Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94 dokumen yang sesuai dengan query
cover
C. Rina Haryanti W.
Abstrak :
ABSTRAK
Setiap manusia memerlukan disiplin diri dalam menjalani kehidupannya sehan-hari. Disiplin diri ini perlu ditanamkan sejak masa kanak-kanak oleh orang tua sebagai lingkungan pertama yang dikenal oleh seorang anak. Orang tua dapat menerapkan pendidikan disiplin dengan cara yang berbeda-beda. Hal ini tergantung pada kepribadian, sejarah perkembangan, belief; pengetahuan, dan gender orang tua. Dhinjau dari sejarah perkembangan, orang tua memiliki kecenderungan untuk menerapkan pendidikan disiplin yang sama dengan yang mereka terima dari or^g tua mereka. Apabila orang tua mengalami kekerasan dalam penerapan disiplin, maka terdapat kemungkinan hal tersebut teijadi lagi di masa kini. Inilah yang disebut the cycle of child abuse (Tynkrrbell, 2001). Bagaimanapun juga, lingkaran kekerasan ini masih berupa kemungkinan yang dapat dicegah. Sehubungan dengan penerapan pendidikan disiplin, penulis bermaksud meneliti bentuk penerapan disiplin yang dilaksanakan oleh orang tua yang memiliki pengalaman kekerasan di masa kecilnya. Untuk membantu mendapatkan gambaran mengenai hal tersebut, penulis juga meneliti hal yang membantu orang tua^ menghentikan lingkaran kekerasan, proses pemilihan strategj penerapan disiplin, dan latar belakang pemilihan strategi trasebut. Guna mendapatkan dasar pengetahuan yang kuat dalam penelitian ini, penulis menyertakan penjelasan mengenai kekerasan pada anak {child abuse) dan ^bat jangka pendek serta panjang. Selain itu, penulis juga menyertakan definisi disiplin (Turner & Helms, 1995; Martin dan Colbert, 1997; Papalia dan Olds, 1995), teori mengenai strategi penerapannya (Nelsen, 1996), dan hal-hal yang mempengaruhi penerapan strategi tersebut (Martin & Colbert, 1997). Dalam pelaksanaannya, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara dan observasi untuk memperoleh data. Penulis mendapatkan data dari tiga orang partisipan dengan karakteristik memiliki pengalaman kekerasan di masa kecil (kecuali kekerasan seksual) dan memiliki anak berusia 2 hingga 5 tahun. Data tiap partisipan dianalisis terlebih dahulu secara mendalam, baru kemudian dilanjutkan dengan analisis secara keseluruhan. Berdasarkan hasil analisis, penulis menyimpulkan bahwa pendidikan disiplin diterapkan melalui dua strategi, yaitu strictness dan positive discipline. Persiapan penerapan strategi tersebut dimulai dengan tumbuhnya kesadaran akan kekurangan pada pendidikan disiplin yang diterapkan oleh orang tua mereka. Bertolak dari haJ tersebut, partisipan mencoba menemukan strategi yang lebih baik untuk diterapkan kepada anak-anak mereka tanpa mengulangi the cycle of child abuse. Para partisipan berhasil memutuskan the cycle of child abuse melalui bimbingan rohani, dukungan dari pasangan, dan perolehan insight dari dalam diri sendiri, Adapun hal yang dijadikan bahan pertimbangan untuk menerapkan suatu strategi disiplin adalah apabila strategi tersebut tidak menggunakan kekerasan dalam memberikan instruksi kepada anak, menyiapkan anak dalam menghadapi tantangan hidup di masa mendatang, mampu menyampaikan maksud partisipan kepada anaknya secara jelas, sesuai dengan karakteristik anak yang diyakini partisipan, dan mampu membantu membina hubungan yang baik dengan anak.
