Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asyifa Zulkifli
"Pola asuh ayah dan ibu dalam mengasuh anak menjadi salah satu faktor yang berperan penting dalam membangun kesiapan menikah sang anak saat di usia dewasa. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara pola asuh ayah dan ibu yang berperan secara signifikan dalam memprediksi kesiapan menikah pada dewasa awal. Sejumlah 483 partisipan berusia 19-29 tahun diuji dengan Parental Authority Questionnaire (PAQ) dan Inventori Kesiapan Menikah untuk melihat nilai persepsi pola asuh orang tua dan kesiapan menikah. Analisis multiple regression menunjukkan bahwa pola asuh ayah otoriter dan permisif serta pola asuh ibu demokratis secara signifikan memprediksi kesiapan menikah dewasa awal. Berdasarkan temuan tersebut, disimpulkan bahwa semakin cenderung pola asuh otoriter dan permisif pada ayah, semakin rendah tingkat kesiapan menikah pada dewasa awal. Sementara, semakin cenderung pola asuh demokratis pada ibu, semakin tinggi tingkat kesiapan menikah pada dewasa awal.

Parenting styles from father and mother in growing children up are one of the factors that has an important role to develop marriage readiness when their children be an adult. Therefore, this study aims to determine whether there are differences between parenting styless of father and mother that has a significant role in predicting marriage readiness in early adulthood. 483 participants aged 19-29 years were tested using Parental Authority Questionnaire (PAQ) and Inventori Kesiapan Menikah to see perceived parenting styles and marriage readinessscore. Multiple regression analysis shows that authoritarian and permissive parenting style of father and authoritative parenting style of mother significantly predict readiness for early adulthood. Based on these findings, it can be concluded that the more authoritarian and permissive parenting styles of fathers, the lower level of marriage readiness in early adulthood. Meanwhile, the more authoritative parenting style of mother, the higher level of marriage readiness in early adulthood."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Savitri
"The focus of this study is application DIR Model from Greenspan and Wieder for autistic child to develop his functional emotional developmental capacities. When we want to intervention with autistic child, we consider 3 aspects are Developmental (focus on functional developmental level), Individual (sensory proiile and individual differences), and Relationship (means interact between children and parents). The rationale of this study is autism which pervasive developmental disorder so he has dysfunction in two main areas are sensory processing and social engagement. DIR Model can help autistic child to overcome sensory processing ditiiculties and communication and relating in social context. The purpose of this study is autistic child be able to share attention, engage with, and interact purpeselirl way which are basic skills from functional emotional developmental capacities.
This research is descriptive study case. Subject is 6,5 years old boy who has low functioning autistic disorder. Research duration for 3 months started from September tmtil December on 2006. Intervention was divided with 3 program were Sensory Integration Therapy, Diet Therapy and Floortime Tlierapy. Subject followed 8 sessions sensory integration therapy and joined with diet program to control his behavior. Sensory integration therapy was conducted by therapist and dict program was controlled by pediatrician. Third intervention started from December 14th until 20th. Researcher had two roles, first as a therapist playing with tloortime methods with subject and the second as an observer when subject and his mother were playing together. Recording data by audiovisual data taking and interviewing method as the process was taken place.
The main result from this research is l) sensory integration therapy help subject to start shared attention and regulate any kind of sensory information; 2) dict therapy also has positive effect to his digestive system and help the mother to manage feeding habit; 3). Floortime therapy can develop functional emotional capacities in 3 areas: shared attention, engagement, and purposeful emotional interaction; 4) Sensory integration therapy can improve subject?s sensory reactivity so he more is alert with environment and help him manage his behavior calmly; 5) to develop functional communication capacities, jlooriime session is useful strategy. The reason is Ileortime can enrich the subject behavior when relating with therapist. The sensitivity to the subject sensory preferences made the engagement come easily. Play activities still focused on sensory-motor play. This findings means sensory integration therapy and dict therapy both are important to make basic skill for subject. Floortime is a basic tool to make the subject want to relate intentionaly with others in fun context."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
