Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mieke Marindawati
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Biopsi aspirasi jarum halus/Fine needle aspiration biopsy (FNAB) merupakan teknik diagnostik yang efektif untuk membedakan lesi jinak dan ganas yang dapat membantu menilai perlu atau tidaknya dilakukan pembedahan. Namun FNAB mempunyai keterbatasan dalam mendiagnosis terutama pada lesi indeterminate sehingga perlu dilakukan pulasan imunositokimia untuk meningkatkan akurasi. Cytokeratin 19 (CK19) merupakan penanda yang sensitif untuk karsinoma papiler tiroid, namun masih jarang dilakukan pada spesimen FNAB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akurasi diagnostik imunositokimia CK19 pada spesimen FNAB lesi indeterminate nodul tiroid.

Metode: Penelitian ini dilakukan secara retrospektif dan merupakan penelitian observasional analitik menggunakan desain potong lintang. Populasi penelitian adalah kasus FNAB nodul tiroid yang berpasangan dengan kasus histopatologi dari arsip Departemen Patologi Anatomik FKUI/RSCM tahun 2014-2015. Pemilihan sampel dilakukan secara consecutive sampling. Sampel berjumlah 42 kasus yang terdiri dari 11 kasus (26%) lesi jinak, 12 kasus (29%) atypical of undetermined significance (AUS), 10 kasus (24%) suspicious, dan 9 kasus (21%) ganas. Dilakukan pulasan CK19 dan dinilai ekspresinya berdasarkan titik potong

Hasil: Pada 42 sampel yang diteliti terdapat 23 kasus sitologik dengan ekspresi CK19 positif kuat, yang terdiri atas 21 kasus histopatologik ganas dan 2 kasus histopatologik jinak. Sedangkan 19 kasus sitologik yang menunjukkan ekspresi CK19 positif lemah/negatif terdiri atas 17 kasus histopatologik jinak dan 2 kasus histopatologik ganas. Berdasarkan hasil ini akurasi diagnostik sediaan FNAB lesi indeterminate adalah 86%. Secara umum juga menunjukkan bahwa pulasan imunositokimia CK19 pada spesimen sitologik FNAB mempunyai nilai sensitivitas 91%, spesifisitas 89%, nilai prediksi positif 91%, nilai prediksi negatif 89% dan akurasi diagnostik 90%.

Kesimpulan: Pulasan CK19 dapat digunakan sebagai penanda untuk membedakan karsinoma papiler tiroid dan nodul jinak tiroid pada spesimen FNAB lesi indeterminate dengan akurasi diagnostik 86%.
ABSTRACT
Background: Fine-needle aspiration biopsy (FNAB) is a diagnostic technique that is effective in distinguish between benign and malignant lesions that can help to assess whether any surgery is required or not. However FNAB has limitations in diagnosis, especially in indeterminate lesions. Therefore accuracy of this technique can be improved by immunocytochemistry staining. Cytokeratin 19 (CK19) is a sensitive marker for papillary carcinoma of the thyroid, but still rarely performed in FNAB specimens. The aim of the present study was to establish the diagnostic accuracy of CK19 in thyroid FNAB indeterminate lesion

Methods: This study is an analytic observational research using cross sectional design. The population of this study was FNAB cases of thyroid nodules which paired with histopathological cases. Data was retrieved from the archives of Anatomic Pathology Department of the Faculty of medicine/Cipto Mangunkusumo Hospital years 2014-2015. Sample selection performed by consecutive sampling. Total 42 cases in this study consisting of 11 benign lesions (26%), 12 Atypical of undetermined significance (AUS) (29%), 10 suspicious (24%), and 9 malignant (21%). CK19 staining was performed and the positivity expression was determined based on cut off.

Results: Totally 42 samples studied contained 23 cytologic case with strong positive expression of CK19, consisting of 21 malignant histopathologic cases and 2 benign histopathologic cases. While 19 cytologic cases that showed weakly positive/ negative CK19 expression was consisted of 17 benign histopathologic cases and 2 malignant histopathologic cases. Based on these results the diagnostic accuracy of FNAB preparations indeterminate lesions was 86%. In general showed that CK19 staining immunocytochemistry on cytologic specimens FNAB have a sensitivity of 91%, specificity of 89%, positive predictive value of 91% , negative predictive value of 89% and diagnostic accuracy of 90%.