2002
S2825
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marisya Pratiwi
2009
S3601
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Badai Widyastuti Prasthari
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3115
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Gunawan
Abstrak :
Saat ini di Indonesia sedang diberlakukan peraturan baru yang mengharuskan para pengemudi mobil untuk menggunakan sabuk pengaman. Kebijakan ini berlandaskan UU No. 14/1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan diperkuat dengan Keputusan Menteri Perhubungan No.85 / 2002 tentang pemberlakuan kewajiban melengkapi dan menggunakan sabuk keselamatan. Berdasarkan peraturan ini, toleransi masih dapat diberikan pada pengemudi yang mobilnya belum dilengkapi dengan sabuk pengaman. Tapi mulai November 2005 sudah tidak ada alasan bagi pengemudi untuk tidak menggunakan sabuk pengaman. Hal ini berarti bahwa cepat atau lambat, masyarakat Indonesia harus membiasakan diri dengan penggunaan sabuk pengaman. Masyarakat Indonesia saat ini belum terbiasa dengan peraturan baru tersebut. Kesadaran akan kegunaannya juga dianggap masih rendah. Meskipun pemerintah telah mengupayakan penegakkan peraturan tersebut dengan tindakan yang cukup tegas, masih belum dapat dipastikan efeknya secara luas mengingat data-data yang diperoleh masih terpusat pada kota-kota besar seperti Jakarta dan itu pun hanya pada daerah tertentu. Berdasarkan latar belakang inilah penelitian dilakukan. Secara umum penelitian ingin mengetahui sejauh mana pengemudi mobil di Jakarta berniat untuk mengenakan sabuk pengaman saat mengemudi. Informasi ini dapat memberikan gambaran mengenai keberhasilan upaya sosialisasi dan penegakan hukum yang dilakukan pemerintah sehubungan dengan pemakaian sabuk pengaman. Tujuan lain adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa yang paling mempengaruhi intensi atau niat pengemudi di Jakarta untuk mengenakan sabuk pengaman. Hal ini dapat digunakan untuk menentukan pendekatan atau metode sosialisasi yang paling efektif untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya sabuk pengaman. Untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian ini digunakan teori planned behavior dari Ajzen dan Fishbein (1980). Dalam teori ini disebutkan bahwa intensi atau niat untuk melakukan suatu perilaku ditentukan oleh interaksi dari tiga faktor yaitu sikap terhadap perilaku, norma subyektif, dan persepsi kontrol individu terhada perilaku (PBC) yang juga merupakan persepsi mengenai situasi-situasi yang menghambat atau mendukung dilakukannya suatu perilaku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya, intensi untuk mengenakan sabuk pengaman cukup tinggi (mean 5.39). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ketiga variabel independen memiliki hubungan dengan intensi. Meskipun demikian, diantara ketiga faktor tersebut, hanya faktor PBC yang memiliki sumbangan yang signifikan (beta 0.723 sig.0.01) ketika pengaruh dari ketiga variabel diukur secara simultan. Mesti hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap pengemudi cenderung positif (mean 29.53) dan dorongan sosial untuk mengenakan sabuk pengaman juga cenderung tinggi ( mean 303.66) hal ini tidak banyak berpengaruh terhadap niat dari pengemudi di Jakarta untuk mengenakan sabuk pengaman. Mereka cenderung lebih dipengaruhi oleh faktor situasional seperti ada tidaknya pengawasan dari polisi, desain sabuk pengaman, dan kondisi dijalan raya. Besarnya pengaruh faktor situasional berarti bahwa jika kita ingin meningkatkan intensi pengemudi untuk menggunakan sabuk pengaman maka perlu dilakukan kontrol terhadap faktor-faktor situasional tersebut, terutama oleh pihak pemerintah. Hal-hal yang disarankan peneliti berdasarkan hasil penelitian ini antara lain adalah, agar pemerintah meningkatkan pengawasan terhadap pemakaian sabuk pengaman di sebanyak mungkin lokasi, jangan hanya terpusat di jalan-jalan utama. Pemerintah juga sebaiknya lebih terlibat secara aktif dalam mengontrol kualitas dan standar keamanan kendaraan, karena kendaraan yang beroperasi di Indonesia masih banyak yang kualitasnya dibawah standar keamanan dan kenyamanan yang layak. Penelitian terhadap sabuk pengaman juga harus ditingkatkan . Terakhir, dalam upaya untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya sabuk pengaman, pemerintah sebaiknya jangan hanya berfokus pada aspek penegakan peraturannya saja tapi juga harus memberikan pendidikan kepada masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah umum, dan sebagainya.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3261
