Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 120699 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Halimatussakdiah
"Setiap tahunnya terdapat 4.500.000 wanita melahirkan di Indonesia, 15.000 diantaranya mengalami komplikasi yang menyebabkan kematian. Salah satu komplikasi adalah persalinan dengan seksio sesarea. Hal ini terjadi karena berbagai sebab, diantaranya karena kurang mendapat informasi tentang pendidikan kesehatan seksio sesarea. Penelitian ini merupakan penelitian yang berbentuk kuasi ekspenmen dengan rancangan Fastest Only Design. Populasi penelitian ini adalah ibu talon operasi seksio sesarea. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 80 orang, 40 orang kelompok intervensi dan 40 orang kelompok kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Analisis efekti fitas pendidikan kesehatan terhadap involusi uterus dilakukan dengan uji t (Independent t- test) dan uji Chi-Square. Hasil uji kesetaraan responden didapatkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol atau homogen ( P > 0.05, alpha = 0.05).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penurunan tinggi fundus uteri (P = 0.01), perbedaan perubahan warna lochea (P = 0.01) dan perbedaan involusi uterus (P = 0.01) antara dua kelompok. Dari basil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian paket pendidikan kesehatan pre operasi seksio sesarea terhadap involusi uterus. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian lain tentang pentingnya mobilisasi pada post operasi seksio sesarea.

There is 4.500.000 women childbirth every year in Indonesian. 15.000 of them caused by complication and ended by death. One of complications is childbirth with sectio Caesarea. It occurs because of many reasons; one of them is caused by lack of information about health education sectio Caesarea. This study used a quasi experiment: Post test Only Design. The populations are mothers who should do operation sectio Caesarea. Total samples in this study are 80 people, 40 person as intervention groups and 40 persons as control groups. Samples are taking by purposive sampling. Analysis is done by using t-test (independent t -test) and Chi-square test.
The results showed that in control groups and intervention groups are equal or hornogen (P > 0.05, alpha = 0.05). This study results; shown there are differences descend of fundal uterine (P = 0.01), differences in lochea changes (P = 0.01) and differences in uterine involution (P = 0.01) between two groups. This study shows that there is influence on health education toward uterine involution in post sectio Caesarea. These results were supported by other researches about the important of mobilization for post operation sectio caesarea.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
T18669
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imelda
"Anak merupakan generasi penerus bangsa. Perkembangan anak dapat mencapai 80% pada usia 3 tahun apabila dilakukan stimulasi perkembangan dengan teratur. Ibu merupakan orang paling tepat melakukan stimulasi perkembangan anak. Oleh karena itu pengetahuan ibu perlu ditingkatkan melalui pendidikan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektifitas pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap ibu dalam stimulasi perkembangan anak toddler. Penelitian ini menggunakan desain quasi experimental, dengan pretest-posttest non-equivalent control group design yang bertujuan mengetahui perbedaan pengetahuan dan sikap ibu dalam stimulasi perkembangan anak toddler yang diberikan dan tidak diberikan intervensi pendidikan kesehatan dengan menggunakan kelompok kontrol. Populasi penelitian ini adalah para ibu yang mempunyai anak toddler yang sedang dirawat di ruang perawatan di Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin Banda Aceh. Jumlah sampel 34 orang, 17 orang kelompok intervensi dan 17 orang kelompok kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan concecutive sampling. Analisis efektifitas pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap ibu dalam stimulasi perkembangan anak toddler menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan pengetahuan (p=l,000) dan sikap (p=0,732) ibu sebelum intervensi dan ada perbedaan pengetahuan (p=0,002) dan sikap (p=0,039) ibu setelah intervensi pada kelompok intervensi dan kontrol. Ada perbedaan pengetahuan dan sikap ibu sebelum dan setelah intervensi pada kelompok intervensi (p=0,002) dan tidak ada perbedaan pengetahuan dan sikap ibu sebelum dan setelah periode intervensi pada kelompok kontrol (p=l,000). Tidak ada pengaruh karakteristik ibu pada pengetahuan dan sikap ibu pada kelompok intervensi. Pemberian pendidikan kesehatan yang teratur diharapkan ibu dapat berpengetahuan baik dan bersikap positif dalam stimulasi perkembangan. Pendidikan kesehatan merupakan salah satu cara pendekatan terbaik yang dapat diterapkan di masyarakat untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan sikapnya terhadap program stimulasi perkembangan anak dengan melibatkan berbagai unsur termasuk keluarga. Perawat anak dapat memberikan pendidikan kesehatan dengan tepat, maka perlu bekeijasama dengan berbagai kalangan yang ada di daerah setempat.

