Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 93901 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Efi Rachmani
"Fear of fat merupakan suatu fenomena yang umum terjadi pada remaja. Saat ini data penelitian di Indonesia mengenai perilaku fear of fear dirasakan sulit diperoleh, oleh karena im penelitian melalcukan penelitian mengenai perilakufear of far. Desain penelitian yang digunakan ialah deskriptif sederhana dengan jumlah sampel sebanyak 85 siswa kelas X, XI yang diperoleh dengan menggunakan metode simple random sampling. Jenis variabel penelitian ini adalah variabel kategorik sehingga analisis data yang digunakan yaitu dengan mencari nilai frekuensi dam prosentase. Hasil penelitian menunjukkan hampir separuh dari responden (49.9%) melakukan perilaku fear or fat. Perilaku fear or fat yang dilakukan responden yaitu melakukan aktivitas fisik atau olahraga (49.9%), perilaku membatasi asupan makanan (4?.l%), perilaku bulimia nervosa (40.0%) anoreksia nervosa (6.5%) dan mengkonsumsi obat pelangsing (35.5%) Penelitian ini merekomendasikan perlu kerjasama antara pihak sekolah dan orang tua siswa untuk melakukan screening perilaku fear of fat."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
TA5592
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Nina Liche Seniati
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1991
S2317
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Nova Fortuna
"Latar Belakang : Rasa takut pada saat melakukan perawatan gigi menimbulkan hambatan yang signifikan untuk menerima perawatan gigi dan  hambatan bagi setiap dokter gigi dalam usaha peningkatan kesehatan gigi khususnya pada masyarakat. Hingga saat ini, masyarakat masih banyak yang menunda ke dokter gigi karena perasaan takut. jika tidak ditangani, dan dapat terus memengaruhi kesehatan mulut, sistemik, dan psikologis.
Tujuan : untuk mengetahaui karakteristik rasa takut dalam perawatan gigi pada siswa SMA 64 Jakarta.
Metode : Studi cross-sectional kepada 444 siswa SMA 64 Jakarta pada September hingga November 2022 menggunakan kuesioner online yang berisi 15 pertanyaan. 
Hasil : nilai Cronbach Alpha adalah 0,901. hasil uji korelasi mann whitney menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin dan riwayat kunjungan ke dokter gigi pada dental fear siswa SMA 64 Jakarta (p<0.05). Hasil uji kruskall walls menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pendidikan terakhir orang tua dan frekuensi ke dokter gigi pada dental fear siswa SMA 64 Jakarta  (p>0.05). Empat faktor dengan nilai eigen di atas 1,00 diidentifikasi, yang secara kolektif menjelaskan 68,93% dari varians. Faktor-faktor tersebut adalah faktor 1 yaitu ‘takut pada prosedur gigi biasa’ yang terdiri dari 5 item, faktor 2 adalah takut prosedur gigi kurang invasif yang terdiri dari 4 item, Faktor 3, 'Ketakutan terhadap aspek medis umum pengobatan dan penyuntikan', terdiri dari 4 item. Faktor 4, 'takut pada orang asing', terdiri dari 2 item. Lebih lanjut, empat faktor juga dental fear ditemukan pada siswa perempuan dan laki-laki.
Kesimpulan : Mayoritas siswa SMA 64 Jakarta yang merupakan perempuan mempunyai dental fear yang lebih tinggi daripada  laki - laki. Terdapat perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin dan riwayat kunjungan ke dokter gigi pada dental fear siswa SMA 64 Jakarta. Serta, teridentifikasi empat faktor kekuatan berbeda yang berkaitan dengan dental fear pada siswa SMA 64 Jakarta.

Background : Dental fear pose a significant barrier to receiving dental treatment and obstacles for every dentist in efforts to improve dental health, especially in the community. Until now, there are still many people who delay going to the dentist because they are afraid. if unaddressed, and can continue to affect oral, systemic, and psychological health.
Objective : To know the characteristics of dental fear among students in SMA 64 Jakarta. 