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Greta Lutdmilla Sumarhudoyo
Abstrak :
Kondisi SMU saat-saat ini sangatlah memprihatinkan karena semakin bermunculannya perilaku bullying atau gencet-gencetan pada Pelajar SMU. Perilaku bullying ini terlihat pada saat Masa Orientasi Siswa (MOS) (Ambarwati & Nuryadi, 2003). Perilaku bullying ini tidak hanya membuat cemas para pelajar SMU untuk datang ke sekolah namun juga bagi para orangtua. Hal itu disebabkan oleh adanya dampak yang buruk bagi korban bullying ini. Selain dapat meninggal dunia, kemudian menurunnya nilai pelajaran dan meningkatnya tingkat absen di sekolah, tekanan lain seperti gangguan psikologis juga dapat dialami oleh korban bullying. Lingkungan keluarga merupakan faktor terpenting yang menjadi penyebab terjadinya perilaku bullying. Hubungan yang tidak harmonis antara anak dan orang tua merupakan kelanjutan atau akibat dari adanya attachment yang tidak secure (anxiousavoidant dan anxious-ambivalent). Attachment yang tidak secure membuat anak tidak dapat mengendalikan emosinya dengan baik dan merasa cemas ketika harus berinteraksi dengan orang lain di luar lingkungan keluarga. Selain itu, anak dengan pola attachment yang tidak secure akan mengharapkan adanya konflik dan memiliki pandangan yang negatif apabila berada dalam situasi yang tidak aman. Dengan demikian, pola attachment yang tidak secure akan memunculkan perilaku agresif sehingga menyebabkan terjadinya perilaku anti sosial yang di antaranya adalah perilaku bullying. Pola attachment pada masa anak-anak merupakan pola attachment yang konsisten hingga masa dewasa. Anak yang memiliki pola attachment yang tidak secure pada masa anak-anak juga akan memiliki pola attachment yang tidak secure pada masa remaja dan masa dewasa. Hal itu disebabkan adanya representasi simbolik dari attachment sehingga attachment anak dan orangtua mempengaruhi persepsi anak dalam berhubungan dengan orang lain atau teman. Selain itu, Attachment juga merupakan dasar yang paling penting bagi seseorang dalam menentukan pilihan yang baik untuk diri dan jiwanya. Dalam penelitian ini digunakan dua alat ukur berupa kuesioner, yaitu kuesioner bagian 1 untuk mengukur attachment dan kuesioner bagian 2 untuk mengukur perilaku bullying. Pengambilan sampel dilakukan secara insidental sebanyak 80 orang (34 lakilaki dan 46 perempuan) yang berusia antara 14 tahun hingga 17 tahun. Dari hasil analisis utama penelitian ini ditemukan adanya hubungan antara pola attachment dan intensi untuk melakukan perilaku bullying. Dapat dilihat bahwa remaja dengan pola attachment yang tidak secure memiliki intensi untuk melakukan perilaku bullying aktif daripada remaja dengan pola attachment yang secure. Begitu pula dengan hasil analisis tambahan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara pelajar SMU laki-laki dan pelajar SMU perempuan terhadap perilaku bullying sehingga dapat dikatakan bahwa pelajar SMU lakilaki lebih memiliki intensi untuk melakukan perilaku bullying aktif daripada pelajar SMU perempuan. Dapat dilihat bahwa hasil yang ada sesuai dengan pernyataan Olweus (1993) bahwa lingkungan keluarga merupakan lingkungan terpenting yang menjadi penyebab dari pelaku bullying. Dengan demikian, diharapkan para orangtua mau mengubah pola asuhnya kepada anak, terutama orangtua yang baru memiliki bayi. Dengan dimulainya menjalin attachment yang secure antara anak/bayi dan orangtua diharapkan perilaku bullying dapat dicegah dan berkurang.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3391
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Esti Hapsari
Abstrak :