TA34071
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Savitri
"ABSTRAK
Penelitian ini berfokus pada penerapan program intervensi berbasis
Developmental-Individual-Relationship (DIR) yang dikembangkan oleh
Greenspan dan Wieder (1998, 2000, 2006) bagi anak penyandang autis. Aspek
Developmental memfokuskan pada tahap komunikasi fungsional yang akan
dikembangkan pada anak. Aspek Individual menekankan pada penerimaan
keunikan anak. Aspek Relationship menitikberatkan pada fokus relasi yang
interaktif antara orangtua dan anak. Dasar pemikiran menggunakan pendekatan
tersebut adalah autisme merupakan gangguan perkembangan pervasif sehingga
anak mengalami kendala dalam aspek pemrosesan sensorik dan mengembangkan
kapasitas dalam komunikasi dan menjalin relasi sosial (social engagement).
Pendekatan DIR sifatnya menyeluruh yang mencakup intervensi pada aspek
pemrosesan sensorik dan social engagement. Tujuan dari penelitian ini agar anak
penyandang autis dapat mengembangkan kemampuan untuk melakukan ’shared
attention’, ’engagement’, dan ’purposeful emotional interaction’ yang merupakan
tahap awal dari perkembangan komunikasi fungsional. Penelitian ini termasuk
penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah seorang anak laki-laki berusia 6,5 tahun yang
mengalami gangguan autis dengan derajat berat. Ia tergolong low funetioning.
Penelitian berlangsung selama 3 bulan dari Akhir September - Akhir Desember
2006. Program Intervensi pertama adalah pemberian terapi sensory intégration
yang diberikan oleh ahli terapi di bidangnya dari Awal Oktober hingga Minggu
kedua Desember 2006 di sebuah rumah sakit ibu dan anak selama 8 sesi.
Intervensi kedua adalah diet yang diawasi oleh seorang dokter ahli alergi yang
banyak menangani anak berkebutuhan khusus di rumah sakit yang sama. Program
diet dilakukan dari bulan Oktober Minggu ke 2 sampai pelaksanaan keseluruhan
intervensi selesai. Intervensi ketiga yaitu kegiatan floortime di rumah yang
dilakukan oleh peneliti selama 22 sesi yang berlangsung dari tanggal 14 Desember
- 20 Desember 2006. Dari 22 sesi tersebut, ibu dari Subjek juga dilibatkan untuk
bermain dengan pendekatan floortime bersama dengan subjek. Pengumpulan data
dilakukan dengan merekam proses intervensi secara audiovisual dan wawancara
dengan ibu. Analisis data secara kualitatif merujuk pada perilaku yang
menggambarkan masing-masing aspek dari komunikasi fungsional berdasarkan
panduan Greenspan dan Wieder. Dari analisis film dan wawancara dapat disimpulkan bahwa: 1) terapi sensory
intégration membantu S dalam melakukan shared attention atau pengembangan
kapasitas komunikasi fungsional tahap pertama. Terapi sensory intégration
memperbaiki fungsi pemrosesan informasi sensorik S sehingga S mulai dapat
menerima ragam sensasi dan mulai menyimak lingkungan; 2) Intervensi dengan diet memperbaiki fungsi pencernaan sehingga S mulai memiliki regulasi dalam
hal tidur. Diet juga membantu mengelola kebiasaan makan S menjadi teratur; 3)
Terapi Jloortime mempermudah S mengembangkan kapasitas komunikasi
fimgsionalnya baik dari shared attention, engagement, dan purposeful emotional
interaction. Dengan catatan: selama Jloortime peneliti juga memperhatikan profil
sensorik S sehingga terapis dapat mengatasi masalah perilaku yang terjadi dalam
proses terapi; 4) Terapi Sensory Integration saja tidak cukup kuat untuk
membantu S mengembangkan kapasitas komunikasi fungsionalnya. Terapi
sensory integration fokus pada kemampuan S menerima dan memproses berbagai
sensasi sehingga S dapat menyelesaikan tantangan selama terapi; 5) Terapi
Fioortime tanpa diawali dengan perbaikan integrasi sensorik dan fungsi
pencernaan juga sulit dilakukan karena perilaku S masih sulit diarahkan."
2007
T37866
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadelia Deby Subandi
"ABSTRAK
Bunuh diri telah menjadi masalah publik utama di kalangan remaja di seluruh dunia. Kebanyakan studi yang tersedia tentang kesepian dan bunuh diri adalah di antara sampel orang dewasa yang berpenghasilan tinggi negara. Penelitian ini bertujuan untuk menilai prevalensi dan juga memprediksi peran variabel kesepian, sosial-lingkungan, dan demografis untuk bunuh diri remaja ideasi dan percobaan bunuh diri dalam 12 bulan terakhir. Kami melakukan studi berbasis sekolah di antara siswa sekolah menengah yang tinggal di perkotaan Jakarta dikumpulkan secara acak bertingkat
teknik pengambilan sampel. Analisis regresi logistik digunakan untuk menganalisis data. Itu prevalensi ide bunuh diri dalam sampel kami adalah 8,1% (n = 43) dan prevalensi
percobaan bunuh diri adalah 5,5% (n = 29). Menjadi wanita dan kesepian akan meningkatkan risiko memiliki ide bunuh diri (masing-masing 2,2 kali lipat dan 1,2 kali lipat). Sementara itu saja kesepian meningkatkan kemungkinan melakukan upaya bunuh diri sebesar 1,2 kali lipat. Pelajaran ini juga menyoroti pentingnya mengidentifikasi remaja dengan masalah kesepian mencegah ide bunuh diri dan upaya. Bantuan psikologis lebih lanjut untuk remaja dengan kesepian harus disediakan

