Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nemi Aryani
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam Pembaharuan hukum pidana (materiil), masalah pidana merupakan masalah yang sangat pelik. Salah satu permasalahan pidana yang mendapat perhatian besar dari kalangan ahli hukum adalah mengenai masalah perbedaan putusan hakim (Disparity o f Sentenc-ing) yang terlalu menyolok yang dijatuhkan oleh hakim terhadap para pelaku tindak pidana-tindak pidana yang sama tanpa dasar pembenar yang sama. Perbedaan pidana yang menyolok dalam pemidanaan, selain menimbulkan rasa tidak puas di kalangan masyarakat, juga menimbulkan masalah yang serius bagi para narapidana. Perbedaan tersebut akan berakibat fatal, bila dikaitkan dengan usaha perbaikan narapidana. Masalah tersebut menyangkut jenis pidana, ukuran berat/lamanya pidana tersebut dan cara pelaksanaan pidana. Dalam penjatuhan pidana pada kasus perkosaan ternyata juga terjadi disparitas pidana. Yang dimaksud disparitas pidana dalam hal ini adalah penerapan pidana yang tidak sama atau terhadap tindak-tindak pidana yang sifat berbahayanya dapat diperbandingkan, tanpa dasar pembenaran yang jelas. Disparitas pidana disebabkan oleh berbagai faktor yang bersumber dari perundang-undangan, yaitu baik berupa perumusan perkosaan dan masalah penjatuhag pidana minimum khusus dan yang bersumber dari diri hakim sendiri.
2005
T37749
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atang Bawono
Abstrak :
ABSTRAK
Pemerintah Indonesia berupaya memberikan perlindungan terhadap korban tindak pidana perdagangan orangf untuk mewujudkan salah satu tujuan dari Protokol Palermo serta untuk memberikan keadilan dan kesejahteraan. Penuntut Umum yang mempunyai kewenangan melakukan penuntutan, tidak melakukan penuntutan serta memiliki diskresi tuntutan pidana, dituntut perannya dalam memberikan perlindungan terhadap korban tindak pidana perdagangan orang. Permasalahan yang diajukan adalah bagaimanakah peran Penuntut Umum dalam memberikan perlindungan terhadap korban tindak pidana perdagangan orang dan apa saja kendala-kendalanya. Metode Penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang didasarkan pada sumber data sekunder didukung dengan wawancara. Data sekunder meliputi peraturan perundanganundangan, dokumen resmi, Surat Edaran Jaksa Agung dan sebagainya. Data primer meliputi hasil wawancara dengan beberapa Jaksa yang bertugas di Satuan Tugas Penanganan Perkara Tindak Pidana Terorisme dan Tindak Pidana Lintas Negara Kejaksaan Agung R.I. dan Jaksa di Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan yang pernah menangani perkara tindak pidana perdagangan orang, Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum serta Prof. Harkristuti Harkrisnowo, SH., MA., Ph.D yang terlibat dalam penyusunan Undang-undang No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Perlindungan terhadap korban tindak pidana perdagangan orang diartikan perlindungan korban tindak pidana perdagangan orang melalui proses pemidanaan terhadap pelaku tindak pidana perdagangan orang dan perlindungan korban tindak pidana perdagangan orang melalui upaya pemenuhan hak-hak korban. Peranan Penuntut Umum dalam perlindungan korban melalui proses pemidanaan terhadap pelaku tindak pidana perdagangan orang meliputi melakukan pemeriksaan terhadap berkas perkara, melakukan penahanan terhadap terdakwa, menyusun surat dakwaan, melimpahkan berkas perkara ke Pengadilan, mengajukan tuntutan pidana, mengajukan upaya hukum dan melaksanakan putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap khususnya memasukkan terdakwa ke Lembaga Pemasyarakatan. Kendala Penuntut Umum yang dihadapi, antara . lain sulitnya menghadirkan korban dan saksi untuk membuktikan kesalahan pelaku guna dijatuhi pidana. Peranan Penuntut Umum dalam perlindungan korban melalui upaya pemenuhan hak-hak korban antara lain meliputi menghadirkan korban untuk didengar keterangannya pertama kali, menginformasikan perkembangan penanganan perkara kepada korban apabila diminta dengan memberikan dakwaan, jadwal sidang, tuntutan dan sebagainya. Kendala Penuntut Umum yang dihadapi antara lain tidak jelaskan peraturan perundang-undanagan yang mengatur mekanisme pemberian hak kepada korban maupun belum jelasnya institusi yang diberi kewenangan memenuhi hak-hak korban.