Program berita kriminal saat ini sedang menjadi tren di dunia pertelevisian Indonesia. Tayangan ini seringkali menampilkan adegan kekerasan, seperti proses penangkapan pelaku tindak kriminal yang disertai dengan penembakan atau pemukulan, ilustrasi yang menggambarkan peristiwa terjadinya tindak kriminal. Tayangan kekerasan yang ditampilkan dalam tayangan berita kriminal ini kemungkinan dapat mempengaruhi sikap penontonnya terhadap kekerasan melalui proses belajar sosial seperti observational learning dan social modelling. Kekerasan yang tergambar dalam tayangan berita kriminal dapat mempengaruhi komponen sikap penontonnya, sehingga akhirnya dapat mengarah kepada pembentukan sikap terhadap kekerasan. Penelitian ini dilakukan dengan subyek ibu rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan. Subyek penelitian berjumlah 78, dengan N kelompok penonton tayangan berita kriminal sebesar 48 orang dan N kelompok bukan penonton tayangan berita kriminal sebesar 30 orang. Alat ukur yang digunakan adalah skala sikap terhadap kekerasan yang d i adaptasi dari Attitude Toward Violence. Scale yang dibuat oleh Velicker et al (1989). Penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan sikap terhadap kekerasan antara ibu rumah tangga yang menonton tayangan berita kriminal dan tidak menonton tayangan berita kriminal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara sikap terhadap kekerasan pada ibu rumah tangga penonton tayangan berita kriminal dan bukan penonton tayangan berita kriminal. Ibu rumah tangga yang menonton tayangan berita kriminal ternyata memiliki sikap terhadap kekerasan yang lebih positif dibandingkan dengan ibu rumah tangga yang tidak menonton tayangan berita kriminal. Dengan hasil penelitian seperti tersebut, hendaknya pihak televisi dapat meningkatkan kontrol materi tayang program berita kriminal agar tidak terlalu banyak menampilkan adegan kekerasan.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3428
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Istiqomah
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara religiusitas dan kesiapan untuk memaafkan pada mahasiswa yang beragama Islam, alasan dilakukannya penelitian ini adalah karena belum adanya penelitian yang menghubungkan kedua variabel yaitu religiusitas dan pemaafan pada sampel yang beragama Islam. Hal ini bisa terjadi karena tema pemaafan juga masih relatif baru di bidang psikologi sehingga penelitian yang ada pun hanya ada pada sampel yang beragama Kristen dan Yahudi. Oleh karena itu penting sekali penelitian ini untuk menambah pemahaman tentang hubungan kedua variabel ini pada sampel yang beragama Islam. McCullough (2001) mendefinisikan pemaafan sebagai motivasi untuk mengurangi kesiapan menghindar dari pelaku atau juga motivasi untuk melepaskan keinginan balas dendam. Sedangkan kesiapan untuk memaafkan adalah kesiapan untuk memaafkan orang lain secara umum pada berbagai jenis kesalahan dan juga berbagai jenis hubungan interpersonal. Religiusitas adalah internalisasi dan penghayatan ajaran agama, yang kemudian menyatu dalam diri individu sehingga berpengaruh ke dalam sikap, perkataan dan pola perilaku sehari-hari. Glock (dalam Paloutzian, 1996) mengatakan bahwa religiusitas mempunyai lima dimensi yaitu keyakinan, ritual, pengalaman, intelektual, dan pengamalan. Sampel diambil dengan menggunakan teknik Occidental sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 103 subjek. Alat ukurnya adalah adaptasi alat kesiapan untuk memaafkan dari DeShea (1999) dan alat ukur religiusitas yang dibuat oleh Glock & Stark dan telah diadaptasi oleh Fatchuri (2000). Kedua alat ukur ini adalah kuesioner yang telah diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya. Teknik analisa data yang digunakan adalah teknik statistik nonparametrik uji korelasi Spearman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara religiusitas dan kesiapan untuk memaafkan pada mahasiswa yang beragama Islam. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin religius seseorang maka semakin tinggi pula kesiapan untuk memaafkannya. Dimensidimensi yang berhubungan dengan kesiapan untuk memaafkan adalah dimensi keyakinan, peribadatan, pengalaman, dan pengamalan. Sedangkan dimensi pengetahuan tidak berhubungan dengan kesiapan untuk memaafkan. Penjelasan didapatnya kedua variabel ini berkorelasi adalah karena aspekaspek religius seperti keyakinan terhadap Allah, pelaksanaan seperti sholat dan berdoa, perasaan tenang dan kedekatan terhadap Allah serta berbuat baik sesama manusia bisa mempengaruhi sikap, perasaan, dan perilaku subjek dalam kehidupan sehari-hari sehingga subjek menjadi siap untuk memaafkan.