ABSTRACT
Suicide has become a major public problem among adolescents throughout the world. Most available studies on loneliness and suicide are among a sample of high-income adult countries. This study aims to assess the prevalence and also predict the role of loneliness, socio-environmental, and demographic variables for adolescent ideational suicide and suicide attempts in the last 12 months. We conducted a school-based study among high school students living in urban Jakarta collected by stratified random sampling
sampling technique. Logistic regression analysis is used to analyze data. The prevalence of suicide ideas in our sample was 8.1% (n = 43) and the prevalence
attempted suicide was 5.5% (n = 29). Being a woman and being lonely increases the risk of having suicidal ideation (2.2 times and 1.2 times, respectively). Meanwhile alone loneliness increases the likelihood of committing suicide by 1.2 times. This lesson also highlights the importance of identifying teens with lonely problems preventing suicide ideas and efforts. Further psychological assistance for adolescents with loneliness must be provided"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khadhra Ulfah
"Penelitian hasil terapi sudah banyak dilakukan pada psikoterapi orang dewasa, namun masih terbatas pada terapi anak baik dari segi kuantitas, kualitas, maupun fokus penelitian. Mengacu pada terapi dewasa, ekspektasi ditemukan memiliki hubungan dengan hasil terapi. Selain itu, faktor kesiapan juga ditemukan berperan dalam hasil terapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan ekspektasi orang tua dengan hasil terapi anak, dengan kesiapan orang tua untuk perubahan sebagai moderator. Penelitian ini dilakukan pada 51 orang tua dari anak dengan gangguan perkembangan yang mengikuti terapi di klinik tumbuh kembang di Jabodetabek dengan teknik purposive sampling. Alat ukur yang digunakan yaitu Parental Expectation for Therapy Scale untuk ekspektasi orang tua, Parental Readiness for Change Scale untuk kesiapan orang tua, dan Outcome Rating Scale untuk hasil terapi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran kesiapan orang tua untuk perubahan tidak memoderasi hubungan ekspektasi orang tua dan hasil terapi anak, namun ditemukan korelasi positif yang signifikan pada hubungan ekspektasi orang tua dan kesiapan orang tua untuk perubahan. Rekomendasi terkait metodologi penelitian, terutama sesi terapi, menjadi penting bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang serupa. Penelitian lebih lanjut terkait ekspektasi orang tua dan kesiapan orang tua juga dapat dilakukan dalam kaitannya dengan proses atau hasil terapi lainnya.