Methods : A cross-sectional study of 444 students at SMA 64 Jakarta from September to November 2022 used an online questionnaire containing 15 questions.
Results : The Cronbach’s alpha was 0.901. Mann whitney correlation test shown that there was a significant difference with gender and history of visits to the dentist in dental fear of SMA 64 Jakarta students (p<0.05). Kruskall walls correlation test shown that there was no significant difference with parents' last education and the frequency of going to the dentist in dental fear of SMA 64 Jakarta students (p>0.05). Four factors with eigenvalues above 1.00 were identified, which collectively explained 68,83% of the variance. These factors were as follows: Factor 1, ‘fear of usual dental procedures’ consisted of 5 items, factor 2, ‘fear of less invasive dental procedures’ consisted of 4 items, factor 3, ‘ Fear of general medical aspects of treatment and injections’, consisted of 4 items. Factor 4, ‘fear of strangers’, consisted of 2 items. Notably, four factors of dental fear were found in girls and boys.
Conclusion : the majority students of SMA 64 Jakarta who are women have higher dental fear than men. There is a significant difference with gender and history of visits to the dentist in dental fear of SMA 64 Jakarta students, and four factors of different strength pertaining to dental fear were identified in students of SMA 64 Jakarta.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mitea Kaniraras
"Hubungan perkawinan orangtua yang tidak harmonis atau berkonflik dapat berdampak buruk pada anak mereka. Persepsi anak terhadap hubungan orangtuanya dapat menimbulkan fear of intimacy, yang nantinya dapat berakibat buruk di saat anak dewasa. Dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran ada atau tidaknya hubungan antara persepsi hubungan perkawinan orangtua dengan fear of intimacy pada dewasa muda, serta arah dari hubungan tersebut. Sebanyak 103 partisipan mengisi alat ukur Conflict Tactics Scale: Father-Mother Resolution dan Fear of Intimacy Scale yang telah diadaptasi ke bahasa Indonesia. Untuk mengetahui hubungan kedua variabel dari data yang diperoleh, digunakan teknik perhitungan pearson correlation. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa persepsi hubungan perkawinan orangtua tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap fear of intimacy (reasoning ayah p = 0,124 > 0,05 dan ibu p = 0,880 > 0,05; verbal aggression ayah p 0,225 > 0,05 dan ibu p = 0,992 > 0,05; physical aggression ayah p = 0,120 > 0,05 dan ibu p = 0,094 > 0,05). Dengan demikian, temuan ini mengindikasikan bahwa tidak terdapat hubungan antara persepsi hubungan perkawinan orangtua dan fear of intimacy.

Conflict in parental marital relationship can have a negative impact on their children. Children?s perception of their parent relationship can cause fear of intimacy which can be dangerous when children become young adults. This study used quantitative approach to see if there is any relation between perception of parental marital relationship and fear of intimacy in young adults, as well as the direction of the relationship. A total of 103 participants filled Conflict Tactics Scale: Father-Mother Resolution and Fear of Intimacy Scale which were adapted into Indonesian. Chi square technique was used to determine the relationship between the two variables from the data obtained. The results showed that the perception of parental marital relationship doesn?t have a significant relationship to fear of intimacy (father?s reasoning p = 0,124 > 0,05 and mother?s p = 0,880 > 0,05; father?s verbal aggression p 0,225 > 0,05 and mother?s p = 0,992 > 0,05; father?s physical aggression p = 0,120 > 0,05 and mother?s p = 0,094 > 0,05) Thus, these findings indicate that there is no relation between perception of parental marital relationship and fear of intimacy."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55116
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiana Budiarti
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1991
S2009
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahya Aulia Ainani
"Latar Belakang: Kecemasan dental merupakan suatu perasaan negatif yang tidak beralasan saat berkunjung ke dokter gigi untuk melakukan perawatan gigi. Kecemasan dental ini dapat menjadi hambatan bagi pasien anak maupun dewasa dalam melakukan perawatan gigi. Pengalaman buruk dental seperti rasa sakit saat perawatan, sikap tim dokter gigi yang kurang ramah, serta adanya rasa malu yang timbul akibat kondisi gigi geligi dapat menjadi faktor yang menimbulkan kecemasan dental. Pengalaman dental tersebut dapat terjadi pada masa anak-anak, remaja, dan dewasa. Banyak penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan kecemasan dental dengan pengalaman dental sebelumnya, salah satunya telah dibuktikan bahwa tidak adanya hubungan antara kecemasan dental dan pengalaman dental.
