Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 66020 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arif Budiman
"Kondisi lingkungan makro saat ini menyebabkan industri pelayaran nusantara semakin terpuruk. PT. PELNI sebagai badan usaha milik negara yang bergerak pada industri pelayaran Indonesia dan sebagai market leader dalam industri ini terus mengalami penurunan jumlah penumpang. Merosotnya jumlah penumpang ini diawali sejak tahun 2000 pada scat pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan pasar bebas dalam industri penerbangan. Kebijakan ini mengizinkan investor swasta untuk mendirikan perusahaan penerbangan dengan hanya menetapkan tarif batas atas sebagai pengendali sehingga tiap maskapai penerbangan baru tersebut Baling bersaing untuk menurunkan harga (price war). Perang harga ini berhasil menyedot penumpang kapal taut dan kereta api karena tipisnya disparitas tarif antara pesawat dan kapal Taut. Di sisi lain waktu tempuh pesawat jauh lebih singkat. Akibatnya sejak tahun itu jumlah penumpang yang diangkut terus menurun rata-rata satu juta penumpang pertahun.
Di scat PT.PELN1 sedang berusaha untuk mengatasi kesulitan keuangan akibat menurunkya volume penumpang, pemerintah mengeluarkan kebijakan kenaikkan harga badan bakar minyak (BBM) hingga 29% pada tanggal I Maret 2005 dan kemudian disusul kenaikan hingga 100% tujuh buian kemudian tepatnya di tanggal i Oktober. Harga solar sebeiumnya sebesar Rp.2.200 perliter melonjak menjadi Rp.4.300 perliter. Hal ini sangat memberatkan PT. PELNI sebab kontribusi BBM terhadap total biaya operasional mencapai 59%.
Akibatnya, biaya operasional kapal penumpang PT.PELNI per mile-nya mencapai Rp 738 Rp.315 perorang. Tarif penumpang ini masih terus berlaku dan tidak dapat dinaikkan oleh PT.PELN1 tanpa memperoleh persetujuan dari pemerintah.
Untuk mengatasi biaya operasi yang besar dan terus menurunnya volume penumpang, PT.PELNI berencana untuk menerapkan strategi altematif dengan mengubah bisnis model yang sudah ada. Adapun strategi altematif itu berupa perubahan modifikasi armada kapal dari sebelumnya hanya mampu untuk mengangkut penumpang, nantinya akan mampu untuk mengangkut angkutan barang dan kendaraan. Konsep perubahan bisnis model ini dinamakan dengan modifikasi "Three in One". Namun dengan dilakukannya perubahan strategi yang berakibat pada perubahan bisnis model, akan menimbulkan dampak yang luas pada kelangsungan hidup suatu merek.
Dengan berubahnya bisnis model, tentunya akan mengakibatkan perubahan brand equity dari suatu merek yang akan berimbas pada Brand Layaliiy, Brand Awareness, Perceived Quality dan Brand Association dan faktor lainnya yang berpengaruh terhadap brand assets. Untuk itulah dibutuhkan suatu pengukuran terhadap konsumen potensial agar dapat diketahui seberapa jauh perubahan ini akan berpengaruh terhadap merek PT.PELNI dan juga untuk mengukur perlu atau tidaknya perubahan ini dilakukan dengan berpedoman pada perubahan Brand equity. Pengaruh yang dirasakan akibat perubahan ini akan berdampak pada brand karena dengan adanya suatu perubahan akan menimbulkan reaksi balk positif maupun negatif dari berbagai kalangan baik( internal maupun eksternal.
Pengukuran ini dilakukan pada 100 orang responden yang merupakan penumpang dari kapal PELNI saat kapal akan diberangkatkan. Pengambilan sampel ini diambil berdasarkan dari jumlah populasi kapasitas kapal terbesar yaitu 4000 penumpang dengan diproses menggunakan metode Slovin. Pada penarikan sampel ini dilakukan dengan menggunakan metode penarikan non probabilitas yaitu convenience sampling terhadap responden yang berada di lokasi penarikan sampel dengan mempertimbangkan pemilihan secara acak.
Dari hasil penelitian ini didapatkan beberapa kesimpulan, antara lain Merck PT.PELNI saat ini masih sebagai "Top of Mind' dari jasa layanan transportasi terhadap penumpang yang pertama kali dapat langsung mengingat merek PT.PELNI dalam benak pikirannya. PT.PELNI menempati posisi kedua dalam "Brand recall" terhadap responden yang memiliki kesadaran terhadap merek PT.PELNI tanpa bantuan tertentu. Dalam penelitian ini PT.PELNI masih belum dapat menggungguli Garuda Indonesia yang menempati posisi tertinggi.