Children are the prospect generation of nation. The development of child could come to 80% at the age of 3 if development stimulation is done regulariy. A mother is the best to carry out the child stimulation development. For this reason, the mother’s knowledge needs upgrading through health education. This research was aimed to explore the effectiveness of health education on mother,s knowledge and attitude toward children stimulation development in toddler. The research was quasi experimental design, with pretest-posttest non-equivalent control group design that aimed to explore the difference in mother’s knowledge and attitude toward children stimulation development between control and experimental group. The participants in the intervention group were given health education wheareas the control group were’nt given the health education. The population of this research were mothers in Zainoel Abidin general hospital Banda Aceh whose had sick toddler in hospital. The samples were 34 devided into 2 group, with 17 participants respectively. Data were analized by chi-square test. The result showed that there was no significant difference in mother knowledge (p=1,000) and attitude (p=0,732) toward children stimulation development before intervention and there was significant difference in mother knowledge (p=0,002) and attitude (p-0,039) after intervention in both of groups. There was significant difference in mother knowledge and attitude before and after intervention in intervention group (0,002). There was no significant difference in mother knowledge and attitude before and after time of intervention in control group (p=l,000). There was no influence of characteristic of mother in knowledge and attitude. By regular heath education, it is hoped that the mother will have positive attitude and good knowledge toward children stimulation development in toddler. Health education is one of best approach that can be applied in community in order to improve knowledge and attitude in children stimulation development program by involving various sectors. Pediatric nurse can give the proper health education can collaborate with many sectors including local government."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T26565
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Yurika
"Kualitas sumber daya manusia harus dipersiapkan sejak dini melalui pemantauan tumbuh kembang balita. Upaya ini ditujukan untuk mendeteksi dini penyimpangan/ keterlambatan perkembangan yang terjadi pada balita dan sekaligus melakukan intervensi jika apabila terjadi penyimpangan/keterlambatan tersebut. Guna meningkatkan angka keberhasilan deteksi dini tumbuh kembang anak, perlu diupayakan peran serta orangtua terutama ibu. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang tahap-tahap perkembangan balita dan cara penilaiannya sehingga dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan orangtua khususnya ibu dalam pemantauan perkembangan balita. Penelitian ini menggunakan desain quasi experimental one group pretest-posttesl untuk membuktikan adanya peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan terhadap pendidikan kesehatan mengenai pemantauan perkembangan balita di Kelurahan Sukaramai Kecamatan Baiturrahman Banda Aceh setelah diberikan pendidikan kesehatan. Pengambilan sampel dilakukan dengan total populasi dengan jumlah sampel 64 orang. Pendidikan kesehatan diberikan dengan metoda ceramah, diskusi dan demonstrasi di masing-masing rumah responden. Setiap responden diberikan booklet sebagai bahan bacaan. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan yang bermakna pada pengetahuan (p value 0,004), sikap (p value 0,005) dan keterampilan (p value 0,019) ibu sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan. Hasil penelitian yang melihat hubungan antara karakteristik ibu dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan ibu sesudah intervensi pendidikan kesehatan, menunjukkan hasil tidak ada hubungan dengan nilai p>0,05. Pemberian pendidikan kesehatan yang teratur dan regular dengan materi yang sederhana, metoda yang tepat, pemberi materi yang adekuat dan waktu yang sesuai dengan waktu responden diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan ibu dalam pemantauan perkembangan balita. Perawat anak sebagai salah satu praktisi kesehatan yang profesional diharapkan dapat memberikan pendidikan kesehatan dengan tepat baik di institusi pelayanan kesehatan maupun di komunitas.