Conclusion: CK19 staining can be used as a marker to distinguish between papillary carcinoma thyroid and benign thyroid nodules in FNAB indeterminate lesions with a diagnostic accuracy of 86%.
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selma Avianty
Abstrak :
ABSTRAK
Promosi tanpa disadari membentuk pola pemilihan makanan dimana banyak diantaranya tidak sehat. Studi ini melihat promosi makanan, penerimaan strategi promosi makanan, dan kebiasaan makan penyedia makanan rumah tangga berpendidikan tinggi di Jakarta, mengingat mereka lebih terpapar promosi makanan. Menganalisis data dari International Study of the Families and Food Survey 2014 oleh Deakin University, dilengkapi dengan wawancara mendalam 16 informan yang memiliki kemiripan demografis. Hasil menunjukkan promosi makanan bukan faktor utama mempengaruhi kebiasaan makan. Dikarenakan daya tarik promosi hanya pada hal yang diperlukan; faktor lain seperti kesehatan, pilihan keluarga, lingkungan kerja, dan delivery makanan juga menjadi perimbangan dalam memilih makanan
ABSTRACT
Food marketing shaped food preferences provides unhealthy food. This study aimed to assess food marketing exposure, approval, and food practices among highly-educated household food providers in Jakarta, as they were more exposed by integrated food marketing. This study analyzed International Study of the Families and Food Survey 2014 by Deakin University, complemented with in-depth interview among 16 demographically similar informants. This study showed that food marketing exposure was less associated with food practices, due to the lure of promotion only on necessary things; other factors such health, family preference, working environment, and advance delivery technology were among the considerations
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Latifah
Abstrak :
ABSTRAK
Obesitas menjadi masalah kesehatan masyarakat sejak meningkatnya prevalensi obesitas pada lima tahun terakhir. Penelitian bertujuan untuk menggali variabel lingkungan obesogenic di Indonesia. data didapatkan dari Podes 2014, Riskesdas 2013 dan penutupan lahan 2013. Terdapat asosiasi antara lingkungan obesogenic dan prevalensi obesitas. Komposit total skor lingkungan obesogenic dapat menjeaskan obesitas sebesar 42.5%. Pada level individu, orang yang tinggal di klaster 3 memiliki kemungkin 28.4% untuk menjadi obesitas dibanding orang yang tinggal di klaster 1 (OR=1.34, p= <0.001, CI:95%). Berdasarkan temuan, lingkungan berpotensi mempengaruhi kejadian obesitas di Indonesia.
ABSTRACT
Obesity consider as public health problem since there was increase prevalence in last five years. The study was objectively explore obesogenic environment variable in Indonesia. Data were collected from Podes 2014, Riskedas 2013 and land covering 2013. There were association between obesogenic environment and obesity prevalence. Composite total score of obesogenic environment can explain 42.5% obesity prevalence. At the individual level, people who lives in cluster 3 were have 28.4% probability to become obese than people who lives in cluster 1 (OR=1.34, p= <0.001, CI:95%). Based on finding, environment was could potentially influence obesity occurence in Indonesia.
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mira Fitriningsih
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang dan tujuan: MRI merupakan pemeriksaan paling sensitif untuk mengevaluasi herniasi diskus lumbalis. Kekurangan MRI adalah lamanya waktu pengambilan gambar dan kurangnya ketersedian diberbagai tempat. Pada institusi dengan keterbatasan alat dan jumlah pasien yang banyak hal ini dapat menyebabkan terjadinya stagnansi pasien. Maka perlu dipikirkan suatu studi alternatif pada MRI untuk mempersingkat waktu. Di RSCM, protokol terbatas belum menjadi standar, sehingga dibutuhkan penelitian untuk menilai sensitivitas dan spesifisitas MRI protokol terbatas pada diagnosis herniasi diskus lumbalis, stenosis kanalis spinalis lumbal, stenosis foraminal pada vertebra lumbalis. Metode: Uji diagnostik dengan pendekatan potong lintang untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas protokol terbatas dalam mendiagnosis herniasi diskus, stenosis kanal spinalis dan stenosis foraminal pada vertebra lumbal pada 60 subyek. Hasil: Sensitivitas dan spesifitas MRI protokol terbatas pada diagnosis herniasi diskus, stenosis kanal spinalis, stenosis foraminal baik, yaitu 97,2% dan 95,2%, pada diagnosis herniasi diskus, 97,6% dan 96,6% pada stenosis kanal spinalis, dan 91,6% dan 92,6% pada stenosis foraminal. Kesimpulan: Sensitivitas dan spesifisitas MRI protokol terbatas pada diagnosis herniasi diskus, stenosis kanal spinalis dan stenosis foraminal baik, akan tetapi penggunaan secara luas perlu mempertimbangkan hal-hal lainnya seperti: pasien murni hanya herniasi diskus tanpa penyulit lainnya, menuntut kehadiran dokter spesialis radiologi pada saat pemeriksaan MRI berlangsung, dan protokol pemeriksaan MRI harus dibuat optimal.