Tujuan: Menganalisis hubungan kecemasan dental saat ini dan pengalaman dental pada anak yang pernah berkunjung ke dokter gigi.
Metode: Data diambil secara daring dengan studi potong lintang pada siswa/i Bimbingan Belajar Nurul Fikri di seluruh wilayah DKI Jakarta menggunakan alat ukur berupa kuesioner CFSS-DS (Children’s Fear Survey Schedule-Dental Subscale) yang telah dimodifikasi urutannya dengan total subjek berjumlah 82 orang. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat menggunakan SPSS.
Hasil:  Persentase terbesar tingkat kecemasan dental tinggi terdapat pada pencabutan gigi atau ekstraksi gigi sebesar 15,52% dan berdasarkan Uji Chi-square terlihat terdapat hubungan yang tidak bermakna (p > 0,05) antara kecemasan dental saat ini dan jenis perawatan dental yang pernah dilakukan.
Kesimpulan: Pada penelitian ini ditemukan bahwa terdapat hubungan yang tidak bermakna pada hubungan antara kecemasan dental saat ini dan pengalaman dental pada siswa/i Bimbingan Belajar Nurul Fikri di seluruh wilayah DKI Jakarta.

Background: Dental anxiety is an unreasonable negative feeling when visiting the dentist for dental treatment. Dental anxiety can be an obstacle for pediatric and adult patients in performing dental care. Bad dental experiences such as pain during treatment, the unfriendly attitude of the dental team, and the embarrassment that arises due to the condition of the teeth can be factors that cause dental anxiety. These dental experiences can occur in childhood, adolescence, and adulthood. Many studies have been conducted on the correlation between dental anxiety and previous dental experiences, one of which has proven that there is no correlation between dental anxiety and dental experience.
Objective: To analyze the correlation between current dental anxiety and dental experience in children who have visited the dentist.
Methods: Data were collected online by cross-sectional study on Nurul Fikri Tutoring students throughout DKI Jakarta using a measuring instrument in the form of a CFSS-DS (Children's Fear Survey Schedule – Dental Subscale) questionnaire which has been modified in order with a total of 82 subjects. Data analysis was performed by univariate and bivariate analysis using SPSS.
Results: The largest percentage of high dental anxiety levels was found in tooth extraction by 15.52% and based on Chi-square tests, it was seen that there was a non-significant correlation (p > 0.05) between current dental anxiety and types of dental treatment ever performed.
Conclusion: In this study, it was found that there was a non-significant correlation between current dental anxiety and dental experience in Nurul Fikri Tutoring students throughout DKI Jakarta.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setia Hani Megasari
"Kontrol diri sebagai suatu kemampuan membimbing tingkah laku yang impulsif dalam penggunaan media sosial sehingga mencegah gangguan psikososial seperti terjadinya perilaku Fear of Missing Out (FoMO). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kontrol diri dengan perilaku FoMO pada remaja pengguna media sosial di Kuningan Jawa Barat. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 413 remaja SMA dengan rentang usia 15-18 tahun di empat sekolah di Kota Kuningan, Jawa Barat. Metode pengambilan sampel probability sampling dengan teknik simple random sampling. Penelitian ini menggunakan kuesioner Brief Self-Control Scale(BSCS) 10 item dan kuesioner Fear of Missing Out Scale (FoMOS) 12 item. Hasil penelitian yang dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Chi-square menunjukkan ada hubungan antara kontrol diri dengan perilaku FoMO pada remaja pengguna media sosial (=0,001; ±<0,05). Penelitian ini merekomendasikan sekolah untuk merencanakan sosialisasi tentang kontrol diri dan meningkatkan produktivitas di kalangan remaja. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel seperti manajemen waktu, kecanduan media sosial, dan pengaruh lingkungan.

