Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182147 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ruby Gautami Sudoyo
"Persepsi masyarakat terhadap penyakit AIDS cukup beragam. Mulai dari AIDS sebagai penyakit hoino, AIDS hanya mengenai WTS hingga AIDS sebagai penyakit yang dapat menularkan dirinya. Adanya persepsi yang keliru acapkali disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai apa yang menularkan dan tidak menularkan virus HIV, juga karena individu tidak merasa isyu AIDS dekat dengan dirinya. Menurut teori Social Judgement, kedekatan diri terhadap isyu berhubungan dengan keterlibatan ego individu tersebut. Individu dengan keterlibatan ego yang tinggi memiliki sikap yang ekstrem dan sulit menerima perubahan, sementara individu dengan keterlibatan ego rendah memiliki ruang tanpa keputusan yang cukup besar sehingga besar pula kemungkinan menerima perubahan. Timbul pertanyaan, bagaimana bila terdapat dua khalayak dengan tingkat keterlibatan ego yang berbeda diterpakan pada pesan AIDS. Satu kelompok eksperimen berasal dari kelompok resiko tinggi (homoseksual) dan kelompok lainnya dari kelompok masyarakat awam (heteroseksual). Pesan pun dibedakan menjadi pesan dengan pendekatan rasional dan pesan dengan pendekatan emosional. Sehingga terdapat dua kelompok resiko tinggi dan dua kelompok heteroseksual yang memperoleh pesan yang berbeda: Rasional yang mengandung informasi dan Emosional yang menggunakan unsur menyeramkan. Tak hanya homoseksual lebih terterpa informasi AIDS, mereka juga merasa beresiko tinggi sehingga isyu AIDS dianggap lebih dekat dengan diri mereka. Sehingga diasumsikan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara kelompok homoseksual (keterlibatan ego rendah) dengan kelompok heteroseksual (keterlibatan ego tinggi), dan bahwa skor anchor homoseksual lebih tinggi. Metodologi penelitian adalah eksperimen lapangan dengan desain after-only, no control group. Dengan menggunakan tes statistik, terbukti bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara kelompok homoseksual dengan kelompok heteroseksual dan antara terpaan treatment rasional dengan yang terterpa treatment emosional. Kesimpulan tentang ini adalah bahwa tidak banyak perbedaan antara persepsi subyek eksperimen homoseksual dan subyek eksperimen heteroseksual, dan tidak benar bahwa tingkat keterlibatan ego mereka berbeda. Kelompok eksperimen mungkin akan lebih sesuai bila dibagi berdasarkan perilaku resiko tinggi dan perilaku resiko rendah. Pendekatan pesan juga tidak terlalu berpengaruh karena pada dasarnya seluruh subyek eksperimen memiliki tingkat pengetahuan yang sama tinggi dan dengan begitu subyek eksperimen yang terterpa treatmen emosional tidak menelan pesan begitu saja. Bila pengetahuan cukup rendah, mungkin akan lebih terlihat bagaimana informasi claim pesan rasional dapat mempengaruhi persepsi individu."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
S4170
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rifa Atuz Zulfa Widayati
"Terdapat 2 (dua) tujuan pada penelitian ini, pertama adalah mengetahui perbedaan sikap terhadap merek pada saat sebelum dan setelah melihat iklan. Kedua, untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan minat beli (purchase intention) terhadap 2 (dua) daya tarik iklan yang berbeda, yaitu emosional dan informasional (rasional). Desain penelitian yang digunakan dalam melakukan riset kausal adalah pre-experimental designs melalui pendekatan uji awal-uji akhir (pre–post test), dan berdasarkan dimensi waktu penelitian ini dilakukan secara cross sectional.
Jumlah subyek penelitian adalah 60 (enam puluh) orang yang belum pernah melihat 4 (empat) versi iklan Pertamax yang digunakan sebagai perlakuan (treatment) pada penelitian ini. Kemudian, data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan non parametric test, yaitu uji Wilcoxon dan U Mann-Whitney. Hasilnya, pasca melihat iklan emosional terjadi perubahan pada indikator kualitas. Sedangkan pasca melihat iklan informasional (rasional) terjadi perubahan pada indikator favorit dan citra berkelas. Meskipun demikian, iklan emosional dan informasional (rasional) tidak memiliki perbedaan pengaruh terhadap minat beli (purchase intention).

There are 2 (two) objectives in this study, the first is to determine differences in attitudes toward the brand at the time before and after exposure to the ads. Second, to determine whether there are differences in purchase intention towards 2 (two) different advertising appeals are emotional and informational (rational). The research design used in conducting causal research is pre-experimental designs through pretest and posttest, based on the time dimension of this research conducted within cross sectional.
The number of study subjects was 60 (sixty) people who have never seen 4 (four) version of the Pertamax ads which used as a treatment in this research. Furthermore, the data were analyzed by using non-parametric tests are the Wilcoxon test and U Mann-Whitney. The results, there is a change of quality indicators after seeing emotional ads. While after seeing informational (rational) ads changes the favorable and classy indicators. However, emotional and informational (rational) ads does not have a different effect on purchase intention.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S53492
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edwina Laurita Sangkilawang
1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Mulyana
"ABSTRAK
Iklan merupakan unsur yang penting dalam meningkatkan penjualan suatu produk. Melalui ikian produk dikomunikasikan kepada khalayak, sekaligus bujukan dan rayuan untuk membeli produk secara tersirat maupun tersurat.