ABSTRACT
Background and purpose: MRI is the most sensitive examination to evaluate lumbar disc herniation. Disadvantages of MRI is the long duration of examination and the lack of availability of various places. At institutions with limited equipment and patient loads it can lead to stagnation of the patient. Then it should be considered an alternative to MRI studies to shorten the time. At RSCM, restricted protocols yet to be standarized, so that research is needed to assess the sensitivity and specificity of Limited Protocol MRI protocol in diagnosing of lumbar disc herniation, lumbar spinal canal stenosis, lumbar foraminal stenosis Methods: Diagnostic Test with cross sectional approach to determine the sensitivity and specificity of the protocol in diagnosing lumbar disc herniation, lumbar spinal canal stenosis, lumbar foraminal stenosis in 60 subjects. Results: The sensitivity and specificity of limited protocol MRI is good, that is 97.2% and 95.2%, in the diagnosis of lumbar disc herniation, 97.6% and 96.6% in the lumbar spinal canal stenosis and 91.6% and 92.6% at lumbar foraminal stenosis Conclusion :Sensitivity and specificity of Limited Protocol MRI in diagnosising of a lumbar disc herniation, lumbar stenosis canal spinal and lumbar stenosis foraminal is good, but the widespread use need to consider other things such as: the diagnosis patient is purely a herniated disc without other complications, demanding the presence of radiologist during MRI examinations, and the protocol MRI examination should be made optimal.
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Rika Trismayanti
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Kebocoran anastomosis adalah komplikasi yang dapat terjadi pasca dilakukannya reduksi manual, reseksi dan anastomosis end-to-end pada kasus intususepsi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebocoran anastomosis antara lain teknik operator, kondisi lokal usus, kondisi umum pasien dan grading kolagen yang terbentuk pada proses penyembuhan luka. Tujuan: Mengetahui pengaruh perubahan grading kolagen usus pasca reseksi anastomosis terhadap kebocoran pada kasus intususepsi. Metode: Dua puluh satu tikus Sprague-dawley dilakukan laparatomi untuk dibuat model intususepsi (IN). Setelah 45 menit dilakukan destrangulasi selama 10 menit, dinilai adanya nekrosis dan dilanjutkan reseksi anastomosis. Tikus dibagi menjadi 3 kelompok, kelompok A : reseksi anastomosis pada batas usus yang nekrosis, kelompok B : reseksi anastomosis pada batas usus yang mengalami trombosis pembuluh darah mesenteriumnya, dan kelompok C : reseksi anastomosis pada batas usus yang sehat. Sampel usus yang direseksi diperiksa secara Histopatologi untuk menilai grading kolagen. Setelah 5 hari dilakukan laparatomi ulang, dinilai secara subjektif ada tidaknya kebocoran anastomosis, lalu diambil sampel segmen anastomosis usus untuk dinilai kembali grading kolagennya. Diharapkan jika terjadi kenaikan grading kolagen, anastomosis akan paten, sebaliknya jika terjadi penurunan akan terjadi perforasi. Hasil: Kelompok A: grading kolagen menurun dengan perforasi 6 (85,7%), grading kolagen tetap tanpa perforasi 1 (14,2%). Kelompok B: grading kolagen menurun dengan perforasi 2 (28,6%), tetap dengan perforasi 1 (14,3%), meningkat tanpa perforasi 4 (42,9%). Kelompok C: grading kolagen meningkat tanpa perforasi 5 (71,4%), menetap tanpa perforasi 2 (28,6%). Kesimpulan: Terdapat perubahan grading kolagen pasca reseksi anastomosis usus yang mempengaruhi tingkat kebocoran anastomosis pada kasus intususepsi
ABSTRACT