Self-control as an ability to guide impulsive behaviour in the use of social media thus preventing psychosocial disorders such as the occurrence of Fear of Missing Out (FoMO) behaviour. This study was conducted to determine the relationship between self-control and FoMO behaviour in adolescent social media users in Kuningan, West Java. This research is a quantitative study with a cross sectional approach. The research sample amounted to 413 high school adolescents with an age range of 15-18 years in four schools in Kuningan City, West Java. The sampling method was probability sampling with simple random sampling technique. This study used a 10-item Brief Self-Control Scale (BSCS) questionnaire and a 12-item Fear of Missing Out Scale (FoMOS) questionnaire. The results of the study analysed using the Chi-square correlation test showed that there is a relationship between self-control and FoMO behaviour in adolescent social media users (ρ=0.001; ±<0.05). This study recommends schools to plan socialisation about self-control and increase productivity among adolescents. Future research can add variables such as time management, social media addiction, and environmental influences."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilla Azzahra
"
Fear of Missing Out adalah kecenderungan psikologis yang dirasakan seseorang ketika merasa khawatir akan kehilangan pengalaman atau hubungan sosial. Pesan daya tarik FoMO dapat mendorong individu untuk melakukan pembelian. Selain itu, emosi yang dirasakan oleh konsumen dapat memoderasi pengaruh seruan FoMO terhadap niat beli konsumen. Pada penelitian ini menunjukan bahwa fear of missing out dapat mempengaruhi niat beli konsumen. Daya tarik fear of missing out dapat memperkuat niat beli dengan meningkatkan anticipated elation, self enhancement atau melemahkan niat pembelian dengan meningkatkan anticipated expense regret.

Fear of missing out is a psychological tendency refers to a person’s concern over losing out on relationship or social interaction. FoMO appeal messages have the power to persuade people to buy. Furthermore, the impact of FoMO appeals on consumer’s purchase intentions can be mitigated by the emotions they experience. This study demonstrates how consumer’s intentions to buy might be influenced by their fear of losing out. The appeal of fear of missing out can strengthen purchase intention by increasing anticipated elation, self – enhancement or weaken purchase intention by increasing anticipated expense regret."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Permata Dewi Andanti
"[Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai peran fear of crime terhadap hubungan collective efficacy dengan kerelawanan pada Warga Jakarta. Sebagai tambahan, penelitian ini juga dilakukan untuk melihat gambaran collective efficacy, fear of crime dan kerelawanan masyarakat Jakarta. Penelitian ini mengikutsertakan 117 warga Jakarta berumur 18-30 tahun dari setiap kotamadya DKI Jakarta, kecuali Pulau Seribu. Hasil menunjukan bahwa kerelawanan partisipan tergolong rendah, yaitu 2-38 jam pada periode Maret-Oktober 2015. Partisipan juga mengalami fear of crime 1-2 kali dalam sebulan dan intensitas fear of crime yang sedang atau tinggi. Penelitian ini juga menemukan bahwa sebagian besar partisipan menganggap kota Jakarta nyaman untuk ditinggali, juga memiliki komunitas yang akrab, dapat diandalkan dan ramah. Hasil utama penelitian ini menunjukan bahwa collective efficacy dan fear of crime memiliki hubungan yang tidak konsisten dengan kerelawanan.