The quality of the human resources must be prepared in an early age by monitoring the baby’s development. This is done to detect an early aberration/ the slow development that happens to the baby and also to do an intervention if it really did happen. To increase the number of succeeded detections of the development of a child, the parents must be involved especiaiiy the mother. One of the things that can be done is by giving health education about the stages of the baby’s development and how to judge it so we can gain knowledge, attitude, and skill of the parents especiaiiy the mother’s in monitoring it. This research uses quasi experimenlal one group pretest - posttesl design to prove that there is an increase in knowledge, attitude, and skill towards health education about monitoring the development of a baby at Sukaramai, Baiturrahman district, Banda Aceh after been given health education. Samples were taken from the total ofthe population of 64 people. Health education is being given through speeches, discussions, and demonstration at each respondent’s house. Every respondent is been given a booklel as a reading material. The result of the research shows there is a large increase in knowledge (p value 0,004), attitude (p value 0,005), and skill (p value 0,019) of the mothers before and after being given health education. The result of the research that shows the association between the characteristic of the mother with her knowledge, attitude and skill of the mother after the intervention of health education, shows that there isn’t any association with the score of p>0,05. Giving health education regularly and in order with a simple theme, with the right method, the speaker is persuasive and time of the respondent time with hope it can gain knowledge, attitude, and skill of a mother in monitoring the development of their baby’s. Pediatric nurse as one of the professionals in health is expected to give the right health education in the health service institutions or in the community."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T26560
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riyanti Oktapia
"Persalinan dibedakan menjadi persalinan secara normal dan persalinan secara sectio caesarea (SC). Pasien post sectio caesarea biasanya akan merasakan ketidaknyamanan seperti merasa nyeri, sulit untuk melakukan pergerakan, kebas dan kesemutan pada area ekstremitas. Mobilisasi dini merupakan salah satu intervensi keperawatan yang diberikan pada pasien sectio caesarea (SC). Mobilisasi dini dapat meningkatkan sirkulasi dan oksigenasi ke area luka seksio. Karya ilmiah ini, akan membahas dan memaparkan hasil pemberian asuhan keperawatan pada pasien post sectio caesarea yang berfokus pada penerapan mobilisasi dini dengan melihat proses involusi uterus. Metode yang digunakan adalah case study pada pasien post sectio caesarea dengan status obstetrik P1A0 usia 25 tahun. Pemberian intervensi mobilisasi dini dilakukan selama tiga hari dengan penerapan 6 jam pertama, 12-24 jam pertama, serta 24 jam pertama pasca pembedahan dan kemudian dilakukan evaluasi setiap harinya dengan melakukan pengukuran tinggi fundus uterus (TFU), kontraksi uterus, dan pengeluaran lokia. Hasil intervensi penerapan mobilisasi dini pada pasien post sectio caesarea efektif untuk mempercepat proses involusi uterus ditandai dengan terjadinya penurunan TFU 3,8 cm atau 4 jari di bawah pusat selama tiga hari dengan kontraksi uterus kuat serta pengeluaran lokia rubra sedang (3/4 pembalut penuh) menjadi sangat sedikit (1/4 pembalut penuh). Oleh karena itu, penulis merekomendasikan untuk dilakukannya penerapan mobilisasi dini pada pasien post sectio caesarea ( SC) untuk mempercepat proses involusi uterus.

Delivery is divided into normal delivery and delivery by sectio caesarea (SC). Post sectio caesarea patients will usually feel discomfort such as feeling pain, difficulty moving, numbness, and tingling in the extremities. Early mobilization is one of the nursing interventions given to sectio caesarea (SC) patients. Early mobilization can improve circulation and oxygenation to the wound site. This scientific work will discuss and describe the results of providing nursing care to post sectio caesarea patients which focused on implementing early mobilization by looking at the process of uterine involution. The method used is a case study in post-sectio caesarea patients with P1A0 obstetric status aged 25 years. The provision of early mobilization interventions was carried out for three days with the implementation of the first 6 hours, the first 12-24 hours, and the first 24 hours after surgery and then evaluated every day by measuring the height of the uterine fundus, uterine contractions, and lochia removal. The results of the intervention of implementing early mobilization in post-sectio caesarea patients are effective in accelerating the process of uterine involution characterized by a decrease in TFU 3.8 cm or four fingers below the center for three days with strong uterine contractions and moderate lochia rubra expenditure (3/4 full pads) to be very little (1/4 full dressing). Therefore, the authors recommend implementing early mobilization in post-sectio caesarea (SC) patients to accelerate the process of uterine involution."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwin Haryati
"Percobaan merokok pemula yang dilakukan remaja terjadi pergeseran lebih muda usianya < 15 tahun. Perokok pemula pernah mencoba merokok di sekolah menengah pertama, sebagian lainnya pernah mencoba merokok di sekolah dasar. Remaja merokok karena bujukan teman dan ketertarikan untuk mencoba merokok. Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui efektivitas Model KERIKO dalam meningkatkan kontrol diri, status kesehatan sehingga perilaku merokok remaja dapat dikendalikan. Perilaku merokok dapat diatasi dengan Model intervensi Keperawatan Kendali Perilaku Merokok (KERIKO). Penelitian ini menggunakan desain riset operasional melalui 3 tahap penelitian yaitu: Tahap I: identifikasi pengalaman merokok remaja, persepsi dan upaya yang dilakukan remaja dalam mengendalikan rokok; Tahap II: pengembangan Model KERIKO; Tahap III uji coba Model KERIKO di sekolah menengah pertama di Kota Banda Aceh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Model Intervensi Keperawatan KERIKO efektif dalam meningkatkan kontrol diri, status kesehatan sehingga perilaku merokok remaja dapat dikendalikan pada 3 dan 6 bulan sesudah intervensi. Simpulan: Model KERIKO efektif meningkatkan kontrol diri, status kesehatan dan pengendalian perilaku merokok. Model ini dapat dijadikan salah satu model intervensi untuk pengendalian perilaku merokok sesuai program pemerintah tentang Kawasan Tanpa Rokok.