Background: Anastomosis leakage is a common complication following manual reduction, resection and end-to-end anastomosis in treating intussusceptions. Factors influencing the anastomosis leakage such as surgeon?s technique, local bowel condition, systemic condition of patients and the concentration of collagen in the bowel tissue during the anastomosis healing. Aim: To study the effect of collagen concentration changes after resection and anastomosis procedure, in relation to the anastomosis leakages in intussusceptions case. Methods: 21 Sprague-dawley rats were performed laparotomy to create the intussusception model (IN). The IN models were applied for 45 minute, after the bowel considered necrotic, destrangulation were performed for 10 minutes continued with resection and anastomosis on 3 group of resection margin: A on necrotic margin of bowel, B: on the thrombotic mesenterium vessel margin, C: on normal bowel margin. Resected bowels were sent for histopathology examination of collagen concentrations. After 5 days, another laparotomy was performed and the anastomosis leakages were subjectively assessed. The anastomosed segments were sampled for collagen concentration and grade. Results: In study group A the collagen grading were found to be decreased with 6 leakages occurred (85.7%) and 1 subject (14.2%) with stable collagen grading and no leakages. From group B, subjects with decreased collagen and leakages were 2 (28.6%), and 1 subjects (14.3%) were stable in grading with leakages, and 4 subjects (42.9%) with increased collagen without leakages. In Group C, 5 rats (71.4%) had increased collagens without leakages, and 2 rats were at stable collagen grade without leakages. Conclusion: There were collagen grade changes in bowel anastomosis that affect the extent of leakages in intussusceptions case
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Luthfiana Sufyan
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian menunjukkan bahwa lingkungan pangan mencerminkan pola makan pada populasi dari bermacam kalangan usia, termasuk wanita sebagai penyedia pangan dalam rumah tangga. Studi kualitatif ini bertujuan untuk memperoleh pola makan yang dibentuk oleh pilihan pangan. Pengumpulan data yang utama diperoleh dari wawancara mendalam kepada delapan belas (n=18) wanita dengan BMI status yang berbeda berdasarkan laporan individu. Analisis isi diterapkan pada data analisis. Para wanita melaporkan keputusan pembelian makanan dibatasi oleh makanan yang tersedia di area sekitar tempat tinggal dan menu pilihan anak. Kecenderungan pada makanan yang murah, enak, siap saji dan banyak mengarahkan wanita pada konsumsi tinggi lemak, karbohidrat, gula dan garam. Toko makanan yang banyak tersedia mengelilingi area tinggal memenuhi permintaan terhadap makanan kurang sehat tersebut. Promosi ke rumah oleh karyawan supermarket meningkatkan akses pada minyak. Studi ini memberikan wawasan untuk membantu mengembangkan metode advokasi dan edukasi yang berguna untuk perencanaan program gizi pada wanita di area kumuh perkotaan.
ABSTRACT
Studies shown food environment reflects dietary practices among various age populations, including women as household food gatekeepers. The present qualitative study aims to elicit current dietary practices shaped by food choice. Main data collection was obtained from in-depth interviews to eighteen (n=18) women with different self-reported BMI status. Observation and focus group discussion were carried on to attain insights on communal activities and practices. Content analysis was applied. Women reported that purchasing decision was limited to food available nearby and children?s preferred menu. Preference to foods that was cheap, convenient, tasty and plentiful led women to consume foods high in fats, carbohydrates, sugars and salts. Food stores that were massively available surrounding the residents satisfied the demands on such kinds of unhealthy foods. Door to door promotion by convenience store crews, increase access of cooking oil. This study provides insights to foster healthier food choice among urban slum women.