This study was conducted to find the role of fear of crime in collective efficacy and volunteerism relationship in Jakarta dwellers. As additional, this study was meant to describe collective efficacy, fear of crime and volunteerism of Jakarta dwellers as well. There were 117 Jakarta dwellers, age 18-30, from all districts in Jakarta joining this study, except Pulau Seribu. Result showed that participants had not participated in volunteerism that much, it was only 2-28 hours in March-October 2015. Participants experienced fear of crime 1-2 times in the past month and moderate or very high intensity of fear of crime. However, this study found that participants in average considered Jakarta as safe and friendly community. The main result of this study shows that collective efficacy and fear of crime has inconsistent relationship with volunteerism.
, This study was conducted to find the role of fear of crime in collective efficacy and volunteerism relationship in Jakarta dwellers. As additional, this study was meant to describe collective efficacy, fear of crime and volunteerism of Jakarta dwellers as well. There were 117 Jakarta dwellers, age 18-30, from all districts in Jakarta joining this study, except Pulau Seribu. Result showed that participants had not participated in volunteerism that much, it was only 2-28 hours in March-October 2015. Participants experienced fear of crime 1-2 times in the past month and moderate or very high intensity of fear of crime. However, this study found that participants in average considered Jakarta as safe and friendly community. The main result of this study shows that collective efficacy and fear of crime has inconsistent relationship with volunteerism.
]
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S62249
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Fauziah
"Latar belakang: Ketakutan persalinan merupakan fenomena yang umum dialami pada ibu postpartum dan memiliki dampak signifikan bagi ibu dan bayinya. Ketakutan yang berlebihan dapat menyebabkan stress yang dapat memicu komplikasi dan menghambat proses persalinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran ketakutan persalinan pada ibu postpartum. Metode pada penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Populasi pada penelitian ini adalah ibu postpartum sebanyak 263 responden, dengan jumlah sampel sebanyak 171 responden yang dipilih secara convenience sampling. Instrumen pada penelitian ini menggunakan kuesioner The Wijma Delivery Expectancy/ Experience Questionnaire Versi B (W-DEQ-B). Analisa penelitian dilakukan secara univariat. Hasil penelitian menunjukkan 45.6% ibu postpartum mengalami ketakutan sedang akan persalinan. Mayoritas ibu postoartum yang berpendidikan tinggi 82.5% mengalami ketakutan rendah akan persalinan. 79.5% ibu berusia 20-35 tahun dan 75.6% ibu yang menjalani proses persalinan bedah sesar mengalami ketakutan sedang akan persalinan. Mayoritas ibu postpartum yang mengalami tokophobia, 75% ibu bekerja, 58.3% memiliki pendapatan keluarga sedang dan 66.7% pada ibu multipara. Rekomendasi: Berdasarkan penelitian ini, diharapkan tenaga kesehatan dapat memahami karakteristik ibu dan mengenali tanda dan gejala ketakutan persalinan sehingga dapat memberikan intervensi yang tepat agar tidak terjadi dampak negatif baik bagi ibu maupun bayinya.

Background: Fear of childbirth is a common phenomenon in postpartum mothers and has a significant impact on both mother and baby. Excessive fear can cause stress that can trigger complications and hinder the labour process. This study aims to identify the description of the fear of childbirth in postpartum mothers. The method in this study is descriptive quantitative. The population in this study were 263 postpartum mothers, with a sample size of 171 respondents selected by convenience sampling. The instrument in this study used The Wijma Delivery Expectancy/ Experience Questionnaire Version B (W-DEQ-B) questionnaire. The research analysis was conducted univariately. The results showed 45.6% of postpartum women experienced moderate fear of childbirth. The majority of postpartum mothers with high education 82.5% experienced low fear of childbirth. 79.5% of mothers aged 20-35 years and 75.6% of mothers who had cesarean delivery (SC) experienced moderate fear of childbirth. The majority of postpartum mothers who experienced tokophobia, 75% were working mothers, 58.3% had a medium family income and 66.7% were multiparous mothers. Recommendation: Based on this study, it is expected that health workers can understand the characteristics of mothers and recognise the signs and symptoms of fear of childbirth so that they can provide appropriate interventions to prevent negative impacts on both mothers and their babies."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>