ABSTRACT
The Indonesian government tries to give protection against human trafficking victims, in order to realize one of Palermo Protocol's object and to uphold justice and prosperity. The Public Prosecutor who has authority to prosecute, not to prosecute and has discretion of criminal prosecution, is required to give protection against human trafficking victims. The Problem to be presented what is the role of the Public Prosecution in giving protection against human trafficking victims and its obstacles. Research method has been used is normative legal research, which is the research based on subsidiary data source supported by interview. Subsidiary data is including law regulation, official document, Circulation Letter of Attorney General etc. Primary data is including interview report with some prosecutors in The Task Force of Terrorism Case Handling and Transnational Crimes in The Attorney General's Office of the Republic of Indonesia and prosecutors in South Jakarta District Prosecution Office who had ever handled trafficking in persons cases, Deputy Attorney General for General Crime and Prof. Harkristuti Harkrisnowo, SH, MA, Ph.D who was involved in formulating Law No. 21 year 2007 of The Eradication of Trafficking in Persons. Protection against human trafficking victims is destined as human trafficking by the criminal process against trafficker and protection of human trafficking victim by an effort of victim's right accomplishment. The role of the Public Prosecutor in victim protection through criminal process against the trafficker is consist of examination of dossier, conduct detention against defendant, formulate letter of indictment, deliver the dossier to the court, propose criminal prosecution, propose legal remedy and perform the court's verdict white has permanent legal power especially to bring the defendant into detention center. One of the obstacles faced by Public Prosecutor is the difficulty of bringing the victim and witness before the court in order to prove the perpetrator's fault to be punished. The role of Public Prosecutor in victim protection through the effort of completing of victim's right is including presenting victim to be heard for the first time, informing the progress of case handling to the victim if requested by giving indictment, court agenda, prosecution, etc. The obstacle faced by Public Prosecutor is unclear legislation that regulate the mechanism of right giving against victim and unclear institution that has an authority to completing victim's right.
2007
T36672
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Kadek Susantiani
Abstrak :
ABSTRAK
Kedudukan anak luar kawin tidak diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang Perkawinan, sehingga di dalam praktik peradilan menimbulkan adanya perbedaan pendapat. Penelitian ini mengkaji perlindungan hukum dalam putusan badan peradilan terhadap kedudukan anak luar kawin, sehingga diketahui sejauhmana keadilan yang diperoleh anak luar kawin selama ini. Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif yang diuraikan secara deskriptif analitis. Hasil penelitian ini menyimpulkan perlindungan hukum terhadap anak luar kawin dalam putusan badan peradilan bersifat terbatas pada biaya hidup, selanjutnya keberadaan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 mengubah hubungan keperdataan anak luar kawin tidak hanya terhadap ibunya tetapi juga terhadap ayah biologis dan keluarga ayahnya. Putusan ini kemudian dijadikan dasar Pengadilan Negeri Jakarta Selatan mengabulkan permohonan hak asuh dari ayah biologis dari hubungan tanpa perkawinan.
ABSTRACT
Position of children born out of wedlock had been judged in Laws on Marriage lately, nevertheless in judicial practice it had resulted in any controversy. This research studies legal protection in any decision of judicature hence it will be known the extent to which the justice obtained by children born out of wedlock to the present. This research uses normative juridical method as described analytically. This research had drawn conclusion that legal protection in any decision of judicature to the present is restricted to life cost, subsequently the decision of Constitution Court Number: 46/PUU-VIII/2010 had amended the civil relationship of children born out of wedlock solely, it is not only for mother but also against biological father and his family. Hence, this decision had became award bases of South Jakarta District Court to allow costudy right application as biological father from their unmarried relationship.