Adolescent smoking trials revealed a shift in smokers younger than 15 years old. Beginner smokers began smoking in junior high school, while others began smoking in elementary school. Teenagers smoke as a result of peer pressure and a desire to begin smoking. The goal of this study was to determine the effectiveness of the KERIKO Model in developing self-control and health status in order to manage teenage smoking behavior. The Smoking Behavior Control Nursing Intervention Model (KERIKO) can help people quit smoking. This study employed an operational research design across three research phases: Phase I: identification of adolescent smoking experiences, perceptions, and efforts made by adolescents to control smoking; In phase II of the KERIKO Model's development and phase III trials of the KERIKO Model in Banda Aceh City junior high school at 3 and 6 months of intervention, the results demonstrated that the KERIKO Nursing Intervention Model was helpful in boosting self-control and health status, allowing adolescent smoking behavior to be controlled. Conclusion: The KERIKO model improves sel-control, health status, and smoking bahavior control. According to the government's Smoking Free Areas initiative, this model can be utilized as an intervention model to control smoking behavior."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasniah
"Puskesmas Bandaraya telah menerapkan pendidikan kesehatan kepada keluarga dengan anggota keluarga toddler, namun masih ditemukan adanya cara yang belum optimal dalam stimulasi perkembangan toddler oleh orang tua dan keluarga. Keluarga memiliki peranan penting dalam menciptakan lingkungan guna merangsang potensi yang dimiliki anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara karakteristik keluarga, pendidikan kesehatan dengan kemampuan keluarga dalam memberikan stimulasi perkembangan toddler di Kecamatan Bandaraya Kota Banda Aceh. Desain penelitian ini adalah cross sectional, sampel pada penelitian ini adalah keluarga dengan anak toddler sebanyak 106 orang. Data dianalisis menggunakan uji chi-square dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan pemahaman pendidikan kesehatan dengan kemampuan kognitif keluarga secara bemakna dan perkembangan toddler. Karakteristik keluarga menunjukkan hubungan yang kuat dengan kemampuan kognitif keluarga (OR =2,188). Kemampuan keluarga perlu ditingkatkan agar stimulasi perkembangan toddler dapat optimal.

Bandaraya clinic have done health education to families with family toddler, but still found a way that is not optimal in the stimulation of the development of toddler by parents and families. Families have an important role in creating an environment to stimulate their child's potential. The purpose of this study was to determine the relationship between family characteristics, health education to the family's ability to provide developmental stimulation in the district Bandaraya Kota Banda Aceh. The study design was cross-sectional, the sample in this study is a family with toddler son as many as 106 people. Data were analyzed using chisquare test and multiple logistic regression. The results showed association with cognitive health education family p value <0.05, there is a connection with the development of health education toddler, p value <0.05. Family characteristics showed a strong relationship with the cognitive ability of the family (OR = 2.188). Family ability must be upgrade for to lead optimalize toddler development.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T36011
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martina
"Diabetes Melitus adalah salah satu penyakit kronis yang sering dialami oleh lanjut usia. Berbagai intervensi keperawatan yang dapat diberikan pada lansia dengan diabetes melitus salah satunya adalah terapi kelompok suportif dan pendidikan kesehatan. Tujuan penelitian mengetahui pengaruh terapi kelompok suportif dan pendidikan kesehatan terhadap kualitas hidup lansia yang mengalami diabetes melitus. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi experimental. Responden penelitian terdiri 39 lansia mendapat terapi kelompok suportif dan pendidikan kesehatan dan 39 mendapat pendidikan kesehatan. Alat ukur yang digunakan kuesioner WHOQOL-Bref. Analisis menggunakan uji Paired t-test dan Independent t-test.
Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan signifikan kualitas hidup dimensi fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan sebelum dan setelah mendapat terapi kelompok suportif dan pendidikan kesehatan (p value <0,05). Penelitian ini diharapkan menggunakan terapi kelompok suportif sebagai terapi lanjutan dalam praktik keperawatan jiwa sebagai upaya meningkatkan kualitas hidup lansia yang mengalami diabetes melitus.

Diabetes mellitus was one of the chronic diseases that are often experienced by the elderly. One of the nursing interventions that can be given to elderly with diabetes mellitus was supportive group therapy and health education. The purpose of this research was to determined the influence of supportive group therapy and health education to the quality of life of elderly with diabetes mellitus. The design of this research was using quasi experimental. The subjects of this research was consisted 39 elderly group who received both of the supportive therapy and the health education and 39 elderly who received only health education. Instruments were measured by WHOQOL-Bref. Data were analyzed using paired t-test and independent t-test.
The results of this research depicted that there were differences significantly in quality of life both physical, psychological, social relationships and environment before and after the group received supportive therapy and health education (p value <0,05). The findings of research was expected to used group therapy as a continued therapy in advanced practice psychiatric nursing as an effort to improve the quality of life on the elderly with diabetes mellitus.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T36104
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuraihan
"Jumlah keseluruhan dana kesehalan yang ada di Kota Banda Aceh pasca Tsunami 2004 sang/at banyak dan terus mcngalami peningkatan dari tahun 2005 s/d 2007 terutama yang berasal dari Pemerintah. Pada kenyataannya dana tersebut belum merata pendistxibusiannya dalam mencakup keseluruhan program. Hal ini dapat diiihat dari Laporan Tahunan Dinkes Kota Banda Aceh tahun 2005 s/d 2007, dimana jumlah kasus penyakit menuiar masih tinggi padahal dari Laporan Realisasi Anggaran ternyata masih ada danasiaayang belum nabisdismp.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapat gambaran pcndanaan kesehatan melalui institusi kesehatan di Kota Banda Aceh, berdasarkan sumber pendanaan, pengelola dana, penyedia pelayanan, fungsi peiayanan, mata anggaran dan penerima manfaat dari tiap kegiatan kesehalan untuk tahun anggaran 2006-2007. Ruang lingkup penelitian dilakukan di Kota Banda Aceh meliputi Dinas Kesehatan dan RSU meuraxa, yang kesemuanya bersumber dari sektor publik.Pcngumpulan data dilakukan dengan kajian dokumen dan melakukan wawancara mendalam dengan informan terpilih.
Hasil studi ini menunjukkan bahwa jumiah pendanaan total sektor keschatan cenderung meningkat dan jumlah pcndanaan perkapita di Kota Banda Aceh telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh Depkes R.I, dan standar Bank Dunia (1993), tetapi belum mencukupi jika diiihat dari standar yang ditetapkan oleh WHO. Walaupun jumlah dana yang direalisasikan di sektor kesehatan cenderung meningkat, tetapi dalam penggunaan dana di tiap kegiatan kesehatan masih kurang tepat sasaran. Dimana dana yang ada, temyata dalazn penggunaannya lcbih besar digunakan untuk membayar gaji dan honor petugas serta untuk keperluan pengadaan pcralatan dan perlengkapan kantor. Di dalam tiap kegiatan pembangunan kesehatan yang dilaksanakan oleh tiap subdin, belum terkoordinasi dengan baik kamna tidak adanya program prioritas yang ditetapkan oleh pengambil kebijakan di tingkat dinkes dan RS, sehingga terkesan tiap kegiatan yang dilaksanakan kurang terkoordinasi dan kurang sampai ke masyarakat.