Dalam pengukuran Brand Recognition diperoleh persentase sebesar 32% responden yang dapat mengingat PT.PELNI setelah memperoleh alat bantu untuk mengingatnya. Merck PT.PELNI memiliki 5 buah elemen "Brand association" yang sangat kuat terhadap mereknya karena PT.PELN1 diasosiasikan secara kuat sebagai perusahaan BUMN, perusahaan pelayaran tua dan kuno, perusahaan pelayaran dengan fasilitas yang aman dan terjamin. memiliki tarif yang murah serta rute pelayaran yang Was.
PT.PELNI memperoleh perceived quality dengan persepsi yang hampir mendekati bail( di dalam benak konsumennya terhadap keseluruhan kualitas yang diberikan oleh perusahaan jasa pelayaran ini. Hasil pengukuran "Brand Switching' PT.PELNI menunjukkan sebagian besar responden memilih untuk tidak berpindah jasa pelayaran dan disimpulkan juga brand switching di PT.PELNI jarang terjadi.
Dari pengukuran "Habitual buyer`. terhadap PT.PELNI menunjukkan sebagian besar responden cenderung lebih memilih untuk menggunakan jasa pelayaran PT.PELNI dengan melihat dari situasi dan kebutuhannya. Dalam kategori "Satisfied buyer", PT_PELN1 mernperoleh rata-rata responden merasakan hampir puns dengan pelayanan yang diberikan. Dari basil pengukuran "Liking the Brand" menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung menyukai merek PT_PELNI.
Berdasarkan basil pengukuran "Commited buyer" menunjukkan responden hanya kadangkadang saja memberikan rekomendasi kepada saudara maupun kerabat sehingga commited buyer di PT.PELNI juga disimpulkan masih biasa-biasa saja.
Berdasarkan basil pengukuran "Perceived Quality" setelah PT.PELNI mengubah bisnis modelnya, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden beranggapan bahwa dengan adanya perubahan bisnis model dari PT.PELNI, akan menyebabkan terjadinya penurunan kualitas secara keseluruhan.
Dari pengukuran "Brand Switching" PT.PELNI menunjukkan 33% responden nnenginginkan untuk berpindah jasa transportasi lainnya, khususnya transportasi udara setelah dilakukannya perubahan bisnis model.
Berdasarkan basil pengukuran "Camitted buyer" dapat disimpulkan terjadinya kecenderungan penurunan jumlah responden yang akan merekomendasikan PT.PELNI kepada saudara maupun kerabat dibandingkan dengan jumlah responden sebelum perubahan bisnis model dengan persentase penurunan dari 33% turun menjadi 24%.

The current macro condition is putting the national shipping industry in a bad shape PT PELNI, a state owned enterprise that operates and has become the market leader in the shipping industry, suffers a persistent decline in number of passengers. The decline had taken place since 2000 at a time when the government first adopted a free-market policy in the airline industry. The policy allows private investors to set up airlines with the government controlling the tariffs only by determining their ceiling prices, which has forced the newly established companies to engage in a fierce price-war. The price war eventually pushed up air travelers but all the while pushed down passengers for sea and land transportations as the price margin between the three services narrower. Moreover, air travel is much faster than sea travel. Consequently, the number of ship passengers had been declining since 2000 by an average of one million a year.
While PT PELNI was struggling financially as a result of the declining passengers, the government in March 1, 2005 hiked the prices of domestic fuels by 29% and again seven month later by over 100%. As a result, the price of gasoline diesel jumped from Rp 2,200 a liter to Rp 4,300 a liter. This put PT PELNI under a lot of pressure as fuel cost contributes around 59% to the company's total operational costs.
The operational cost of PT PELNI per mile reaches Rp 738 per person, while the economic class fare determined by the government stands at Rp 316 per person. The fare has not been changed until now and cannot be raised by PT PELNI without the approval from the government.
To overcome the high operational costs and declining passengers, PT PELN1 plans to introduce an alternative strategy by revising the existing business model. The alternative strategy in question is by changing the ship modification from ships that are originally designed for passengers to the ones that could also transfer goods and vehicles. This business model transition is called the "Three in One" modification. However, the new strategy which leads to a business model change will cause significant impact to the life of a brand.