Universitas Indonesia, 2013
T32768
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ali Askandar
Abstrak :
ABSTRAK
Persoalan yang ada di dalam dugaan medical malpractice adalah perlindungan hukum serta kesadaran hukum dokter dalam menjalankan profesinya, hal ini menunjukkan etika dan hukum dalam kalangan dokter. Para medis atau tenaga kesehatan yang telah melakukan kelalaian tersebut yang mengakibatkan pasiennya dirugikan dapat digugat ke pengadilan oleh pasiennya. Dalam proses perdata yang menyangkut gugatan seorang pasien terhadap dokter yang menanganinya, hampir semuanya menyangkut mengenai tuntutan ganti rugi. Dasar untuk pertanggungan jawab medisnya adalah : Pertama Wanprestasi, dokter tidak memenuhi kewajibannya yang timbul dari adanya suatu perjanjian ( tanggungjawab kontraktual, Pasal 1243 KUHPerdata ), adanya suatu perjanjian antara pasien dengan dokter. Dari perjanjian ini biasanya timbul perikatan usaha ( inspannings verbintenis ) atau perikatan hasil / akibat ( resultaats verbintenis ). Kedua Perbuatan melawan hukum ( onrecht matige daad ), dokter telah berbuat melawan hukum karena tindakannya bertentangan dengan asas kepatutan, ketelitian serta sikap hati – hati yang diharapkan daripadanya dalam pergaulan dengan sesama warga masyarakat ( tanggung jawab berdasar Undang – undang , Pasal 1365 KUHPerdata ).
ABSTRACT
Medical Malpractice’s problem are a legal protection and an awareness of law by physician (doctor) in their profession, that is demonstrate of medical law and ethics. The doctor who have done negligence and cause impairing to the patient will be sued to The court by patient. In Lawsuits of patient to doctor to the Law of Civil’s process is almost all about the compensation claims. First, Event of Default, The doctor is not undertakes their responsibility to an agreement (contractual responsibilities, Chapter 1243 Civil Code), the agreement between the patient and doctor. In this agreement provide with inspannings (inspannings verbintenis) or outcome / result agreement (resultaats verbintenis). The Second, Unlawful Acts (onrecht matige daad), the doctor against the law because of the action’s against the principle of propriety, accuracy and attitude which is expected of the communities (Responsibilities of Constitution, Chapter 1365 of the Civil Code).
2013
T32783
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.A. Asriningrum Kusumawardhani
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini membahas penyalahgunaan keadaan sebagai perbuatan melawan hukum, dalam kasus penandatangan akta perjanjian di rutan oleh penggugat sehingga akta‐akta perjanjian tersebut dinyatakan batal menurut hukum/dinyatakan batal oleh hakim atas gugatan penggugat dan diharuskan memberikan ganti kerugian atas pihak yang menggugat itu. kemudian yang menjadi pokok permasalahan tesis ini adalah Bagaimana penerapan ajaran penyalahgunaan keadaan di dalam putusan pengadilan? Dan Bagaimana pertimbangan hakim dalam menentukan adanya penyalahgunaan keadaan dalam kasus Putusan Mahkamah Agung RI Nomor. 3641 K/PDT/2001 dan pada kasus Putusan Mahkamah Agung RI No. 2356 K/PDT/2008 .

Penelitian ini bersifat deskriptif analisis dilakukan dengan menggunakan metode yuridis normative. Sumber data diperoleh dengan mengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melihat putusan-putusan hakim. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. Alat pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah studi dokumen, yang selanjutnya data dianalisis secara kualitatif.

Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, maka data disimpulkan mengenai kecakapan seorang terdakwa atau tersangka, unsur-unsur suatu tindakan dalam paksaan serta akibat hukum terhadap pembatalan akta-akta perjanjian yang penandatangannya dilakukan di dalam rumah tahanan sehingga tidak ada kebebasan kehendak bagi pihak tersebut dalam menandatangani suatu akta perjanjian dimana salah satu pihak pada saat penandatanganan akta perjnjian dalam keadaan tertekan. Sementara unsur-unsur yang dapat mengakibatkan pembatalan suatu akta dapat terjadi dikarenakan adanya posisi yang tidak seimbang diantara salah satu pihak yakni bisa karena adanya penyalahgunaan keadaan keunggulan ekonomis dan penyalahgunaan keunggulan psikologis,. Sedangkan akibat hukum dari pembatalan suatu akta perjanjian oleh hakim, maka keadaan dikembalikan menjadi seperti semula sebelum terbentuknya perjanjian
ABSTRACT
This thesis discusses the misuse of circumstances as an unlawful act, in the case of certificates signing an agreement in the the detention center by the plaintiff so the certificates of agreement is declared void according to the law or declared void by the judge on the lawsuit and the plaintiff required to give compensation for party who sued it.

The subject matter of this thesis is How can these of the doctrine misuse of in circumstances court decision be plicated? And How judge in specific judgment of misuse circumstances of the Supreme Court of Indonesia Decision in this case of Number: 3641K/PDT/2001 and at the case of the Supreme Court of Indonesia Decision of Number : 2356 K/PDT/2008.

The research is a descriptive analysis which was done by using the method of normative juridical. The data sources are obtained by collecting the primary data and the secondary data. The primary data obtained by scrutinizing at the decisions of judges. Whereas the secondary data acquired through primary legal materials, secondary legal materials and legal materials tertiary. Means of collecting data used in this research are the documents, and the data are analyzed qualitatively.

Based on the research data obtained, the data which are concluded concerning proficiency of a defendant or a suspect, the elements of an action in duress and legal consequences against the annulment of the deed of agreement signatories done in thedetention center so there was no freedom of the will of the party in signing the certificate of an agreement whereby one party at the time of the signing of certificates an agreement in under pressure. While the elements that can be result in the annulment of a certificate an agreement can be occur because there an unbalanced the position of between the parties that due to the misuse of circumstances economic superiorty and misuse of circumstances psychological superiority. Whereas legal consequences of the annulment of a certificate an agreement by the judge, then to as prior annulment circumstances before the establishment an agreement.
2013
T32769
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andre Trisandy
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini membahas mengenai kedudukan pencatatan perkawinan berkaitan dengan syarat sahnya perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yang masih sering menjadi perdebatan di antara para ahli hukum termasuk para hakim sehubungan dengan pengaturannya di dalam Undang-Undang yang menimbulkan ambiguitas, apakah termasuk salah satu syarat sahnya perkawinan selain dengan dilakukannya perkawinan tersebut menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu. Pengaturan ke depan mengenai pencatatan perkawinan terkait syarat sahnya perkawinan dan dalam rangka pemberdayaan pencatatan perkawinan dirasakan sangat mendesak dengan maraknya perkawinan yang tidak tercatat, yang tidak hanya dilakukan oleh masyarakat marginal dengan kemampuan ekonomi dan tingkat pendidikan rendah, namun juga dilakukan oleh masyarakat dengan status sosial dan tingkat pendidikan yang tinggi. Penelitian ini memuat saran-saran, usaha-usaha yang dapat dilakukan dengan menggunakan hukum sebagai sarana rekayasa sosial, sehingga pencatatan perkawinan dapat diberdayakan secara efektif untuk mencapai ketertiban di bidang hukum perkawinan.
ABSTRACT
This thesis discusses about the position of the registration of marriage relating to the terms of legitimate marriage under Law No. 1 of 1974 which is still often being a debate among legal experts including judges, in connection with the arrangement in the Law that bring ambiguity understanding, whether including to one of the terms of legitimate marriage other than the marriage is done according to the law of each religion or belief. The future arrangement about the position of the registration of marriage relating to the terms of legitimate marriage and in order to empower the registration of marriage perceived urgency with the rise of unregistered marriages which are not only done by people with low economic capabilities and low level of education, but also by the community with high social status and higher education. This study contains suggestions, efforts that can be made using the law as a tool of social engineering, so the registration of marriage can be effectively empowered to achieve order in the marriage law.