Research on the outcome therapy has been studied widely in adult psychotherapy, unfortunately it is still limited in child therapy both in terms of quantity, quality, and research focus. Referring to adult psychotherapy, expectations have long been found to have a relationship with outcome therapy. In addition, the readiness for change was also played a role in outcome therapy. This study aimed to investigate the relationship between parental expectation and children's outcome therapy, with parental readiness for change as moderator. Research was conducted on 51 parents having children with developmental disabilities who were undergoing therapy in developmental clinics in Jabodetabek using a purposive sampling technique. The instruments used were Parental Expectation for Therapy Scale for parental expectation, Parental Readiness for Change Scale for parental readiness, and Outcome Rating Scale for outcome therapy. The result indicated that there was no role of parental readiness for change in moderating parental expectations and outcome therapy. However, there is a statistically significant correlation between parental expectations and parental readiness for change. Recommendations regarding research methodology, especially therapy sessions, are essential for future researchers. Further research related to parental expectations and parental readiness for change can also be studied with other therapeutic processes or outcomes. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Pratiwi
"Mayoritas dewasa madya di Indonesia memiliki tanggung jawab mengasuh dan memberikan dukungan kepada orang tuanya yang sudah lansia. Di sisi lain, dewasa madya juga memiliki peran dan tanggung jawab lain. Dengan demikian, menurut beberapa penelitian, konflik peran yang dialami oleh dewasa madya dapat berdampak pada kondisi psychological well-being anak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dukungan yang diberikan oleh anak dewasa madya kepada orang tuanya yang sudah lansia dengan psychological well-being anak. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan alat ukur Ryff’s Psychological Well-being (RPWB) yang disusun oleh Ryff (1995) dan alat ukur dukungan anak yang disusun oleh Silverstein dan koleganya (2006). Partisipan pada penelitian ini merupakan dewasa madya berusia 40-60 tahun. Partisipan dalam penelitian ini sebanyak 116 partisipan terdiri dari 66 perempuan dan 50 laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang negatif antara dukungan yang diberikan anak kepada orang tua lansia dengan psychological well-being anak dewasa madya.

The majority of middle adulthoods in Indonesia have the responsibility to care for and provide support to their elderly parents. On the other hand, middle adulthood has other roles and responsibilities. According to several studies, role conflict carried out by middle adulthood can have an impact on the psychological well-being of adults. This research was conducted to see the correlation between children support for elderly parents and psychological well-being of children. This research used quantitative approach using Ryff’s Psychological Well-being (RPWB) by Ryff (1995) and child support instrument by Silverstein and colleagues (2006). The partisipants on this research is middle adult aged 40-60 years old. The partisipants on this research were 116 which 66 females and 50 males. The result shows that there is no negative significant correlation between children support for elderly parents and psychological well-being of children."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahara Muthia Ramadhanti
"

Masa remaja merupakan masa yang dikenal sebagai periode storm-and-stress karena perubahan yang terjadi dalam berbagai aspek kehidupan dan dapat menyebabkan masalah kesehatan mental seperti behavioural difficulties yang terdiri dari internalizing problems dan externalizing problems. Berbagai studi menjelaskan bahwa beberapa prediktor dari behavioural difficulties adalah pola komunikasi keluarga, kelekatan dengan orangtua, dan berbagai variabel sosial-demografis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi faktor-faktor tersebut sebagai prediktor dari internalizing problems dan externalizing problems pada remaja di DKI Jakarta. Penelitian ini merupakan follow-up study dengan interval satu tahun antara 2019 dan 2020 dari data longitudinal yang lebih besar mengenai kesehatan mental remaja di DKI Jakarta. Data penelitian diperoleh melalui kuesioner daring pada 132 partisipan (35 laki-laki dan 97 perempuan; mean usia = 18,5) dari lima kota di DKI Jakarta. Analisis linear regression dilakukan pada seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Variabel bebas yang memiliki nilai p ≤ 0.2 akan dimasukkan ke dalam model multiple regression. Alienasi menjadi satu-satunya variabel bebas dalam penelitian ini yang dapat memprediksi internalizing problems (38,8%) dan externalizing problems (25,5%). Dapat disimpulkan bahwa perasaan alienasi terhadap orangtua menjadi prediktor krusial dari behavioural difficulties pada remaja.