A change in business model will no doubt cause a change in brand equity which leads to a shift in Brand Loyalty, Brand Awareness, Perceived Quality and Brand Association and other factors that will all influence the brand assets. That is why a measurement toward potential customers is needed in order to find out how far this change of strategy affects the PT PELNI brand and whether it is necessary, or not, to measure this change of strategy based on a change in Brand equity. The impact of this change will affect the brand as a change draws reactions, be it positive or negative, from various parties, both internal and external.
The measurement is conducted on 100 respondents who are all the passengers of PT PELNI just before departure. This sample is taken based on the ship's capacity of 4000 passengers using the Slovin method. The process of identifying the sample uses the non-probability method of convenience sampling on random respondents on the spot.
Several conclusions from the study, among others:
The PT PELNI brand at present remains as the "Tap of the Mind" in the transportation service on passengers who can identify directly the PT PELNI brand on their minds.
PT.PELNI occupies the second place in "Brand recall" on respondents who have the awareness to the PT PELNI brand without any help. This study finds that PT PELNI still lags behind Garuda Indonesia which occupies the top spot.
In the Brand Recognition category, 32% of respondents can indentify PT PELNI after receiving a helping hand to remember it.
The PT PELNI brand has 5 strong "Brand association" elements. It is strongly associated with a state-owned company, an old and conservative shipping company, a shipping company with safe and guaranteed facilities, low fare and wide-range of route networks.
PT PELNI gets a perceived quality with a perception that is close to `good' in the customers' minds when it comes to the overall quality that the company provides.
From the "Brand Switching" catagory, the majority of PT PELNI customers choose not to switch company, the conclusion is that brand switching in the case of PT PELNI is rare.
From the measurement of "Habitual buyer" on PT.PELNI, it shows that the majority of respondents tend to choose to use PT PELNI service judging from the situation and needs.
In the "Satisfied buyer" category, most respondents feel almost satisfied with the services that PT PELNI provides.
In the "Liking the Brand" category, the majority of respondents tend to like PT PELNI brand.
In the "Commited buyer" category, respondents only once in a while recomment PT PELNI service to their families or close relatives, leading to a conclusion that commited buyer toward the company os just avarage.
On the measurement of "Perceived Quality" after PT.PELNI changes its business model, it shows that the majority of respondents think that with this change, there will be a decline in the overall quality of services given by the company.
In the "Brand Switching" category, it shows that 33 percent of respondents want to move to other transportation service providers, especially the air transportation after PT.PELNI changes its business model.
On the "Committed buyer" category, it can be concluded that there is a declining tendency in number of respondents that will recomment PT PELNI to their families or close relatives as compared to the number of respondents before the change in business model takes place, from 33% to 24%."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19777
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aritonang, Joshua Cristopher
"Menurut laporan Ericsson Mobility Report (2018), bahwa Jumlah total langganan seluler ada di sekitar 7,9 miliar pada Q3 2018, dengan 120 juta pelanggan baru bertambah pada kuartal tersebut.. Di Indonesia juga sudah cukup banyak orang yang melek dengan teknologi, terutama internet.. Pada penelitian ini, peneliti ingin mencari tentang karakteristik dari aplikasi (mobile app) yang berbayar (purchase) dan gratis (Free), terhadap peluang usaha pada perusahaan baru (startup) di Indonesia. Pada penelitian ini akan dilakukan pengamatan pada big data dan big data analytics, dari hasil pengumpulan aplikasi dalam bentuk populasi pada Google Play dan Apple App Store Indonesia. Pengambilan data akan menggunakan bahasa pemrograman Python 3.7 dan Anaconda sebagai IDE (Integrated Development Environment) sebagai basis visualisasi dari data dan program. Pengumpulan data dan penelitian akan berjalan dimulai dari Januari 2020.