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nella Yesdelita
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Berlakang: Cedera medula spinalis (CMS) merupakan suatu kondisi medis yang kompleks dan dapat menyebabkan disabilitas. Pada CMS terjadi gangguan baik sementara maupun menetap pada fungsi motorik, sensorik, atau otonom. Gangguan tersebut mengakibatkan menurunnya kemampuan fungsional seorang penderita CMS. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kesahihan dan keandalan SCIM III versi bahasa Indonesia untuk menilai kemampuan fungsional penderita CMS. Metode: SCIM III versi bahasa Inggris diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia melalui metode penerjemahan forward-backward serta dilakukan cognitivedebriefing sehingga didapatkan SCIM III versi bahasa Indonesia. SCIM III versi bahasa Indonesia ini digunakan kepada 30 orang penderita CMS di dua rumah sakit dan satu wisma penderita CMS di Jakarta. Tiga orang rater menilai setiap subjek menggunakan rekaman video. Penilaian ulang dilakukan oleh peneliti satu minggu kemudian. Kesahihan konstruksi dan kriteria dinilai menggunakan koefisien korelasi. Untuk uji keandalan, digunakan intraclass correlation coefficient untuk menilai keandalan inter-rater, paired t-test untuk keandalan test-retest, dan Cronbach?s α untuk internal consistency. Hasil: Didapatkan nilai korelasi lebih dari 0,4 (p<0,05) untuk kesahihan konstruksi dan kriteria. Intraclass correlation coefficient lebih dari 0,8 (p<0,05) untuk keandalan inter-rater, nilai korelasi lebih dari 0,6 (p<0,05) untuk keandalan test-retest dan Cronbach?s α 0,895 untuk keandalan internal consistency. Kesimpulan: SCIM III versi bahasa Indonesia terbukti sahih dan andal untuk menilai kemampuan fungsional penderita CMS.
ABSTRACT
Objective: Spinal cord injury (SCI) is a medically complex condition and can cause disability. Patients with spinal cord injury usually have either temporary or permanent insult to motor, sensory, or autonomic function. The impairments reduce the functional capacity of the patients. The aim of the study was to assess the validity and reliability of Indonesian version of SCIM III to measure the functional capacity of patients with SCI. Methods: English version of SCIM III was translated to Indonesian involving a forward-backward translation and cognitive debriefing to develop Indonesian version of SCIM III. The tool was administered to 30 patients with SCI in two centers and a residential home of SCI in Jakarta. Three raters evaluate each subject by using video record. Writer assessed each subject one week later. Construct and criterion validity was assessed by using correlation coefficient. For reliability, intraclass correlation coefficient was used for inter-rater reliability, paired t-test for test-retest reliability, and Cronbach?s α for internal consistency. Results: There was correlation coefficient above 0,4 (p<0,05) for construct and criterion validity. Intraclass correlation coefficient above 0,8 (p<0,05) for inter-rater reliability, correlation coefficient above 0,6 (p<0,05) for test-retest reliability and Cronbach?s α 0,895 for internal consistency. Conclusion: Indonesia version of SCIM III was proven to be valid and reliable to assess the functional capacity of patients with SCI.
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tran Thi Hai
Abstrak :
ABSTRAK
Malnutrisi akut merupakan risiko tinggi kematian pada anak usia dibawah lima tahun. Vietnam memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan ambang batas optimal ukuran Lingkar-Lengan-Atas (LILA) guna meningkatkan akurasi indikator LILA pada screening anak kurus usia 6-59 bulan. Survei telah dilakukan di 16 kecamatan pada empat provinsi Midlands Utara dan daerah pegunungan. Data dari 4764 subjek anak menunjukkan bahwa ambang batas LILA optimal adalah 13,5 cm. Hal ini memungkinkan masuknya 65% anak-anak dengan skor-Z berat-untuk-tinggi (WHZ) kurang dari -3SD. LILA kurang dari 13,5 cm perlu dipertimbangkan untuk menentukan anak kurus selain ukuran berat-untuk-tinggi (WHZ) kurang dari -3SD.