2004
S3469
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rainda Cuaca
Abstrak :
ABSTRAK
Preferensi musik heavy pada remaja cenderung dikaitkan dengan adanya hubungan dengan keterlibatan mereka dengan risk-taking behaviour. Risk-taking behaviour di Jakarta semakin meningkat, seiring dengan berkembangnya industri musik populer terutama di jenis musik heavy. Penelitian bertujuan melihat apakah hubungan itu ada atau tidak. Semakin cenderung seseorang berpreferensi pada musik heavy, semakin cenderung ia menunjukkan keterlibatan pada risk-taking behaviour. Kuesioner mengenai preferensi musik dan kuesioner mengenai keterlibatan dalam risk-taking behaviour diberikan kepada responden yang merupakan remaja Jakarta dan sekitarnya. Hasil menunjukkan adanya hubungan antara preferensi musik dengan keterlibatan dalam risk-taking behaviour. Penelitian sebaiknya diteruskan dengan menggunakan sampel yang lebih banyak dan lebih terkontrol.
2004
S3489
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umar Perkasa
Abstrak :
Ide pengadaan mobil nasional telah banyak diupayakan oleh berbagai pihak, baik pemerintah maupun swasta, sehingga salah satu masalah yang dipertimbangkan adalah mencari segmen konsumen yang memiliki potensi membeli mobil nasional. Mobil nasional adalah mobil produksi Indonesia yang paten dan mereknya dimiliki oleh orang Indonesia. Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran kuantitatif dari consumer ethnocentrism dan country of origin stereotype pada konsumen Indonesia yang mapan secara ekonomi dan cukup umur untuk membuat keputusan membeli mobil pribadi, lalu dihitung nilai korelasinya dengan intensi membeli mobil nasional. Alat ukur yang dipakai untuk mengukur consumer ethnocentrism diadaptasi dari Consumer Ethnocentrism Tendency Scale (CETSCALE) yang disusun oleh Shimp dan Sharma (1987), alat ukur country of orgin stereotype diadaptasi dari alat ukur country of origin yang disusun oleh Häubl (1996), sementara alat ukur intensi membeli adalah adaptasi dari Purchase Intention Scale yang disusun oleh Pavlou (2003). Data penelitian diolah menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment. Perhitungan dari hasil pengukuran 106 sampel menunjukkan nilai korelasi yang positif dan signifikan pada level of significance 0.01 di antara consumer ethnocentrism dan intensi membeli mobil nasional (r = 0.456), dan juga di antara country of origin stereotype dan intensi membeli mobil nasional (r = 0.440). Sehingga disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai kedua variabel, maka semakin tinggi pula intensi untuk membeli mobil nasional. Berdasarkan kesimpulan ini, peneliti menyarankan untuk mempertimbangkan kedua variabel ini dalam usaha pemasaran mobil nasional. ......The idea of national car has been tried by numerous stakeholders, both prívate and government, however one recurring consideration to be addressed is identifying the consumer segment with potential to purchase national cars. National cars are Indonesian made automobiles, with locally owned patents and brands by Indonesians. In this research, quantitative measurements was made of Indonesian consumer ethnocentrism and country of origin stereotypes in financialy stable potential consumer with sufficient age to purchase their own cars and correlated with the intention to purchase the national car. Instrument used to measure consumer ethnocentrism was adapted from Consumer Ethnocentrism Tendency Scale (CETSCALE) by Shimp and Sharma (1987), country of origin stereotype measurement was adapted from Häubl (1996), while purchase intention measurements was adapted from Purchase Intention Scale by Pavlou (2003). Collected data was analyzed using Pearson Product Moment Correlation. Result from a sample of 106 respondents showed positive and significant correlation at the level of significance of 0.01 between consumer ethnocentrism and purchase intention of national car (r = 0.456), and between country of origin stereotype and purchase intention of national car (r = 0.440). Thus it can be concluded the value of each of these variables corresponds to higher intention to buy the national car. Based on this conclusion, the researchers suggested considering both of these variables to identify potential consumer segment in the marketing plan of Indonesian national car.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S44521
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>