 


Adolescence is known as a storm and stress period due to changes in many aspects of life and may cause mental health problems such as internalizing problems and externalizing problems.  Previous studies found that some predictors of behavioral difficulties were family communication pattern, parental attachment, and numerous socio-demographic variables. The aim of this study was to explore those aforementioned factors as predictors of internalizing problems and externalizing problems among adolescents in Jakarta. This was a follow-up study with one-year interval between 2019 and 2020 from a larger longitudinal data of adolescents’ mental health in Jakarta. Research data were collected by online questionnaire technique on 132 participants (35 males and 97 females; mean age = 18,5) from five districts in Jakarta. Linear regression of all the independent variables conducted toward the dependent variables and retained variables with p ≤ 0.2 into the multiple regression models. Alienation from parents is a significant predictor for both internalizing problems (38,8%) and externalizing problems (25,5%). In conclusion, alienation from parents was a crucial predictor for internalizing problems and externalizing problems among adolescents.

 

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Sandra Mumpuni Winali
"ABSTRAK Dalam pendidikan, anak perempuan berbakat harus berjuang melewati berbagai tantangan untuk bisa mengembangkan potensi terbaiknya. Untuk itu mereka harus memiliki ketangguhan agar terus dapat maju mendapatkan apa yang mereka inginkan. Tesis ini membahas mengenai pengaruh gender practice guru dan pola asuh orang tua sebagai tantangan-tantangan yang dihadapi anak perempuan berbakat, serta pengaruhnya pada ketangguhan anak perempuan berbakat. Penelitian dilakukan pada 64 anak perempuan berbakat SMP. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan studi korelasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang tua dengan pola asuh authoritarian (Sig. = 0.028) mempengaruhi adversity quotient anak perempuan berbakat. Sedangkan pola asuh authoritative, pola asuh permissive, dan gender practice guru tidak mempengaruhi adversity anak perempuan berbakat.
ABSTRACT Gifted girls must struggle through various challenges to develop their best potential in education. For this reason, they must have the strength to continue to get what they want. This thesis discusses the influence of teacher gender practice and parenting as challenges faced by gifted girls, and their influence on the resilience of gifted girls. The study was conducted on gifted girls (n=64) in junior high school. This research is a quantitative research with correlational studies. The results of the study show that parents with authoritarian parenting (Sig. = 0.028) have influence to gifted girls adversity quotient. Whereas authoritative parenting, permissive parenting, and gender teacher practice do not affect gifted girls adversity.

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T52309
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ratih Puspa Rahmani
"Penelitian ini memiliki tujuan untuk meningkatkan pemahaman ibu tentang penalaran induksi dalam mendisiplinkan anak usia 3-5 tahun melalui seminar online. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pretest-posttest design. Partisipan dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak berusia 3-5 tahun, berdomisili di Jakarta atau Depok, dan dapat mengoperasikan aplikasi Whatsapp Messenger. Jumlah partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah sebanyak 6 orang ibu. Intervensi dilakukan dalam bentuk seminar online menggunakan aplikasi Whatsapp Messenger (dengan fitur Whatsapp Group) sebanyak 2 sesi (2 jam untuk masing-masing sesi). Pengumpulan data dilakukan 3 kali, yaitu sebelum intervensi, segera setelah intervensi, dan 2 minggu setelah intervcnsi. Data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh melalui pengeljaan kuesioner secara online dcngan Coogle form, sedangkan data kualitatif diperoleh melalui wawancara. Hasil penelilian ini menunjukkan adanya peningkatan pemahaman ibu secara signifikan al1lara sebelum dan sesudah int

This study aims to improve mothers' comprehension of inductive reasoning in disciplining 3-5 years old children through online seminars. The research design was a one group pretest-posttest design. Participants in this study were mothers who have 3-5 years old children, lived in Jakarta or Dcpok, and capable to operate Whatsapp Messenger. The number of participants in this study were 6 mothers. The intervention was 2 sessions (with 2 hours of each session) of online seminar using the Whatsapp Messenger (with Whatsapp Group features). The data were collected 3 times, before the intervention, immediately after the intervention, and 2 weeks after the intervention. The data in this study were quantitative and qualitative data. Quantitative data were obtained through online questionnaires using Google fonns, while qualitative data were obtained through interviews. The results showed that there was a significant difference in mothers' comprehension hetween before and after intervention (p <0.05). However, there was no significant difference in the score of mothers' comprehension in 2 weeks after the intervention. The results from qualitative data indicate that mothers ' comprehension about inductive reasoning in disciplining ch.;ldren aged 3-5 years old was improved after intervention."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>