According to the Ericsson Mobility Report (2018), the total number of cellular subscriptions is around 7.9 billion in Q3 2018, with 120 million new customers increasing in the quarter. In Indonesia, there are many people who are literate with technology, especially the internet. In this study, researchers want to find out about the characteristics of the application (mobile app) that is paid and free with in-app purchases, to business opportunities in new companies (startups) in Indonesia. In this study, observations will be made on big data and big data analytics, from the results of collecting applications in the form of population on Indonesia Google Play and Apple App Store. Data processing will use the Python 3.7 programming language, and Anaconda as an IDE (Integrated Development Environment) as the basis for visualization of data and programs. Data collection and research will run starting from January 2020."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Korten, David C.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2002
153.4 KOR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Hosea
"E-commerce merupakan online platform yang sedang mengalami pertumbuhan pesat dan memberikan kontribusi terhadap perekonomian internet di Indonesia selama lima tahun terakhir. E-commerce menghasilkan ulasan konsumen yang merupakan sumber informasi bagi para pemangku kepentingan. Penelitian ini melakukan analisis big data terhadap 132.085 ulasan konsumen online mengenai ponsel Xiaomi yang ditulis pada tiga situs e-commerce terbesar di Indonesia: Shopee, Bukalapak, dan Blibli dengan text mining, untuk mengidentifikasi distribusi topik, menganalisis jaringan asosiasi semantik, menemukan perbedaan pada ketiga situs, dan menganalisis hubungan antara topik dan skor penilaian ulasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa logistik merupakan topik yang paling banyak didiskusikan pada ketiga situs, sementara kualitas pelayanan lebih banyak didiskusikan pada Consumer-to-Consumer (C2C) daripada Business-to-Consumer (B2C) e-commerce. Atribut ponsel lebih banyak didiskusikan pada Bukalapak dan Blibli, dengan fokus topik sistem dan CPU & perangkat keras. Jaringan ulasan konsumen Bukalapak membentuk scale-free network, sementara jaringan kedua situs lainnya hanya menunjukkan karakteristik dari small-world network. Hasil regresi logistik ordinal menunjukkan bahwa 5 dari 8 topik yang dibahas dalam komentar ulasan memiliki hubungan negatif dengan skor penilaian, serta ulasan bernilai rendah cenderung memiliki komentar yang lebih panjang dan spesifik. Hasil penelitian dapat bermanfaat sebagai wawasan untuk pengembangan bagi para pemangku kepentingan di industri e-commerce.

E-commerce is a rapidly growing online platform that contributes to Indonesias internet economy during the past five years. E-commerce generates customer reviews as a source of information for stakeholders. This study applies big data analytics toward 132,085 online reviews about Xiaomi mobile phones posted on three major e-commerce websites in Indonesia: Shopee, Bukalapak, and Blibli by text mining, in identifying their distribution of topics, analyzing semantic association network, determining differences between the three websites, also analyzing the relationship between topics and rating score. The findings show that logistics is the most highly discussed topic, while service quality is discussed more in Consumer-to-Consumer (C2C) rather Business-to-Consumer (B2C) e-commerce. Phone attributes are discussed more in Bukalapak and Blibli, focusing on system and CPU & hardware topics. The network of Bukalapaks customer reviews form a scale-free network, and the other two only have the characteristics of a small-world network. The overall results from multilinear regression and ordinal logistic regression show that 5 out of 8 topics reviewed have negative relationships with rating scores, and low-rated reviews tend to have longer and more specific review comments. The findings provide insights for e-commerce stakeholders in supporting further development."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Mulyadi
"ABSTRAK
Nama : Adi MulyadiProgram studi : Magister ManajemenJudul : Analisis Segmentasi Konsumen Pada Perusahaan Real Estate Menggunakan Big Data Analytics Studi pada PT. ISPI Pratama LestariPembimbing : Arga Hananto, M.Bus. Studi tentang segmentasi konsumen dipengaruhi oleh kebutuhan perusahaan untuk bersaing dengan kompetitornya dan menciptakan keunggulan kompetitif bagi perusahaannya. Segmentasi produk merupakan salah satu hal utama dalam dunia bisnis, karena kesalahpahaman dalam segmentasi konsumen dapat mengakibatkan berkurangnya pendapatan. Real estate merupakan industri senilai milyaran dolar yang sangat tersegmentasi, dikarenakan karakteristik konsumennya yang beragam. Indonesia merupakan pasar yang potensial dan bertumbuh bagi industri real estate dan perumahan, karena Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar sekitar 260 juta jiwa dan memiliki area geografis yang luas. Untuk menganalisa data dengan jumlah besar tersebut, perusahaan real estate menggunakan Big Data Analytics, sebagai alat untuk mendapatkan masukan yang berarti dari data tersebut. Big Data mulai banyak digunakan sebagai alat untuk mempelajari tentang kondisi atau untuk memprediksi perilaku yang mungkin terjadi melalui berbagai pemodelan analisis data. Penelitian ini menyajikan analisis segmentasi untuk membantu perusahaan pengembang real estate