Disarankan kepada Pemerintah Kota, Bappeda dan DPRK Kota Banda Aceh, dalam menetapkan kebijakan alokasi anggamn supaya berdasarkan atas sektor-sektor prioritas daerah yang telah ditctapkan dalam RPJM, sehingga' selctor kesehatan yang menjadi salah satu sektor prioritas daerah mendapatkan proporsi pendanaan yang mcmadai. Dan kepada Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit Meuraxa Kota Banda Aceh agar dalam melakukan penyusunan pengalokasian dana kesehatan, lebih men gutamakan kegiatan-kegiatan pembangunan kesehatan yang membed banyak manfaat kepada masyarakat.

The total health financing in Banda Aceh City after Tsunami in 2004 was abundant and getting increase from 2005 to 2007, mostly fiom govemment. In fact, the fimd was still not evenly distributed to cover all of programs. Banda Aceh City Health District Annual Report’s 2005-2007 showed that communicable disease cases were stili high although in Budget Realization Report was a rest ofthe fund that has not been spent yet.
The research was aimed to desribe health financing through health institution in Banda Aceh City, based on financing sources, financing agent , provider, function, line item budgeting and beneiiciaries Hom every health -programs in 2006-2007 budget years.'l'he research was conducted in Health District oiiice and Meuraxa Public Hospital Banda Aceh City, whose the hind resource were from public sector and employed basic realizationof alocation. Data were collected by documentation study and depth interview with selected informant.
The result showed 1.hat the number of health sector financing tend to increase and _ the number of per capita iinancing in Banda Aceh City has met the standar determined by Health Department R.I. and the standar of World Bank (1993), but hasn’t met standar determined by WHO. However, eventhough realization ofthe Iinancing tend to increase in health sector, fund utilization in every health program was still not addressed its target. The vast majority of available timd was spent on the oiiicer wage and incentive and office equipments. Health development conducted by every sub office was still not well coordinated due to there no priority of the program determined by policy maker in every health department and hospital hierarchy, so that it seemed as though every program in coordination and less to touch the society.
It is suggested to City Government, the institution of development plan and parliament of Banda Aceh City in speciiying policy of allocation health financing that based on to area preference sectors which has been specified in RPJM, so that health sector gets proportion of adequate financing. And to Public Health Service and Hospital Meuraxa Banda Aceh City in expection of -doing compilation of allocation health financing, more majoringly development activitys of health giving many benefits to public.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34361
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zuhartoni
"Metoda pengukuran kepuasan kerja yang digunakan antara lain adalah single global rating dan summation score dimana pada single global rating responden diminta untuk menyatakan perasaan puasnya dengan menjawab satu pernyataan sikap sedangkan pada summation score perasan puas diberikan melalui jawaban terhadap beberapa pernyataan sikap dan unsur-unsur pekerjaan. Secara intuisif akan tampak bahwa menjumlahkan respon-respon dari beberapa pernyataan sikap dari unsur-unsur pekerjaan akan mencapai penilaian yang akurat, tapi riset tidak mendukung intuisi ini (Scapello dan Campbell dalam Robbins, 1998).
Tenaga pengajar institusi pendidikan kesehatan pada dasarnya mempunyai keinginan untuk bekerja sebagai tenaga pelayanan kesehatan. Keadaan ini dapat dilihat di Sekolah Pengatur Rawat Gigi Banda Aceh dimana dokter gigi yang telah bertugas sebagai tenaga pengajar berusaha pindah keunit kesehatan yang lain. Dari pengamatan peneliti kemungkinan penyebabnya adalah dokter gigi kurang menyenangi tugasnya sebagai pendidik.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Sampel penelitian adalah seluruh tenaga pengajar tetap baik fungsional guru maupun dosen yang menjadi tenaga pengajar di institusi pendidikan tenaga kesehatan setingkat JPM dan JPT di Kotamadya Banda Aceh tahun 2000.
Hasil penelitian menunjukan bahwa lebih dari separuh tenaga pengajar puas dengan pengukuran single global rating (56.5%) dan dengan pengukuran summation score (52.2%). Dari aspek pemenuhan kebutuhan lebih dari separuh tenaga pengajar puas (53.9%) terhadap aspek kebutuhan untuk berkembang.
Berdasarkan uji Kappa didapat bahwa kepuasan kerja antara hasil pengukuran single global rating dengan pengukuran summation score memberikan hasil dengan kesesuaian yang cukup (moderate) antara kedua metoda (nilai Kappa 0.423; p 0.000).