Pesan iklan dirancang dengan menampilkan rangkaian tanda dan simbol verbal dan nonverbal untuk membentuk makna kepada sasaran. Dari rangkaian tanda dan simbol tampil, pesan ikian tidak lagi hanya sekedar memberi inforniasi mengenai produk atau jasa yang ditawarkan, tetapi pesan diarahkan untuk mempersuasi khalayak secara langsung maupun tidak langsung, melalui pesan yang menghibur, atau dengan acuan psikografis konsumen, terutama iklan televisi, dengan kelebihan teknologinya yang dapat menyampaikan pesan secara audiovisual, sehingga dapat menciptakan "realita televisi".
Terlihat bahwa iklan televisi sangat potensial dalam menciptakan iklan-iklan yang ekspresif sehingga menimbulkan impresi sekaligus mempersuasi khalayak. Jadi dapat dikatakan bahwa semua iklan persuasif, di samping informatif. Namun seringkali sifat informatifnya menjadi minim, karena lebih dominan persuasifnya.
Ini menimbulkan kekhawatiran akan dampak yang dapat diakibatkannya terhadap (talon) konsumen, antara lain pengaruh iklan seperti itu akan menciptakan "kebutuhan yang diciptakan", artinya konsumen membeli suatu produk bukan karena memang membutuhkannya, tetapi karena pengaruh pesan iklan, dan dianggap dapat menigkatkan kcnsumerisme.
Beranjak dari hal di atas, penelitian ini mencoba meneliti bagaimana tanda dan simbol dimaknakan dalam iklan di televisi untuk mengesankan dan mempersuasi pemirsa. Pesan dibagi dalam empat kategori, yaitu isi, struktur, format dan daya tarik (appeals). Pembahasan dilakukan dengan memberi interpretasi masing-mas ing kategori .
Pengkategorian dilakukan dengan pendekatan metode analisis isi, selanjutnya berdasarkan data kuantitatif dilakukan deskriptif-analitis yang bersifat kualitatif terhadap pesan iklan di televisi, didasarkan pada tekstual dan kontekstual. Penentuan RCTI sebagai bahan penelitian dilakukan secara purposif, karena RCTI sampai sekarang merupakan stasiun televisi. yang paling banyak mendapatkan porsi periklanan nasional, sehingga dianggap dapat mewakili stasiun televisi lainnya. Adapun pemilihan waktu tayangan prima (prime-time, 19.00-22.00 WIB) dengan pertimbangan bahwa pada waktu tersebut merupakan waktu di mana televisi paling banyak ditonton pemirsa. Teori yang melandasi penelitian ini adalah teori tentang tanda dan makna (theories sign and meaning), yang dikembangkan berdasarkan pemikiran dari Ferdinand de Saussure dan -Charles Fierce. Teori ini digunakan sebagai landasan teoritis yang menjadi sandaran berpikir dalam memahami tanda dan makna dalam iklan. Sedangkan analisis dan interpretasi mengacu pada aspek semiotik dalam melihat tanda sebagai fungsi dan hubungannya dengan tanda-tanda lain yang berkaitan dengan signifikasi. Tanda yang merupakan perlambangan yang mewakili sesuatu dalam iklan. Berdasar pada teori tersebut muncul beberapa pertanyaan penelitian: bagaimana simbol dan tanda membentuk kesan yang persuasif dalam iklan di televisi, apakah ada perbedaan penggunaanya untuk produk-produk tertentu, dan kecenderungan apa yang tampak dalam iklan televisi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanda dan simbol yang digunakan merupakan komunikasi simbolik yang akrab dengan khalayak sasaran, yang dikembangkan dan dimanipulasi untuk mengesankan makna tertentu mengenai suatu produk; terdapat perbedaan penggunaan tanda dan simbol untuk jenis produk yang berbeda. Jenis produk kategori barang tidak tahan lama, terutama consumer goods atau mass product cenderung menggunakan pendekatan fisik produk, sementara jenis produk yang masuk kategori barang tahan lama dan jasa atau industrial product cenderung menggunakan pendekatan terhadap citra yang terkait dengan produk.