dalam memahami segmentasi konsumen mereka, dengan menggunakan data transaksi penjualan perusahaan periode 2013 - 2017. Analisis segmentasi dalam penelitian ini telah dikembangkan menggunakan cluster analysis, dengan menggunakan metode hierarchical clustering, Elbow Method, dan K-Means. Hasil dari cluster analysis menunjukkan bahwa terdapat 4 segmen konsumen, yang memiliki karakteristik demografis dan preferensi produk yang berbeda. Selain itu, penelitian ini juga melakukan analisis tabulasi silang untuk mengetahui hubungan antar variabel. Selanjutnya dilakukan analisis diskriminan, dari situ diketahui bahwa gaji dan harga jual merupakan 2 variabel yang secara signifikan memberikan pengaruh paling besar terhadap penentuan cluster membership. Setelah mengetahui karakteristik dan melakukan analisa, dapat diusulkan bentuk promosi yang sesuai bagi masing ndash; masing segmen.Kata kunci:Segmentasi konsumen, real estate, big data, cluster analysis, tabulasi silang

ABSTRACT
ABSTRACT Name Adi MulyadiStudy Program Magister of ManagementTitle Customer Segmentation Analysis In Real Estate Using Big Data Analytics A Study In PT. ISPI Pratama LestariCounsellor Arga Hananto, M.Bus. The study of consumer segmentation is influenced by a company 39 s need to compete with its competitors and create a competitive advantage. Product segmentation is one of the main things in the business world, because misunderstanding in consumer segmentation can lead to reduced revenue. Real estate is a multi billion dollar industry that is highly segmented, due to the diverse characteristics of its customers. Indonesia is a potential and growing market for the real estate and housing industries, as Indonesia has a large population around 260 million people and has a large geographical area. To analyze such big amounts of data, real estate companies use Big Data Analytics, as a means to gain meaningful insight from the data. Big Data is widely used as a tool to learn about conditions or to predict behaviors that may occur through various data analysis models. This study presents segmentation analysis to help real estate developers to understand their customer segmentation using company sales transaction data from 2013 to 2017 period. Segmentation analysis in this research has been developed using cluster analysis, with hierarchical clustering, Elbow Method, and K Means. The results of cluster analysis show that there are 4 segments of consumers, which have different demographic characteristics and product preferences. In addition, this study also conducted cross tabulation analysis to determine the relationship between variables. Then from discriminant analysis, it is known that salary and selling price are 2 variables that significantly give the most influence on cluster membership determination. After knowing the characteristics and perform the analysis, it can be proposed the appropriate form of promotion for each segment. Key words Customer segmentation, real estate, big data, cluster analysis, cross tabulation"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T50418
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grace Monica Patanggu
"Privasi data menjadi perhatian krusial dalam lanskap bisnis saat ini, terutama dengan Big Data dan Analytics (BD&A) serta kecerdasan buatan (AI). Diulas melalui empat artikel, lanskap analitika bisnis yang terus berkembang membahas aspek sejarah, tantangan implementasi, dan perannya yang transformatif. Sambil menyoroti manfaat BD&A dan AI, esai menekankan kebutuhan mendesak akan kesadaran dan langkah-langkah proaktif untuk mengatasi isu privasi data. Esai ini menekankan dampak negatif dari pengumpulan data yang luas dan menganjurkan perlindungan informasi pribadi melalui regulasi yang ketat. Diskusinya menekankan kesiapan organisasi dan pengembangan kepemimpinan untuk mengatasi tantangan dalam adopsi BD&A sambil memastikan perlindungan data yang sensitif. Esai ini menyimpulkan dengan mengajak untuk lebih mendalami privasi data melalui studi kasus di masa depan untuk mengurangi risiko dalam penanganan informasi rahasia di lingkungan digital yang dinamis.

Data privacy is a critical concern in today's business landscape, particularly with Big Data and Analytics (BD&A) and artificial intelligence (AI). Explored through four articles, the evolving business analytics landscape addresses historical aspects, implementation challenges, and its transformative role. While highlighting the benefits of BD&A and AI, the essay emphasizes the urgent need for awareness and proactive measures to address data privacy issues. It underscores the drawbacks of extensive data collection and advocates for safeguarding personal information through stringent regulations. The discussion stresses organizational readiness and leadership development to navigate challenges in BD&A adoption while ensuring sensitive data protection. The essay concludes by calling for deeper exploration of data privacy in future case studies to mitigate risks in handling confidential information in the dynamic digital environment."
Depok: Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Bannock, Graham
Harmondsworth: Penguin Books, 1973
338.88 BAN j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Boston : Harvard Business School Publishing Corporation, 2002
338.87 HAR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Blair, John M.
New York: Johnson Reprint Corporation, 1972
338.8 BLA e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>