Pada pengukuran dengan single global rating didapat bahwa faktor masa kerja dan jumlah jam mengajar berhubungan dengan kepuasan kerja. Hasil pengukuran summation score menunjukkan faktor umur, masa kerja, jam mengajar dan jenis ketenagaan berhubungan dengan kepuasan kerja. Dilihat dari aspek kebutuhan didapat bahwa masa kerja dan jumlah jam mengajar berhubungan dengan aspek kebutuhan exist dan aspek kebutuhan saling berhubungan. Jenis ketenagaan berhubungan dengan aspek kebutuhan untuk berkembang. Masa kerja, jam mengajar dan jenis ketenagaan mempunyai hubungan yang paling erat dengan kepuasan kerja.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa metoda pengukuran single global rating dan summation score memberikan basil tidak cukup berbeda. Pada pengukuran summation score dapat dilihat gambaran aspek kebutuhan yang memberikan kepuasan.
Penelitian ini menyarankan penggunaan metoda single global rating untuk mengukur kepuasan kerja. Penelitian ini jugs menyarankan perlunya dilakukan pemekaran pekerjaan (job enlargement) dan pemerkayaan pekerjaan (job enrichment) serta pendistribusian jam mengajar yang lebih merata. Peningkatan jabatan fungsional guru menjadi dosen dan memperpanjang masa dinas tenaga pengajar dapat dijadikan kebijakan.

Comparative Analysis of Job Satisfaction Measurement by Single Global Rating and Summation Score Method As Well As Related Factors (A Study of Job Satisfaction for Health Education Theaching Force Institution in Banda Aceh, Year 2000)The measuring method of job satisfaction used such as single global rating and summation score where in single global rating the respodents were asked to express their satisfaction by answering a attitude statement as for summation score that satisfactory feeling si given through answering several attitude statements of work elements. Intuitively it will be clear that to sum up the responses of several attitude statements of work elements will reach its accurate evaluation, but research does not support this intuition (Scapello and Campbell in Robbins, 1998).
The teaching force of health educational institution basically has the desire to become the health service force. This situation can be seen in school of Tooth Nursing in Banda Aceh that dentists who have done their duty as teaching force attempt to move to other health units. From the researcher observation the reason for this is that dentists do not like their job as teaching force.
Design of the research is cross sectional. The research sample is the entire permanent teaching force either teacher functional or lecture who become the teaching force in health force educational institution in the same level with JPM and JPT in Banda Aceh in year 2000.
The result of this research shows that more than half of the teaching force is satisfied with single global rating measurement (56.5%) and with summation score measurement (52.2%). From the aspect of needs meeting, more than half of the teaching force is satisfied (53.9%) with growth needs.
Based on Kappa test it was found out that job satisfaction between the result of single global rating measurement and summation score measurement have a moderate agreement (Kappa value 0.423; p = 0.000).
At the measurement by single global rating it was found out that the factors of working period and the total teaching hour are related with job satisfaction. The result of summation score measurement shows that the age factor, working period, teaching hours and factional title are related with job satisfaction. When seen by the aspect of need it was found out that working period and total teaching hour are related with the need to be exist and the need to be interrelated. Fuctional title is related with the growth need. Working period, teaching hour, and factional title have the closest relation with job satisfaction.
This reaserch concludes that the method of single global rating measurement and summation score measurement giving not enough different results. With summation score measurement, aspect of need that giving satisfaction can be seen.
This research suggests the use of single global rating method to assess job satisfaction. This research also suggests the need of job enlargement and job enrichment as well as distribution of even teaching hours. The improvement of teacher factional title to become lecturer and extending the tenure of teaching force can be made as policy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T10537
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatma S.
"Remaja merupakan generasi penerus bangsa sejak dini harus disiapkan secara utuh baik( fisik maupun psikologisnya. Kesehatan reproduksi remaja merupakan salah satu program yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan dibidang usaha kesehatan sekolah dan remaja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Dwiprahasto (1993) diketahui 3,6% kelompok umur 13-15 tahun dan (5,4%) kelompok umur 16-20 tahun telah melakukan hubungan seksual, begitu juga beberapa peneliti lain, yang melakukan penelitian tentang remaja diberbagai kota di Indonesia menemukan tingginya angka perilaku berisiko bagi remaja. Sedangkan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam khususnya kota Banda Aceh belum ada dilakukan penelitian tentang perilaku remaja.