Universitas Indonesia, 2013
T32660
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wini Noviarini
Abstrak :
ABSTRAK
Perbuatan melawan hukum merupakan genus dari spesies wanprestasi yang dapat mengakibatkan kerugian pihak yang mengadakan perjanjian. Apabila kerugian telah terjadi pada salah satu pihak yang berasal dari hubungan kontraktual maka dapat dijadikan dasar gugatan. Namun pencampuran gugatanan tarawan prestasi dan perbuatan melawan hukum dalam yurisprudensi tidak diperkenankan, tetapi pada prakteknya pengertian wanprestasi dan perbuatan melawan hukum telah mengalami pergeseran. Bentuk-bentuk perbuatan melawan hukum dalam kontrak adalah: pembatalan perjanjian secara sepihak, pengalihan perjanjian secara sepihak dan perjanjian dalam klausula baku, sehingga gugatan yang didasari oleh kontrak dapat mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum. Pemulihan keadaan dalam perbuatan melawan hukum dengan pendekatan economic analysis of law akan menjadi rasionalisasi dari konsep-konsep abstrak mengenai keadilan.
ABSTRACT
Tort is a genus of species a breach of contact that may have adverse defaulting parties entered into the agreement. If the loss has occurred on one side that comes from the contractual relationship, it can be used as the basis of a lawsuit. But mixing a lawsuit between a breach of contact and the tort jurisprudence is not allowed, but in practice the notion a breach of contact and tort has undergone a shift. Forms in contract tortare: cancellation of the agreement unilaterally, diversion agreements unilaterally andstandard clause in the agreement, so the lawsuit is based ona contract may file a lawsuit against the law. State recovery in tort approach to economic analysis of law will be the rationalization of the abstract concepts of justice.
Universitas Indonesia, 2013
T32162
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Muhasan
Abstrak :
Proses penegakan hukum pada dasarnya merupakan serangkaian upaya, proses, dan aktivitas untuk menjadikan hukum berlaku sebagaimana seharusnya. Proses penegakan hukum meliputi tindakan prefentif dan tindakan represif. Dalam skripsi ini, pembahasan dilakukan terhadap proses penegakan hukum dalam arti tindakan represif, yaitu proses penindakan terhadap para pelanggar hukum, dalam hal ini adalah proses penindakan yang dilakukan oleh Ditjen Pajak terhadap para Wajib Pajak yang melakukan penyimpangan pajak. Guna menjamin terciptanya suatu proses penegakan hukum yang berkeadilan, Ditjen Pajak hendaknya menerapkan prinsip equality of arms dan checks and balances, terlebih mengingat rezim pemungutan pajak yang dianut Indonesia adalah self assessment. ...... Basically, law enforcement is a series of measures, processes, and activities to make laws are applied as it should be. Law enforcement process includes preventive measures and repressive measures. In this paper, the discussion is done on the process of law enforcement in the sense of repressive measures, namely the process of prosecution of offenders, in this case the prosecution process conducted by the Directorate General of Taxes to the taxpayers making tax fraud. In order to ensure the creation of an equitable law enforcement process, the Directorate General of Taxation should apply the principle of equality of arms and checks and balances, especially considering that the tax regime adopted by Indonesian Government is self-assessment.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S54422
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vivi Ayunita Kusumandari
Abstrak :
Skripsi ini membahas tentang penanganan tindak pidana Pemilu pada Sentra Penegakan Hukum Terpadu. Di dalamnya akan dibahas mengenai prosedur penerimaan laporan tindak pidana Pemilu oleh Panwaslu, Penyidikan, Penuntutan dan Pemeriksaan Sidang Pengadilan. Selain itu skripsi ini juga membahas bagaimana kewenangan Panwaslu dan akibat hukum apabila tindak pidana Pemilu tidak dilaporkan menurut prosedur yang ditentukan oleh undang-undang. Penelitian ini merupakan penelitan yuridis normatif. Data primer yang digunakan meliputi Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Putusan Pengadilan, Peraturan Bawaslu serta didukung oleh berbagai literatur seperti buku, jurnal ilmiah, laporan penelitian dan artikel ilmiah lainnya, termasuk pula wawancara dengan narasumber yang menangani tindak pidana Pemilu. Data tersebut dianalisis dengan pendekatan kualitatif dan diuraikan secara deskriptif. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa prosedur penanganan laporan tindak pidana Pemilu harus dimulai dari Panwaslu, jika tidak maka tindak pidana pemilu tidak dapat diproses lebih lanjut atau akan dilakukan penghentian penyidikan. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan koordinasi diantara unsur Sentra Penegakan Hukum Terpadu. ...... This thesis discuss about settlement of election offences on Integrated Law Enforcement Center. It will discuss about the acceptance report procedure of election offences by General Election Supervisory Committee, investigation, prosecution, and trial court examiantion. Furthermore, this thesis also discuss about authority of General Election Supervisory Comitteee and legal consequences if the election offences is not reported according to the procedure mentioned in regulation. This research is a normative juridical research. Primary data used include the act, government regulations, and court decisions and supported by various of literatures such as books, scientific journals, research reports, and other scientific articles, including the interview with the expert in the General Election. Data were analyzed by a qualitative approach and explained descriptively. The result of this thesis declares that the report procedure of election offences must be started from General Election Supervisory Committee, if it doesn?t, law enforcement of Election offences can?t be processed further or there will be a termination of the investigation. Coordination on Integrated Law Enforcement Center is required to solve the problem.
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S53959
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Turangan, Yuma
Abstrak :
Selama ini Indonesia dalam mengembalikan aset hasil tindak pidana, termasuk aset hasil tindak pidana korupsi, menggunakan perampasan in personam. Perampasan in personam ini pada prakteknya menemui banyak kendala, sehingga negara kesulitan mengembalikan aset tersebut. Salah satu tindak pidana korupsi yang asetnya masih belum bisa dikembalikan kepada negara sampai saat ini adalah tindak pidana korupsi pada kasus Golden Key yang dilakukan oleh Eddy Tansil. Salah satu solusi akan hal ini adalah perampasan in rem yang diatur dalam United Nations Conventions Against Corruption (UNCAC) 2003. Perampasan in rem ini memiliki keunggulan-keunggulan yang tidak terdapat pada perampasan in personam. Dalam konteks pemberantasan korupsi di Indonesia, perampasan in rem ini diharapkan dapat lebih membantu mengembalikan aset hasil tindak pidana korupsi dibandingkan dengan perampasan in personam. Perampasan in rem ini dapat menjadi solusi untuk mengembalikan aset hasil tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh Eddy Tansil dalam kasus Golden Key. Atas hal tersebut dapat dibahas permasalahan mengenai bagaimanakah mekanisme (tata cara) perampasan in rem tersebut, serta perbandingannya dengan perampasan in personam. ...... For all this time in recovering assets as proceeds of crime, including corruption, Indonesia utilizes in personam forfeiture. On Practice, this forfeiture faces many obstacles which resulting in difficulties on the asset forfeiture. One particular corruption case with such difficulty is the notorious Golden Key Case committed by Eddy Tansil. A solution is offered by United Nations Conventions Against Corruption (UNCAC) 2003 by the name of in rem forfeiture. This type of forfeiture, unlike the in personam one, has many advantages compared to the latter. On the anti-corruption context, this in rem forfeiture is expected to be more successful than the in personam one. This forfeiture could be the solution to recover assets obtained from the corruption commited by Eddy Tansil on the Golden Key Case. Based on these, there are some problems available to be discussed, such as the mechanism of in rem forfeiture and its comparisons with in personam forfeiture.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S54604
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>