan metoda regresi logistik dari 8 variabel bebas yang diambil sebagai model, temyata hanya satu variabel yang mempunyai hubungan bermakna ( p< 0,05), yaitu jarak dengan nilai Odds ratio 2,8 p=0,01. ini membuktikan bahwa setelah terjadi interaksi antar variabel, ternyata hanya variabel jarak mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perilaku kepatuhan berobat penderita TB paru. Model regressi yang dibuat ternyata dapat menjelaskan sebanyak 69,5 % variasi kepatuhan berobat sebagai dependen variabel, yang sangat dipengaruhi oleh jarak tempat berobat.
Dengan demikian dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa jarak (Km, waktu dan kemudahan) untuk mencapai tempat berobat merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam mempengaruhi perilaku kepatuhan berobat penderita datang kontrol ulang sesuai anjuran dokter, dengan tidak menyampingkan faktor faktor lainnya.
Meningkatkan motivasi dengan kunjungan rumah oleh petugas secara berkala minimal 1-2 kali dalam masa pengobatan dan mendekatkan pelayanan kesehatan (merujuk ke puskesmas terdekat) untuk pengobatan selanjutnya merupakan suatu afternatif yang terbaik. Tentunya dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan di Puskesmas yang diharapkan minimal mendekati sama dengan pelayanan di Poli Paru Rumah Sakit Persahabatan Jakarta. Disamping itu perlu meningkatkan pendidikan kesehatan kepada penderita TB paru yang disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan pengetahuannya tentang penyakit TB paru.
Factors with Relationship to Medical Compliance Behavior of Patients with Lung Tuberculosis at the Jakarta Persahabatan Hospital in 1996Lung Tuberculosis (TB) is still a serious public health problem in developing countries, including Indonesia. Medical compliance is the key to the control of this disease. Therefore it is important to know factors which has relationship with medical compliance of TB patients.
The goal of this research is to find out factors which have relationship with compliance behavior of TB patients who are treated on a short term program with anti tuberculosis medication at the Jakarta Persahabatan Hospital. The research was performed in September and October 1996, using a cross sectional approach. The population consist of all patients treated on a short term program with anti tuberculosis medications at the Jakarta Persahabatan Hospital on September and October 1996. Purposive sampling resulted in a total of 128 samples, all lung TB patients who were treated on a short term program with anti tuberculosis medications and did comply with medical regimens for 3 to 6 months. Compliance were devided into two categories, compliance and noncompliance to consistancy and regularity in time of monthly check up according to doctor's advise. Data were collected by the researcher herself by means of a quetinnaire with previously fixed respons options.
Statistical univariate analysis shows that 81 patients (63,2%) do not comply and 47 patients (36,8%) do comply with medical regimens. Bivariate analysis between the eight independent varibles (knowledge, attitude, perseption, distance from medical facility, availability of medications in the Pharmacy, health provider's attitude, relative's attitude and colleage friend's attitude) with the dependent variable (compliance) resulted that only two variables has significant relationship ( p<0,05 ), which are: Between knowledge with medical compliance with Odds Ratio of 2,63 (95% CI; 1.14 - 20.66, p=0.026), which means that among noncompliers those with low knowledge about tuberculosis, its prevention and control, will behave 2.63 times more often neglect doctor's advise to follow the medical regimens, compared to those with good knowledge.
1) Between distance to health facility with medical compliance with Odds Ratio of 2.74 (95% Cl; 1.19 - 6.33, p=0.014), which means that among the noncopliers those patients who feel the distance is far, will behave 2.74 times more often neglect doctors advise to follow the medical regimens, compared to those who feel the distance is short.
2) Multivariate analysis with logistic regression between the eight independent variables with the dependent variable (compliance behavior) shows that only one variable, which is between the distance to health facility with medical compliance has a significant relationship (OR 2.8; p=0.01). This means that after interaction within the independent variables and dependent variable, only "distance" has the strongest influence toward medical compliance of TB patients. The regression model explains that 69.5% variation of medical compliance as dependent variable are influenced by "distance". This conclude that in this research, distance (in Km, time spend and convenience) to reach the health facility is the most important factor which influence compliance with medical regimens of TB patients, without neglecting other factors.
Patient compliance can be improved by regular visits (1-2 times during medical treatment) of health personnel and also referral to the closest Heath Center may solve distance problems. Heath education to be match with patient's education and knowledge is another task to improve compliance of TB patients.
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>