Penelitian ini dilaksanakan di kota Banda Aceh, bertujuan untuk mendapatkan informasi faktor- faktor yang berhubungan dengan perilaku kesehatan reproduksi remaja diantara siswa SMUN di kota Banda Aceh, dengan menggunakan desain cross sectional, populasi terdiri dari siswa SMUN dengan status marital belum menikah, serta jumlah sampel 180 responden. Analisis yang digunakan adalah univariat, bivariat dengan uji chi square dan multivariat dengan uji regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 180 responden ditemukan 12,8% responden termasuk kategori perilaku berisiko ringan seperti berciuman pipi 1,1% dan berpelukan, 0,5% dengan lawan jenisnya, meskipun tahapan ini bila ditinjau dari teori (Kinsey) belum tergolong perilaku berisiko. Namun karena kondisi dan budaya daerah/lokasi penelitian yang berpenduduk mayoritas beragama Islam, dan juga mempunyai keistimewaan dalam penyelenggaraan kehidupan adat, sehingga segala aktifitas sehari hari juga dijiwai dan sesuai dengan syariat Islam. Maka dengan alasan tersebut, perilaku demikian tergolong pada kategori berisiko ringan, dan perlu diwaspadai agar tidak berlanjut ketahap perilaku berisiko berat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pengetahuan, pendidikan tambahan, dan pendidikan ayah, berhubungan dan bermakna secara statistik. Adapun faktor yang paling dominan berhubungan dengan perilaku siswa SMUN tentang kesehatan reproduksi adalah pendidikan ayah, dimana ayah dengan pendidikan tinggi (minimal SMU) cenderung anak berperilaku 9,4 kali lebih baik, jika dibanding ayah berpendidikan rendah.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perilaku siswa SMUN di kota Banda Aceh tentang kesehatan reproduksi termasuk kategori perilaku berisiko ringan. Untuk mencegah perilaku ini meningkat menjadi perilaku berisiko berat disarankan, penambahan materi kesehatan reproduksi disekolah, agar meningkatkan pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi khususnya. Pada orang tua juga diharapkan dapat memberikan bimbingan kesehatan reproduksi sedini mungkin. Bagi remaja sendiri agar selalu berperilaku positif sesuai ajaran agama, menjaga budaya dan adat serta mencari informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi.

Teenagers are the future generation of the Nations since they have to be prepared early physically and psychologically. Teenage health reproduction is one of The Health Department Program that held for teenagers and school health. Based on pwiprahasto (1993), research known that 3,6% of 13 -15 age group and 5,4% of 16-20 age group have done sexual relationship so did by other researchers who studied about teenagers on every kind of city in Indonesia which found risk value of teenage behavior. While in Province of Nanggroe Aceh Darussalam especially on Banda Aceh City there haven't been studied about Health Reproduction behavior teenagers.
This study was conducted in Banda Aceh City, aims to get the information about some factors which related with teenager health reproduction among High School students which used cross sectional design, population consist of High School students whom unmarried status, and take 180 respondent, The analysis use univarite, bivariate with chi-square, and multivariate analysis with logistic regression test.
The result of this study shows that of 180 respondent, there are 12,8% of them found low risk of behavior category i.e. kissing 1,1% and holding each other 0,5%, although this stage has not been the criteria of risk behavior based on Kinsey theory. Because of the whole activities of Nanggroe Aceh Darussalam people was based on Islamic rules. Ttherefore teenagers behavior was classified as low risk category and it should be awared to anticipate them becoming the severe risker. Because of the whole activities of Nanggroe Aceh Darussalam people was based on Islamic rules. Therefore teenagers behavior was classifified as low risk catergory and it should be awared to anticipate them becoming the severe risker.
This study shows that statistically, knowledge, additional education, and father's education variables were related significantly. The most dominant factor was High School student behavior about health reproduction which were father's education, father with high education prefer to have good behavior children 9,4 times than father with low education.
It is concluded that High School students behavior about health reproduction on Banda Aceh City was low risk behavior category. To prevent this behavior increase to high risk it is recommended to add health reproduction mater at school especially to increase the student's knowledge. To the parents it is hoped that they could teach health reproduction as early as possible. To the teenagers itself, it is hoped to keep culture and religion based on religion line.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T1860
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>