Kesimpulan dari hasil analisis menunjukkan bahwa televisi sebagai media beriklan menentukan kemasan pesan iklan, sehingga dalam iklan televisi terlihat kecenderungan penggunaan sistem kode non verbal dibanding verbal.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
S3996
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suharyanti
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhiyaa Thurfah Ilaa
"Body shaming telah menjadi kebiasaan masyarakat yang dapat terjadi secara langsung maupun di dunia maya. Media menjadi salah satu sumber terciptanya body shaming, karena media menciptakan standar tubuh “ideal” pada masyarakat. Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai body shaming menjadi alasan mengapa isu ini sering terjadi di Indonesia. Maka, dibutuhkanlah iklan sosial dengan pendekatan. Pendekatan iklan yang paling umum digunakan adalah pendekatan sumber pesan dengan rational appeal (A1) dan emotional appeal (A2), serta benefit appeal dengan self-benefit appeal (B1) dan other-benefit appeal (B2). Masih sangat minim data dari penelitian terdahulu mengenai pendekatan iklan pada isu sosial body shaming. Penelitian ini meyoroti bagaimana interaksi pendekatan-pendekatan tersebut mempengaruhi keefektifan iklan dengan sikap khalayak terhadap iklan (Y). Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial 2x2 dengan perlakuan iklan Grup 1 (A1 B1), Grup 2 (A1 B2), Grup 3 (A2 B1), dan Grup 4 (A2 B2) yang dinilai menggunakan kuesioner yang diisi 120 responden. Hasil yang didapatkan menggunakan analisis two-way ANOVA menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pendekatan sumber pesan (X1) terhadap sikap khalayak terhadap iklan, terdapat juga pengaruh benefit appeal (X2) terhadap sikap khalayak terhadap iklan, dan terdapat pengaruh interaksi pendekatan sumber pesan dengan benefit appeal terhadap sikap khalayak terhadap iklan. Dengan nilai mean paling tinggi adalah pada iklan Grup 4, iklan dengan emotional appeal dan other-benefit appeal.

Body shaming has become a habit for society that can happen in person or online. Media is one of cause of body shaming, for it creates “ideal” body standards in society. Lack of public awareness is one of the reasons why this issue often occurs in Indonesia. Therefore, social advertisement with appeal is needed. The most commonly used appeals are the message appeal with rational appeal (A1) and emotional appeal (A2), as well as benefit appeal with self-benefit appeal (B1) and other-benefit appeal (B2). There is still very little data from previous study regarding advertising appeal for social issue. This research highlights how the interaction of these appeals impacts the effectiveness of advertisements, using attitude towards the ads (Y). This research uses experimental method with 2x2 factorial design with Group 1 (A1 B1), Group 2 (A1 B2), Group 3 (A2 B1), and Group 4 (A2 B2) advertisements, assessed with questionnaires distributed to 120 respondents. The results obtained using two-way ANOVA analysis, shows that there is an effect of the message appeal (X1) on the audience’s attitude towards the advertisement (Y), there is also an effect of benefit appeal (X2) on the audience’s attitude towards the advertisement (Y), an there is an effect of the interaction of message appeal with benefit appeal on the audience’s attitude towards the advertisement. The highest mean value is Group 4, advertisement with emotional appeal and other-benefit appeal."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Fauzi
"Meningkatnya perekonomian Indonesia dewasa juga mengakibatkan peningkatan dalam iklan, terutama nilai be1anja untuk iklan. Tetapi apakah mutu dari iklan juga meningkat? Untuk skripsi ingin melihat seberapa efektif iklan Color" Citibank di dalam menyampaikan pesan iklan. Informasi dan data yang diperlukan untuk melengkapi skripsi ini di dapat melalui Library Research (melalui buku, majalah dan bacaan lainnya), Field Research (melalui perusahaan yang bersangkutan), dan metode penelitian Focus Group (mengevaluasi interaksi para responden terhadap suatu obyek permasalahan). "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
S18431
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Najla
"Iklan yang efektif adalah iklan yang mampu membuat konsumen yang melihatnya ingat pada pesan yang disampaikan. Pesan yang disampaikan dalam iklan umumnya berhubungan erat dengan elemen-elemen yang terkandung dalam produk yang diiklankan. Dengan konsumen dapat mengingat dan mengenali pesan tersebut besar kemungkinan produk tersebut akan menjadi bahan pertimbangan konsumen dalam membeli suatu barang.
Penelitian yang dilakukan untuk mengukur efektivilas dari iklan dapat dilakukan dengan pendekatan kualitalif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif dapat menggunakan dua metode metode focus group discussion (FGD) dan In Depth Interview (IDI). Metode ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan teknik moderator/interviewer dan subyektifitas dalam analisis hasil. Dengan menambahkan pendekalan kuantitatif hasil penelitian akan menjadi lebih obyektif dan mendalam. Rancangan yang menggunakan pendekatan kuantitatif ini diusulkan untuk menjadi alternatif lain untuk pengukuran pesan iklan.
Pengujian iklan dilakukan pada iklan televisi Farmhouse. Farmhouse sebagai penghasil daging olahan berupa sosis, berkeinginan untuk mengetahui efektifitas pesan yang disampaikan dalam iklan tersebut. Melalui BBDO Komunika, sebagai biro iklan dari Farmhouse, penulis membantu Farmhouse membuat rancangan yang sesuai untuk masalah yang dihadapi oleh Farmhouse.
Rancangan ini akan rnenggunakan 200 orang partisipan perempuan usia 25 -45 tahun dan memiliki anak usia 6 tahun ke atas. Alat penelitian berupa kuesioner. Efektivitas iklan yang diukur dalam rancangan ini berhubungan dengan pemrosesan informasi kognitif yaitu pada tahap attention. Hasil data akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan Signal Detection Theory."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>