ABSTRACT
Acute malnutrition remains extreme risk of mortality among children under five. Vietnam needs further study to establish the optimal Mid-Upper-Arm Circumference (MUAC) cutoff to improve the accuracy of MUAC indicator in screening wasting children aged 6-59 months. A survey was conducted at all 16 sub-districts across four provinces in Northern midlands and mountainous area. The data of 4764 children showed that the optimal MUAC cut-off 13.5 cm would allow inclusion of 65% of children with a Weight-for- Height z-score (WHZ) less than -3SD. MUAC less than 13.5 cm should be considered to measure in parallel an in addition to WHZ less than -3SD
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifalisanto
Abstrak :
ABSTRAK
LATAR BELAKANG. Kecepatan berjalan jarak pendek merupakan pengukuran yang reliabel untuk menilai risiko jatuh dirumah sakit pada pasien usia lanjut. Dengan adanya penurunan kecepatan berjalan pada usia lanjut yang dipengaruhi oleh berbagai risiko jatuh dan besarnya masalah yang ditimbulkan oleh jatuh maka, perlu dilakukan penelitian. Saat ini belum ada penelitian yang menghubungkan korelasi antara kecepatan berjalan dengan besarnya risiko jatuh pada usia lanjut di Indonesia. METODE. Penelitian deskriptif analitik dengan periode sewaktu. Pada pasien usia lanjut dengan risiko jatuh ringan dan sedang secara consecutive sampling. Penilaian risiko jatuh dengan Berg Balance scale, kemudian dilakukan pemeriksaan kecepatan berjalan 10 meter. Penilaian korelasi Berg Balance scale dengan kecepatan berjalan. Menentukan hubungan antara kategori kecepatan berjalan dengan kategori risiko jatuh dilakukan uji Chi Square sehingga dapat menghitung Crude Odds Ratio dan adjusted Odds Ratio. HASIL. Terdapat korelasi positif sedang yang bermakna secara statistik antara nilai Berg Balance Scale dengan kecepatan berjalan (r=0,492, p<0,001). Terdapat perubahan Odds Ratio ≥ 10 % untuk variabel usia (11,6 %), jenis kelamin (18,48%) dan status gizi (10,16%) menunjukkan semua variabel merupakan variabel perancu untuk variabel kecepatan berjalan. KESIMPULAN. Terdapatnya korelasi sedang antara Berg Balance Scale dengan kecepatan berjalan pada usia lanjut. Terdapat hubungan antara kecepatan berjalan dengan risiko jatuh pada usia lanjut.
ABSTRACT
BACKGROUND. One in three elderly falls each year and cause many complication. The most common etiology of falls in elderly is balance disorder that will reduce their walking speed. Short walking distance is a reliable measurement for assessing the risk of falls in hospital for elderly patients. This study is purposed to assess the correlation between the walking speed and the magnitude of the risk of falls in elderly people. METHOD. Descriptive analytic research with cross-sectional method and consecutive sampling in mild and moderate risk of fall elderly patients. Risk of falls was assessed using Berg Balance Scale and walking speed using 10 meters distance walking test. Spearman correlation analysis test between Berg Balance Scale compare and walking speed. Chi Square Test to determine the correlation between confounding variable with walking speed category and category risk of falls. RESULTS. There is a statistically significant positive moderate correlation between the Berg Balance Scale and walking speed (r = 0.492, p <0.001). There is a change of more than 10% of the odds ratio for the age (11.6%), sex (18.48%) and nutritional status (10.16%) which showed that all the variables are the confounding variable for walking speed. CONCLUSION. The presence of moderate correlation between the Berg Balance Scale and walking speed in the elderly. There is a relationship between walking speed and the risk of falls in the elderly.
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Amrytha Sanjiwani
Abstrak :
Saat ini, permasalahan gizi pada anak usia Bawah Dua Tahun (BADUTA) menjadi perhatian dikarenakan 1000 hari pertama kehidupan merupakan fase terpenting (kritis) anak dimana pada tahap ini puncak pertumbuhan dan perkembangan otak dan fisik anak terjadi. Kecerdasan anak merupakan hasil interaksi antara faktor alami dan lingkungan.. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara Gen TMPRSS6, status besi, dan stimulasi dengan fungsi kognitif pada anak BADUTA di etnis Sasak. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional pada 194 anak Sasak. Pada penelitian ini dapat dilihat interaksi antara faktor bawaan (nature) yaitu polimorfisme gen TMPRSS6 dan juga faktor lingkungan yaitu stimulasi (nurture). ...... Under two years old children become a concern in nutrition science because the first 1000 days of life is critical window of opportunity to ensure the optimum development of children through the peak of brain and physical growths. Cognitive function has been recognized as result from interaction between nature and nurture. This study aimed to assess the simultaneous association between independent variable with developmental outcome. This study was cross-sectional study conduct on 194 Sasaknese children. The nature factor was TMPRSS6 gene polymorphism in SNP rs855791 had border line association and the nurture factor is psychosocial stimulation from the environment.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>